Vous êtes sur la page 1sur 12

Telaah Kurikulum Fisika

PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 10

SHAFIYAH ULFAH 4143121054

SRI DEVI SIMAMORA 4143121056

FISIKA DIK D 2014

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum). Makalah ini berisi fungsi
kurikulum tersembunyi dan pendidikan dalam pengembangan kurikulum tersembunyi.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, dan kemampuan
yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Maka dari itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Selain itu,
saran, usul dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat berguna bagi penulis dan dengan selesainya
makalah ini, penulis mengucapkan terimah kasih.

Medan, 16 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Fungsi Kurikulum Tersembunyi.........................................................................3

2.2 Pendidikan Nilai dalam Pengembangan Kurikulum Tersembunyi.....................5

BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8

3.2 Saran...................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat


dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kurikulum adalah suatu perangkat
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum adalah belajar
untuk membaca dan menulis ProFI ciently (Wilson & Trainin, 2007, hal 257 dalam
Crawley,2007:1).
Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-
pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-
tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti
dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin,
yakni Curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu
itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh
siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum,
siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat
ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. (Hamalik, 2007:16)
Kurikulum tersembunyi atau kurikulum terselubung, secara umum dapat
dideskripsikan sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar selolah atau luar
sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan
sebagai tujuan.

1
Kurikulum tersembunyi mencakup pemberian pendidikan untuk bidang kognitif, afektif
dan psikomotorik yang berhubungan dengan pelakasanaan kurikulum yang
direncanakan secara cermat maupun yang tidak sengaja direncanakan.
Relung dalam Kajian penulis adalah bertujuan dengan fokus pada kurikulum
tersembunyi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud fungsi kurikulum tersembunyi?


2. Apa saja fungsi kurikulum tersembunyi?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan nilai dalam pegembangan kurikulum
tersembunyi?
4. Apa saja nilai-nilai kurikulum tersembunyi pada anak didik?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui yang dimaksud fungsi kurikulum tersembunyi.


2. Untuk mengetahui apa-apa saja fungsi kurikulum tersembunyi.
3. Untuk mengetahui maksud pendidikan nilai dalam pengembangan kurikulum
tersembunyi
4. Untuk mengetahui apa-apa saja nilai kurikulum tersembunyi pada anak didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Kurikulum Tersembunyi

Anak adalah tujuan pendidikan baik buruk, bermutu atau tidak, itu sangat
bergantung pada aktivitas, improvisasi, serta inovasi guru dalam belajar mengajar.
Hidden curriculum sangat dianjurkan dalam belajar mengajar. Berdasarkan pengalaman
empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui hidden curriculum ternyata lebih
banyak digunakan dan diperlukan dalam kehidupan nyata dibandingkan dengan yang
lain.
Pertama, hidden curriculum adalah alat dan metode untuk menambah khazanah
pengetahuan anak didik di luar materi yang tidak termasuk dalam silabus. Misalnya:
budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan menimbulkan sikap apresiatif terhadap
kehidupan lingkungan.
Kedua, hidden curriculum berfungsi sebagai pencarian suasana, menciptakan
minat, dan penghargaan terhadap guru jika disampaikan dengan gayya tutur serta
keanekaragaman pengetahuan guru. Guru yang disukai murid merupakan modal awal
bagi lancarnya belajar-mengajar dan merangsang minat baca anak didik.
Hidden Curriculum yang berkembang di lingkungan sekolah pada dasarnya
Mendukung kurikulum formal yang dilaksanakan di sekolah. Hidden Curriculum
melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal. Kurikulum formal dan Hidden
Curriculum saling melengkapi keduanya serta tidak dapat dipisahkan dalam prakteknya
di sekolah.
Hidden Curriculum memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Memberikan pengalaman mendalam tentang kepribadian, norma, nilai, keyakinan
yang tidak dijelaskan secara menyeluruh dalam kurikulum formal.
2. Memberikan kecakapan, keterampilan yang sangat bermanfaat bagi murid sebagai
bekal dalm fase kehidupannya dikemudian hari. Dalam hal ini dapat
mempersiapkan murid untuk siap terjun di masyarakat.
3. Dapat menciptakan masyarakat yang demokratis. Hal tersebut dapat dilihat dalam
berbagai kegiatan maupun aktivitas selain dijelaskan dalam kurikulum formal.
Misalnya melalui berbagai kegiatan pelatihan, ekstrakurikuler, diskusi

3
4. Mekanisme dan kontrol sosial yang efektif terhadap perilaku murid maupun
perilaku guru. Guru memberikan berbagai contoh panutan, teladan dan pengalaman
yang ditransmisikan kepada murid. Murid kemudian mendiskusikan dan
menegosiasikan penjelasan tersebut.
5. Meningkatkan motivasi dan prestasi murid dalam belajar.

