Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal
ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian
besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada
saat pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita
yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan
mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2
jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM,
dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100
mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti
DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah
dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan
kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1
jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil,
kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan
kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan
akan berkembang menjadi DM. DM gestasional merupakan keadaan yang
perlu ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan
janin / bayi dimasa yang akan dating, juga saat persalinan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori DM pada masa kehamilan?
2. Apa etiologi terjadinya DM pada masa kehamilan?
3. Apa saja tanda dan gejala terjadinya DM pada masa kehamilan?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan?
5. Apa saja klasifikasi DM pada masa kehamilan?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi?
7. Bagaimana terapi dan penanganannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep teori DM pada masa kehamilan
2. Mengetahui etiologi terjadinya DM pada masa kehamilan
3. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya DM pada masa kehamilan
4. Mengetahui patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan
5. Mengetahui klasifikasi DM pada masa kehamilan
6. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi
7. Mengetahui terapi dan penanganannya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Pengertian diabetes mellitus menurut Kapita Selekta, jilid II, 2006 dan
catatan kuliah pemenuhan kebutuhan gizi reproduksi, 2006 yaitu sebagai
berikut : diabetes melittus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan
glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau
merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan
fungsi insulin.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan
menyusui.Glukosa dapat difusi secara secara tetap melalui plasenta pada janin
sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam darah
ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh
insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta
laktogen.Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan
insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan
diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi insulin
yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin yang
mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga
disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan
plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mengurangi afinitas insulin.
B. Klasifikasi
Menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006 Diabetes mellitus dapat
dibedakan menjadi:
1. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung
insulin (T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar
gula darah.
2. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak
tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam
pengendalian kadar gula darah.
3. Diabetes tipe lain.
4. Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul
dalam kehamilan.

C. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu:
a. Genetik
b. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
c. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol,
dan epineprin.
d. Obat-obatan.

D. Tanda dan gejala klinis


Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Kapita
Selekta Jilid III, 2006, Yaitu sebagai berikut:
1. Polifagia
2. Mata kabur .
3. Poliuria
4. Pruritus vulva.
5. Polidipsi
6. Ketonemia.
7. Lemas
8. Glikosuria.
9. BB menurun.
10. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
11. Kesemutan
12. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
13. Gatal
14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.

Cara pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO)


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
dalam 5 menit.
6. Pariksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.

E. Pengaruh diabetes gestasional


Pengaruh diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut Ilmu
Kebidanan, Prawirohardjo, S., 1992. Meskipun tanpa gejala, bila tidak
diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus gestasional akan
menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan
a. Abortus dan partus prematurus
b. Pre eklamsia.
c. Hidroamnion.
d. Insufisiensi plasenta.
2. Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
a. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan
abortus.
b. Cacat bawaan.
c. Dismaturitas.
d. Janin besar (makrosomia)
e. Kematian dalam kandungan.
f. Kematian neonatal.
g. Kelainan neurologik dan psikologik.
BAB III
PENATALAKSANAAN

Memasang infus merupakan salah satu cara pemberian terapi cairan


dengan menggunakan prosedur infasif yang dilaksanakan dengan menggunakan
tehnik aseptik.

Tujuan Memasang Infus:


Mempertahankan atau menganti cairan tubuh yang hilang
Memperbaiki keseimbangan asam basa
Memperbaiki komponen darah
Tempat memasukkan obat atau terapi intra vena
Rehidrasi cairan pada pasien shock

Persiapan Alat:
Alkohol spry
Infus Set
IV catheter sesuai ukuran
Pengalas
Infus sesuai pesanan
Toniquet
Sarung tangan bersih
Kapas steril
Plester
Bengkok
Prosedur Kerja:
1. Melakukan verifikasi program pengobatan
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
4. Mengecek tanggal kadaluarsa: infus, selang infus, catheter vena.
5. Menusuk saluran infus dengan benar ( jangan diputar ).
6. Menggantung cairan infus dan mengisi tabung reservoar sebanyak duapertiga
bagian /sebatas tanda hingga tidak ada udara dalam selang.
7. Atur posisi pasien, pasang pengalas, selanjutnya pasang toniquet 5cm dari area
insersi.
Lakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% dan biarkan selama 15-
20 detik
Pertahankan vena pada posisi stabil dengan menekan dan menarik bagian
distal vena yang akan diinsersi dengan ibu jari
8. Menusuk vena dengan sudut 30 derajat dan lubang jarum menghadap ke atas
9. Setelah dipastikan jarum masuk, turunkan posisi jarum 20 derajat dan tarik
mandrin 0,5 cm, masukan catether secara perlahan.
- Lakukan teknik V saat melepas mandrin dengan menekan port dan vena lalu
segera sambungkan selang infus dengan catheter.

10. Lepas torniquet dan masukan catheter secara perlahan, sambil menarik jarum
keluar
11. Alirkan infus, selanjutnya lakukan fiksasi antara sayap dan lokasi insersi
tanpa menutup lokasi insersi
12. Letakkan kapas/gaas steril di atas area insersi.
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan fiksasi (plaster ukuran 5x8cm sampai menutup kapas steril.
15. Atur tetesan infus sesuai program dan tulis tanggal pemasangan, kolf, tetesan,
jam habis,dan k/p obat
16. Observasi respon pasien.
17. Bereskan alat dan kembalikan pada tempatnya dalam keadaan bersih
18. Cuci tangan
19. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
- Tanggal dan jam dipasang
- Jenis cairan
- Jumlah tetesan/menit
- Jangka waktu
- Obat bila ada dll
Tahap Terminasi
1. Observasi terhadap kondisi umumvital sign, keluhan nyeri, alergi
2. Observasi kelancaran tetesan dan jumlah tetesan
3. Observasi area insersi (warna kulit / pembengkakan/ sakit)
4. Berikan KIE pada pasien/keluarga bila terjadi ketidaknyamanan

Vous aimerez peut-être aussi