Vous êtes sur la page 1sur 40

1

LAPORAN SEMINAR KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.SP
DENGAN GANGGUAN IDENTITAS PRIBADI
DI RUANG BIMA RSUD BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN JIWA

Oleh:
Catur Priyo Saputro (I4B016073)
Diah Ayu I (I4B016105)
Didi Aprianto (I4B016085)
Eike Irliana (I4B016091)
Indah Purwati (I4B016055)
IbrohimHalilintar (I4B016075)
Suratmi (I4B016102)
Wigati (I4B016067)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2017
2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. SP DENGAN GANGGUAN IDENTITAS


PRIBADI DI RUANG BIMA RSUD BANYUMAS

MASALAH UTAMA: WAHAM CURIGA


BAB I. TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI DIAGNOSA MENURUT NANDA
Gangguan identitas pribadi adalah ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri
yang utuh dan komplit.
Batasan Karakteristik:
1. Deskripsi waham tentang diri sendiri
2. Gangguan citra tubuh
3. Gangguan hubungan
4. Kebingungan gender
5. Kebingungan tentang nilai budaya
6. Kebingungan tentang ideologis
7. Kebingungan tentang tujuan
8. Ketidakefektifan koping
9. Ketidakefektifan perfoma peran
10. Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal
11. Perasaan aneh
12. Perasaan kosong
13. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
14. Perilaku tidak konsisten
Faktor yang berhubungan:
1. Agen farmaseutikal
2. Disfungsi proses keluarga
3. Diskriminasi
4. Gangguan kepribadian disosiatif
5. Gangguan manik
6. Gangguan otak organik
7. Gangguan psikiatrik
8. Harga diri rendah
9. Indoktrinasi pemujaan
10. Ketidaksesuaian budaya
3

11. Krisis situasi


12. Pemajanan zat kimia toksik
13. Perubahan peran sosial
14. Prasangka
15. Tahap perkembangan
16. Transisi perkembangan

B. WAHAM
1. Definisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Azis R, dkk, 2003). Sedangkan menurut Keliat (2009)
waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
2. ETIOLOGI
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak.
Menurut Kusumawati (2010) yaitu:
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilik dan
menilai terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berrespon terganggu, tampak dari perilaku non verbal (ekspresi dan bahasa
tubuh) dan perilaku verbal ( penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas, umumnya ditemukan pasa skizofrenia.
d. Gangguan primer skizofrenia (bluer), yaitu gangguan asosiasi efek ambivalen,
autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
e. Gejala sekunder: halusinasi,waham,gangguan daya ingat.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Genetik: diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis: adanya gangguan pada korteks pre frontal dan limbik.
c. Neurotransmiter: abnormalitas pada dopamin, serotonin, glutamat.
d. Virus: paparan virus influensa pada trimester ketiga.
4

e. Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

4. FAKTOR PRESIPITASI
a. Proses pengolahan informasi berlebihan.
b. Mekanisme hantaran listrilabnormal.
c. Adanya gejala pemicu.

5. KLASIFIKASI
a. Waham agama, yaitu keyakinan terhadap suatu keyakinan agama secara
berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran, keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya mempunyai
kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham somatik, keyakinan seseorang bahwa tubuhatau sebagian tubuhnya
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
d. Waham curiga, keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan secara berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Waham sisip pikir,
f. Waham nihilistik, keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan secara berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
g. Waham sias pikir, yaitu meyakini bahwa orang lain mengetahui apa yang ia
butuhkan walaupun ia tidak mengatakannya pada orang tersebut.

6. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut Yosep (2009) proses terjadinya waham meliputi 6 fase,yaitu:
a. Fase human of need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien
5

dengan sosial ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realita dengan self
ideal sangat tinggi.
b. Fase lake of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dan self reality ( kenyataan dan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui batas
kemampuannya.
c. Fase kontrol internal eksternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang diyakini apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi bagi klien menghadapi kenyataan adalah sesuatu yang berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya.
d. Fase environment suppot
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung,lama kelamaan klien mengangggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang.
e. Fase composting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.
f. Fase impoving
Apabila tidak ada upaya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Waham berifat menetap dan sulit dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
6

7. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran
1. Persepsi kuat 1. Ilusi 1. Sulit berespon
2. Emosi konsisten 2. Reaksi emosi 2. Emosi
dengan pengalaman berlebihan 3. Perilaku kacau
3. Perilaku sesuai
4. Berhubungan sesuai

8. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Azis (2003) tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan
waham,yaitu:
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulangkali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
c. Curiga.
d. Bermusuhan.
e. Merusak diri, orang lain, lingkungan.
f. Takut, sangat waspada.
g. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas.
h. Ekpresi wajah tegang.
i. Mudah tersinggung.

9. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
1) Litium karbonat, indikasi untuk mengatasi episode waham dari gangguan
bipolar.
2) Haloperidol, indikasi untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat
padaanak-anak yang sering membangkang dan eksplosif.
3) Karbamazepin, indikasi untuk obat antikonvulsan.
4) Antipsikotiklow potensial, indikasi untuk mengurangi dan menghentikan
agitasi untuk pengamanan pasien.
7

b. Non farmakologi
1) ECT
2) Psikoterapi: terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi
suportif.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian, data yang harus dikaji:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
DS: klien memberi kata-kata ancaman,mengatakan benci atau kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah, melukai/merusak barang-barang dan tidak
mampu mengendalikan diri.
DO: Mata merah, wajah agak marah, nada suara tinggi dan keras, bicara
mengusai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-
barang.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
DS: Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik.
DO: Flight of idea, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar,
kontak mata kurang.
c. Perubahan isi pikir.
DS: Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulangkali secara berlebihan tapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
DO: Klien tidak mempunyai orang lain, curiga, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
d. Gangguan harga diri rendah.
DS: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tau apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
DO: Klien terlihat lebih suka menyendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencedarai diri/ingin mengakhiri hidup.

2. Diagnosa keperawatan menurut NANDA


a. Gangguan identitas pribadi
8

b. Ketidakefektifan koping
c. Ansietas
d. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

3. Perencanaan keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Gangguan identitas Identitas (1202) Manajemen delusi (6450)
pribadi Indicator Target 1) Bina hubungan saling
Menyatakan 4 percaya dan hubungan
penguatan atas interpersonal dengan
identitas pribadi pasien
Menunjukkan 4s 2) Beri kesempatan pasien
perilaku verbal untuk mendiskusikan
dan nonverbal delusi dengan pemberi
yang selaras perawatan
mengenai diri 3) Hindari mendebat
Menyatakan 4 mengenai kepercayaan
perasaan yang yang salah,
jelas tentang menyatakan keraguan
identitas diri atau fakta
4) Fokuskan diskusi pada
perasaan pasien dari
pada isi delusi
5) Sediakan rasa nyaman
6) Hindari mendukung ide
delusi
7) Bantu pasien untuk
indektifikasi situasi
dimana pasien secara
sosial dapat diterima
untuk mendiskusikan
delusi
9

8) Monitor kemampuan
perawatan diri
9) Monitor delusi untuk
mengetahui isi delusi
yang membahayakan
diri atau kekerasan
10) Jamin keamanan pasien
11) Jaga rutinitas harian
secara konsisten
12) Berikan obat
antipsikotik dan obat
anti cemas secara rutin
13) Ajarkan keluarga
mengenai cara-cara
mengatasi pasien yang
mengalami delusi
Ketidakefektifan Koping (1302) Peningkatan Koping (5230)
koping Indicator Target 1) Bantu pasien dalam
Melaporkan 4 mengidentifikasi tujuan
pengurangan stres jangka pendek dan
Menyatakan 4 jangka panjang
penerimaan 2) Bantu pasien untuk
terhadap situasi menyelesaikan masalah
Adaptasi 4 dengan cara yang
perubahan hidup konstruktif
Menggunakan 4 3) Berikan penilaian
sistim dukungan (kemampuan)
personal penyesuaian pasien
terhadap perubahan
dalam citra tubuh
4) Berikan penilaian
mengenai dampak dari
situasi kehidupan pasien
10

terhadap peran dan


hubungan
5) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
memberikan jaminan
6) Berikan suasana
penerimaan
7) Evalusai kemampuan
pasien dalam membuat
keputusan
8) Dukung kemampuan
mengatasi situasi secara
berangsur-angsur
9) Dukung aktivitas social
dan komunitas
10) Dukung keterlibatan
keluarga
Ansietas Tngkat kecemasan (1211) Pengurangan kecamasan
Indicator Target (5820)
Tingkat 4 1) Gunakan pendekatan
kecemasan yang tenang dan
Perasaan gelisah 4 meyakinkan
Wajah tegang 4 2) Nyatakan dengan jelasa
Tidak bisa 4 harapan terhadap
mengambil perilaku klien
keputusan 3) Pahami situasi krisis
Kesulitan 4 yang terjadi dari
berkonsetrasi perspektif klien

Menarik diri 4 4) Dorong keluarga untuk

Gangguan tidur 4 mendampingi klien


dengan cara yang tepat
5) Dengarkan klien
6) Dukung penggunaan
11

mekanisme koping yang


sesuai
7) Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
Resiko perilaku Menahan diri dari kemarahan Bantu kontrol marah (4640)
kekerasan terhadap (1410) 1) Bangun rasa percaya
orang lain Indicator Target dan hubungan yang
Mengidektifikasi 4 dekat dengan pasien
kapan marah 2) Tentukan harapan
Mengidektifikasi 4 mengenai tingkah laku
alasan perasaan yang tepat dalam
marah mengekspresikan
Menggunakan 4 perasaan marah
strategi untuk 3) Monitor potensi agresif
mengendalikan yang diekspresikan
marah dengan cara yang tidak
tepat
4) Cegah menyakiti secara
fisik jika marah
diarahkan pada diri dan
orang lain
5) Berikan pendidikan
mengenai metode untuk
mengatur pengalaman
emosi
6) Berikan obat-obatan
oral secara tepat
7) Bantu pasien
mengidentifikasi
sumber dari kemarahan
8) Identifikasi bersama
pasien keuntungan dari
12

ekspresi kemarahan
dengan perilaku adaptif
dan tanpa kekerasan
13

BAB II. GAMBARAN KASUS


I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas pasien
Inisial : Ny. SP
Umur : 28 tahun
Alamat : Ayam Alas RT 01 RW 02 Kroya Cilacap
Pendidikan : SD
No RM : 806424
Tanggal pengkajian : 28 Agustus 2017
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. EW
Umur : 35 tahun
Hubungan keluarga : suami

