Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BENTUK-BENTUK OBAT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Anggita Dewi Saputri (201601067)
2. Arif Kartiko Utomo (201601069)
3. Naila Fitrotul Hidayah (201601097)
4. Pifit Putri Sri Mariani (201601103)
5. Saputro Mukti Wicaksono (201601112)
6. Silvia Rian Pratiwi (201601115)
7. Tazkiyah Aunun N. A. (201601118)
8. Yoga Sukma Darmawan (201601121)
TINGKAT : 1 B ( SEMESTER II )
2
Saputro Mukti Wicaksono
5.
NIM : 201601112
Tazkiyah Aunun N. A.
7.
NIM : 201601118
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Farmakologi yang berjudul Bentuk-Bentuk Obat dengan baik. Shalawat serta
salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Farmakologi dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang macam-macam
bentuk, penggunaan, serta kelebihan dan kekurangan dari obat tablet, kaplet, kapsul,
cair, suppositoria, sproi, ekstrak, dan salep, yang disajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang
sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan
datang menjadi lebih baik.
Terima kasih
Penyusun
4
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 8
5
2.7 Sproi .................................................................................................................... 21
2.7.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Sproi ............................................ 22
2.8 Ekstrak ................................................................................................................ 22
2.8.1 Kelebihan dan Kekurangan Dari Obat Ekstrak ........................................ 23
2.9 Salep .................................................................................................................... 24
2.9.1 Fungsi Salep ............................................................................................. 25
2.9.2 Kualitas Dasar .......................................................................................... 25
2.9.3 Klasifikasi Salep ....................................................................................... 25
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.2.9 Apa yang dimaksud dengan obat ekstrak ?
1.2.10 Apa yang dimaksud dengan obat salep ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui bentuk-bentuk obat
beserta kelebihan dan kekurangan dari obat tablet, kaplet, kapsul, cair,
suppositoria, sproi, ekstrak, dan salep.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Farmakologi.
b. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian serta
penggolongan/klasifikasi obat.
c. Agar mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk obat.
d. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami macam-macam,
kegunaan, kelebihan dan kekurangan dari setiap bentuk-bentuk obat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Obat asli : Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-
bahan alamiah, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
Obat tradisional: Obat tradisional adalah obat yang didapat dari
bahan alam, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
10
Bentung setengah padat; misalnya salep mata (occulenta), gel, cerata,
pasta, krim, salep (unguetum).
Bentuk padat; contohnya, supositoria, kapsul, pil, tablet, dan serbuk.
Tablet Kaplet
Kapsul Cair
Suppositoria
11
Sproi/Aerosol
Ekstrak Salep
2.2 Tablet
Compressi/Tabulae atau yang biasa disebut tablet adalah sediaan padat
yang berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dibuat dengan
menggempa atau mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa zat
tambahan. Pengemasan tablet dapat bermacam-macam yaitu :
a. Aluminium strip
b. Blister
c. Foil pack
12
c. Bahan penghancur (disintegrator), dimaksudkan agar tablet dapat hancur
dalam perut.
d. Bahan pelicin (lubricant), dimaksudkan agar tablet tidak melekat pada
cetakan (matrys).
13
1. Tablet bersalut gula. Contoh : Pahezon, Arcalion.
2. Tablet bersalut film (film coated tablet)
3. Tablet salut tekan (pres coating tablet)
4. Tablet salut entrik (enteric coating). Contoh : Voltaren 50 mg,
Enzymfort
14
Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas
bagus dan dapat dibawa kemana-mana, bentuknya kompak,
fleksibel dan mudah pemberiannya.
Tablet tidak mengandung alkohol.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
B. Kekurangan :
Warnanya cenderung memberikan bahaya.
Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak
untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut
adalah permen.
Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.
2.3 Kaplet
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan
lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini
selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari
pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari keasaman
lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa
cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
15
2.4 Kapsul
Kapsul adalah sediaan obat yang terbungkus dalam suatu cangkang.
cangkang dibuat dari metilselulosa, gelatin atau bahan lain yang cocok.
Kapsul harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Keseragaman bobot.
b. Keseragaman isi berkhasiat.
c. Waktu hancur kapsul.
d. Waktu larut.
16
Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga
dapat segera diabsorpsi.
Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari.
Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
B. Kekurangan :
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena
pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap
lembab).
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul.
Tidak dapat diberikan untuk balita.
Tidak bisa dibagi-bagi.
2.5 Cair
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan, atau penggunaannya, tidak dimasukan dalam golongan produk
lainnya. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topical.
Formula obat berbentuk cair tidak hanya mudah ditelan tapi juga bisa diberi
tambahan rasa. Kebanyakan formula obat untuk anak dibuat dalam bentuk ini.
Beberapa jenis suplemen (seperti vitamin E) juga dibuat dalam bentuk cair agar
lebih mudah dipakai di kulit. Tetes mata atau obat batuk merupakan jenis lain
dari obat bentuk cair.
17
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.
b. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan
Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain:
Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares
(tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae
(tetes mata).
c. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral
(juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada
kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik,
suspensi sirup kering.
d. Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat
cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan melalui mulut.
18
Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran
cerna).
Merupakan campuran homogen.
Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.
Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna dan hal ini cocok
untuk pemberian obat pada anak-anak.
Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
B. Kekurangan :
Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh Vit. C.
Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak, contoh garam ferro.
Merepotkan penderita, karena harus menyiapkan sendok.
Relatif lebih mahal daripada sediaan padat.
2.6 Suppositoria
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang
untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina
(suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya
terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal
akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap
ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran
darah. (Pembahasan kali ini khusus untuk suppositoria rektal).
Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia alternatif dari
obat-obat oral (misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat
melalui mulut). Obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum kaya
akan pembuluh darah.
