Vous êtes sur la page 1sur 28

MAKALAH FARMAKOLOGI

BENTUK-BENTUK OBAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Anggita Dewi Saputri (201601067)
2. Arif Kartiko Utomo (201601069)
3. Naila Fitrotul Hidayah (201601097)
4. Pifit Putri Sri Mariani (201601103)
5. Saputro Mukti Wicaksono (201601112)
6. Silvia Rian Pratiwi (201601115)
7. Tazkiyah Aunun N. A. (201601118)
8. Yoga Sukma Darmawan (201601121)
TINGKAT : 1 B ( SEMESTER II )

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK

No. Nama Foto

Anggita Dewi Saputri


1.
NIM : 201601067

Arif Kartiko Utomo


2.
NIM : 201601069

Naila Fitrotul Hidayah


3.
NIM : 201601097

Pifit Putri Sri Mariani


4.
NIM : 201601103

2
Saputro Mukti Wicaksono
5.
NIM : 201601112

Silvia Rian Pratiwi


6.
NIM : 201601115

Tazkiyah Aunun N. A.
7.
NIM : 201601118

Yoga Sukma Darmawan


8.
NIM : 201601121

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Farmakologi yang berjudul Bentuk-Bentuk Obat dengan baik. Shalawat serta
salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.

Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Farmakologi dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang macam-macam
bentuk, penggunaan, serta kelebihan dan kekurangan dari obat tablet, kaplet, kapsul,
cair, suppositoria, sproi, ekstrak, dan salep, yang disajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber.

Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang
sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan
datang menjadi lebih baik.

Terima kasih

Ponorogo, 5 Februari 2017

Penyusun

4
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................................ 1


Biodata Anggota Kelompok ....................................................................................... 2
Kata Pengantar ........................................................................................................... 4
Daftar Isi ..................................................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Obat ....................................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Obat Secara Umum ................................................................ 9
2.1.2 Pengertian Obat Secara Khusus ............................................................... 9
2.1.3 Tujuan Adanya Bentuk Sediaan Obat ...................................................... 10
2.1.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat .......................... 11
2.2 Tablet .................................................................................................................. 12
2.2.1 Macam-Macam Tipe Tablet ..................................................................... 13
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Tablet .......................................... 14
2.3 Kaplet .................................................................................................................. 15
2.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Kaplet .......................................... 15
2.4 Kapsul ................................................................................................................. 16
2.4.1 Macam-Macam Kapsul ............................................................................ 16
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Kapsul ......................................... 16
2.5 Cair ...................................................................................................................... 17
2.5.1 Macam-Macam Obat Cair ........................................................................ 17
2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Cair ............................................. 18
2.6 Suppositoria ........................................................................................................ 19
2.6.1 Penggolongan Suppositoria Berdasarkan Tempat Pemberian .................. 19
2.6.2 Cara Menggunakan Suppositoria Rektal .................................................. 20
2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Suppositoria ................................ 21

5
2.7 Sproi .................................................................................................................... 21
2.7.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Sproi ............................................ 22
2.8 Ekstrak ................................................................................................................ 22
2.8.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Ekstrak ........................................ 23
2.9 Salep .................................................................................................................... 24
2.9.1 Fungsi Salep ............................................................................................. 25
2.9.2 Kualitas Dasar .......................................................................................... 25
2.9.3 Klasifikasi Salep ....................................................................................... 25

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 27
3.2. Saran .................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 28

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Undang-Undang No. 23 tahun 1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah
satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya masyarakat untuk
mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang
banyak dialami masyarakat.
Dewasa ini, perkembangan ilmu farmasi sudah semakin maju. Banyak
sekali macam macam jenis sediaan farmasi yang dikembangkan. Segala macam
penggolongan obat pun sudah semakin diperbaharui dengan adanya peraturan
dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000 yang mengganti
penggolongan jenis obat menjadi 5 golongan saja. Bidang Farmasi juga terus
menggembangkan ilmu dalam menemukan jenis dan khasiat obat obatan.
Karena masyakarakat kita semakin membutuhkan segala jenis obat dengan
kerja yang sesuai ditubuhnya. Kebutuhan obat di kalangan masyarakat
sangatlah penting dan mutlak untuk menunjang kesehatan mereka.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan obat ?
1.2.2 Apa saja macam-macam bentuk obat ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan obat tablet ?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan obat kaplet ?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan obat kapsul ?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan obat cair ?
1.2.7 Apa yang dimaksud dengan obat suppositoria ?
1.2.8 Apa yang dimaksud dengan obat sproi ?

