Vous êtes sur la page 1sur 11

PENYEDIAAN PUSAT EDUKASI DAN TERAPI PSIKOTIK DI

SURABAYA DALAM RANGKA PENGOBATAN DAN MENCEGAH


GANGGUAN PSIKOTIK DI KOTA SURABAYA

Penyusun :

Lukmannul Hakim: 150116362

Firdaus Ardiansyah: 15011 4212

Teguh Liwandouw: 150114052

PENGESAHAN USULAN PKM GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Penyediaan Rumah Sakit Khusus


Oleh BPJS Sebagai Wadah
Penanggulangan Psikotik Jalanan Di
Surabaya

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT


3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Lukmanul Hakim
b. NIM : 150116362
c. Jurusan : Fakultas Psikologi
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Surabaya
e. Alamat Rumah dan No Telp./HP :
g. Email : Loekmanofficial@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ananta Yudiarso, S.Sos., M.Si.
b. NIDN : NIDN. 0714097302
c. Alamat Rumah dan No Telp./HP :

Surabaya, 28 Januari 2017

Menyetujui
Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua Pelaksana Kegiatan,
Ketua Jurusan/Departemen/Program
Studi/Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa

(Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.D.) (Loekman Hakim)


NIP. 192010 NIM. 150114212

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

(Ir. Hudiyo Firmanto, M.Sc., Ph.D.) (Ananta Yudiarso, S.Sos., M.Si.)


NIDN. 0720106706 NIDN. 0714097302
DAFTAR ISI
Pengesahan Usulan PKM Gagasan Tertulis..........................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Ringkasan...............................................................................................................iv
PENDAHULUAN..................................................................................................1
Latar Belakang Masalah.............................................................................1
Tujuan.........................................................................................................2
Manfaat.......................................................................................................3
GAGASAN.............................................................................................................4
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan..........................................................4
Solusi yang Pernah Dilakukan....................................................................6
Kondisi Kekinian yang Dapat Diperbaiki
Melalui Gagasan yang Diajukan.................................................................6

Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu


Mengimplementasikan Gagasan yang Diajukan.........................................7

Langkah-langkah yang Dilakukan Untuk


Mengimplementasikan Gagasan..................................................................8

KESIMPULAN......................................................................................................10

Daftar Pustaka........................................................................................................11

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pendaftaran KTI....................................................13

Lampiran 2. Formulir Jadwal Perkuliahan Peserta...................................15

Lampiran 5. Format Halaman Pengesahan KTI........................................16

Lampiran 7. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing...............17

Lampiran 8. Susunan Organisasi Kelompok Mahasiswa


dan Pembagian Tugas..........................................................23
Lampiran 9. Surat Pernyataan Ketua Kelompok
Mahasiswa KTI....................................................................24

Ringkasan
BAB I
PERMASALAHAN PATOLOGIS PSIKOTIK DI SURABAYA

1.1 Latar belakang

Psikotik adalah semua kondisi yang memberi indikasi tentang terdapatnya


hendaya (impairment) berat didalam kemampuan daya nilai realitas. Penggunaan
istilah ini secara praktis mencakup perilaku seseorang dalam suatu saat dalam
perjalanan penyakitnya mengalami hendaya berat dalam kemampuan daya nilai
realitas (Direktorat Kesehatan Jiwa, DirJen Pelayanan Medik, 1983). Menurut
Kartono psikosis adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai adanya disintegrasi
kepribadian (kepecahan pribadi) dan terputusnya hubungan dirinya dengan realitas
(Kartono, 1986). Individu disebut psikotis apabila : a) Reality-testingnya terganggu
sama sekali, sehingga pikiran dan tanggapannya tidak sesuai dengan realitas, lalu
dihinggapi halusinasi-halusinasi dan delusi-delusi. b) Hubungan dirinya dengan
dunia luar dan realitas terputus, dan dia hidup dalam dunia yang tidak riil, yaitu
dalam satu imaginary social world yang diciptakannya sendiri. c) Individu
mereaksi (memasak dan mencernakan) tekanan-tekanan internal serta eksternal
dengan cara yang keliru dan merugikan.