B. ALASAN MASUK
Pasien datang ke RSU Banyumas diantar oleh keluarganya pada tanggal 28
Agustus 2017 jam 12.30 WIB dengan keluhan tadi pagi mengamuk dan marah-
marah. Selama 3 bulan terakhir pasien sudah mengamuk 3 kali, terjadi perubahan
tingkah laku pasien berupa emosi labil dan kadang menangis tanpa sebab. Pasien
riwayat melahirkan 7 bulan yang lalu.

C. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mendengar informasi dari tetangga bahwa suaminya selingkuh tetapi
informasi tersebut belum tentu benar

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu.
2. Pasien tidak pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dari keluarga, dan lingkungan.
Masalah keperawatan: tidak ada.
3. Dari anggota keluarganya ada yang pernah mengalami gangguan jiwa, yaitu
kakak pasien dengan gejala suka menyendiri dan bicara sendiri.
Masalah keperawatan: ketidakmampuan koping keluarga
14

4. Di masa yang lalu pasien tidak mempunyai pengalaman yang tidak


menyenangkan, pasien bersyukur dengan keadaan yang ada.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

E. TANDA FISIK
1. Tanda vital: TD 110/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36,40C, Respirasi
20x/menit
2. TB 158 cm, BB 50 kg
3. Pasien tidak mengalami keluhan secara fisik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan: : pasien
: garis perkawinan
: garis keturunan
: serumah
X : meninggal
Pasien merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Pasien tinggal
bersama suaminya dan kedua anaknya tetapi suami pasien bekerja di luar
negeri. Pasien mengasuh kedua anaknya sendiri.
Masalah keperawatan: ketidakefektifan koping
15

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan menerima keadaan tubuhnya dan tidak rendah diri
dengan apa yang dimilikinya saat ini tetapi pasien merasa sudah tidak
muda lagi sehingga menganggap suami selingkuh dengan wanita yang
lebih muda dari dirinya.
b. Identitas
Pasien mengetahui bahwa pasien bernama Ny. SP dan alamatnya di
Kroya. Pasien mengetahui bahwa jenis kelaminnya perempuan, pasien
mengatakan puas dengan statusnya yang sudah menikah dan
merupakan ibu dari dua orang anak.
c. Peran
Pasien mengatakan sebelum di rawat tinggal bersama dua orang
anaknya. Suaminya sudah kurang lebih 10 tahun bekerja di luar negeri
dan pulang setahun sekali. Pasien mengatakan bersyukur dengan
kondisi dan profesinya sebagai ibu rumah tangga sekarang.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan tidak mempunyai keinginan yang belum tercapai.
Pasien bersyukur dengan kondisi yang ada. Namun sebenarnya pasien
ingin suaminya bekerja di Kroya saja agar bisa hidup bersama
sebagaimana rumah tangga seutuhnya.
e. Harga diri
Pasien merasa kecewa karena suaminya selingkuh dengan orang lain.
Pasien merasa bahwa dirinya sudah memenuhi kewajiban sebagai istri
dan ibu yang baik bagi anak-anaknya.
Masalah keperawatan: ketidakefektifan koping, harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Pasien mengatakan bahwa orang yang paling berarti adalah suaminya.
b. Pasien mengatakan mengikuti arisan yang ada di daerahnya.
c. Pasien mengatakan dapat berhubungan dengan orang lain seperti biasa.
Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mau menceritakan masalah
yang dialami karena itu merupakan masalah pribadi.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
16

4. Spiritual
a. Pasien mengatakan beragama Islam, mengetahui bahwa Tuhannya
adalah Allah.
b. Pasien mengatakan selalu mengerjakan sholat lima waktu.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien tampak cukup rapi, baju dan tubuh bersih, serta tidak berbau. Cara
berpakaian tepat dan sesuai.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan intonasi sedang dan jelas. Saat dilakukan pengkajian
pasien hanya menjawab pertanyaan yang diajukan perawat. Pasien dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan dan mengerti isi pembicaraan yang
diajukan lawan bicara.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
Pasien tampak lesu dan banyak tiduran di tempat tidur.
Masalah kperawatan: gangguan identitas pribadi
4. Alam perasaan
Pasien merasa sedih karena suaminya selingkuh dengan orang lain.
Masalah keperawatan: ketidakefektifan koping, gangguan identitas pribadi
5. Afek
Afek datar, dibuktikan dengan saat berinteraksi pasien tidak pernah tersenyum.
Masalah keperawatan: harga diri rendah situasional
6. Interaksi selama wawancara
Saat berinteraksi pasien jarang melakukan kontak mata dan kadang
mengalihkan pandangan ke arah lain. Pasien tidak mau menceritakan
masalahnya karena hal tersebut bersifat pribadi.
Masalah keperawatan: harga diri rendah situasional.
17