19
kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk
peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis
bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar
2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005).
supositoria jenis ini biasanya disebut suppositoria di pasaran.
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam
air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau
gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium
( Anonim,1995; Ansel, 2005). Suppositoria jenis ini, dipasaran
disebut sebagai ovula.
3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga
disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria
saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm,
walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya.
Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram.
Suppositoria untuk saluran urine wanita panjang dan beratnya dari
ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila
digunakan oleum cacao sebagai basisnya (Ansel, 2005).
20
Usahakan agar tidak BAB selama setidaknya satu jam, kecuali obat
suppositoria tersebut adalah jenis pencahar.
2.7 Sproi
Sproi adalah bentuk sediaan spray yang digunakan dengan cara
disemprotkan atau dihirup umumnya digunakan untuk pengobatan sesak atau
asma. Spray adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair yang terbagi sangat
halus sekali dalam gas.
Bentuk gas, antara lain :
Inhalasi
Adalah sediaan farmasi berbentuk larutan atau suspensi yang terdiri dari satu
atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran pernapasan hidung atau
mulut untuk mendapatkan efek lokal atau sistemik.
Aerosol
Adalah sediaan farmasi yang terdiri dari satu atau lebih zat aktif obat dalam
wadah kemas tekan berisi propelan yang dapat memancarkan isinya yang
21
berupa kabut hingga abis serta dapat digunakan untuk obat dalam dan obat
luar.
2.8 Ekstrak
Ekstrak merupakan bentuk obat yang berasal dari alam berupa tanaman
obat, binatang maupun minereal (phapros). Ekstrak adalah sediaan kering/cair
22
dibuat untuk mencapai simplisia nabati/hewani menurut cara yang cocok diluar
pengaruh cahaya matahari langsung.
Salah satu obat ekstrak yaitu obat tradisional. Obat tradisional yaitu
bahan ramuan yang berupa bahan tumbuhan bahan hewan, mineral, sediaan
(galenik) atau campuran dari bahan tersebutyang secara turun-temurun yang
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (menurut Undang-
Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan).
23
patah tulang, infeksi yang membutuhkan penanganan cepat, dan
lain-lain.
Membutuhkan motivasi tinggi karena jalan yang ditempuh kurang
familier di kalangan masyarakat umum.
Bahan baku belum standar. Perlu tau obat itu telah diuji/ terpercaya
dan dikonsulkan terhadap dokter terlebih dahulu atau tidak.
Bersifat higroskopis serta volumines.
Belum dilakukan uji klinik.
Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
2.9 Salep
Ointment atau salep adalah sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Yang termasuk dalam golongan sediaan salep ialah :
1. Cream 3. Cerata
2. Pasta 4. Jelly
Cream : Suatu salep yang mengandung banyak air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air.
Pasta : Suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal, keras biasanya tidak meleleh pada suhu badan, jadi
merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang di beri.
Cerata : Cerates adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase
tinggi lilin (waxes), hingga konsistensi jadi lebih keras.
Contoh : Ceratum Labiale (CMN).
Jelly : Suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin (wax), dipergunakan terutama pada membrana mukosa,
sebagai pelicin atau basis, biasanya teridiri campuran sederhana dari
minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Washable Jelly
mengandung mucilagines, misalnya: gom, tragacanth, amylum.
Contoh : Starch jellies (10% amylum dengan air mendidih)
24
2.9.1 Fungsi Salep
Salep berfungsi sebagai :
a. Pembawa (vehicle) substansi obat untuk pengobatan kulit.
b. Pelumas (emollient) pada kulit.
c. Pelindung (protektif) untuk mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan air dan rangsangan terhadap kulit.
25
Adanya kholesterol, maka dasar salep merupakan tipe emuls A/M,
sukar dihilangakan dari kulit.
3. Dasar salep tercuci
Contoh dasar salep tercuci :
Polyethylene glycol ointment USP
R/ Polyethylene glycol 4.000 40%
Polyethylene glycol 400 60%
- merupakan dasar salep anhydrous, larut dalam air dan mudah
tercuci.
4. Dasar salep emulsi
Contoh dasar salep emulsi :
a. Dasar salep emulsi tipe A/M seperti : Lanolin dan Cold cream.
b. Dasar salep emulsi tipe M/A seperti :
i. Hydrophilic ointment.
ii. Vanishing cream :
R/ Cetyl alkohol 1
Stearic acid 9
Pot. hydroxide 0,5
Propylene glycol 5,0
Aqua ad 100
iii. Emulsifying ointment B.P.
R/ Emulsifying wax 300
White soft parafin 500
Liquid Paraffinum 200
Emulsifying wax
R/ Cetostearyl alkohol 90
Sod. lauryl sulfate 10
Purified water 4 ml.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa obat
merupakan suatu zat tunggal atau campuran yang digunakan untuk bagian
dalam maupun untuk untuk pencegahan,diagnosa dan pengobatan. Beberapa
jenis obat secara khusus antara lain obat baru, obat esensial, obat generik, obat
jadi, obat paten, obat asli, dan obat tradisional. Sediaan obat juga terdiri dari
berbagai macam ada yang dalam bentuk padat, setengah padat, cairan, dan gas.
Adanya bentuk sediaan obat juga membantu pasien dalam mengkonsumsi obat
seperti menutupi rasa pahit obat dengan penggunaan kapsul.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Moh. Anief, Apt. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-obat-dan-penggolongan-
obat.html
http://www.medrec07.com/2015/01/pengertian-obat-secara-umum-dan-khusus.html
http://dokumen.tips/documents/makalah-penggolongan-obat.html
http://www.klikparu.com/2014/06/obat-aerosol.html
28