Dalam DSM-IV dijelaskan bahwa gangguan psikotik singkat (brief psychotic


disorder) diberlakukan pada gangguan psikotik yang berlangsung dari satu hari
hingga satu bulan dan ditandai dengan setidaknya satu dari ciri-ciri berikut : waham,
halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi, atau perilaku yang tidak
terorganisasi atau katonik. Pada akhirnya individu kembali secara penuh pada
tingkat fungsi sebelumnya. Gangguan psikotik singkat sering kali dihubungkan
dengan satu atau beberapa stresor yang signifikan, seperti kehilangan orang yang
dicintai atau mengalami trauma yang brutal selama masa perang. Beberapa kasus
pada perempuan melibatkan onset pospartum (pasca melahirkan) yang dimulai
dalam bulan pertama setelah melahirkan bayi (Nevid Jefferey, 2003).
Anggaran untuk Dinsos Surabaya dalam kasus orang-orang yang terkena
permasalahan psikotik tiap tahun bertambah mengingat jumlah penghuninya
bertambah. Tahun 2014 sebanyak 1300 orang disiapkan anggaran Rp 12,5 M.
Sedangkan tahun 2015 anggarannya naik jadi Rp 14 M karena penghuninya naik
jadi 1536 orang. Kapasitas yang seharusnya untuk 700 orang, kini ditempati 1.500
penghuni yang didominasi oleh psikotik dan orang gila. Mengingat data di Bulan
April 2016 sebanyak 60 orang gila terjaring Dinsos. Daya tampung per barak
sendiri hanya 200 orang, untuk penghuni yang paling banyak didominasi oleh
psikotik. Luas lahan Liponsos Keputih sendiri 1.600 meter persegi dengan luas
bangunan 1.200 meter persegi yang terdiri dari barak psikotik, gelandangan
pengemis, anjal, WTS dan Lansia. Ini karena sama sekali tidak ada keluarganya
yang mencari. Kalau dari dalam kota, pasti orang gila itu bisa pulang sendiri
sehingga tidak perlu keleleran di jalanan. Selain itu pasti ada keluarganya yang akan
menjemput (Cendana News, 2016).

Banyaknya orang gila yang masuk ke Surabaya, berdasarkan hasil razia


yang dilakukan Satpol PP. Orang gila itu hasil razia di jalanan, terminal atau di
kawasan perbatasan. Jadi orang gila yang ada di Liponsos Keputih merupakan hasil
razia. Orang gila tersebut ternyata berasal dari luar kota Surabaya.

Stigmatisasi gangguan jiwa khususnya masyarakat Surabaya sebenarnya


merugikan masyarakat itu sendiri, karena mereka menjadi cenderung menghindar
dari segala sesuatu yang berurusan dengan gangguan jiwa. Seakan-akan mereka
yang terganggu jiwanya tergolong kelompok manusia lain yang lebih rendah
martabatnya, yang dapat dijadikan bahan olok-olokan. Hal tersebut akan
menghambat seseorang untuk mau menerima atau mengakui bahwa dirinya
mengalami gangguan mental.