7. Persepsi
Menurut suaminya saat pasien mengamuk pasien mengatakan bahwa pasien
mendengar ada seseorang yang berbicara/membisikinya bahwa suami pasien
selingkuh dengan orang lain.
Masalah keperawatan: risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
8. Proses pikir
Pada saat diajak berbicara pasien dengan intonasi sedang dan jelas. Pasien
terkadang mengalami blocking.
Masalah keperawatan: gangguan identitas pribadi
9. Isi pikir
Pasien curiga bahwa suaminya selingkuh dengan orang lain.
Masalah keperawatan: gangguan identitas pribadi
10. Tingkat kesadaran
Pasien tampak banyak tidur, namun saat dibangunkan pasien dapat membuka
mata. Pasien tidak mengalami disorientasi tempat, waktu, maupun orang.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
11. Memori
Pasien mampu menceritakan kejadian yang dialami baik dimasa lalu ataupun
dimasa sekarang.
Masalah keperawatan: tidak ada keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien dapat berhitung dengan baik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
13. Kemampuan penilaian
Pasien dapat mengambil keputusan dengan baik, saat diberikan pertanyaan
pasien dapat menjawab tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri
Pasien menyadari bahwa sekarang dirawat di ruang penyakit jiwa, namun
pasien merasa bahwa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan: ketidakefektifan koping
18

H. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Pasien mampu makan sendiri tanpa bantuan. Pasien makan 2 atau 3 kali sehari
dengan komposisi nasi, sayur, lauk, dan buah habis porsi, pasien minum air
putih 5-6 gelas sehari.
2. BAB/BAK
Pasien mampu melaksanakan eliminasi secara mandiri. BAB 1 kali sehari,
BAK 4-5 kali sehari.
3. Mandi
Pasien mandi 2 kali sehari tanpaharus diarahkan.
4. Berpakaian/berhias
Pasien mampu berpakaian secara mandiri. Ganti baju setiap sehabis mandi.
5. Istirahat dan tidur
Selama ini pasien tidak mengalami gangguan tidur. Tidur siang 1-2 jam sehari
yaitu jam 12.30-14.30. Tidur malam 6-7 jam sehari yaitu jam 22.00-05.00.
Sebelum tidur pasien membersihkan dan merapikan tempat tidur terlebih
dahulu. Setelah bangun tidur biasanya pasien langsung mandi.
6. Penggunaan obat
Pasien dapat minum obat yang diberikan perawat secara mandiri.
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien kurang memiliki sistem pendukung karena suaminya bekerja di luar
negeri dan pulang setahun sekali. Orang tua pasien tinggal jauh dari tempat
tinggal pasien dan keduanya sudah tua.
8. Kegiatan di dalam rumah
Pasien mengatakan saat di rumah bekerja sebagai ibu rumah tangga, mengurus
anak, dan melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Semua pekerjaan rumah
dilakukan sendiri oleh pasien.
9. Kegiatan di luar rumah
Pasien mengatakan ikut serta dalam kegiatan arisan yang ada di daerahnya.
Pasien biasa belanja ke warung yang dekat dengan rumahnya sendiri,saat ke
warung bila bertemu dengan tetangga kadang bercengkerama sebentar.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
19

I. MEKANISME KOPING
Adaptif: dapat berbicara dengan orang lain.
Maladaptif: menghindar.
Masalah keperawatan: ketidakefektifan koping.

J. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok: pasien cenderung banyak diam, tidak
berbicara dengan orang lain.
2. Maslah hubungan dengan lingkungan: pasien tidak berbicara dengan orang
lain selain suaminya bila tidak ditanya terlebih dahulu.
3. Masalah pendidikan: pasien tamat SMP.
4. Masalah dengan pekerjaan: pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
5. Masalah dengan perumahan: pasien tinggal di rumah sendiri, tidak jauh dari
rumah mertuanya.
6. Masalah ekonomi: uang yang dikirim oleh suaminya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan: sebelumnya pasien belum pernah
dirawat di rumah sakit.
8. Masalah lainnya: pasien mengatakan sebenarnya ingin suaminya tinggal di
rumah dan bekerja di Kroya saja, namun karena tidak ada yang bisa dikerjakan
suaminya pasien merelakan suaminya bekerja di luar negeri untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
Masalah keperawatan:
- Harga diri rendah.
- Ketidakefektifan koping.

K. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : F 25 (Skizofrenia)
Therapi : Clobazam 3x25 mg, Clozapine 3x10 mg, Risperidon 3x2 mg, Inj.
Zyprexa 1x1 Amp
20

B. ANALISA DATA
No. Data Fokus Problem Etiologi
1. Data subjektif: Gangguan Prasangka
Pasien mengatakan mendengar identitas pribadi
informasi dari tetangganya bahwa
suaminya selingkuh
Data objektif:
Proses pikir pasien blocking, terdapat
waham curiga, pasien tampak lesu
dan sedih, afek datar
2. Data subjektif: Harga diri rendah Ketidakadekuatan
Pasien mengatakan bahwa pasien situasional pemahaman
sudah tidak muda lagi sehingga
beranggapan suaminya selingkuh,
pasien merasa kecewa karena
suaminya selingkuh
Data objektif:
Afek datar, kontak mata kurang,
menghindar, pasien tampak lesu dan
sedih
3. Data subjektif: Ketidakefektifan Ketidakedekuatan
Pasien mengatakan merasa sedih koping kesempatan untuk
dengan kondisinya saat ini dan pasien bersiap terhadap
mengatakan dirinya tidak mengalami stressor
gangguan jiwa
Data objektif:
Pasien tampak sedih, pasien tampak
menghindar, afek datar
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan identitas pribadi berhubungan dengan prasangka
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman
3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidakedekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stressor
21

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Gangguan Identitas (1202) Manajemen delusi
identitas pribadi Setelah dilakukan tindakan (6450)
keperawatan selama 3x24 jam 1) Bina hubungan
diharapkan tidak terjadi gangguan saling percaya dan
identitas pribadi dengan criteria hubungan
hasil: interpersonal
Indikator Awal Target dengan pasien
Menyatakan 1 4 2) Beri kesempatan
penguatan atas pasien untuk
identitas mendiskusikan
pribadi delusi dengan
Menunjukkan 2 4 pemberi
perilaku perawatan
verbal dan 3) Hindari mendebat
nonverbal mengenai
yang selaras kepercayaan yang
mengenai diri salah, menyatakan
Menyatakan 2 4 keraguan atau
perasaan yang fakta
jelas tentang 4) Fokuskan diskusi
identitas diri pada perasaan
pasien dari pada
isi delusi
5) Sediakan rasa
nyaman
6) Hindari
mendukung ide
delusi
7) Bantu pasien
untuk
22

indentifikasi
situasi dimana
pasien secara
sosial dapat
diterima untuk
mendiskusikan
delusi
8) Monitor
kemampuan
perawatan diri
9) Monitor delusi
untuk mengetahui
isi delusi yang
membahayakan
diri atau
kekerasan
10) Jamin keamanan
pasien
11) Jaga rutinitas
harian secara
konsisten
12) Berikan obat
antipsikotik dan
obat anti cemas
secara rutin
13) Ajarkan keluarga
mengenai cara-
cara mengatasi
pasien yang
mengalami delusi
Harga diri rendah Harga diri (1205) Peningkatan harga diri
situasional Setelah dilakukan tindakan (5400)
keperawatan selama 3x24 jam 1) Tentukan
23

diharapkan harga diri pasien kepercayaan diri


meningkat dengan kriteria hasil: pasien dalam hal
Indikator Awal Target penilaian diri
Verbalisasi 2 4 2) Dukung pasien
penerimaan diri untuk bisa
Penerimaan 2 4 mengidentifikasi
terhadap kekuatan
keterbatasan diri 3) Bantu pasien
Mempertahankan 2 4 menemukan
kontak mata penerimaan diri
Komunikasi 2 4 4) Dukung kontak
terbuka mata pada saat
berkomunikasi
5) Dukung pasien
untuk
mengevaluasi
perilakunya
sendiri
Ketidakefektifan Koping (1302) Peningkatan Koping
koping Setelah dilakukan tindakan (5230)
keperawatan selama 3x24 jam 1) Bantu pasien dalam
diharapkan koping pasien mengidentifikasi
meningkat dengan kriteria hasil: tujuan jangka
Indikator Awal Target pendek dan jangka
Melaporkan 2 4 panjang
pengurangan 2) Bantu pasien untuk
stres menyelesaikan
Menyatakan 2 4 masalah dengan
penerimaan cara yang
terhadap konstruktif
situasi 3) Berikan penilaian
Adaptasi 2 4 (kemampuan)
perubahan penyesuaian pasien
24

hidup terhadap perubahan


Menggunakan 2 4 dalam citra tubuh
sistim 4) Berikan penilaian
dukungan mengenai dampak
personal dari situasi
kehidupan pasien
terhadap peran dan
hubungan
5) Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
memberikan
jaminan
6) Berikan suasana
penerimaan
7) Evalusai
kemampuan pasien
dalam membuat
keputusan
8) Dukung
kemampuan
mengatasi situasi
secara berangsur-
angsur
9) Dukung aktivitas
sosial dan
komunitas
10) Dukung
keterlibatan
keluarga
25

