Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan ujung tombak dalam upaya mewujudkan cita-cita dan

tujuan pendidikan, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Dalam mewujudkan sekolah yang ideal bagi peserta didik, pemerintah serta

para pengajar di seluruh provinsi di Indonesia perlu membenahi dan memperbaiki

sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Diadakannya Ujian Nasional (UN)

masih menjadi pro kontra dalam masyarakat. Pelaksanaan UN hanya mengandalkan

kecerdasan kognitif atau intelektual saja. Padahal masing-masing peserta didik

memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang berbeda-beda. Mereka dituntut untuk

mengerjakan satu soal yang sama dalam menentukan nilai kelulusan mereka.

Mungkin pemerintah lupa bahwa banyak peserta didik yang memiliki

kecerdasan di bidang lain. Banyak peserta didik yang mahir dalam memainkan alat

musik, ada pula peserta didik yang mampu memainkan kuasnya dalam membuat suatu

lukisan yang indah. Peserta didik yang mampu berenang dengan baik dan cepat pun

banyak. Jadi, manakah yang disebut paling cerdas?

1
Peserta didik yang memiliki potensi-potensi selain dalam bidang kognitif

menjadi terbatas pergerakannya. Mereka kesulitan untuk melakukan apa yang mereka

bisa kembangkan. Hal itu karena manusia diciptakan dalam keberagaman, dan manusia

memiliki kecerdasan yang beragam, yang kita sebut sebagai Multiple Intelligensi yang

perkembangannya tergantung masing-masing individu dan tentu saja butuh faktor-

faktor lain untuk mendukungnya, salah satunya sekolah.

Sekolah-sekolah di Indonesia saat ini masih jauh dari tipe ideal. Sekolah di

Indonesia saat ini masih mengedepankan dan mengutamakan aspek kecerdasan kognitif

saja. Sehingga peserta didik hanya dapat mempelajari hal-hal yang bersifat teori.

Sedangakan peserta didik menjadi tidak bisa dengan leluasa mengembangkan potensi-

potensi lain yang ada di dalam diri mereka. Karena, lagi, nilai kelulusan dari suatu

sekolah ditentukan oleh Ujian Nasional (UN) yang dimana hanya mata pelajaran yang

bersifat teoritis dan hitungan saja yang menjadi syaratnya.

B. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apa itu Intelligensi (Kecerdasan).

2. Untuk mengetahui apa itu Multiple Intelligensi (Kecerdasan Ganda).

3. Untuk mengetahui macam-macam Multiple Intelligensi.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Intelligensi.

5. Untuk mengetahui solusi tentang bagaimana mengembangkan kreativitas peserta

didik Indonesia yang berbasis Multiple Intelligensi.

6. Untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan dari Ibu Dra. Maria Dewati, M.Pd.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Intelligensi

Kecerdasan merupakan salah satu hal besar yang dianugerahi oleh Tuhan Yang

Maha Esa kepada manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya. Kecerdasan dengan

tingkat yang lebih tinggi diberikan kepada manusia dibanding dengan makhluk lain

karena manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Dengan kecerdasan

manusia dapat meningkatkan dan mengembangkan segala potensi yang dipunya agar

dapat menjadi manusia dengan kualitas hidup yang lebih baik dan agar dapat menjaga

dunia dengan baik.

Dalam pengertian popular, kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan

mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi

lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak ( Bainbridge, 2010 ).

Sedangkan Raymond Cattel dan John Horn berpendapat bahwa manusia

mempunyai dua macam kecerdasan umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan

kristal. Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada kecerdasan biologis.

Kecerdasan ini meningkat sesuai dengan perkembangan usia, mencapai puncak saat

dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh. Sedangkan kecerdasan

kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman

hidup. Kecerdasan ini dapat terus meningkat tidak ada batas maksimal selama manusia

mau dan bisa belajar.

3
Menurut Feldam dalam Sukmadinata dan Nana S, kecerdasan merupakan

kemampuan untuk memahami dunia, berpikir secara rasional dengan menggunakan

sumber-sumber atau referensi secara efektif pada saat menghadapi sebuah tantangan.

Perkembangan selanjutnya adalah kecerdasan individu akan mulai tampak

seiring berjalannya waktu. Kecerdasan tersebut akan terpengaruh oleh interaksi

sosialnya bersama orang-orang yang ada di sekitarnya.