Perspektif kognitif dalam membahas hal ini adalah bahwa kognitif disorder
meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang menggambarkan perubahan
nyata dari tingkat fungsi individu yang sebelumnya (APA, 2000) . gangguan
kognitif tidak memiliki dasar psikologis gangguan ini disebabkan oleh kondisi fisik
atau medis, atau penggunaan obat atau zat, yang mempengaruhi dari fungsi otak.
Kemampuan kita untuk menampilkan fungsi kognitif untuk berpikir, menalar, serta
menyimpan dan mengingat kembali informasi tergantung pada fungsi otak.
Gangguan kognitif terjadi apabila otak mengalami kerusakan atau mengalami
hendaya dalam kemampuannya untuk berfungsi akibat luka-luka, penyakit,
keterpaparan terhadap racun-racun, atau penggunaan atau penyalahgunaan obat-
obatan psikoaktif. Apabila kerusakan otak terjadi akibat luka-luka atau stroke,
penurunan dalam fungsi intelektual, sosial dan pekerjaan dapat terjadi sangat cepat
dan parah. Derajat dan lokasi kerusakan otak banyak menentukan tingkat dan
keparahan hendaya. Biasanya, semakin menyebar kerusakannya, semakin besar dan
semakin parah hendaya dalam dalam fungsi. Lokasi kerusakan juga penting karena
banyak struktur atau daerah otak yang menampilkan fungsi-fungsi khusus.
Kerusakan pada lobus temporal, misalnya, dihubungkan dengan kerusakan dalam
ingatan dan perhatian, sedangkan kerusakan pada lobus oksipital mungkin
menghasilkan defisit visual spasial, seperti hilangnya kemampuan untuk mengenali
wajah-wajah yang sudah dikenal. Orang-orang yang menderita gangguan kognitif
mungkin sepenuhnya menjadi bergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan dasar dalam hal makan, beraktivitas, dll. Pada kasus lain, meskipun
beberapa bantuan dalam memenuhi tuntutan aktivitas sehari-hari mungkin
diperlukan, orang dapat berfungsi pada tingkat yang memungkinkan mereka untuk
hidup secara semi mandiri (Nevid Jefferey, 2003) .
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa bahwa gangguan psikotik tidak
bisa dipisahkan dalam perspektif sosiologi bahwa dalam teori struktural
ketidakseimbangan sosial, ekonomi, dan segala kebijakan pemerintah, berikut
lembaga-lembaga yang ada dapat menyebabkan gangguan seseorang dan
mayarakat (Clerq, 1994). Teori Konflik juga mendukung dalam memberi
penjelasan bahwa tidak adanya kesempatan dan keadilan yang bagus pada orang
yang berada di level bawah oleh orang yang memiliki kekuasan dan kekayaan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan. (Clerq, 1994).Stigma dalam teori
simbolik adalah hal yang tidak bisa diabaikan dalam kehidupan bermasyarakat,
karena manusia akan tertekan secara psikis dan kehidupan karena pandangan
masyarkat yang buruk. (Clerq, 1994).
Pentingnya memperhatikan tiga teori sosiologi dan kognitif maka setiap
elemen yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk memperhatikan
hal tersebut. Adapun dalam menyelesaikan permasalahan orang-orang yang
tertimpa ganguan psikotik maka perlunya sebuah wadah dan program untuk
menyelesaikan hal tersebut. Sebuah wadah yang saling terrintegrasi dalam
persoalan terapi psikotik, edukasi masyarakat, dan memberi support setelah proses
penyembuhan dilakukan adalah hal yang utama.

Tujuan
Berdasar uraian diatas penulisan gagasan kami bertujuan untuk 1)
mengurangi penderita psikotik di kota Surabaya, karena kami melihat gangguan
mental juga merupakan penyakit yang tidak kalah penting dengan penyakit fisik 2)
mengetahui dampak yang besar apabila para penderita psikotik tidak segera
ditangani 3) mengetahui apa yang menjadi pemicu dari menjamurnya psikotik
khususnya di kota Surabaya 4) Di dalam pusat edukasi dan terapi psikotik tersebut
memiliki kegiatan-kegiatan yang dirancang agar memberikan kesempatan dan
memberdayakan penderita psikotik 5) pola pikir masyarakat yang sama sekali tidak
membantu menyembuhkan penderita psikotik

Manfaat
Manfaat dari gagasan yang kami ajukan dalam PKM (pekan karya mahasiswa)
antara lain:
1. Membantu mengurangi penyakit kejiwaan khususnya psikotik
2. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya penyakit
psikotik
3. Secara khusus sebagai sumbangsih pada dunia akademik tentang metode
penanganan psikotik
4. Memberi solusi kepada pemerintah untuk membantu masyarakat yang
memiliki gangguan mental

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Perspektif sosiologi dan kognitif menjadi acuan dalam melahirkan gagasan
pusat edukasi dan terapi psikotik. Dalam teori struktural dapat diketahui bahwa
ketidakseimbangan dalam kehidupan baik mencakup ekonomi yang tidak merata,
kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, keluarga yang tidak cukup
berperan dalam tumbuh kembang, hingga lingkungan sosial yang tidak mendukung
dapat menyebabkan gangguan dalam pribadi seseorang. (Clerq, 1994). Teori
Konflik juga mendukung dalam memberi penjelasan bahwa ketimbangan dan
kesenjangan antara pemilik modal atau orang kaya dan miskin akan menganggu
kehidupan seseorang. (Clerq, 1994). Stigma yang diberikan masyarakat terhadap
orang-orang yang tidak memiliki kesempatan bagus dalam mengenyam pendidikan,
hidup dalam keterbatasan ekonomi, dan tinggal di daerah yang kumuh
menyebabkan gangguang psikis seseorang. (Clerq, 1994).
Ketidakpahaman seseorang akan konsumsi dan bahaya obat-obatan yang
menyebabkan gangguan kognitif menjadi dasar perlunya sebuah wadah yang dapat
menuntaskan masalah-masalah tersebut.