7
1.2.9 Apa yang dimaksud dengan obat ekstrak ?
1.2.10 Apa yang dimaksud dengan obat salep ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui bentuk-bentuk obat
beserta kelebihan dan kekurangan dari obat tablet, kaplet, kapsul, cair,
suppositoria, sproi, ekstrak, dan salep.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Farmakologi.
b. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian serta
penggolongan/klasifikasi obat.
c. Agar mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk obat.
d. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami macam-macam,
kegunaan, kelebihan dan kekurangan dari setiap bentuk-bentuk obat.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Obat


2.1.1 Pengertian Obat Secara Umum
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,
meringankan, dan menyembuhkan penyakit.

2.1.2 Pengertian Obat Secara Khusus


Obat baru : Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak
berkhasiat), seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau komponen
lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan
kegunaannya.
Obat esensial : Obat esensial adalah obat yang paling banyak
dibutuhkan untuk layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam
daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan RI.
Obat generik : Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Obat jadi : Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau
campuran dalam bentuk salep, cairan, supositoria, kapsul, pil, tablet,
serbuk atau bentuk lainnya yang secara teknis sesuai dengan FI atau
buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.
Obat paten : Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu
dijual dalam kemasan asli dari perusahaan yang memproduksinya.

9
Obat asli : Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-
bahan alamiah, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
Obat tradisional: Obat tradisional adalah obat yang didapat dari
bahan alam, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.

2.1.3 Tujuan Adanya Bentuk Sediaan Obat


Tujuan perlu adanya bentuk sediaan obat, yaitu :
1. Melindungi bahan obat dari udara yang lembab (tabel salut).
2. Melindungi bahan obat terhadap pengaruh asam lambung jika
diberikan melalui oral (tablet salut enteric).
3. Menutupi bau dan rasa pahit yang tidak enak (kapsul, tablet salut,
sirup dengan rasa manis atau rasa buah buahan).
4. Menyediakan sediaan cair untuk bahan obat yang tidak larut atau
tidak stabil dalam pembawa (suspensi).
5. Menyediakan sediaan cair dari bahan obat yang larut dalam
pembawa yang diinginkan (larutan).
6. Menyediakan obat dengan kerja yang luas, dengan mengatur
pelepasan obat (tablet, kapsul suspensi yang diatur pelepasan bahan
obatnya).
7. Menyediakan sediaan obat yang digunakan secara topical (obat tetes
mata, obat tetes telinga, obat tetes hidung, krim, dan salep).
8. Agar bahan obat dapat bekerja dalam aliran darah atau jaringan tubuh
tertentuk (injeksi).
9. Memberikan kerja bahan yang optimal secara inhalasi (aerosol).
10. Supaya bahan obat dapat diberikan dengan dosis yang sesuai.

2.1.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat


Bentuk gas; contohnya, inhalasi, spray, aerosol.
Bentuk cair atau larutan; contohnya, lotio, dauche, infus intravena,
injeksi, epithema, clysma, gargarisma, obat tetes, eliksir, sirop dan
potio.

10
Bentung setengah padat; misalnya salep mata (occulenta), gel, cerata,
pasta, krim, salep (unguetum).
Bentuk padat; contohnya, supositoria, kapsul, pil, tablet, dan serbuk.

Tablet Kaplet

Kapsul Cair

Suppositoria

11
Sproi/Aerosol

Ekstrak Salep

2.2 Tablet
Compressi/Tabulae atau yang biasa disebut tablet adalah sediaan padat
yang berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dibuat dengan
menggempa atau mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa zat
tambahan. Pengemasan tablet dapat bermacam-macam yaitu :
a. Aluminium strip
b. Blister
c. Foil pack

Tablet harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


a. Keseragaman bobot
b. Keseragaman isi zat berkhasiat
c. Waktu hancur (disintegration test)
d. Waktu larut (dissolution test)
Selain itu, harus diuji dulu mengenai kekerasan tablet dan juga
kerapuhan tablet. Untuk membuat tablet diperlukan bahan tambahan berupa :
a. Bahan pengisi (diluent), dimaksudkan agar memperbesar volume tablet.
b. Bahan pengikat (binder), dimaksudkan agar tablet tidak mudah pecah.