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal/jam Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
28-08-2017 I Membina hubungan saling percaya S: pasien mengatakan senang berkenalan
Jam 16.00 Respon: dengan perawat dan lega bisa bercerita tentang
Perawat memperkenalkan diri dan apa yang dialami pasien
menanyakan nama pasien dan nama O: pasien dapat menyebutkan nama dan
panggilan yang disukai bercerita kondisinya saat ini tetapi pasien hanya
I Mengkaji keluhan yang dirasakan bercerita sebagian, pasien masih tampak sedih
pasien saat ini dan lesu, obat oral (+)
Respon: A: masalah gangguan identitas pribadi belum
Pasien mengatakan ada masalah dalam teratasi
keluarganya yaitu curiga suaminya Indikator Awal Target Akhir
selingkuh Menyatakan 1 4 1
I Memfokuskan diskusi pada perasaan penguatan atas
klien identitas
Respon: pribadi
Klien mengatakan saat ini Menunjukkan 2 4 2
perasaannya sangat sedih karena perilaku
dibawa ke rumah sakit jiwa verbal dan
I Memberikan obat anti psikotik dan nonverbal
anti cemas melalui oral yang selaras
26

Respon: mengenai diri


Obat masuk melalui oral Menyatakan 2 4 2
perasaan yang
jelas tentang
17.15 II Mengidentifikasi kepercayaan diri identitas diri
pasien P: lanjutkan intervensi
Respon: Monitor adanya delusi, monitor kemampuan
Pasien mengatakan dirinya sudah diri pasien
tidak muda lagi sehingga suaminya
selingkuh S: pasien mengatakan bahwa dirinya sudah
17.30 II Mendukung kontak mata pasien pada tidak muda lagi sehingga seuaminya selingkuh
saat komunikasi O: kontak mata kurang, afek pasien masih datar
Respon: A: masalah harga diri rendah situasional belum
Saat interaksi kontak mata pasien teratasi
kurang Indikator Awal Target Akhir
Verbalisasi 2 4 2
penerimaan diri
Penerimaan 2 4 2
terhadap
keterbatasan diri
Mempertahankan 2 4 2
27

kontak mata
Komunikasi 2 4 2
terbuka
P: lanjutkan intervensi
1) Dukung pasien untuk bisa
mengidentifikasi kekuatan
2) Dukung kontak mata saat komunikasi

S: pasien mengatakan ingin pulang karena


III Membantu pasien menentukan tujuan pasien tidak mengalami gangguan jiwa
jangka pendek O: pasien tampak sedih
Respon: A: masalah ketidakefektifan koping belum
Pasien mengatakan ingin pulang teratasi
karena kasihan dengan anak-anaknya Indikator Awal Target Akhir
di rumah Melaporkan 2 4 2
pengurangan
stres
Menyatakan 2 4 2
penerimaan
terhadap
situasi
28

Adaptasi 2 4 2
perubahan
hidup
Menggunakan 2 4 2
sistim
dukungan
personal
P: lanjutkan intevensi
1) Dukung kemampuan mengatasi situasi
secara berangsur-angsur
2) Berikan suasana penerimaan
29

Tanggal/jam Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi


29-08-2017 I Mengkaji keluhan yang dirasakan S: pasien mengatakan keadaannya lebih tenang
Jam 09.00 pasien saat ini dan rileks, tetapi setelah minum obat timbul
Respon: rasa kantuk
Pasien mengatakan setelah minum O: pasien terlihat mengantuk dan lesu dan
obat timbul rasa kantuk dan merasa bercerita banyak tentang masalahnya
lebih tenang dan rileks. A: masalah gangguan identitas pribadi teratasi
I Memberikan kesempatan kepada sebagian
pasien untuk bercerita tentang apa Indikator Awal Target Akhir
yang dialami saat ini Menyatakan 1 4 2
Respon: penguatan atas
Pasien bercerita lebih banyak tentang identitas
masalahnya pribadi
I Memonitor delusi untuk mengetahui Menunjukkan 2 4 3
isi delusi yang membahayakan diri perilaku
atau kekerasan verbal dan
Respon: nonverbal
Pasien mengatakan bahwa dirinya yang selaras
tidak pernah melakukan kekerasan mengenai diri
terhadap orang lain Menyatakan 2 4 3
I Memfokuskan diskusi pada perasaan perasaan yang
30

klien jelas tentang


Respon: identitas diri
Klien mengatakan saat ini perasaan P: lanjutkan intervensi
sedihnya berkurang dan merasa lebih Monitor adanya delusi, monitor kemampuan
12.00 & I tenang diri pasien
17.00 Memberikan obat anti psikotik dan
anti cemas melalui oral
Respon:
Obat masuk melalui oral
15.00 I Memonitor kemampuan perawatan
diri pasien
Respon:
Pasien mengatakan selama di rumah
pasien dapat berperan sebagai ibu
rumah tangga dan mengasuh kedua
anaknya. Selama di rumah sakit pasien
juga tidak mengalami hambatan dalam
perawatan dirinya
S: pasien mengatakan bahwa dirinya sudah
16.00 II Mengidentifikasi kepercayaan diri menerima kondinya apa adanya
pasien O: kontak mata (+), pasien terlihat lebih rileks
Respon: A: masalah harga diri rendah situasional teratasi
31