B. Pengertian Multiple Intelligensi (Kecerdasan Majemuk)

Multiple Intelligensi adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu

kecerdasan yang memiliki arti kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk. Teori

ini ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog

perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School Of Education, Harvad

University, Amerika Serikat. Dia juga adalah penulis Frames of Mind: The Theory of

Multiple Intelligences (Basic Books, 1983/1993), Multiple Intelligences: The Theory

in Practice Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century

(Basic`Books, 1993), dan (Basic Books, 1993). Saat ini dia juga salah satu direktur

Project Zero di Harvard Graduate School of Education. Project Zero adalah pusat

penelitian dan pendidikan yang mengembangkan cara belajar, berpikir, dan kreativitas

dalam mempelajari suatu bidang bagi individu dan institusi.

Di dalam teorinya Gardner menjelaskan bahwa setiap orang memilki

bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda antara

kecerdasan yang satu dengan kecerdasan lainnya. Pengertian inteligensi Gardner ini

berbeda dengan pengertian yang dipahami sebelumnya. Sebelum Gardner, pengukuran

4
IQ (Intelligence Question) seseorang didasarkan pada tes IQ saja, yang hanya

menonjolkan kecerdasan matematis-logis dan linguistik. Sehingga kurang

memperhatikan kecerdasan pada bidang yang lain. Penemuan Gardner tentang

inteligensi seseorang telah mengubah konsep kecerdasan. Inteligensi seseorang dapat

dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak.

Secara jelasnya Gardner mengungkapkan bahwa tidak ada anak bodoh atau

pintar. Yang ada, anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan

tersebut. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orang

tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode khusus.

Dalam menstimulasi kecerdasan anak, dapat dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi

diasah agar lebih terampil sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

dirinya maupun orang lain.

Esensi teori multiple intelligensi menurut Gardner adalah menghargai keunikan

setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai

mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini

dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui. Menurut hasil penelitiannya, Gardner

menyatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat sepuluh jenis kecerdasan

dintaranya seperti kecerdasan logika matematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial,

kinestetik (gerak tubuh), musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, eksistensial

dan emosional. Kesepuluh kecerdasan tersebut bisa saja dimiliki oleh setiap individu,

hanya saja dalam taraf berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri,

terkadang bercampur dengan kecerdasan lain.

5
C. Macam-macam Multiple Intelligensi

1. Kecerdasan Linguistik ( Linguistic Intelligence)

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-

kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup

kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang

di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam

mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Kecerdasan ini

berkaitan juga dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum

seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para penulis, editor, jurnalis, penyair,

orator, penceramah maupun pelawak. Contoh orang yang memiliki kecerdasan

linguistik ini adalah; Sukarno, Martin Luther, J.K. Rowling, Melly Goeslow dan

sebagainya.

Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik

dan lengkap. Ia mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa, mudah mengerti urutan arti kata-

kata dalam belajar bahasa. Mereka juga mudah untuk menjelaskan,

mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar

berdebat, mudah ingat dan bahkan dapat menghafal beberapa surat di dalam Al-

Quran dengan waktu singkat.

2. Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)

Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang dalam

memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan

keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika

6
dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses

berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari

hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya

cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Ini adalah jenis

keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekonom,

akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.

Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah

membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka

bekerja dan suka pada menepukan pola atau memcahkan rumus. Dalam

menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya

sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan

antara yang satu dengan yang lain, serta mana juga yang merupakan persoalan

lepas. Maka, dia tidak mudah bingung. Mereka juga dengan mudah membuat

abstraksi dan suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam.

3. Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)

Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan

mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya

gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat.

Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran

dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga

melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.

Kecerdasan visual-spasial ini memungkinkan orang membayangkan

bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Ini karena ia

mampu mengamati dunia spasial secara akurat dan mentransformasi presepsi

7
ini. Termasuk di dalamnya adalah kapasitas untuk menvisualisasikan,

menghadirkan visual dengan grafik atau ide spasial, dan untuk mengarahkan

diri sendiri dalam ruang secara cepat. Visual-spasial bisa diartikan juga sebagai

sebuah model yang melihat secara deskriptif bagaimana seorang individu

menggunakan kecerdasan mereka untuk memecahkan masalah dan

menghasilkan bentuk. Profesi yang biasa dihasilkan adalah pelukis, fotografer,

desainer, pemahat, dll.

4. Kecerdasan Gerak-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Kecerdasan gerak tubuh atau ialah kemampuan dalam menggunakan

tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.

Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi,

keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Kemampuan

seperti ini biasanya dimiliki oleh para atlet, aktor, pemahat, ahli bedah atau

seniman tari. Kecerdasan gerakan tubuh yang sering juga disebut body smart

ini, memang penemuan Gardner yang paling controversial, karena beberapa

orang berpendapat control terhadap fisik bukanlah bentuk dari kecerdasan.