12
c. Bahan penghancur (disintegrator), dimaksudkan agar tablet dapat hancur
dalam perut.
d. Bahan pelicin (lubricant), dimaksudkan agar tablet tidak melekat pada
cetakan (matrys).

2.2.1 Macam-Macam Tipe Tablet


a. Tablet Bukal (buccal tablet)
Cara memakainya dengan jalan dimasukkan di antara pipi dan gusi
dalam rongga mulut. Biasanya tablet biasanya berisi hormon steroid.
Absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah.
b. Tablet Sublingual
Cara pemakaiannya dengan jalan dimaksukkan dibawah lidah.
Biasanya tablet berisi hormon steroid. Kenyataannya penyerapannya
sama seperti tablet bukal, yaitu melalui mukosa mulut masuk
peredaran darah.
c. Tablet Hipodermik
Tablet yang mudah larut dalam air. Dilarutkan dalam aqua
proinjectionen, digunakan sebagai injeksi untuk disuntikkan dibawah
kulit.
d. Tablet Implantasi
Tablet kecil berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dan berisi
hormon steroid untuk dimasukkan dalam kulit badan (implantasi).
Sekarang sudah tidak lazim.
e. Tablet Vagina
Tablet yang digunakan dengan memasukkannya ke dalam vagina,
berbentuk oval seperti amandel dan mudah hancur dalam vagina.
f. Lozenges
Tablet yang dihisap, suka hancur, digunakan untuk pengobatan di
tenggorokan dan rongga mulut.
g. Tablet Bersalut (coated tablet)
Ialah suatu tablet yang disalut dengan lapisan tipis dari gula atau zat
lain. Biasanya berwarna atau tidak.
Tablet bersalut ada bermacam-macam ialah :

13
1. Tablet bersalut gula. Contoh : Pahezon, Arcalion.
2. Tablet bersalut film (film coated tablet)
3. Tablet salut tekan (pres coating tablet)
4. Tablet salut entrik (enteric coating). Contoh : Voltaren 50 mg,
Enzymfort

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Tablet


A. Kelebihan :
Lebih mudah disimpan.
Memiliki usia pakai yang lebih panjang dibanding obat bentuk
lainnya.
Konsentrasi yang bervariasi.
Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang
dapat larut dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau
memisah dimulut.
Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin
menelan tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan
penghancur, dan pembasah dengan air lebih dahulu untuk
pengolahannya.
Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri
dengan bantuan segelas air.
Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan
tertinggal ditenggorokan, terutama bila tersalut yang
memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya
paling rendah.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk
ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling lemah.
Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet
lebih disukai karena bersih, praktis dan efisien.

14
Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas
bagus dan dapat dibawa kemana-mana, bentuknya kompak,
fleksibel dan mudah pemberiannya.
Tablet tidak mengandung alkohol.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
B. Kekurangan :
Warnanya cenderung memberikan bahaya.
Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak
untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut
adalah permen.
Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.

2.3 Kaplet
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan
lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini
selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari
pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari keasaman
lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa
cetak, bentuknya oval seperti kapsul.

2.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Kaplet


A. Kelebihan :
Bentuk tablet lebih menarik.
Kaplet mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri
dengan bantuan segelas air.
B. Kekurangan :
Kaplet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak
untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka kaplet tersebut
adalah permen.
Orang yang sukar menelan atau meminum obat.

15
2.4 Kapsul
Kapsul adalah sediaan obat yang terbungkus dalam suatu cangkang.
cangkang dibuat dari metilselulosa, gelatin atau bahan lain yang cocok.
Kapsul harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Keseragaman bobot.
b. Keseragaman isi berkhasiat.
c. Waktu hancur kapsul.
d. Waktu larut.