Pasien mengatakan dirinya sudah sebagian


menerima apa adanya Indikator Awal Target Akhir
II Mendukung kontak mata pasien pada Verbalisasi 2 4 3
saat komunikasi penerimaan diri
Respon: Penerimaan 2 4 3
Saat interaksi kontak mata pasien terhadap
dapat berinteraksi dengan perawat keterbatasan diri
II Mendukung pasien untuk Mempertahankan 2 4 3
mengevaluasi perilakunya sendiri kontak mata
Respon: Komunikasi 2 4 3
Pasien menyadari apa yang telah terbuka
dialaminya saat ini dapat mengganggu P: lanjutkan intervensi
perannya sebagai ibu bagi anak- 1) Dukung pasien untuk bisa
anaknya. mengidentifikasi kekuatan
2) Dukung kontak mata saat komunikasi

S: pasien mengatakan akan segera


17.00 III Membantu pasien untuk menyelesaikan masalahnya
menyelesaikan masalah dengan cara O: pasien tampak lebih tenang
yang konstruktif yaitu
dengan A: masalah ketidakefektifan koping teratasi
membicarakan dengan suami pasien sebagian
apa yang dirasakan saat ini.
32

Respon: Indikator Awal Target Akhir


Pasien mengatakan akan segera Melaporkan 2 4 3
menyelesaikan masalahnya agar tidak pengurangan
stress lagi stres
III Mendukung keterlibatan keluarga Menyatakan 2 4 2
Respon: penerimaan
Suami pasien mengatakan akan terhadap
mendampingi pasien selama pasien situasi
sakit. Adaptasi 2 4 3
III Memberikan suasana penerimaan perubahan
terhadap kondisi pasien hidup
Respon: Menggunakan 2 4 2
Pasien mengatakan belum ikhlas sistim
tentang apa yang terjadi pada dirinya dukungan
personal
P: lanjutkan intevensi
1) Dukung kemampuan mengatasi situasi
secara berangsur-angsur
2) Berikan suasana penerimaan
33

Tanggal/jam Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi


30-08-2017 I Kolaborasi pemberian terapi kejang S: pasien mengatakan saat ini merasa lebih baik
Jam 09.00 listrik O: pasien mendapatkan terapi kejang listrik,
Respon: pasien terlihat rileks dan senang, obat oral (+)
Pasien tidak mengalami cedera, pasien A: masalah gangguan identitas pribadi teratasi
melewati setiap tahap pada saat Indikator Awal Target Akhir
pemberian terapi kejang listrik Menyatakan 1 4 4
I Mengkaji keluhan yang dirasakan penguatan atas
pasien saat ini identitas
Respon: pribadi
Pasien mengatakan saat ini merasa Menunjukkan 2 4 4
kondisinya baik-baik saja dan ingin perilaku
cepat pulang verbal dan
I Memfokuskan diskusi pada perasaan nonverbal
klien yang selaras
Respon: mengenai diri
Klien mengatakan saat ini merasa Menyatakan 2 4 4
lebih baik daripada hari kemarin. perasaan yang
12.00 & I Memberikan obat anti psikotik dan jelas tentang
17.00 anti cemas melalui oral identitas diri
Respon: P: lanjutkan intervensi
34

Obat masuk melalui oral Monitor adanya delusi


15.00 I Menjaga rutinitas harian secara
konsisten
Respon:
Pasien mengatakan selama di rumah
sakit dapat melakukan rutinitas harian
dengan baik
I Mengajarkan keluarga mengenai cara-
cara mengatasi pasien yang
mengalami delusi
Respon:
Keluarga memahami tentang cara-cara
merawat pasien dengan delusi S: pasien mengatakan bahwa dirinya sudah
16.00 II Mengidentifikasi kepercayaan diri percaya bahwa suaminya tidak selingkuh lagi
pasien O: kontak mata (+), pasien dapat becerita
Respon: dengan baik
Pasien mengatakan sudah percaya A: masalah harga diri rendah situasional teratasi
bahwa suaminya tidak selingkuh lagi Indikator Awal Target Akhir
II Mendukung kontak mata pasien pada Verbalisasi 2 4 4
saat komunikasi penerimaan diri
Respon: Penerimaan 2 4 4
35

Saat interaksi pasien dapat terhadap


mempertahankan kontak mata dan keterbatasan diri
dapat bercerita dengan baik Mempertahankan 2 4 4
kontak mata
Komunikasi 2 4 4
terbuka
P: lanjutkan intervensi
Monitor terjadinya harga diri rendah

S: pasien mengatakan ingin pulang karena dan


17.15 III Membantu pasien menentukan tujuan berjanji akan memperbaiki kehidupannya.
jangka pendek dan jangka panjang O: pasien tampak senang
Respon: A: masalah ketidakefektifan koping teratasi
Pasien mengatakan ingin cepat pulang Indikator Awal Target Akhir
karena kasihan dengan anak-anaknya Melaporkan 2 4 4
di rumah dan akan memperbaiki pengurangan
kehidupannya. stres
III Mendukung keterlibatan keluarga Menyatakan 2 4 4
Respon: penerimaan
Keluarga pasien mengatakan akan terhadap
merawat pasien dengan baik situasi
36

