Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi
yang tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut
International Labor Organization(ILO), setiap hari terjadi 1.1 juta kematian
yang disebakan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan
pekerjaan. Dari data ILO tahun 1999, penyebab kematian yang berhubungan
dengan pekerjaan paling banyak disebabkan oleh kanker 34%.Sisanya terdapat
kecelakaan sebanyak 25 %, penyakit saluran pernapasaan 21%, dan penyakit
kardiovaskuler 15%.Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa penyakit
saluran pernapasaan menempati peringkat ketiga.
1
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. SILIKOSIS
a. Definisi
Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan
terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yal9ng masuk ke dalam
paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel
tersebut.
3
Terdapat 3 jenis silikosis menurut RS Persahabatan, 2002 :
Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif.
Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan
kerusakan pada struktur paru yang normal.
4
Silika merupakan unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya
terjadi pada:
c. Manifestasi Klinis
Demam
Batuk
Penurunan berat badan
Gangguan pernafasan yang berat.
Komplikasi :
Bronkitis
Emphysenic(kembang paru-paru)
Kegagalan jantung berfungsi
5
d. Patofisiologi
Ketika ini terjadi, jalan lintasan yang lebih jauh dari sel yang telah
tercemar oleh silika akan masuk ke jaringan limfe paru-paru. Sekarang,
antibodi baru di dalam pembuluh limfatik bertindak sebagai gudang untuk sel-
sel yang telah tercemar oleh debu, dan parut nodular terbentuk terbentuk pada
lokasi ini juga. Kemudian, nodul-nodul ini akan semakin menyebar dalam
paru-paru.
Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada
peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas
sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul
dalam waktu kurang dari 10 tahun.
6
e. Pemeriksaan Penunjang
Foto toraks berguna dalam mendeteksi dan memantau respon paru untuk
debu mineral, logam tertentu, dan debu organik mampu mendorong
pneumonitis hipersensitivitas. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
International Klasifikasi Radiografi dari Pneumoconioses
mengklasifikasikan radiografi dada sesuai dengan sifat dan ukuran dan
kekeruhan melihat sejauh mana keterlibatan parenkim tersebut. Secara
umum, kekeruhan linier terlihat di asbestosis. (Harrison , 2008)
f. Penatalaksanaan
7
pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-
penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama
bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantauan riwayat penyakit
pekerja kalau sewaktu waktu diperlukan.
B. ASBESTOSIS
a. Definisi
8
alveoli/selaput lender sehingga menyebabkan fibrosis paru, sedangkan 0,1-0,5
mikron melayang dipermukaan alveoli.(RS Harapan, 2002).
Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun.
Asbes adalah campuran berbagai silikat yang terpenting adalah campuran
magnesium. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-paru, menjadi jaringan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura. It occurs after
long-term, heavy exposure to asbestos , eg in mining , and is therefore regarded
as an occupational lung disease . Ini terjadi setelah jangka panjang, paparan
berat asbes, misalnya di pertambangan.Asbestos terdiri dari serat silikat
mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Asbestos is a mineral that
can be woven like wool. Asbes adalah mineral yang dapat dijalin seperti wol
dan merupakan produk alam mineral yang diketahui tahan terhadap panas dan
korosi, tidak meneruskan arus listrik, tahan terhadap asam kuat, serta
merupakan serat yang kuat dan fleksibel, mudah dijalin bersama-sama dan
digunakan secara luas di dalam bangunan dan pabrik-pabrik industri. Some of
its more common uses were in pipe and duct insulation, fire-retardant
materials, brake and clutch linings, cement, and some vinyl floor tiles.
Chrysotile
Crocidolite
Anthrophylite
Tremolite
Actinolite
9
Di dalam paru banyak terdapat asbestos bodies yaitu serat asbestos yang
dilapisi bahan protein. Sering serat asbestos harus dipisahkan dengan tangan,
sehingga terjadi papel kecil-kecil pada jari-jari tangan seperti duri, disebut duri
asbestos. Terjadi juga fibrosis interstisialis, penebalan dan perlekatan pleura,
fibrosis peritoneal. Paru menjadi kaku karena terdapat klasifikasi pada pleura
dan dapat pula dijumpai keganasan Ca bronkogenik dan mesothelioma.
Mesothelioma adalah tipe kanker pleura yang jarang. Peningkatan insidensi
mesotelioma dihubungkan dengan inhalasi serat asbestos di lingkungan kerja.
Walaupun gejala awalnya sedikit, mesotelioma dapat disembuhkan jika
berhasil terdiagnosis. Waktu antara paparan asbestos pertama dan kemunculan
tanda-tanda tumor beragam mulai dari 20 sampai 50 tahun, khusus
mesotelioma. Kenaikan angka insidensi mesotelioma juga tampak pada
penduduk yang walaupun tidak terpapar secara okupasional, tinggalnya
serumah dengan pekerja asbestos atau tinggal di sekitar sumber emisi asbestos.