2.4.1 Macam-Macam Kapsul


1. Capsulae gelatinosae operculatae
Capsulae gelatinosae operculatae, atau disebut sebagai kapsul gelatin
keras mengandung gelatin, gula dan air. Diberi tambahan warna
adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut
besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut :
No. 000; 00; 0; 1; 2; 3;
Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap,
terlindung debu dan kelembapan dan temperatur yang estrim.
2. Soft Capsules
Komposisi kapsul gelatin lunak berbeda dengan kapsul gelatin keras
adalah bahwa gula diganti dengan plasticizer yang membikin lunak, 5%
gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai
plastiscizer digunakan glycerin dan sorbitol atau campuran kedua
tersebut, atau polihidris alkohol lain.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Kapsul


A. Kelebihan :
Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi.
Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa
yang tidak enak.
Bentuk kapsul mudah ditelan dibanding bentuk tablet.
Bentuknya lebih praktis dan menarik.

16
Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga
dapat segera diabsorpsi.
Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari.
Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
B. Kekurangan :
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena
pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap
lembab).
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul.
Tidak dapat diberikan untuk balita.
Tidak bisa dibagi-bagi.

2.5 Cair
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan, atau penggunaannya, tidak dimasukan dalam golongan produk
lainnya. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topical.
Formula obat berbentuk cair tidak hanya mudah ditelan tapi juga bisa diberi
tambahan rasa. Kebanyakan formula obat untuk anak dibuat dalam bentuk ini.
Beberapa jenis suplemen (seperti vitamin E) juga dibuat dalam bentuk cair agar
lebih mudah dipakai di kulit. Tetes mata atau obat batuk merupakan jenis lain
dari obat bentuk cair.

2.5.1 Macam-Macam Obat Cair


a. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan

17
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.
b. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan
Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain:
Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares
(tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae
(tetes mata).
c. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral
(juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada
kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik,
suspensi sirup kering.
d. Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat
cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan melalui mulut.

2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Cair


A. Kelebihan
Bentuk obat ini juga lebih mudah diserap di dalam saluran
pencernaan.
Lebih mudah untuk ditelan.
Kerja obat lebih cepat.
Penyerapan obat hampir sempurna.
Bioavailabilitas tinggi.

18
Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran
cerna).
Merupakan campuran homogen.
Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.
Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna dan hal ini cocok
untuk pemberian obat pada anak-anak.
Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
B. Kekurangan :
Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh Vit. C.
Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak, contoh garam ferro.
Merepotkan penderita, karena harus menyiapkan sendok.
Relatif lebih mahal daripada sediaan padat.

2.6 Suppositoria
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang
untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina
(suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya
terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal
akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap
ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran
darah. (Pembahasan kali ini khusus untuk suppositoria rektal).
Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia alternatif dari
obat-obat oral (misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat
melalui mulut). Obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum kaya
akan pembuluh darah.

2.6.1 Penggolongan Suppositoria Berdasarkan Tempat Pemberian


1. Suppositoria rectal : Suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk
berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya
berbobot lebih kurang 2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum
umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria
rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan

19
kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk
peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis
bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar
2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005).
supositoria jenis ini biasanya disebut suppositoria di pasaran.
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam
air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau
gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium
( Anonim,1995; Ansel, 2005). Suppositoria jenis ini, dipasaran
disebut sebagai ovula.
3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga
disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria
saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm,
walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya.
Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram.
Suppositoria untuk saluran urine wanita panjang dan beratnya dari
ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila
digunakan oleum cacao sebagai basisnya (Ansel, 2005).

2.6.2 Cara Menggunakan Suppositoria Rektal


Pergi ke toilet dan jika perlu kosongkan isi perut Anda (BAB).
Cuci tangan.
Buang semua foil atau plastik pembungkus suppositoria.
Lakukan dengan berjongkok atau rebah ke salah satu sisi tubuh
dengan satu kaki ditekuk dan satu kaki lainnya lurus.
Masukkan obat suppositoria dengan lembut namun tegas ke dalam
anus. Jika perlu basahi ujung suppositoria dengan sedikit air. Lalu
dorong cukup jauh sehingga suppositoria tidak keluar kembali.
Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam selama
beberapa menit.
Cuci kembali tangan.

20
Usahakan agar tidak BAB selama setidaknya satu jam, kecuali obat
suppositoria tersebut adalah jenis pencahar.

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Suppositoria


A. Kelebihan
Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena
suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian
yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005;
Syamsuni, 2005).
B. Kekurangan
Tidak menyenangkan penggunaan.
Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.

