Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
timbul dari kegiatan pendanaan eksternal dengan sumber dana dari utang (debt
perlakuan tersebut adalah perbedaan pengakuan biaya yang timbul dari kegiatan
pendanaan. Biaya yang timbul dari debt financing (biaya bunga) dapat diakui
sebagai biaya fiskal (sesuai UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1). Sedangkan
biaya yang timbul dari equity financing (dividen) tidak dapat diakui sebagai
biaya bunga sebagai biaya fiskal sedangkan dividen tidak dapat diakui sebagai
biaya fiskal. Biaya fiskal (biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
dengan biaya fiskal yang besar, maka pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
berkurang. Biaya bunga diakui sebagai biaya fiskal karena biaya bunga
1
(cost of doing business). Sedangkan dividen pada dasarnya merupakan
pembagian laba (dividen dibagikan kepada pemilik atau pemegang saham jika
perusahaan memperoleh laba sesudah pajak yang positif), sehingga tidak dapat
daripada equity financing. Hal tersebut dikenal dengan istilah debt bias. Debt
memperoleh insentif pajak (berupa pengakuan biaya bunga yang besar sebagai
biaya fiskal). Dengan biaya fiskal yang besar, maka Penghasilan Kena Pajak
beberapa peneliti (Slemrod, 2009; Lloyd, 2009; Keen dan Others, 2010;
Hemmelgarn dan Nicodeme, 2010) menilai bahwa debt bias bukan merupakan
penyebab utama krisis keuangan, tetapi debt bias menyebabkan debt financing
lebih disukai perusahaan, sehingga jika ada banyak perusahaan memiliki utang
besar dan jatuh tempo pada saat krisis, maka debt bias dapat memperparah
krisis.
2
Ketiga, debt bias membuka peluang bagi perusahaan untuk menurunkan
laba yang dilaporkan (reported profit) di laporan keuangan (De Moijj, 2011).
sehingga batas antara utang dengan ekuitas menjadi kurang jelas. Hal tersebut
memanfaatkan pengakuan biaya bunga sebagai biaya fiskal sebagai salah satu
fungsi utang bukan hanya sebagai sumber pendanaan saja tetapi juga sebagai
sarana untuk menekan beban pajak. Praktik menekan beban pajak dengan
anak dengan pinjaman dari perusahaan induk, hal tersebut dilakukan untuk
memperoleh manfaat pajak dari biaya bunga. Dengan mengakui setoran modal
dari perusahaan induk sebagai utang, maka bunga yang dibayar oleh
dividen, sehingga muncul istilah dividen terselubung. Dari uraian tersebut, maka
3
dapat disimpulkan bahwa thin capitalization merupakan metoda yang digunakan
berbagai negara sebagai sarana untuk menekan beban pajak. MNC menekan
beban pajak dengan cara mendanai perusahaan anak dengan utang (jika
perusahaan anak berlokasi di negara dengan tarif pajak penghasilan yang tinggi)
dan mendanai perusahaan anak dengan ekuitas (jika perusahaan anak berlokasi
pemegang saham lama mungkin saja menolak rencana tersebut, karena mereka
saham memperoleh return yang tidak tetap atas investasi yang mereka tanamkan
pajak yang positif) dan memperoleh prioritas terakhir dalam pembagian aset
berhak memperoleh return yang tetap atas investasi yang mereka tanamkan ke
4
kerugian) dan memperoleh prioritas pertama dalam pembagian aset perusahaan
Pasal 18 ayat (1) tentang perbandingan antara utang dan ekuitas/modal (DER).
ini.
dalam KMK tersebut ditetapkan sebesar 3,0 atau 3:1 atau 300%. Namun
kebijakan tersebut dicabut sejak 8 Maret 1985 dengan diterbitkannya KMK No.
254/KMK.01/1985.
Indonesia (perusahaan tertutup) yang memiliki DER diatas batasan DER yang
ditetapkan dalam KMK (misal diatas 3,0) memilih untuk melakukan IPO
5
IPO, maka perusahaan tersebut akan kesulitan untuk mendanai ekspansi usaha
IPO, maka perusahaan memiliki alternatif pilihan sumber pendanaan yang lebih
banyak (private debt financing, public debt financing, dan equity financing).
dan Industri Indonesia (KADIN) merupakan salah satu pihak yang menolak
kebijakan ini. Argumentasi yang digunakan oleh pihak KADIN untuk menolak
kebijakan ini adalah karena kebijakan ini dinilai dapat memperburuk iklim
6
telah mengikuti batasan DER yang ditetapkan oleh perbankan, yaitu sebesar 2,33
(utang 70% dan ekuitas 30%). Batasan DER tersebut diklaim kalangan dunia
tren suku bunga saat ini yang tengah menurun dan tidak terkait dengan
dinilai kerap berutang dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu pendek.