Hidden curriculum bisa disampaikan dan dipraktikkan oleh siapa saja, baik guru
membaca (selain silabus). Dengan membaca, membuka informasi, data atau
pengetahuan di storage memory guru menjadi lebih banyak dari pada isi memori murid.
Kemudian, pengetahuan itu (tudak hanya materi pokok) akan mengisi dan menambah
data di storage memory anak didik melalui hidden curriculum.
Walau kurikulum tersembunyi memberikan sejumlah besar pengetahuan pada
siswa, ketidaksamaan yang diakibatkan kesenjangan antara kelas dan status social
sering menimbulkan konotasi negative. Sebagi contoh: Pierre Bourdieu harus dapat
diakses untuk meningkatkan prestasi akademik. Efektivitas dari sekolah akan menjadi
terbatas bila capital jenis ini didistribusikan secara tidak merata. Karena kurikulum
tersembunyi dianggap sebagai suatu bentuk modal yang berhubungan dengan
pendidikan maka kurikulum tersebut menghasilkan ketidak efektifan sekolah ini sebagi
hasil dari ketidakmerataan distribusinya. Sebagi cara dari control social, kurikulum
tersembunyi mempromosikan persetujuan terhadap nasib social tanpa meningkatkan
penggunaan pertimbangan rasional dan reflektif.
Menurut Elizabeth Vallance, fungsi dari kurkulum tersembunyi mencakup
penanaman nilai, sosialisasi politik, pelatihan dalam kepatuhan, pengekalan struktur
kelas tradisional-fungsi yang mempunyai karakteristik secara umum seperti control
social. Kurikulum tersembunyi dapat juga diasosiasikan dengan penguatan
ketidakserataan social, seperti terbukti dalam perkembangan hubungan yang berbeda
terhadap modal yang besar pada jenis kerja dan aktivitas yang berhubungan dengan
pekerjaan yang diterapkan pada siswa jadi berbeda-beda berdasarkan kelas sosialnya.
Guru profesional dan berkualitas adalah guru yang ikhlas mendidik serta
mengajar dengan menyetarakan pedagogi kasih sayang, guru yang selalu membaca
ayat-ayat (tanda-tanda) baik membaca kitab suci, buku meupun membaca alam yang
selanjutnya akan mengisi gudang memorinya. Jika itu semua dilaksanakan dengan

4
penuh kesadaran, usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bukan
lagi pernyataan hipokrit yang selalu berdengung selama ini.
Walaupun kurikulum tersembunyi memberikan sejumlah besar pengetahuan
pada siswa, ketidaksamaan yang diakibatkan kesenjangan antara kelas dan status sosial
sering menimbulkan konotasi negatif. Sebagai cara dari kontrol sosial, kurikulum
tersembunyi mempromosikan persejutuan terhadap nasib sosial tanpa meningkatkan
penggunaan pertimbangan rasional dan reflektif. Kurikulum tersembunyi dapat juga
diasosiasikan dengan penguatan ketidak serataan sosial, seprti terbukti dalam
perkembangan hubungan yang berbeda terhadap modal yang berdasar pada jenis kerja
dan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang diterapkan pada siswa, jadi
berbeda-beda berdasarkan kelas sosialnya. Sumber kurikulum tersembunyi sangat
beragam, termasuk struktur sosial dari ruang kelas latihan otoritas guru, aturan yang
mengatur hubungan antar guru dengan siswa, aktivitas belajar standar, penggunaan
bahasa, buku teks, alay bantu audio-visual, berbagai perkakas, arsitektur, ukuran
disiplin, daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas kurikulum. Keragaman dalam
sumber ini menghasilkan perbedaan yang ditemukan saat membandingkan suatu
kurikulum tersembunyi dihubungkan dengan berbagai kelas dan status sosial.
Sementara materi aktual yang diserap siswa melalui kurikulum tersembunyi
adalah sangat penting, orang yang menyampaikannya menghasilkan investigasi khusus.
Hal tersebut terjadi terutama pada penyampaian pelajaran sosial dan moral dengan
kurikulum tersembunyi, karena karakteristik moral dan ideologi guru dan figur otoritas
lainnya diterjemahkan dlam pelajaran mereka, walau tidak disadari (Ratna dan
Wahyuni, Ida. 2015: 149-151).