Walaupun asbestos tidak lagi dipakai sebagai penyekat, zat ini masih menjadi
sorotan karena adanya bahaya yang berasal dari bangunan yang sekatnya
menggunakan asbestos
b. Etiologi
10
3. Perokok tembakau lebih cenderung menderita penyakit yang berhubungan
dengan asbes dibandingkan non-perokok. Life expectancy is also shorter
among smokers than non-smokers. Asbestos workers who stop smoking,
can within 5-10 years reduce their risk of dying with lung cancer by about
one half to one third that of their colleagues who continue to smoke.
Harapan hidup perokok lebih pendek dibandingkan non-perokok. Asbestos
pekerja yang berhenti merokok, dalam 5-10 tahun dapat mengurangi risiko
kematian kanker paru-paru oleh sekitar satu setengah sampai satu sepertiga
dari rekan-rekan mereka yang terus merokok.
c. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik pada fase dini biasanya belum dijumpai kelainan
selain adanya benda asbestos didalam dahak pekerja (2 bulan). Pada fase lanjut
didapatkan sianosis dan jari tabuh. Jari tabuh umumnya dihubungkan dengan
11
penyakit yang lanjut. Bila ada pada pekerja dengan kelainan fibrosis
interstisialis yang ringan maka lebih banyak dihubungkan dengan kanker paru.
d. Patofisiologi
12
Setiap alveolus memiliki banyak sel-sel pembersih yang disebut
macrophages menelan partikel apapun yang dibuat ke bawah alveoli. Alveoli
have very thin, elastic walls that allow an exchange of gases vital to your
health - oxygen flows from the alveoli into your bloodstream to nourish your
body, and carbon dioxide waste flows from your bloodstream into the alveoli
and on into your bronchi to be expelled.Alveoli yang sangat tipis dan elastis
yang memungkinkan pertukaran gas yang penting untuk kesehatan. Oksigen
mengalir dari alveoli ke dalam darah untuk memelihara tubuh, dan karbon
dioksida mengalir dari darah ke alveoli dan ke bronchi untuk dibuang.
Asbestos fibers can easily flake off and are small enough to be inhaled deep
into the lungs.Serat asbes dapat dengan mudah mengelupas dan cukup kecil
untuk terhirup masuk ke dalam paru-paru. When they are inhaled into the
lungs, the lungs defense cells try to destroy the asbestos fibers, but the body's
defense mechanisms cannot break down asbestos.Apabila mereka terhirup ke
dalam paru-paru, dan serat tersebut mencapai alveoli (kantung udara) dalam
paru-paru, di mana oksigen dipindahkan ke dalam darah, benda asing (asbes
serat) menyebabkan aktivasi dari paru-paru.
13
dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru. Pasien datang dengan inspirasi
kering crackles, clubbing finger, dan pola fibrotik menyebar di bagian bawah
lobus paru-paru yang merupakan tempat paling sering terserang asbestosis.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologis
a. Oximetry
14
b. Spirometri
c. Bilas Bronkoalveolar
d. Pemeriksaan darah
f. Penatalaksanaan
15
ketidaknyaman dan bronchodilators oral atau inhalasi dan melebarkan saluran
napas.Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Pengobatan
suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir atau
dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase. Bila asbestosis sudah
memasuki stadium mesotelioma maka belum ada terapi yang berhasil
meningkatkan kesembuhan
16
g. WOC (Web of Caution)
Debu metal.
Mesothelioma
Asbestosis
Ca. Bronkogenik
Jar. parut
Dinding Perasaan Paru-paru tdk dpt
Elastisitas
alveolar tidak nyaman berkembang
menebal
Sesak Nafas
Gangguan menurun
Ggn Perfusi Kelemahan fisik
difusi Metabolisme
Jaringan
MK: Perubahan
Kelemahan/ MK: Intoleransi
MK: gangguan nutrisi kurang dari
Keletihan
kebutuhan tubuh aktifitas
pertukaran gas
Intoleransi aktifitas
17
WOC ASKEP SILIKOSIS Partikel silika terinhalasi
SILIKOSIS
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
Klien sesak saat bernafas, batuk, keluhan nyeri dada, peningkatan frekuensi
peningkatan, lemas, nyeri kepala.