2.7 Sproi
Sproi adalah bentuk sediaan spray yang digunakan dengan cara
disemprotkan atau dihirup umumnya digunakan untuk pengobatan sesak atau
asma. Spray adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair yang terbagi sangat
halus sekali dalam gas.
Bentuk gas, antara lain :
Inhalasi
Adalah sediaan farmasi berbentuk larutan atau suspensi yang terdiri dari satu
atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran pernapasan hidung atau
mulut untuk mendapatkan efek lokal atau sistemik.
Aerosol
Adalah sediaan farmasi yang terdiri dari satu atau lebih zat aktif obat dalam
wadah kemas tekan berisi propelan yang dapat memancarkan isinya yang

21
berupa kabut hingga abis serta dapat digunakan untuk obat dalam dan obat
luar.

2.7.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Sproi


A. Kelebihan
Obat mudah dipakai, hanya dengan menekan tombol.
Obat tidak terkontaminasi dengan bahan asing atau rusak karena
kelembaban udara, karena wadah tertutup rapi dengan katup yang
rapat.
Sterilitas obat dapat dipertahankan.
Pemberian lebih mudah karena cukup dipakai sebagai lapisan tipis
dan tidak memerlukan alat/kapas untuk dioleskan pada kulit
Rasa dingin pada kulit sebagai efek cairan-gas.
Dengan formula yang tepat dan pengontrolan katup, bentuk fisik
dan ukuran partikel produk yang dipancarkan dapat diatur yang
mungkin mempunyai andil dalam efektivitas obat; contohnya,
kabut halus yang terkendali dari aerosol inhalasi.
Penggunaan aerosol merupakan proses yang bersih, sedikit tidak
memerlukan pencucian oleh pemakainya.
B. Kekurangan
Kerugian bentuk sediaan aerosol dalam bentuk MDI (Metered Dose
Inhalers) :
MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah
yang sering timbul berkaitan dengan stabilitas fisiknya.
Seringnya obat menjadi kurang efektif.
Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien
menggunakan MDI dengan baik dan benar.

2.8 Ekstrak
Ekstrak merupakan bentuk obat yang berasal dari alam berupa tanaman
obat, binatang maupun minereal (phapros). Ekstrak adalah sediaan kering/cair

22
dibuat untuk mencapai simplisia nabati/hewani menurut cara yang cocok diluar
pengaruh cahaya matahari langsung.
Salah satu obat ekstrak yaitu obat tradisional. Obat tradisional yaitu
bahan ramuan yang berupa bahan tumbuhan bahan hewan, mineral, sediaan
(galenik) atau campuran dari bahan tersebutyang secara turun-temurun yang
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (menurut Undang-
Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan).

2.8.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Ektrak


A. Kelebihan
Relatif aman dari efek samping untuk dikonsumsi dalam jangka
waktu lama.
Sesuai untuk gangguan kesehatan terutama penyakit kronik dan
degeneratif seperti hipertensi, kencing manis, rematik, asma,
penyebaran sel-sel kanker, dan lain-lain.
Metode herbal menggunakan unsur-unsur obat yang lebih alami
sehingga diharapkan tubuh lebih mudah untuk menerima dan bisa
menolerirnya.
Bisa menyembuhkan beberapa penyakit tertentu yang tidak bisa
diobati dengan cara medis.
Mengandung motivasi psikis, keyakinan, kepasrahan yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan semangat dalam berobat untuk
mencapai kesembuhan.
B. Kekurangan
Membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan khasiat obat
sehingga harus dikonsumsi secara rutin.
Sulit mendapatkan bahan dasar obat yang dimaksud jika harus
dalam bentuk segar (untuk mengurangi masalah ini sekarang telah
dibuat dalam berbagai ekstrak).
Khasiat obat yang membutuhkan waktu relatif lama, maka tidak
dianjurkan untuk gangguan kesehatan yang gawat darurat. Misal
asma pada keadaan serangan, jantung saat serangan, perdarahan,

23
patah tulang, infeksi yang membutuhkan penanganan cepat, dan
lain-lain.
Membutuhkan motivasi tinggi karena jalan yang ditempuh kurang
familier di kalangan masyarakat umum.
Bahan baku belum standar. Perlu tau obat itu telah diuji/ terpercaya
dan dikonsulkan terhadap dokter terlebih dahulu atau tidak.
Bersifat higroskopis serta volumines.
Belum dilakukan uji klinik.
Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