Namun, Gardner dan peneliti-peneliti lain dalam bidang multiple intelligences

mempertahankan pendapatnya. Individu dengan kecerdasan gerakan tubuh,

secara alami memilliki tubuh yang atletis dan memiliki keterampilan fisik. Ia

juga memiliki kemampuan dan merasakan bagaimana seharusnya tubuh

bergerak.

Orang yang mimiliki kecerdasan gerak tubuh dapat dengan mudah

mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan

dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian

8
dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapt memainkan mimik, drama,

dan peran. Mereka dengan lihai melakukan gerakan tubuh dalam olahraga

dengan segala macam variasinya.

5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,

membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk

musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari

musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.

Bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini dengan mudah belajar dan bermain

musik secara baik. Yang menonjol adalah mereka dapat mengungkapkan

perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik. Mereka dengan mudah

mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan musik atau dalam lagu. Kecerdasan

jenis ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa

rekaman.

6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi

peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan

tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain

juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan interpersonal

berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi

dengan berbagai orang. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri

orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan

9
umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki

oleh para pemimpin, para guru, fasilitator, motivator, polisi, pemuka agama, dan

penggerak massa.

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya sangat

mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang

lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka yang memiliki kecerdasan

sungguh serasa sangat menyenangkan. Mereka dengan mudah mengenali dan

membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain.

Kebanyakan mereka peka terhadap teman, terhadap penderitaan orang lain, dan

mudah berempati yakni mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain

saat berinteraksi dengan orang tersebut. Banyak diantaranya suka memberi

masukan kepada teman, saudara atau orang lainnya hal ini bertujuan agar

mereka maju. Maka, tidak jarang sekali dia berperan sebagai komunikator,

sebagai fasilitator dalam pertemuan atau dalam perbincangan masalah penting.

Dan mereka juga dengan mudah menjadi penggerak massa karena

kemampuannya mendekati massa itu.

7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan yang

berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta

kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, dapat

memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi dirinya

sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat

menghargai nilai, etika dan moral, serta memiliki kesadaran tinggi akan

gagasan-gagasannya. Ia sadar akan tujuannya hidupnya sehingga tidak ragu-

10
ragu untuk mengambil keputusan pribadi. Kecerdasan seperti ini biasanya

dimiliki oleh para filosof, penyuluh agama, pembimbing, serta kadang kala

pemimpin juga memiliki kecerdasan ini.

Orang yang memiliki Kecerdasan ini biasanya mudah berkonsentrasi

dengan baik karena dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan

sangat tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh sangat mendalam dan

seimbang, kesadaran spiritualitasnya juga sangat tinggi. Orang tipe ini

kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendirian. Bahkan, kadang kala mereka

suka menyepi sendiri di tempat terasing.

8. Kecerdasan Naturalis ( Naturalist Intelligence)

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali,

membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di

jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk

mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta, melakukan

pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan

kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan

penelitian biologi.

Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para pecinta alam, para

petani, pendaki gunung, pemburu. Ide Gardner tentang kecerdasan naturalis

baru muncul pada tahun 1995 dan dipublikasikan tahun 1997. Sampai sekarang

teori tentang kecerdasan ini masih terus dalam proses penyempurnaan.

Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi biasanya dapat dilihat dari

kemampuannya mengenal, mengklafikasi, dan menggolongkan tanaman-

tanaman, binatang serta alam yang ada disekitarnya.

11
9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan seseorang menjawab

persoalan-persoalan eksistensi manusia, memiliki spiritual quotient yang

menonjol, baik terhadap sesama, sopan, serta pandai menjaga rahasia.

Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk

menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia.

Misalnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal yang

mempunyai kecerdasan ini seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquinas, dan

lainnya.

10. Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)

Kecerdasan Emosional adalah kecerdasan yang dimiliki individu yang

dapat mengingat, memperhatikan, belajar dan membuat keputusan yag jernih

tanpa keterliatan emosi. Jadi kecerdasan emosional disini berkaitan dengan

sikap motivasi, kegigihan, dan harga diri yang akan mempengaruhi

keberhasilan dan kegagalan peserta didik.

Banyak tokoh penting dunia yang menjadi sukses dan terkenal bukan

karena ber-IQ tinggi, melainkan karena salah satu dari kecerdasan majemuk

yang mereka miliki tersebut. Sehingga sangat tidak tepat jika seorang anak

dicap bodoh hanya karena dia selalu mendapatkan nilai rendah pada pelajaran

matematika, padahal dia memiliki prestasi cemerlang di bidang lainnya.

12
Dari penjelasan tentang macam-macam kecerdasan menurut Gardner ini

maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan no 1 dan 2 banyak berhubungan

dengan penilaian di sekolah, no 3,4, dan 5 lebih cenderung pada seni, no 6 dan

7 merupakan kecerdasan personal sedangkan no 8,9 dan 10 lebih pada

kecerdasan eksistensial atau moral. Dalam pengklasifikasian kecerdasan ini

Gardner membuka kesempatan menambahkan kemungkinan kecerdasan yang

lain. Menurut Gardner kecerdasan tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri

melainkan berjalan beriringan, maka tidak heran jika ditemukan seseorang yang

memiliki kecerdasan lebih dari satu jenis.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Multiple Intelligensi

Intelligensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa

faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelligensi

antara lain sebagai berikut :

1. Faktor Bawaan atau Keturunan.

Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas

kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menyelesaikan masalah, antara lain

ditentukan oleh faktor keturunan. Oleh karena itu, di dalam suatu kelas dapat

dijumpai anak yang kurang pintar dalam mata pelajaran A dan yang pintar dalam

mata pelajaran A, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari suatu keluarga sekitar 0,50.

Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar

0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar

13
0,40-0,50 dengan ayah dan ibu sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20 dengan ayah dan

ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara

terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka

tidak pernah saling kenal.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas.

Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan

atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga

apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih

giat dan lebih baik. Intelligensi bekerja dalam dalam situasi yang berlain-lainan

tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh

pembawaan.

3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelligensi. Di sini dapat dibedakan antara

pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan

yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam ssekitarnya. Walaupun ada ciri-

ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahit, ternyata lingkungan sanggup

menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelligensi tentunya tidak bisa

terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang

dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional

dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

4. Faktor Kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan

14
telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan

menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila

anak-anak SD kelas 2 belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal

matematika kelas 3 SMP. Karena soal-soal itu masi terlampau sulit bagi anak SD.

Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal

tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur. Kecerdasan tidak

tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya

intelligensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan jasmani, umur dan

kemampuan-kemampuan yang telah dicapainya (keatangannya).

5. Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga

bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu

dengan yang lainnya. Jadi untuk menentukan kecerdasan, tidak dapat hanya

berpedoman atau berpatokan pasda salah satu faktor saja (Jasmine. 2007:93)

E. Implementasi Multiple Intelligensi dalam Dunia Pendidikan

Konsep tentang Multiple Intelligensi yang digagas Gardner merupakan salah

satu perkembangan paling penting dan menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini,

berdasarkan karya monumentalnya, Frames of Mind (1983). Howard Gardner selalu

memaparkan tiga hal yang berkaitan dengan Multiple Intelligensi, yaitu komponen inti,

kompetensi, dan kondisi akhir terbaik. Tiga hal tersebut berkaitan dengan dunia

15
pendidikan. Setiap area dalam otak yang disebut lobus of brain ternyata memiliki

komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul apabila diberi stimulus yang

tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Apabila kompetensi

tersebut dilatih terus-menerus dalam silabus yang tepat, akan muncul kondisi akhir

terbaik dari seseorang.

Menurut Haggerty, sebagaimana dikutip oleh Paul Suparno, ia mengungkapkan

beberapa prinsip umum pembelajaran untuk membantu mengembangkan Multiple

Intelligensi pada peserta didik dapat berkembang sepanjang hidup asal terus dibina dan

ditingkatkan. Dengan demikian jelas sekali bahwa pendidikan dan teori kecerdasan

majemuk merupakan dua komponen yang sangat tepat untuk dipadukan.

Dalam dunia pendidikan, teori Multiple Intelligensi bisa menjadi sebuah strategi

pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti dari strategi

pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah

ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Menurut Chatib, kesalahpahaman penerapan

teori MI di sekolah dikarenakan guru menganggap MI sebagai bidang studi atau sebagai

kurikulum sekolah bukan sebagai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran

berdasarkan teori Multiple Intelligensi sangat banyak, apabila gurunya kreatif maka

strategi pembelajarannya sangat tak terbatas. Langkah awal dalam penerapan strategi

pembelajaran yang baik ialah membatasi waktu bagi guru untuk menjelaskan materi

sekitar 30% dan yang 70% untuk siswa beraktivitas. Sehingga guru mampu membuka

pintu-pintu kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dan melalui pintu tersebutlah materi

tersampaikan dengan baik. Guna mengetahui kecerdasan apa yang dimiliki oleh

seorang siswa maka digunakan alat tes yang disebut dengan MIR (Multiple

intelligences research). Selain menggunakan MIR sebagai alat tes untuk mengetahui

kecerdasan siswa dapat pula guru mengenali kecerdasan anak melalui aktivitasnya

16
dikelas sebagai nama yang disebutkan oleh Thomas Amstrong. Melalui hasil MIR guru

merancang sekenario pembelajarannya, melaksanakannya, serta mengevaluasinya.

Dalam perencanaan proses pembelajaran menyesuaikan dengan kecerdasan yang

dimiliki siswa atau dapat dikatakan guru menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaja

belajar siswanya, disinilah kreatifitas guru diuji. Ada banyak metode yang dapat

digunakan guru dalam mengajar dalam pendidikan berbasis multiple intellegences ini

misalnya mind mapping, Brainstorming, Diskusi, tanya jawab, presentasi, studi kasus,

role play, karya wisata, pengamatan, sosiodrama, eksperiment, dll. Tentu saja

penggunaan merode-metode tersebut harus menyesuaikan kondisi siswa. Penggunaan

variasi metode dalam pembalajaran diharapkan mampu memotivasi siswa untuk terus

dalam belajar, mengatasi kesulitannya dalam belajar serta memberikan pengalaman

bagi diri siswa.

Menurut penelitian Dr. Venon Magnesen dari Texas University, otak manusia

lebih cepat menangkap informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak,

seperti aktivitas tubuh, emosi, koordinasi dan segala jenis gerak. Memori peserta didik

akan lebih kuat mengingat praktek membuat tempe dalam mata pelajaran biologi

daripada pelajaran tersebut diterangkan guru di depan kelas.

Dengan menitikberatkan pembelajaran pada aktivitas anak, maka guru dapat

memperhatikan kecenderungan gaya belajar anak sekaligus kecerdasan yang

dimilikinya. Apabila hal-hal tersebut sudah teridentifikasi, guru akan lebih mudah

untuk menerapkan strategi mana yang akan diterapkan.

Jika strategi yang guru terapkan tepat, sekolahnya mendukung pembelajaran

yang berbasis Multiple Intelligensi, maka akan tercipta proses pembelajaran yang

sangat baik yang dapat mendorong siswa untuk berkreativitas lebih baik lagi. Sehingga

17
peserta didik di Indonesia dapat menciptakan karya-karya yang dapat membuat

Indonesia menjadi Negara yang lebih baik lagi.

Pendidikan berbasis Multiple Intelligences ini telah banyak digunakan di

belahan dunia misalnya:

The Ross School, East Hampton new York

Key Learning Community, Irldianapolis, Indiana

New City School, St. Louis, Missouri

The Gardenr School, Vancouver

The Cook Primary School, Canberra, Australia

Di Indonesia juga mulai diterapkan muali tahun 2003 berikut beberapa sekolah

yang menggunakan pendidikan berbasis Multiple intelligences

TK, SD, SMP YIMI Gresik

TK, SD Mutiara ilmu Bangil

SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo

SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

TK, SD, SMP, MA YIMA Bondowoso

TK, SD Al-Kausar Malang

SD Lentera Insan, Jakarta, dll

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik tidaklah sama. Masing-

masing dari mereka mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dan masing-

masing peserta didik mempunyai kecerdasan yang jamak (Multiple Intelligence).

Karena manusia diciptakan dengan keberagamannya. Sehingga tidak ada yang

namanya manusia yang bodoh. Yang ada hanya manusia yang malas untuk

meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya.

B. Saran

Dalam mewujudkan sekolah yang ideal bagi peserta didik untuk meningkatkan

kreativitasnya diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Dari orang tua, guru, sekolah

dan tentu saja kemauan dari peserta didik itu pula. Maka sekolah sebagai tempatnya

anak-anak Indonesia belajar perlu meningkatkan kualitasnya lagi. Dan guru-guru

dituntut untuk kreatif dan pandai dalam mendidik siswanya. Karena dengan guru yang

pandai maka akan tercipta peserta didik yang pandai pula, serta orang tua perlu

mendukung anaknya di rumah agar anak tersebut dapat dengan nyaman untu belajar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak.

http://garasikeabadian.blogspot.co.id/2013/03/multiple-intelligence.html

20

Vous aimerez peut-être aussi