3. Keluhan utama
6. Riwayat Psikososial
19
Perawat perlu memperoleh persepsi yang jelas mengenai perasaan, status
emosi, dan perilaku klien. klien sering merasa cemas akibat nyeri yang
kronis dan mengisolasi diri karena penyaklit yang diderita.
b. Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : sesak napas, Nyeri saat bernafas akibat adanya jaringan parut
di alveoli, RR menurun, adanya penggunaan otot bantu pernafasan
inspirasi, hipoksia
2. B2 (Blood) : cyanosis, hypoxia, denyut jantung meningkat, TD meningkat,
tachycardi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas, penurunan kesadaran
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
c. Pemeriksaan penunjang
1. Riwayat ekspose.
2. Bukti fibrosis dari radiografi (misalnya, HRCT), dan ditemukannya
gangguan fungsi paru-paru dengan atau tanpa bukti histologi (serat asbes
di dalam bronchoalveolar, cairan atau fibrosis pada biopsi jaringan paru-
paru).
3. Tidak adanya penyebab lain yang menyebabkan fibrosis interstitial.
e. Diagnosa Keperawatan
20
Diagnosa Keperawatan Intervensi
21
kapiler b. Denyut nadi normal dan irama pemasangan alat jalan nafas
nadi reguler buatan
Batasan Karakteristik c. Kesadaran penuh
: d. Hasil analisis gas darah -Keluarkan secret dengan batuk
normal ataupun suction
*Diaforesis
*Dispnea -Auskultasi suara nafas, catat
*Gas darah arteri adanya suara nafas tambahan
abnormal
*Gelisah -Atur intake untuk jalan nafas
*Hiperkapnia mengoptimalkan keseimbangan
*Hipoksia
*Iritabilitas -Monitor respirasi dan status O2
*Nafas cuping hidung
*Penurunan -Monitor pola nafas : bradipnea,
karbondioksida takipnea
*Pola pernafasan
abnormal
*Sianosis
*Somnolen
*Takikardi
*Warna kulit abnormal
Faktor yang
berhubungan :
*Keseimbangan
ventilasi perfusi
*Perubahan membran
alveolar-kapiler
3 Nutrisi Kurang dari NOC :food and fluid intake NIC :1.Nutrition management
Kebutuhan Tubuh
Kriteria Hasil: Kriteria Hasil:
Definisi : Intake nutrisi
tidak cukup untuk Adanya peningkatan berat Kolaborasi dengan ahli gizi
keperluan badan sesuai dengan tujuan untuk menentukan jumlah kalori
metabolisme tubuh. Berat badan ideal sesuai dan nutrisi yang dibutuhkan
dengan tinggi badan pasien.
Mampu mengidentifikasi Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
Tidak ada tanda tanda vitamin C
malnutrisi Berikan substansi gula
Tidak terjadi penurunan berat Yakinkan diet yang dimakan
badan yang berarti mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih (
sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
22
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Nutrition monitoring
Kriteria Hasil:
23
TINJAUAN KASUS
Pengkajian lengkap
1. Biodata
a. Identitas Klien :
Nama : Tn. S
Umur : 50 th
Suku bangsa : Jawa
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh bangunan
Alamat : Jl. Imam Bonjol IIA
Tanggal MRS : 23 Juni 2016
Tanggal pengkajian : 24 Juni 2016
Diagnosa Medis : Pneumokoniosis
b. Keluhan Utama :
Tn. S mengatakan sejak kurang Lebih 2 minggu yang lalu pasien mengalami
batuk terus menerus dengan disertai dahak dan nafas terasa sangat sesak,
Tn. S mengaku sebelum merasakan sakit ini berat badan ideal 60kg tapi
sekarang turun hingga 2kg, semenjak merasakan keluhan Tn. S sudah di
bawa periksa ke BPS dekat rumah namun tidak kunjung sembuh, setelah itu
baru datang di UGD RS Hardjolukito pada tanggal 23 Juni 2016 dengan
pemeriksaan yang di dapat TD : 140/90 mmHg, Suhu tubuh : 37, RR :
30x/menit, Nadi 90x/menit, auskultasi suara paru terdengar Ronchi dan
Whezzing, nafas dangkal cepat dan disertai batuk yang terus menerus dan
terlihat cyanosis
Tn. S mengatakan 1bulan yang lalu mengalami sesak dan batuk tapi tidak
dirasakan
Tn. S mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
dengan pasien dan tidak mempunyai riwayat penyakit sesak di keluarganya
24
f. Kesehatan Psikososial
Tn. S tampak lemah dan gekisah dan terlihat memegangi dadanya ketika
batuk
h. Pola Eliminasi
i. Pola Spiritual
25
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tampak lemah
TD : 130/90 mmHg
Suhu : 37 derajad selsius
RR : 30x / menit
Nadi : 90x / menit
b. Mata :
Inspeksi : Mata simetris, ada reaksi pupil, konjungtiva tidak enemis,
sedikit cowong
c. Telinga :
Inspeksi : Bentuk simetris, tampak bersih
d. Hidung :
