Vous êtes sur la page 1sur 3

PENYEBAB ABORSI

Terdapat beragam etiologi janin dan ibu yang menyebabkan aborsi spontan dan etiologi-etiologi
ini dibahas secara singkat berikut ini.

Aneuploidi

Temuan morfologis tersering pada aborsi spontan dini adalah kelainan perkembangan
zigot,mudigah, janin dini, atau kadangkadang plasenta, dansering terdapat kelainan
kromosom.Sebagai contoh, 60 persen mudigah yang diaborsi mengalami kelainan kromosom.
Trisomi autosom merupakan kelainan kromosom yang tersering ditemukan pada aborsi trimester
pertama. Trisomi 13,16, 18, 21 , dan 22 merupakan yang paling sering. MonosomiX (453)
merupakan kelainan kromosom tersering berikutnya dan memungkinkan kehidupan pada janin
perempuan (mis., sindrom Turner). Triploidi sering berkaitan dengan degenerasi hidropik
plasenta. Mola hidatidosa inkomplet mungkin berkaitan dengan janin yang memiliki
perkembangan triploidi atau trisomi untuk kromosom16. Janin tetraploid jarang lahir hidup dan
umumnya mengalami aborsi pada awal trimester pertama. Tiga perempat dari aborsi aneuploidi
terjadi sebelum 8 minggu, sedangkan aborsi euploidi memuncak pada sekitar 13 minggu.
Insidensi aborsi euploidi meningkat secara drastis setelah usia ibu 35 tahun.

Infeksi

Herpes simpleks dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi aborsi setelah infeksi genital
pada awal kehamilan. Aborsi spontan juga secara independen berkaitan dengan antibodi virus
imunodelisiensi manusia tipe 1 (HIV- ) pada ibu, serorcaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi
vagina oleh streptokokus grup & Selain itu, terdapat bukti yang mendukung peran Mj'copbrma
bomini: dan Urap/(mna umbara/n dalam aborsi. Infeksi kronis oleh organisme seperti Bruce/la
abay-lm, Camg'lobarterfelm, Toxopbrma gandi), IJI/aia money/agen, atau Cbkwgdia(mr/Jamali:
belum terbukti berkaitan dengan aborsi spontan.

Kelainan Endokrin

Hipotiroidisme klinis tidak berkaitan dengan peningkatan insidensi aborsi. Akan tetapi, wanita
dengan hipotiroidisme subklinis dan dengan otoantibodi tiroid mungkin memperlihatkan
peningkatan risiko. Aborsi spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita
diabetes tergantung-insulin, dan risiko ini berkaitan dengan derajat pengendalian metabolik.
Sekresi progesteron yang kurang memadai oleh korpus luteum atau plasenta dilaporkan berkaitan
dengan peningkatan insidensi aborsi; namun, hal ini mungkin lebih merupakan konsekuensi
daripada kausa pada kematian dini janin

Gizi

Belum ada bukti meyakinkan bahwa defisiensi salah satu nutrien dalam diet atau defisiensi
moderat seluruh nutrien merupakan kausa penting aborsi.

Pemakaian Obat

Merokok dilaporkan berkaitan dengan peningkatan risiko aborsi euploidi. Bagi wanita yang
merokok lebih dari 14 batang sehari, risikonya meningkat sekitar dua kalinya. Sering minum
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan dapat menyebabkan aborsi spontan dan malformasi
janin. Angka aborsi meningkat dua kali pada wanita yang minum minuman beralkohol dua kali
seminggu dan tiga kali pada mereka yang mengonsumsi alkohol setiap hari. Konsumsi kopi lebih
dari empat cangkir sehari tampaknya sedikit meningkatkan risiko aborsi spontan.Tidak terdapat
bukti yang menyokong bahwa kontrasepsi oral atau bahan spermisida yang digunakan dalam
krim dan gel kontrasepsi menyebabkan peningkatan insidensi aborsi. Akan tetapi, alat
kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insidensi aborsi septik setelah kegagalan
kontrasepsi.

Faktor Lingkungan

Dalam dosis yang memadai, radiasi adalah suatu abortifasien. Bukti-bukti yang ada sekarang
menyatakan bahwa tidak ada peningkatan risiko aborsi dari dosis radiasi yang kurang dari 5 rad.
Akan tetapi, pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang dapat digunakan untuk
mendakwa suatu bahan lingkungan tertentu.

Kelainan Imunologik

Dua model patofisiologis utama untuk menerangkan aborsi spontan terkait-imunitas adalah teori
otoimun (imunitas terhadap diri sendiri) dan teori aloirnun (imunitas terhadap orang lain).
Sampai 15 persen wanita dengan kematian janin berulang memiliki faktor otoimun. Penyakit
otoimun yang telah dipastikan berkaitan dengan aborsi adalah sindrom antibodi antifosfolipid.
Mekanisme terhentinya kehamilan pada para wanita ini diperkirakan berkaitan dengan trombosis
dan infark plasenta (lihat Bab 89). Antibodi antifosfolipid merupakan antibodi didapat yang
ditujukan terhadap suatu fosfolipid. Antibodi ini mungkin dari isotipe IgG, IgA, atau IgM dan
umumnya dideteksi dengan pemeriksaan untuk antikoagulan lupus (lupa: antimagu/ant, LAC)
dan antibodi antikardiolipin (antimrdio/lpin antibocy, ACA).

Sejumlah wanita dengan aborsi rekuren didiagnosis mengalami kelainan aloimun.


Meskipun validitas diagnosis ini masih diragukan, namun beberapa studi membuktikan adanya
perbaikan hasil akhir kehamilan pada mereka yang diterapi dengan leukosit suami atau pao/ed
buwat:imunoglobulin.

Trombotilia Herediter

Terdapat banyak laporan tentang keterkaitan aborsi spontan dan berbagai trombof'ilia herediter,
seperti defisiensi protein C, protein S, dan antitrombin lll. Mutasi faktor V Leiden dan
hiperhomosistinemia juga dilaporkan berkaitan dengan aborsi. Heparin dan aspirin dilaporkan
berhasil digunakan sebagai terapi untuk wanita hamil yang mengidap trombofilia herediter .

Defek Uterus

Defek uterus dapat berupa cacat perkembangan atau didapat. Defek didapat seperti leiomioma
uterus yang besar atau multipel biasanya tidak menyebabkan aborsi. Sinekie uterus (sindrom
Asherman) disebabkan oleh kerusakan endometrium yang luas akibat kuretase dan dilaporkan
berkaitan dengan aborsi spontan. Kelainan perkembangan uterus adalah konsekuensi dari
pembentukan atau fusi duktus Mulleri yang abnormal; atau dapat disebabkan oleh terpajannya
janin in ultra dengan dietilstilbestrol. Beberapa tipe kelainan, seperti septum uterus, mungkin
menyebabkan aborsi.

Serviks Inkompeten
Serviks yang inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks yang relatif tidak menimbulkan nyeri
pada trimester kedua atau mungkin awal trimester ketiga, disertai prolaps dan penggelembungan
membran ke dalam vagina, diikuti oleh ruptur membran dan ekspulsi janin imatur .

Laparotomi

Tidak ada bukti bahwa pembedahan yang dilakukan pada awal kehamilan menyebabkan aborsi.
Akan tetapi, peritonitis memang meningkatkan risiko aborsi. (Leveno, 2009)

Vous aimerez peut-être aussi