2.2 Pendidikan Nilai dalam Pengembangan Kurikulum Tersembunyi

Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang


berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Menurut Krathwohl
(1964: 112), proses pembentukan dan pengembangan nilai-nilai pada anak didik itu ada
lima tahap.

a. Receiving ( Menyimak dan Menerima)


Dalam hal ini anak menerima secara aktif, artinya anak tellah memilih untuk
kemudian menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja.

5
b. Responding (Menanggari)
Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menaggapi secara aktif.
Dalah hal ini ada tiga tahapan tersendiri, yakni menurut, bersedia menanggapi, dan puas
dalam menanggapi.

c. Valuing (Memberi Nilai)


Pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan kepercayaan
terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini ada tiga tingkatan yakni:
- Nilai terhadap nilai yang diterima
- Merasa terikat dengan nilai dipercayai
- Memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima

d. Organization
Pada tahap ini dimana anak sudak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima
untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku.

e. Characterization (karakteristik)
Pada tahap ini iyalah karakteristik nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan
seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya yang
serba mapan, ajek dan konsisten.

Dalam pendidikan nilai diharapkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-


nilai positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebut adalah :
amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, kerja keras, beradab, berani berbuat benar,
berani memikul resiko, berdisiplin, lapang hati, berlembut hati, beriman dan bertakwa,
berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja,
bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggangrasa,
bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas,
jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kospmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati,
lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain,
menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik,
pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah,
rasa kasih sayang, rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela
berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil,

6
hormat, nalar, tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh,
tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
Adapun nilai-nilai negatif yang seharusnya dihindari adalah ; anti resiko, boros,
bohong, buruk sangka, biadab, curang, ceroboh, cengeng, dengki, egois, fitnah,
feodalistik, gila kekuasaan, iri, ingkar janji, jorok, keras kepala, khianat, kedaerahan,
kikir, kufur, konsumtif, kasar, kesukuan, licik, lupa diri, lalai, munafik, malas,
menggampangkan, materialistik, mudah percaya, mementingkan golongan, mudah
terpengaruh, mudah tergoda, rendah diri, meremehkan, melecehkan, menyalahkan,
menggunjing, masa bodoh, otoriter, pemarah, pendendam, pembenci, pesimis, pengecut,
pencemooh, perusak, provokatif, putus asa, ria, sombong, serakah, sekuler, takabur,
tertutup, tergesa-gesa, tergantung, omong kosong, picik, dan sejenisnya. (Sjarkawi,
2008:35)

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidden Curriculum yang berkembang di lingkungan sekolah pada dasarnya


Mendukung kurikulum formal yang dilaksanakan di sekolah. Hidden Curriculum
melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal. Kurikulum formal dan Hidden
Curriculum saling melengkapi keduanya serta tidak dapat dipisahkan dalam prakteknya
di sekolah.
Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang
berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Menurut Krathwohl,
proses pembentukan dan pengembangan nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap.

3.2 Saran

Demikianlah pembuatan makalah ini, sebaiknya sebagai calon pendidik mampu


memahami dan mengenali fungsi-fungsi dan penilaian pada kurikulum tersembunyi
tersebut. Penulis juga menyadari makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan
maka dari pada itu penulis mengharapkan kritiik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah yang akan datang akan lebih bauk lagi. Kritik dan saran penulis
ucapkan terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Krattwohl, DavidR, Bloom, BenjaminS., & Masia, Betram B., (Eds). (1964). Taxonomi
of Educational Objectives Handbook II. Affective Domain. London: Longman
Group.

Rantna dan Wahyuni, Ida. 2015. Telaah Kurikulum Fisika. Medan Unimed Press.

Sjarkawi, Mawardi Lubis. (2008). Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta; Pustaka


Pelajar.

http://ifhunk.blogspot.co.id/2011/12/kurikulum-tersembunyi.html.

Vous aimerez peut-être aussi