Bersih, lubang hidung simetris
e. Mulut :
Inspeksi : Bibir simetris, tidak ada lesi, tidak stomatitis, sedikit cyanosis
f. Leher :
Inspeksi : Tidak ada lesi dan benjolan, terlihat bersih
c. Dada
Inspeksi : Tidak ada retraksi intercosta
Palpasi : Tidak terdapat lesi maupun benjolan,
Perkusi : Terdengar sonor
Auskultasi : Terdapat suara tambahan Ronkhi dan Whezzing
d. Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : Suara I dan II terdengar Lup dup
e. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak terlihat buncit, bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda-
tanda inflamasi
Palpasi : Tidak teraba benjolan, tidak nyeri tekan
Perkusi : Terdengar timpani
Auskultasi : Bising usus 30x / menit
26
f. Ekstremitas
Tidak terdapat lesi maupun teraba benjolan, tidak terdapat patah tulang
pada tangan maupun kaki
Kekuatan otot
g. B1 (Breath)
Nafas sesak, dangkal, dan cepat
B2 (Blood)
Cyanosis, denyut jantung meningkat > 100x / menit, Takikardi
B3 (Brain)
Cemas, gelisah
B4 (Bladder)
-
B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun, BB sebelum sakit 58kg, dan sekarang 56kg
B6 (Bone)
Malaise
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan DL
- Hb : 12 gr/dl
- Leukosit : 12.000 /mm3
- Hematokrit : 34,1
- Trombosit : 323.000
- Eritrosit : 5.000.000
2. Analisa Data
DO :
Batuk disertai dahak
Tn. S tampak terlihat lemah dan gelisah
Tn. S tampak batuk terus menerus dengan
nafas dangkal dan cepat
RR : 30x/menit
Terdengar suara ronkhi dan whezzing
Bibir terlihat cyanosis
2 24 Juni DS : Gangguan
2016 Tn. S mengatakan batuk yang menyebabkan pertukaran gas
nafas jadi terasa sesak
27
DO :
Tn. S terlihat lemah
Terlihat nafas cepat dan dangkal
TTV :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 90x / menit
RR : 30x / menit
Terpasang O2 2lt / menit
3 24 juni DS : Nutrisi kurang
2016 Tn. S mengatakan tidak nafsu makan dari kebutuhan
semenjak di RS tubuh
DO :
Nasi dari RS terlihat selalu tidak habis
Di RS Cuma mau makan 2-3 sendok
BB sebelum sakit 60kg, sekarang 58kg
Tn. S tampak lemah
3. Intervensi Keperawatan
28
- TTV normal
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 24x/menit
3 24 Juni Nutrisi kurang Setelah dilakukan - Kaji adanya alergi
2016 dari kebutuhan tindakan keperawatan, terhadap makanan
tubuh ketidakseimbangan nutrisi - Kolaborasi dengan ahli
kurang dari kebutuhan gizi untuk menentukan
tubuh teratasi jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk
- Menunjukkan tanda- menambah intake
tanda nafsu makan makanan dan minuman
meningkat (sedikit tapi sering)
- Ada peningkatan berat - Berikan makanan yang
badan sesuai dengan terpilih dari pihak ahli
tujuan gizi RS
- Berat badan sesuai - Berikan informasi pada
dengan tinggi badan pasien maupun
- Tidak ada tanda-tanda keluarganya tentang
malnutrisi kebutuhan nutrisi
- Tidak terjadi penurunan - Monitor BB pasien
berat badan - Monitor keadaan
lingkungan disekitar
pasien selama makan
29
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Pneumokoniosis adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
inhalasi debu anorganik yang bersifat kronik khususnya di tempat kerja untuk
jangka waktu yang lama sehingga disebut penyakit paru kerja karena di
dapatkan ketika bekerja di tempat berdebu.
Terpapar debu anorganik yang terus menerus menyebabkan akumulasi
debu-debu organik pada paru-paru yang menyebabkan terbentuknya jaringan
fibrosis pada paru-paru dan menyebabkan kekakuan sehingga penurunan
peregangan paru. Pneumokoniosis di tandai dengan sesak nafas, batuk kronis,
sianosis dan nadi yang cepat sebagai konsekuensi terhadap kekurangan O2.
B. SARAN
Sebaiknya setiap orang dapat berhati-hati dalam bekerja dan melakukan
perlindungan diri terhadap keselamatan kerja sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit paru kerja ini(pneumokoniosis), seperti menggunakan
masker saat bekerja dan perlindungan diri lain sehingga terhindar dari partikel-
partikel yang dapat mengganggu kesehatan. Dan pihak pemilik industri
hendaknya memberikan standar keamaan bagi para pekerjanya untuk
meminimalisir kasus penyakit paru kerja ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol.
1,VHalaman : 626 628, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta , 2002
31