Sofjan Wanandi, merupakan salah satu pihak yang menyetujui kebijakan ini
kebijakan pembatasan DER jangan terlalu kaku, mengingat saat ini sebagian
segi pendanaan.
7
mata uang asing berpotensi menciptakan instabilitas keuangan dan
mendalami jumlah sektor yang akan diatur, apakah cukup dua sektor, yaitu
sektor keuangan (perbankan) dan sektor rill atau lebih dari dua sektor.
terhadap modal bank. BMPK ditetapkan maksimum sebesar 20% dari modal
bank (30% untuk perusahaan yang listing di Bursa Efek di Indonesia dengan
porsi kepemilikan publik sebesar 40% yang wajib dipertahankan sampai kredit
lunas (Paket Kebijakan Perbankan April 2008). Dengan besar BMPK 20%,
maka perusahaan dapat mengoperasikan aset sebesar Rp5 dengan dana Rp1 yang
berasal dari ekuitas dan sisanya (Rp4) didanai oleh utang. Kedua, rata-rata DER
bisnis yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka memiliki struktur modal yang
8
perumusan kebijakan pembatasan DER. Jika rata-rata DER perusahaan terbuka
lebih rendah dari DER yang ditetapkan, maka mungkin saja thin capitalization
dikalikan dengan tarif PPh Badan yang berlaku. Peningkatan penerimaan pajak
bagi Pemerintah, dengan kata lain, merupakan peningkatan beban pajak bagi
yang ditetapkan sebesar 3,0 (sesuai KMK tahun 1984), maka perusahaan perlu
mengoperasikan aset sebesar Rp5. Jika batasan DER yang ditetapkan mengikuti
besar BMPK (4,0), maka perusahaan mampu mengoperasikan aset sebesar Rp5,
dengan ekuitas hanya sebesar Rp1 dan utang sebesar Rp4, sehingga dapat
9
1.2 Rumusan Masalah
sehingga besar batasan DER yang ditetapkan juga harus berbeda. Hal
10
pokok dan bunga pinjaman (kredit macet), maka operasional bank
menjadi terganggu.
kekurangan dana untuk ekspansi usaha dan memiliki DER diatas yang
di negara dengan tarif pajak yang tinggi) dan dengan equity financing
rendah).
11
penerimaan pajak. Namun sampai saat ini, masih banyak perusahaan
pada besar batasan DER yang ditetapkan. Jika besar batasan DER yang
mengklaim biaya bunga yang lebih besar. Sebaliknya, jika besar batasan
DER yang ditetapkan lebih ketat dari rata-rata pasar dan/atau ketentuan
12
ekspansi usaha, maka perusahaan akan mengajukan kredit atau
perusahaan terbuka di sektor yang sama atau tidak berbeda jauh dari
yang sama.
13
Bruto (PDB). Investasi (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
batasan DER yang ditetapkan sebesar 3,0 (sesuai KMK tahun 1984),
Rp1 dan utang sebesar Rp4, sehingga dapat dikatakan bahwa pembatasan
yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah ekuitas yang sama
besar.
mengalami disinsentif pajak (yaitu sebesar biaya bunga yang tidak dapat
14
asumsi daya beli masyarakat konstan), yang pada akhirnya menurunkan
seluruh biaya bunga dapat diakui sebagai biaya fiskal) dan membatasi
15
1.3 Tujuan Penelitian
meneliti alternatif batasan DER yang dapat digunakan sebagai batasan DER
dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK). Penelitian ini juga bertujuan untuk
pada penerimaan PPh Badan dan praktik thin capitalization, dan untuk meneliti
antara lain:
16
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan pengembangan
Penelitian ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai literatur dan teori yang digunakan peneliti
dalam penelitian.
populasi dan sampel penelitian, sumber data penelitian, metoda analisis, dan
alat analisis.
Bab ini berisi uraian dan penjelasan tentang gambaran umum hasil
Bab V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian yang berisi kesimpulan
Daftar Pustaka
17