SOLUSI YANG PERNAH DITAWARKAN


Rumah sakit jiwa adalah solusi yang ditawarkan pemerintah dalam
menangani kasus psikotik ini. Rumah sakit jiwa adalah rumah sakit yang
mengkhususkan diri dalam perawatan gangguan mental yang serius. Pelayanan
kesehatan dirumah sakit jiwa dilakukan oleh perawat jiwa.Perawat jiwa adalah
bagian dari perawat umum selama ini, tetapi khusus menangani pasien gangguan
jiwa dan umumnya bekerja dirumah sakit jiwa. Ada perbedaan antara perawat
umum dan perawat jiwa, perawat umum lebih menitikberatkan pada kebutuhan
biologis pasien (seperti merawat luka) meskipun kebutuhan psikisnya tidak
dilupakan, sedangkan perawat jiwa lebih menitikberatkan pada kebutuhan psikis
pasien (seperti memberikan terapi dengan petunjuk dokter) tanpa
mengesampingkan kebutuhan biologisnya. Selain itu perawat kesehatan jiwa juga
dituntut untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam memberikan perawatan karena
kondisi perawat jiwa yang labil dan sulit diperediksikan (Pangastiti, 2011).
Kondisi Kekinian Yang Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan yang Diajukan

Rumah sakit jiwa adalah sebuah tempat yang dijadikan sebagai solusi untuk
menutaskan masalah orang-orang yang mengalami gangguan psikotik.
Permasalahan yang ada dari solusi yang ditawarkan berupa rumah sakit jiwa hanya
berkonsentrasi pada proses pengobatan atau terapi. Pencegahan dan proses pasca
kesembuhan tidak pernah dipikirkan dan diformulasikan.

Pusat Edukasi Dan Terapi Psikotik adalah sebuah wadah yang menjadi
solusi dan penyempurna Rumah Sakit Jiwa yang ada selama ini. Konsep yang
dibangun adalah membuat sebuah formula dalam Pusat Edukasi Dan Terapi
Psikotik tentang bagaimana mengobati orang yang mengalami gangguan tersebut,
mencegah munculnya penderita gangguan psikotik, dengan proses edukasi kepada
masyarakat luas tentang penyebab gangguan psikotik muncul, memikirkan sebuah
konsep, dan mengajukan kepada pemerintah agar membuat sebuah kebijakan yang
mendukung dalam mengurangi dan memperdulikan persoalan psikotik. Konsep
terakhir yang dihadirkan dalam gagasan adalah membuat sebuah program pelatihan
keterampilan untuk mantan penderita psikotik, agar kehidupan mereka setelah
kesembuhan lebih baik dan sejahtera, karena sebab keterampilan yang meningkat
dan memberdayakan mereka.

Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu Mengimplementasikan


Gagasan yang Diajukan

Langkah yang Harus Dilakukan untuk Mengimplementasikan Gagasan


REFERENSI

Cendana News. (2016, 4 25). Dipetik 10 28, 2016, dari Orang Gila di Surabaya
Tiap Hari 2 Orang : http://www.cendananews.com/2016/04/orang-gila-di-
surabaya-tiap-hari-2-orang.html

Clerq, L. D. (1994). Tingkah laku Abnormal. Jakarta: PT Grasindo.

Direktorat Kesehatan Jiwa, DirJen Pelayanan Medik. (1983). Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan R.I.

Kartono, K. (1986). Patologi Sosial ( Gangguan - Gangguan Kejiwaan ). Jakarta:


Rajawali Pers.

Nevid Jefferey, R. S. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.

Vous aimerez peut-être aussi