2.9 Salep
Ointment atau salep adalah sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Yang termasuk dalam golongan sediaan salep ialah :
1. Cream 3. Cerata
2. Pasta 4. Jelly
Cream : Suatu salep yang mengandung banyak air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air.
Pasta : Suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal, keras biasanya tidak meleleh pada suhu badan, jadi
merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang di beri.
Cerata : Cerates adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase
tinggi lilin (waxes), hingga konsistensi jadi lebih keras.
Contoh : Ceratum Labiale (CMN).
Jelly : Suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin (wax), dipergunakan terutama pada membrana mukosa,
sebagai pelicin atau basis, biasanya teridiri campuran sederhana dari
minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Washable Jelly
mengandung mucilagines, misalnya: gom, tragacanth, amylum.
Contoh : Starch jellies (10% amylum dengan air mendidih)

24
2.9.1 Fungsi Salep
Salep berfungsi sebagai :
a. Pembawa (vehicle) substansi obat untuk pengobatan kulit.
b. Pelumas (emollient) pada kulit.
c. Pelindung (protektif) untuk mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan air dan rangsangan terhadap kulit.

2.9.2 Kualitas Dasar


a. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatilitas, tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembapan aman.
b. Lunak, semua zat yang berada dalam salep harus berada dalam
keadaan halus, seluruh produk harus lunak dan homogen.
c. Mudah dipakai.
d. Dasar salep yang cocok.
e. Dapat terdistribusi merata.

2.9.3 Klasifikasi Salep


Klasifikasi salep berdasarkan komposisi dasar salep:
1. Dasar salep berminyak
Contoh dasar salep berminyak :
a. Vaselin (Petrolatum).
b. Parafin liquidum.
c. Parafin dan Jelene.
d. Minyak tumbuh-tumbuhan, silikon.
2. Dasar salep absorbsi
Contoh dasar salep absorbsi :
a. Adeps lane
b. Hydrohylic petrolatum:
R/ White petrolatum 86%
White wax 8%
Stearlyl alcohol 3%
Kholesterol 3%

25
Adanya kholesterol, maka dasar salep merupakan tipe emuls A/M,
sukar dihilangakan dari kulit.
3. Dasar salep tercuci
Contoh dasar salep tercuci :
Polyethylene glycol ointment USP
R/ Polyethylene glycol 4.000 40%
Polyethylene glycol 400 60%
- merupakan dasar salep anhydrous, larut dalam air dan mudah
tercuci.
4. Dasar salep emulsi
Contoh dasar salep emulsi :
a. Dasar salep emulsi tipe A/M seperti : Lanolin dan Cold cream.
b. Dasar salep emulsi tipe M/A seperti :
i. Hydrophilic ointment.
ii. Vanishing cream :
R/ Cetyl alkohol 1
Stearic acid 9
Pot. hydroxide 0,5
Propylene glycol 5,0
Aqua ad 100
iii. Emulsifying ointment B.P.
R/ Emulsifying wax 300
White soft parafin 500
Liquid Paraffinum 200
Emulsifying wax
R/ Cetostearyl alkohol 90
Sod. lauryl sulfate 10
Purified water 4 ml.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa obat
merupakan suatu zat tunggal atau campuran yang digunakan untuk bagian
dalam maupun untuk untuk pencegahan,diagnosa dan pengobatan. Beberapa
jenis obat secara khusus antara lain obat baru, obat esensial, obat generik, obat
jadi, obat paten, obat asli, dan obat tradisional. Sediaan obat juga terdiri dari
berbagai macam ada yang dalam bentuk padat, setengah padat, cairan, dan gas.
Adanya bentuk sediaan obat juga membantu pasien dalam mengkonsumsi obat
seperti menutupi rasa pahit obat dengan penggunaan kapsul.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Moh. Anief, Apt. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-obat-dan-penggolongan-
obat.html

http://www.medrec07.com/2015/01/pengertian-obat-secara-umum-dan-khusus.html

http://dokumen.tips/documents/makalah-penggolongan-obat.html
http://www.klikparu.com/2014/06/obat-aerosol.html

28

Vous aimerez peut-être aussi