Adaptasi 2 4 4
perubahan
hidup
Menggunakan 2 4 4
sistim
dukungan
personal
P: lanjutkan intevensi
Berikan suasana penerimaan
37

BAB III. PEMBAHASAN


Dalam bab ini, akan dibahas dan dibandingkan mengenai tinjauan teori dan tinjauan
kasus pada Ny. SP dengan diagnose keperawatan gangguan identitas pribadi (waham curiga).
Fokus pembahasan berdasarkan pada setiap tahap dalam proses keperawatan yang dimulai
dengan tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tinjauan teori dan kasus yang perlu dikaji dari identitas klien adalah nama,
jenis kelamin, umur, pendidikan, status, tanggal masuk rumah sakit, alasan masuk,
riwayat penyakit sebelumnya, dan penanggung jawab klien. Hal ini berguna agar
Asuhan Keperawatan yang tepat dapat dilakukan sesuai dengan masalah individu
yang bersangkutan. Pada saat melakukan pengkajian pada klien, tanda dan gejala
yang ditemukan sesuai dengan tinjauan teoritis yaitu klien merasa curiga padahal
informasi tersebut belum tentu benar. Klien juga merasakan kesal kepada suaminya.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut di
interprestasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul.
Kemudian perawat menentukan dan menegakkan prioritas diagnosa keperawatan
terhadap pasien Ny.SP. Dalam tinjauan teori ditegakkan diagnosa gangguan identitas
pribadi, ansietas, ketidakefektifan koping dan resiko perilaku kekerasan terhadap
orang lain. Sedangkan pada kasus ditegakkan diagnosa keperawatan gangguan
identitas pribadi, harga diri rendah situasional, dan ketidakefektifan koping. Dalam
kasus waham curiga pada klien dapat muncul diagnosa keperawatan harga diri
situasional karena pasien yang mengalami waham curiga megalami gangguan pada
konsep diri.
3. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan identitas pribadi
disesuaikan dengan intervensi dari hasil pengkajian. Pasien yang mengalami
gangguan identitas pribadi (waham) harus mendapatkan penatalaksanaan yang sesuai
baik farmakologi maupun non farmakologi. Hal ini dapat mempercepat proses
penyembuhan pada pasien tersebut. Berdasarkan kasus pada Ny. SP pelaksanaan
implementasi Ny. SP berdasarkan intervensi dari hasil pengkajian yaitu manajemen
delusi, peningkatan harga diri dan peningkatan koping. Dengan implementasi yang
38

tepat diharapkan gangguan identitas pribadi pada pasien berkurang sehingga tidak
menimbulkan resiko perilaku kekerasan pada orang lain.
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada kasus Ny. SP, diharapkan pasien tidak
mengalami waham lagi tetapi pada kenyataannya untuk perawatan pasien waham,
membutuhkan waktu yang cukup lama kurang lebih 2 minggu. Hal ini disebabkan
karena pada saat penkajian pada pasien waham, pasien tidak akan bercerita secara
menyuluruh tentang apa yang di alaminya saat ini sehingga perawat harus benar-benar
bisa membina hubungan saling percaya yang kuat.
39

BAB IV. PENUTUP


A. KESIMPULAN
Ny. SP, umur 31 tahun dirawat di ruang Bima RSUD Banyumas sejak tanggal
28 Agusuts 2017 dengan keluhan marah-marah. Dari pengkajian dperoleh data bahwa
Ny. SP mengalami waham curiga terhadap suaminya, ny. SP mengatakan bahwa
dirinya mendapat informasi dari tetangganya bahwa suaminya saat ini sedang
selingkuh dengan tetangganya yang usianya lebih muda dari pasien. Data lain yang
diperoleh, afek pasien datar, pasien tampak lesu dan sedih, kontak mata saat
komunikasi kurang.
Dari data diatas diperoleh masalah gangguan identitas pribadi, harga diri rendah
situasional dan ketidakefektifan koping. Setelah dilakukan implementasi dari
intervensi masing-masing diagnosa keperawatan, klien menunjukkan kemajuan yang
berarti. Evaluasi masing-masing tindakan yang dilakukan dilihat dari respon klien
secara subjekti yaitu dari ungkapan perasaan dan pemahaman klien secara verbal,
kemudian respon klien yang ditampilkan secara verbal diamati secara objektif. Dari
evaluasi tindakan diperoleh hasil bahwa dari diagnosa I, II, dan III berdasarkan
masing-masing tujuan khusus intervensi tercapai sesuai rencana.
B. SARAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa, sebagai tenaga keperawatan yang
professional diharapkan:
1. Mampu menerapkan teori yang ada ke dalam implementasi tindakan di lapangan
2. Pemanfaatan instrument diri pribadi agar lebih mrningkatan penrapan teknik
komunikasi terapeutik sehingga asuhan keperawatan yang telah direncanakan
dapat terlaksana secara optimal.
3. Klien dengan gangguan identitas pribadi, selalu diikutsertakan dalam kegiatan
kelompok, meningkatkan interaksi dengan orang lain, berkomunikasi secara
efektif dank lien dapat mengenal orientasi secara realita.
40

DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi