Vous êtes sur la page 1sur 34

MAKALAH

BIOLOGI MOLEKULER
ENDOSITOSIS DAN EKSOSITOSIS
MEMBRAN PLASMA

OLEH :

NAMA : Akhmad Zahid asraruddin


NIM : 013050001

UNIVERSITAS ISLAM AL AZAHAR MATARAM


FAKULTAS MIPA (PROGRAM BIOLOGI)
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidaya-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
biologi . Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi
Molekuler.

Makalah ini berisi mengenai penjelasan yang disertai gambar tentang


endositosis dan eksositosis yang diambil dari berbagai literatur, baik dari internet
maupun buku.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.

Besar harapan saya, agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi
kita semua. Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada kita.

Mataram, 21 Juni 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Endositosis
2.2 Eksositosis
2.3 Perbedaan Eksositosis dan Endositosis
BAB 3
2.4 Pengertian Plasma
BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transport molekul-molekul melalui membran baik secara pasif
maupun dengan bantuan protein yang ada di membran sel tidak mampu
melewatkan molekul-molekul besar seperti protein, polinukleotid atau
polisakarida. Tetapi pada kenyataannya sebagian besar sel dapat memasukkan
dan mengeluarkan molekul-molekul besar tersebut.
Pelepasan bahan-bahan ke luar sel seperti pada sel-sel kelenjar disebut
eksositosis, dimulai dengan menyatunya membran yang mengelilingi vesikel
sekreton dengan membran sel yang disusul dengan terbukanya membran.
Sebaliknya, memasukkan bahan-bahan ke dalam sel yang dinamakan
endositosis. Dimulai dengan melekuknya membran sel ke arah sitoplasma
sehingga bahan-bahan yang hendak ditelan semakin dilingkupi dan akhirnya
terbentuk gelembung yang dibatasi oleh membran yang akan dilepaskan dari
membran sel.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan endositosis ?
b. Apakah yang dimaksud dengan eksositosis ?
c. Bagaimanakah pembagian jenis pada endositosis ?
d. Bagaimanakah perbedaan antara eksositosis dan endositosis ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Eksositosis dan
Endositosis ini adalah untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan endositosis dan eksositosis, pembagian jenis
endositosis dan perbedaan antara eksositois dan endositosis.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Endositosis
Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke
dalam sel. Endositosis merupakan proses pemasukan suatu bahan dari luar sel
ke dalam sel dengan cara melingkupi bahan tersebut dengan ,membran
plasma. Istilah endositosis berasal dari bahasa Yunani, endo artinya ke dalam
dan cytos artinya sel. Membran sel membentuk pelipatan ke dalam
(invaginasi) dan memakan benda yang akan dipindahkan ke dalam sel.
Terdapat tiga jenis endositosis yaitu fagositosis, pinositosis, dan endositosis
yang diperantarai reseptor (receptor-mediated endocytosis).

a. Pinositosis (pinein = minum)


Pinositosis merupakan peristiwa masuknya cairan beserta zat yang
terlarut dengan membentuk lekukan-lekukan membran sel. Pada proses ini
cairan akan dimasukkan dalam sel termasuk zat-zat yang larut didalamnya.
Pinositosis yang dilakukan oleh ameba pada larutan yang mengandung
protein telah diamati oelh Mast dan Doyle pada tahun 1934 dan pengamatan
pada sel lain dilakukan oleh Lewis pada sel yang dikultur.

Pada pengamatan pinositosis yang terjadi dalam tubuh ameba ternyata


bahwa proses ini dapat terjadi bila dalam larutan terdapat bahan-bahan yang
dibutuhkan terutama protein, asam-asam amino, dan ion-ion. Dalam
percobaan diamati bahwa bila ameba ditaruh dalam air tidak akan terjadi
pinositosis demikian pula apabila ke dalam air dimasukkan karbohidrat.
Ternyata pinositosis akan segera mulai berjalan bila ke dalam air dimasukkan
asam amino, protein, atau ion-ion tertentu.

Gambar 2.1.1 Pinositosis.

Mula-mula, membran plasma akan membentuk lekukan pada suatu


kawasan di lapisan membran. Lekukan ini menjadi semakin mendalam,
dan akhirnya lekukan tersebut akan membentuk vesikel yang melingkupi
cairan. Melalui vesikel inilah cairan ekstraseluler dibawa masuk ke dalam
sel.

b. Fagositosis (phagein = makan)


Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada
pinositosis tetapi terjadi pada benda padat yang ukurannya lebih besar.

Gambar 2.1.2 Fagositosis.

Proses ini banyak dijumpai pada sel protozoa sebagai salah satu usaha
untuk mendapatkan makanan sedangkan pada sel-sel metazoa lebih ditujukan
untuk pertahan diri terhadap benda asing seperti misalnya fagositosis terhadap
bakteri, debu, dan benda-benda lain yang dianggap berbahaya bagi sel.

Sebagai contoh peristiwa fagositosis adalah proses memakan bakteri


atau benda mikroskopis lainnya oleh Amoeba, kemudian proses memakan
kuman oleh sel-sel darah putih.

Kemampuan untuk melakukan fagositosis pada tubuh manusia sangat


berkembang dalam sel lekosit bergranula dan sel-sel yang termasuk dalam sel
makrofag atau sistem retikulo-endotel (macrophagic or reticulo endothelial
system). Sel-sel yang termasuk dalam golongan ini diantaranya ialah histiosit
yang terdapat dalam jaringan ikat, sel-sel retikuler dalam sistem hemopeotik,
sel-sel endotel dalam kapiler/sinusoid dalam jaringan hati, kelenjar adrenal,
hipofise, dan lain-lain.
Gambar 2.1.3 Fagositosis pada Amoeba.

Pada fagositosis, Amoeba menelan suatu partikel dengan


pseudopod yang membalut di sekeliling partikel tersebut dan
membungkusnya di dalam kantong yang berlapis membran yang cukup
besar untuk bisa digolongkan sebagai vakuola. Partikel ini dicerna setelah
vakuola bergabung dengan lisosom yang mengandung enzim hidrolitik.

c. Endositosis yang diperantarai reseptor (receptor-mediated


endocytosis)

Endositosis yang diperantarai reseptor merupakan proses


endositosis yang menggunakan reseptor khusus untuk partikel tertentu.
Gambar 2.1.4 Endositosis yang diperantarai reseptor.

Endositosis yang diperantarai reseptor sangat spesifik. Yang


tertanam dalam membran adalah protein dengan tempat reseptor spesifik
yang dipaparkan ke fluida ekstraseluler. Ekstraseluler yang terikat pada
reseptor disebut ligan, suatu istilah umum untuk setiap molekul yang
terikat khususnya pada tempat reseptor molekul lain. Protein reseptor
biasanya mengelompok dalam daerah membran yang disebut membran
terlapisi, yang sisi sitoplasmiknya dilapisi oleh lapisan protein samar.
Protein pelapis ini mungkin membantu memperdalam lubang dan
membentuk vesikula.

Endositosis yang diperantarai reseptor memungkinkan sel dapat


memperoleh substansi spesifik dalam jumlah yang melimpah, sekalipun
substansi itu mungkin saja konsentrasinya tidak tinggi dalam fluida
ekstraseluler. Misalnya, sel manusia menggunakan proses ini untuk
menyerap kolesterol dan digunakan dalam sintesis membran dan sebagai
prekursor untuk sintesis steroid lainnya. Vesikula tidak saja mentranspor
substansi antara sel dan sekelilingnya, vesikula ini juga memberikan suatu
mekanisme untuk membentuk kembali membran plasma.

Terdapat mekanisme endositosis yang melibatkan reseptor yang ada


pada membran sel. Mekanisme endositosis begini sangat bermanfaat untuk
pengambilan kolesterol dan darah oleh sel. Untuk memberikan sifat
kelenturan membran sel dalam dwi-lapis lipid dibutuhkan molekul-molekul
kolesterol. Apabila pengambilan kolesterol dan darah meningkat kadarnya
dan dapat berperan dalam pembentukan plak pada permukaan dinding
pembuluh darah sebagai awal terjadinya arteriosklerosis.

Sebagian besar dari kolesterol diangkat dalam darah sebagai ikatan


dengan protein yang disebut LDL (low density lipoprotein). Partikel-partikel
berbentuk bola-bola kecil ini (20 nm) permukaannya dilapisi oleh dwi-lapis
lipid dengan protein. Di dalam bola LDL ini terdapat kolesterol dan rantai
asam lemak.

Apabila sel hewan membutuhkan kolesterol untuk pembentukan


membrannya, maka sel tersebut mensintesis protein untuk reseptor pada
permukaan sel. Reseptor inilah yang akan mengikat protein pada permukaan
LDL yang kemudian dilanjutkan dengan endositosis, Endosom yang berisi
LDL tersebut akan bersatu dengan lisosom sehingga ester kolesterol
dihidrolisis menjadi kolesterol bebas. Kolesterol bebas terdapat dalam
sitoplasma sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan membran sel.
Apabila dalam sitoplasma terdapat terlalu banyak kolesterol makan terjadi
umpan balik dalam bentuk hambatan sintesis membran dan reseptor LDL
pada membran.

Pada orang-orang tertentu terjadi gangguan pembentukan reseptor


karena menderita gangguan genetik. Akibatnya sel-sel penderita gangguan ini
tidak mampu mengambil LDL dari darah yang selanjutnya dapat berkambang
menjadi arterisklerosis umur muda.

2.2 Eksositosis
Gambar 2.2.1 Eksositosis.

Proses Amoeba mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui vakuolanya


adalah satu contoh eksositosis. Istilah eksositosis berasal dari bahasa
Yunani, exo artinya keluar dan cytosartinya sel. Vakuola atau selubung
membran melingkupi sisa zat makanan yang sudah dicerna. Kemudian,
bergabung kembali dengan membran sel dan sisa zat makanan untuk di buang
keluar sel. Jadi, eksositosis adalah proses mengeluarkan benda dari dalam sel
ke luar sel. Membran yang menyelubungi sel tersebut akan bersatu atau
berfusi dengan membran sel. Cara ini adalah salah satu mekanisme yang
digunakan sel-sel kelenjar untuk mensekresikan hasil metabolisme. Misalnya,
sel-sel kelenjar di pankreas yang mengeluarkan enzim ke saluran pankreas
yang bermuara di usus halus. Sel-sel tersebut mengeluarkan enzim dari dalam
sel menggunakan mekanisme eksositosis

2.3 Perbedaan Eksositiosis dan Endositosis


Tabel berikut akan membandingkan dan eksositosis dan endositosis
secara jelas untuk membantu menjelaskan proses yang lebih baik.

Eksositosis Endositosis

Hasil eksositosis adalah Endositosis membantu


mengusir molekul di luar sel. membawa molekul masuk sel.

Eksositosis menyebabkan Endositosis menyebabkan


kerusakan vesikel. penciptaan vesikel.

Ada pelepasan enzim, Proses endositosis


hormon, protein dan glukosa menerima nutrisi.
untuk digunakan di bagian tubuh
lainnya.

Mereka mungkin memiliki Sel menelan patogen


neurotransmitter dalam kasus sel- dalam tubuh dan menghancurkan
sel neuron. mereka.

Sel-sel berkomunikasi Endositosis digunakan


dengan sistem kekebalan tubuh untuk migrasi sel dan adhesi.
atau mekanisme pertahanan dari
sel atau badan dalam kasus
infeksi.

Eksositosis membantu Proses ini berfungsi


dalam mengeluarkan sampah dari sebagai reseptor sinyal.
tubuh.

Ini adalah beberapa poin yang membantu untuk membandingkan


dengan jelas eksositosis dan endositosis. Kedua mekanisme ini sangat penting
bagi keberadaan sel.

BAB 3
2.4 Membran Plasma
A. Pengertian membran plasma

Membran plasma adalah protoplasma yang menjaga isi sel dan memisahkan isi sel
dengan lingkungan luar sel. Membran plasma bersifat selektif permeabel.
Membran plasma memiliki sifat-sifat hidrofobik di bagian tengah dan sifat
hidrofilik di permukaan luar maupun permukaan sistolik. Membran plasma terdiri
dari senyawa-senyawa lipida, protein,karbohidrat,enzim dan ion. Komponen
kimiawi yang terlihat secara morfologis adalah karbohidrat, protein, dan lipida.

Gambar: letak-letak membran plasma

Fosfolipida merupakan lipida yang jumlahnya paling banyak dalam membran,


membentuk dua lapisan yang disebut bilayer lipida, yang kemungkinan lapisan
bagian atas diselipi protein dan bagian bawah tidak, atau keseluruhannya.Tipe
Lipida pada membran plasama ada 3 macam yaitu Fosfogliserida ,Sfingolipida
,Kolesterol.

Gambar: bagian-bagian fosfolipid


Senyawa protein dan karbohidrat memberikan sifat hidrofilik.Struktur dasar
selaput plasma ini sangat mendukung fungsinya sebagai pembatas lingkungan luar
dari lingkungan dalam sel, dan lingkungan luar organela dari lingkungan
dalamnya. Protein pada membran ada dua macam yaitu Protein ferifer (ekstrinsik)
dan protein integral (intrinsik). Protein perifer umumnya tidak melekat dengan
kuat pada membran dan mudah terlepas. Protein integral adalah protein yang
berintegrasi dengan lipida.

Gambar:jenis-jenis protein

Karbohidrat yang menempel pada protein berupa glikoprotein dan karbohidrat


yang menempel pada molekul lipida berupa glikolipida. Jenis karbohidrat yang
menempel pada membran plasma tergantung pada fungsi membran plasma
tersebut. Karbohidrat ada 3 jenis yang terdapat pada membran yaitu
Oligosakarida,Glikoprotein:karbohidrat yang menempel pada protein,dan
Glikolipid:karbohidrat yang menempel pada lipida.Karbohidrat tidak bisa
menempel dengan protein atau lipida di bagian dalam kearah sistosilik karena
karbohidrat akan dilisis.

Komposisi lipida, protein dan karbohidrat (pada glikoprotein dan glikolipida)


bervariasi sesuai dengan macam selaputnya dan dapat berubah sesuai dengan
tingkat perkembangan sel, umur, dan lingkungan. Keberadaan membran plasma
sukar dilihat dengan mikroskop biasa dan keberdaan membran plasma sel dapat
dibuktikan pada waktu sel mengalami plasmolisis atau sel yang dihilangkan
dinding selnya. Dari segi fisiologis keberadaan membran plasma dapat dilihat
dengan adanya permeabilitas selektif terhadap senyawa-senyawa tertentu. Di
samping itu selaput plasma juga memperlihatka sifat-sifat yang dinamis antara
lain pertumbuhan membran plasma, fragmentasi, diferensiasi dan perubahan
struktur tiga dimensinya.

Komposisi masing-masing fraksi plasma terutama fraksi lipida sangat


menenyukan kecairan selaput. Pengertian kecairan menyangkut ciri-ciri
kekenyalan, kekentalan, atau kemudahan melakukan perubahan sifat fisiokemis
untuk tetap dapat mempertahankan keutuhan fungsi membran plasma. Perubahan
sifat fisiokemis itu terjadi dari keadaan seperti agar-agar ke keadaan lebih encer.
Perubahan ke keadaan yang encer diikuti dengan peningkatan gerakan ikatan C-C
molekul asam lemak pada poros sehingga terjadi susunan yang lebih acak.
Perubahan ini menyerap tenaga panas yang besar.

Pada umumnya untuk berubah dari keadaan kental ke encer lipida dengan rantai
karbon pendek atau rantai karbon dengan ikatan rangkap memerlukan tenaga
transisi (tenaga panas) lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak dengan
rantai karbon panjang atau dengan ikatan-ikatan yang lebih sedikit (rantai C-C
jenuh). Rantai karbon yang lebih pendek memerlukan luas permukaan yang lebih
sedikit sehingga membuka peluang untuk adanya ikatan van der waals. Sebaliknya
rantai karbon dengan ikatan rangkap menyebabkan konformasi berlipat-lipat
sehingga memberikan bentuk lebih acak dan lebih sedikit ikatan van der waals
yang terjadi serta lebih sedikit kemungkinan mengadakan interaksi dengan
senyawa lipida lainnya.keadaan ini disebut dengan keadaan yang lebih encer.
Dengan demikian kebanyakan sel mampu melakukan adaptasi terhadap suhu lebih
rendah dengan meningkatkan bagian kandungan asam lemak tidak jenuh pada
selaput plasma sehingga keenceran selaput plasma tetap dipertahankan.

Di samping tingkat kejenuhan asam lemak kolesterol juga merupakan penentu


keenceran membran plasma. Molekul kolesterol terlalu bersifat hidrofobik
sehingga lebih sukar untuk membentuk suatu bentukan lembaran. Dengan
demikian kolesterol membentuk suatu interkalarsi di antara molekul-molekul
fosfolipida. Gugus hidroksil kolesterol berada dekat gugus hidrofilik fosfolipida
sedangkan cincin steroid berinteraksi dengan rantai karbon asam lemak, sehingga
molekul asam lemak menjadi tidak mudah bergerak. Hasil akhir pengaruh
kolesterol terhadap keenceran selaput bervariasi tergantung macam dan komposisi
fosfolipida. Dengan kata lain kolesterol mengurangi gerakan asam lemak di dekat
permukaan selaput plasma tetapi menyebabkan pemekaran ujung rantai karbon
asam lemak atau mengurangi kemungkinan terjadinya ikatan antara rantai karbon
asam lemak. Dengan demikian sebagai contoh selaput sitoplasmik pada organisme
eukariotik yang mengandung lebih banyak kolesterol, selaputnya cenderung sulit
berubah dari keadaan encer ke keadaan kental pada suhu sekitar 30 derajat C. hal
ini diperlukan apabila suhu lingkungan lebih rendah. Struktur molekul penyusun
selaput plasma diuraikan di bagian lain dalam.

Selain sebagai pembatas selaput plasma memiliki fungsi:

1. Mengatur permeabilitas terhadap senyawa-senyawa atau ion-ion yang


melewatinya permeabilitas ini terutama diatur oleh protein integral.
2. Protein selaput yang berfungsi sebagai protein pengenal atau sebagai reseptor
molekul-molekul khusus (hormon, antigen, metabolit) dan agensia khas (bakteri
dan virus)

3. Protein selaput berfungsi sebagai enzim khusus misalnya pada selaput


mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma, aparatus golgi selaput sel dan lain-
lain.

4. Selaput sebagai kelompokan molekul juga berfungsi sebagai reseptor tehadap


perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, macam dan intensitas cahaya.

B. Pekembangan Model Selaput Plasma

1. Model Danielli-Davson

Danielli dan davson mendasarkan struktur selaput plasma melalui penelitian-


penelitian fisiko-kimia yaitu dengan mebnadingkan tegangan permukaan yang
terjadiantara tetes minyak pada ekstrak selaput plasma dan air. Tegangan
permukaan yang terjadi antara tetes minyak dengan eksrak sel ternyata lebih
rendah dibandingkan dengan tegangan permukaan yang terjadi antara tetes
minyak dengan air. Hal ini menunjukkan adanya zat tertentu pada ekstrak sel yang
mampu menurunkan tegangan permukaan pada batas kedua fasa. Pengamatan ini
kemudian menghasilkan model selaput plasma yang disebut model Danielli-
Harvey dan disempurnakan lagi sebagai model Danielli-davson. Beberapa
kelemahan kedua model tersebut adalah tentang tidak adanya ketebalan selaput
yang jelas apabila selaput plasma mengalami hidratasi.

Pengamatan dengan mikroskop elektron terhadap myelin dan beberapa selaput sel
lainnya, menunjukkan gambaran dua garis sejajar seperti rel kereta api. Robertson
mengusulkan suatu konsep struktural yang baru yaitu konsep selaput kesatuan.
Dalam konsep tersebut digambarkan lapisan lipida sebagai dua lembaran molekul
lipida disebut dwilembar lipida tang bagian hidrofiliknya bersinggungan dengan
lapisan proteinberkonfigurasi memanjang atau berkonfigurasi B. Dengan model
ini dapat diduga bahwa lapisan lipida membentuk ketebalan 3, 5 nm dan lapisan
molekul protein setebal 2, 0 nm. Dengan demikian model ini dapat menjelaskan
ketebalan selaput plasma yang umumnya mencapai 7, 5 nm.
Gambar: membran plasma menurut Danielli-davson

2. S.J. Singer dan G. Nicolsan (1972)

mengemukakan bahwa protein membran itu terdispersi dan secara individual


disisipkan ke dalam bilayer fosfolipida , dan hanya daerah-daerah hidrofiliknya
yang menonjol. Menurut model ini, membran merupakan mosaik molekul protein
yang terapung pada bilayer fluida yang terdiri dari fosfolipida-fosfolipida, yang
dikenal dengan istilah membran model mosaik fluida.

3. E.Gorter dan F.Grandel (1925),

berpikir bahwa membran sel sebenarnya harus berupa bilayer fosfolipida yang
terdiri dari dua lapisan moleku
C. Komposisi fraksi lipida membran plasma

Membran plasma terutama disusun dari molekul-molekul lipida dan protein.


Kedua jenis molekul tersebut dapat mengalami glukosilasi menjadi glikolipida
dan glikoprotein. Macam, panjang rantai dan pola ikatan glikosil sangat
menentukan sifat dan fungsi membran plasma. Dengan demikian selaput plasma
setiap organel dan sel memiliki keanekaragaman komposisi penyusunnya.
Sebagian besar fraksi lipida merupakan lemak dwiasilgliserol, triasilgliserol,
fosfilipid, dan glikolipida. Senyawa-senyawa asil gliserol disusun oleh senyawa
gliserol, fosfogliserol yang berikatan ester dengan asam-asam lemak. Macam
senyawa asam lemak sangat menemukan keenceran selaput plasma.

Senyawa-senyawa asam lemak kemudian dapat berikatan ester dengan gliserol


menjadi mono, di, triasilgliserol. Senyawa=senyawa asam lemak dapat pula
mengadakan ikatan ester dengan gliserol PO4 menjadi asam fosfatidat.

Asam-asam lemak dibedakan dan digolongkan berdasarkan jumlah C pada rantai


C, jumlah ikatan rangkap dan macam gugus reaktif yang terikat pada rantai C.
panjang pendeknya rantai C dan jumlah ikatan rangkap sangat menentukan
keenceran senyawa lemak. Dengan demikian senywa-senyawa gliserida sebagai
penyusun selaput plasma dapat berpengaruh pada keenceran selaput plasma.
Selain keanekaragaman asam lemak berdasarkan jumlah C dan ikatan rangkapnya,
pada selaput plasma dijumpai pula keanekaragaman macam dan kadar fraksi
lemak pada satu macam sel dan keanekaragaman komposisi berdasarkan jenis
organela pada sel yang berbeda.

Dengan demikian sfingomielin dan fosfatidil kolin merupakan fosfolipida kha


yang terdapat pada sisi luar, sedangkan fosfatidil etanolamin dan fosfatidil sering
merupakan fosfolipida khas yang terdapat pada sisi sitoplasmik.

D. Komponen fraksi protein membran plasma


Protein membran plasma mempunyai fungsi yang sangat luas antara lain fungsi
sebagai pembawa senyawa yang melewati membran plasma, menerima isyarat
(signal) hormonal dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau ke
sel lainnya. Protein membran plasma juga berfungsi sebagai pangkal pengikat
komponen-komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ekstraseluler.
Molekul-molekul protein permukaan luar memberikan ciri-ciri individual tiap sel
dan macam protein dapat berubah sesuai dengan diferensiasi sel. Protein-protein
tersebut banyak yang berfungsi sebagai enzim (biokatalisator), terutama pada
selaput mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma. Sebagai contoh, senyawa-
senyawa fosfolipida selaput plasma disintesis oleh enzim-enzim selaput retikulum
endoplasma.
Kedudukan dan orientasi protein dalam membran plasma bervariasi sesuai dengan
selaput, macam sel dan jaringan. Orientasi molekul protein selaput dapat bersifat
integral, porifer atau terbenam dalam bagian hidrofobik. Walaupun demikian
beberapa orientasi ekstrem terlihat pada beberapa jenis sel antara lain: glikoforin
pada selaput eritrosit merupakan suatu protein selaput yang hanya membentang
sekali pada ketebalan selaput. Balteriorhodopsin terdapat pada selaput sel sejenis
bakteri, merupakan protein selaput yang menembusselaput 7 kali. Protein-protein
selaput dapat dilepaskan dari selaput plasma dengan menggunakan deterjen antara
lain Triton-X, Octyl glucosyda, Sodium deoxhycholate, Cetylthrymhetillamonium
bromide dan SDS.

E. Komponen fraksi karbohidrat membran plasma

Semua sel eukariotik memiliki molekul karbohidratpada permukaan luarnya.


Senyawa-senyawa tersebut dapat berupa oligosakarida maupun polisakarida yang
terikat secara kovalen pada protein selaput untuk membentuk glikoprotein atau
berupa rantai oligosakarida yang terikat secara kovalen pada lipida selaput untuk
membentuk glikolipida. Berat keseluruhan karbohidrat di dalam selaput berkisar
antara 2 % sampai 10 % berat total selaput.

Membran plasma merupakan selaput yang asimetris. Molekul-molekul lipida


lembaran luar membran plasma berbeda dengan molekul-molekul lipida yang
terdapat di lembaran dalam. Demikian pula molekul polipeptida yang tersumbul
dari kedua lembaran dwilapis lipida tersebut juga berbeda. Penyebaran
karbohidratnya pun juga asimetris. Rantai-rantai karbohidrat dari sebagian besar
glikolipida, glikoprotein dan proteiglikan pada selaput plasma tidak pernah ada di
permukaan sistolik.

Ada sembilan macam monosakarida yang terikat pada glikoprotein dan glikolipid
dari selaput plasma. Sakarida-sakarida terikat pada glikoprotein maupun
glikolipida dengan ikatan N glikosidik atau ikatan O glikosidik. Di dalam
glikolipida rantai monosakarida atau oligosakarida dihubungkan dengan ikatan
O glikosidik pada gugus hidroksil primer dari sfingosin. Glikoprotein dibentuk
oleh ikatan kovalen residu gula pada salah satu residu-residu asam amoni dari
rantai polipeptida. Asam amino tersebut adalah asparagin, serin, threonin,
hidroksilisin, dan hidroksiprolin.

Salah satu cara yang tepat untuk menunjukkan keberadaan dan macam residu gula
pada membran plasma yaitu teknik ikatan lektin. Lektin ini merupakan protein
yang berasal dari bebrapa macam organisme, hewan maupun tumbuhan. Protein
ini memiliki tempat untuk mengenali gula tertentu. Mengingat lektin dapat
berikatan dengan glikoprotein maupun glikolipida selaput plasma, maka saat ini
lektin digunakan sebagi alat penentu lokasi dan sarana untuk mengisolasi
molekul-molekul selaput plasmayang mengandung gula.

Istilah selubung sel atau glikokaliks pada sel eukariotik digunakan untuk
menyebut daerah bagian luar membran sel yang banyak mengandung karbohidrat.
Daerah ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara antara lain dengan merah
rutenium dan penandaan dengan lektin. Selain karbohidrat yang terikat pada
protein integral dan fosfolipida selaput sel, glikokaliks dapat pula mengandung
glikoprotein yang disekresikan dan kemudian menempel pada permukaan luar
membran sel.

Struktur Dasar Membran Plasma Mikroorganisme Termofilik

Fraksi lipida selaput plasma mikroorganisme termofilik

Lipida membran plasma organisasi termofilik memiliki asam lemak-asam lemak


dengan rantai karbon lurus, lebih jenuh dan lebih panjang dibandingkan dengan
asam lemak selaput mikroorganisme mesofilik. Makin tinggi suhu sering dijumpai
gugus metil. Dengan asam lemak tersebut mikroorganisme termofilik dapat
mempertahankan derajat keenceran membran sel dengan demikian
mempertahankan fungsi membran plasma pada suhu tinggi. Baik mikroorganisme
termofilik maupun mesofilik dapat mengatur komposisi membran plasma.
Pengendalian komposisi selaput ini disebut sebagai adaptasi homoeviscous.

Pada umumnya asam lemak memiliki 14-20 atom C dalam bentuk lurus dengan
satu gugus metil dalam bentuk iso (2) atau anteiso (3). Bentuk iso dan anteiso
bukan komponen yang khas pada mikroorganisme termofilik. Kedua-duanya juga
umum ditemui pada mikroorganisme mesofilik. Walaupun demikian pada
mikroorganisme termofilik kandungan lemak dalam bentuk iso dan anteiso
merupakan bentuk yang dominan seperti tang dijumpai pada mikroorganisme
mesofilik, komponen asam lemak pada eubakteri termofilik dapat terikat
dengansenyawa karbohidrat dan dapat berkatan ester pada gliserol membentuk
diasilgliserol.

Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu lingkungan yang tinggi diikuti dengan
pemanjangan rantai karbon. Penelitian Ray, et.al. menunjukkan bahwa kenaikan
lipida total terutama glikolipida terlihat apabila suhu pertumbuhan ditingkatkan.
Gejala seperti ini juga ditemukan pada mikroorganisme mesofilik.

Senyawa-senyawa alkohol golongan 1,2-diol merupakan konstituen umum pada


lapisan lilin tanaman dan zat sebum pada hewan. Gabungan senyawa ini tidak
pernah merupakan bagian dari membran sel. Walaupun demikian pada bakteri
termofilik aerobik ditemukan alkohol 1,2-diol sebagai pengganti gliserol.

Senyawa-senyawa diol utama terdiri dari 21 atom C dan 19 atomC. Senyawa-


senyawa ini memiliki gugus apolar dan merupakan 79 % dari bagian apolar lipida
selaput dan 11 % asam lemak.

Pada bakteri termofilik juga dijumpai senyawa-senyawa alkohol isopropanol.


Bakteri-bakteri mesofilik dan termofilik dapat mengubah komposisi bagia apolar
sebagai tanggapan terhadap suhu linkungan. Dengan cara ini bakteri-bakteri
tersebut dapat mengendalikan kekentalan selaput. Bagian apolar archaebacteria
selalu mengandung senyawa tersebut dalam variasi C20 atau C40.

Senyawa monoalkohol isopropanoid c20 merupakan fitanol yang jenuh,


sedangkan rantai isopropanoid C40 terdapat dalam bentuk 1,1 bifitanil-diol
dengan kedua ujung terminal mengandung OH. Bentuk bifitanil-diol setara
dengan 2 fitanol dengan kondensasi kepala ke kepala. Bila senyawa ini terikat
dengan gliserol melalui ikatan eter, kedua alkohol tersebut menghasilkan 2 bentuk
eter gliserol pada archaebacteria yaitu fitanilgliserol-dieter dan dibifitanil-
digliserol tetraeter.

Bentuk dibifitanil-digliserol tetraeter ini memberikan struktur selaput ekalapis


lipida (monolayer lipid membrane).

Fraksi protein pada selaput plasma

Mikroorganisme termofilik

Protein merupakan satu diantara biomolekul yang memegang peranan paling


penting untuk melangsungkan sistem hidup yaitu protein sebagai enzim, protein
sebagai penyusun ribosoma dan protein sebagai komponen selaput plasma.
Sebaliknya protein merupakan biomolekul yang sangat peka dengan suhu tinggi.
Walaupun demikian selaput plasma lebih termostabil dibandingkan dengan
protein sitosplasmik. Dengan demikian pada mikroorganisme termofilik
kemampuan untuk hidup pada suhu tinggi sangat tergantung pada adanya
kekhasan struktural molekul protein. Ada petunjuk bahwa termostabilitas protein
banyak ditentuka oleh adanya senyawa-senyawa poliamin yang terutama
mempunyai peran melindungi fungsi protein sintesis invivo pada suhu tinggi.
Sebagai contoh spermidin yang banyak dijumpai pada kebnyakan organisme.
Mempunyai pengaruh pada asosiasi subunit ribosoma pada percobaan invitro
terutama pada suhu tinggi dan kandungan Mg yang rendah. Pada percobaan lain
thermin suatu poliamin yang didapatkan pada thermus sangat memacu protein
pada suhu tinggi melalui pemacuan asosiasi subunit ribosoma, mRNA dan amino
asil tRNA.

Peranan membran plasma

Pada pembahasan telah dikemukakan bahwa selaput plasma mempunyai beberapa


peranan yang sangat penting pada kehidupan sel. Yang perlu mendapat perhatian
yaitu peranannya sebagai penyekat, pemilih, pemilah dan pengatur. Selain itu
sebagai plasma juga berperan sebagai tempat terjadinya reaksi kimia, sarana
komunikasi, penerima dan penerus informasi dan lain sebagainya.

membran plasma sebagi penyekat.


Berbeda dengan sel prokariota yang hanya memiliki satu kompartemen yang
diselubungi oleh membran plasma, sel-sel eukariota memilik sejumlah
kompartemen berselaput yang disebut organela. Setiap kompartemen mempunyai
peranan berbeda-beda mereka masing-masing memiliki seperangkat enzim,
molekul-molekul khusus dan sistem distribusi yang rumit. Dalam bagian ini
diuraikan sekilas tentang kompartemen dari suatu sel dan hubungan antar sel
kompartemen-kompartemen tersebut.

Semua sel eukariota memiliki organela membran perangkat dasar. Adanya


membran yang membatasi setiap organela ini sangat penting, karena kesgiatan di
dalam setiap organela dapat berjalan lancar tanpa gangguan dari organela lain,
namun tetap ada hubungan kerja yang serasi. Setiap organela berselaput memiliki
sifat dan kemampuan yang serupa dengan semua jenis. Volume seluruh organela
yang terdapat di dalam sel hampir setengah volume sel.

Membran plasma sebagai pengatur permeabilitas

Membran plasma tidak hanya merupakan penyekat pasif tetapi juga merupakan
saringan pemilah yang antara lain memelihara perbedaan kadar ion di sebelah
menyebelahnya. Dwilapis lipida berperan sebagai penyekat intermeabel bagi
molekul yang terlarut dalam air dan molekul yang bermuatan. Materi yang
melewati membran dikelompokkan menjadi dua kellompok yaitu mikro molekul
dan makro molekul.

Pengangkutan mikromolekul lewat membran plasma

Hasil penelitian tentang pengangkutan lewat selaput plasma membuktikan bahwa


terdapat tiga mekanisme pengangkutan yaitu difusi sederhana, difusi dipermudah
atau dipercepat dan pengangkutan aktif. Difusi merupakan suatu proses lewatnya
bahan-bahan tertentu melewati suatu membran sebagai akibat perbedaan
kosentrasi.

Difusi sederhana dan difusi dipermudah keduanya merupakan transpor menurun


yang berarti materi berasal dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah. tenaga yang digunakan untuk pengangkutan ini merupakan
tenaga panas atau tenaga termal. Mengingat bahwa pada pengangkutan ini tidak
menggunakan ATP maka transpor ini dinyatakan sebagai transpor pasif. Transpor
mendaki yaitu bila pengangkutan melawan derajat elektrokimia atau konsentrasi
selalu memerlukan ATP selular. Oleh karena itu disebut transpor aktif. Perlu
diingat bahwa pada sel yang hidup kegiatan pengangkutan ini berlangsung secara
terpadu dan bersamaan untuk memelihara homeostatis sel.

Difusi sederhana

Molekul-molekul yang dapat melewati membran plasma secara difusi sederhana


sangat terbatas, karena membran plasma masih memiliki penghalangnya.
Mikromolekul terutama jenis hidrofobik dapat melewati selaput plasma dengan
mudah, sedangkan makromolekul atau jenis molekul yang dapat terionisasi sulit
melewati selaput plasma. Perbedaan ini biasanya dihubungkan dengan besarnya
daya larut substansi hidrofobik di dalam dwi lapis lipida membran plasma.

Kemampuan sel dapat memilah senyawa hidrofilik dengan berat molekul (BM)
kecil dari senyawa yang BM-nya besar, seringkali akibat adanya saluran akuosa
atau porus pada membran plasma. Terdapat dua jenis porus jenis pertama
merupakan saluran akuosa yang menembus molekul protein integral atau diantara
kelompokan molekul protein transmembran. Porus jenis kedua disebut porus
statistik yang terbentuk secara acak pada selaput plasma dan menembus dwilapis
lipida.

Difusi dipermudah

Senyawa yang melewati membran plasma dengan jalan melewati difusi


dipermudah, juga dapat memerlukan keterlibatan ATP, seperti halnya difusi
dipermudah. Namun gerakan senyawa dari luar ke dalam atau sebaliknya lebih
cepat dari difusi sederhana. Hal ini disebabkan adanya protein pembawa yang
mampu mempercepat pengangkutan. Berdasarkan pemikiran ini suatu membran
plasma pasti memiliki sejumlah protein pembawa yang masing-masing yang
mempunyai tempat khusus untuk sesuatu molekul yang dapat diangkut.

Molekul protein pembawa setelah mengikat senyawa yang akan dibawa segera
memindahkan senyawa tersebut dari luar ke dalam atau sebaliknya dengan jalan
berputar, berdifusi atau membentuk poros.

Transpor aktif
Pengangkutan senyawa melewati selaput plasma dengan melawan gradien
berlangsung dengan sangat rumit. Mekanisme yang paling sederhana mirip
dengan difusi dipermudah namun memerlukan ATP. Terdapat dua kategori
transpor aktif, transpor aktif primer yaitu transpor yang melibatkan ATP atau
aliran elektron, transpor aktif sekunder yaitu transpor yang tergantung pada
kekuatan selaput atau gradien ion atau tenaga kimiosmotik.

Dua transpor ini saling berkaitan, dalam arti mekanisme transpor aktif primer
menimbulkan suatu gradien yang memungkinkan terjadinya transpor aktif
sekunder. Salah satu contoh transpor aktif adalah pemompaan ion Na dan Ka.

Konsentrasi ion Ka dipertahankan untuk selalu lebih tinggi daripada di luar sel,
sebaliknya konsentrasi ion Na di dalam sel diusahakan selalu lebih rendah
daripada di luar sel. Ion Ka dan ino Na dua-duanya dipompa melawan gradien
konsentrasi dan pemompaan dapat nerlangsung akibat terjadinya hidrolisis ATP.
Hidrolisis ATP terjadi karena adanya enzim ATPase yang terdapat pada selaput
plasma. Pada selaput plasma utuh yang berada pada sel, natrium mengangtifkan
pemompaan dan memacu kegiatan ATPase dari dalam sel saja, kalium bekerja
dari lingkungan luar membran plasma.

Transpor Pasif
dapat berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi larutan di
antara kedua sisi membrane. pada transport pasif tidak memerlukan energy
metabolic. transport pasif dibedakan menjadi tiga, yaitu difusi sederhana
(simple diffusion), difusi dipermudah atau difasilitasi (facilitated diffusion)
dan osmosis
a. Difusi
Difusi dapat diartikan perpindahan zat (padat, cair, dan gas) dari larutan
konsentrasi tinggi (hipertonis) ke larutan dengan konsentrasi rendah
(hipotenis). Dengan kata lain setiap zat akan berdifusi menuruni gradien
konsentrasinya. Hasil dari difusi adalah konsentrasi yang sama antara larutan
tersebut dinamakan isotonis.
Kecepatan zat berdifusi melalui membran sel tidak hanya tergantung
pada gradien konsentrasi, tetapi juga pada besar, muatan, dan daya larut
dalam lemak (lipid). Membran sel kurang permeabel terhadap ion-ion (Na+,
Cl, K+) dibandingkan dengan molekul kecil yang tidak bermuatan. Dalam
keadaan yang sama molekul kecil lebih cepat berdifusi melalui membran sel
daripada molekul besar. Molekul-molekul yang bersifat hidrofobik dapat
bergerak dengan mudah melalui membran daripada molekul-molekul
hidrofolik. Molekul-molekul yang besar dan ion dapat bergerak melalui
membran.
b. Difusi terfasilitasi
Difusi terfasilitasi melibatkan difusi dari molekul polar dan ion melewati
membran dengan bantuan protein transpor. Protein transpor merupakan
protein khusus yang menyediakan suatu ikatan ???? sik bagi molekul yang
sedang bergerak. Protein transpor juga merentangkan membran sel sehingga
menyediakan suatu mekanisme untuk pergerakan molekul. Difusi terfasilitasi
juga merupakan transpor pasif karena hanya mempercepat proses difusi dan
tidak merubah arah gradien konsentrasi.
difusi terfasilitasi adalah pelaluan zat melalui membrane plasma yang
melibatkan protein pembwa atau atau protein transforter. protein transforter
tergolong protein transmembran yang memiliki tempat perlekatan terhdap ion
atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. setiap molekul glukosa
diperlukan protein transforter yang khsus untuk mentransfer glukosa ke dalam
sel.
protein transforter untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka,
otot jntung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, Karen sel-sel tesebut selalu
membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energy.
c. Osmosis
Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeabel. osmosis
adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut dari larutan
yang konsentrasi zat pelarutnya rendah menuju larutan yang konsentrasi zat
pelarutnya tinggi melalui membrane selektifpermeabel atau semi permeable.
Air akan bergerak dari daerah yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke
daerah yang mempunyai konsentrasi larutan tinggi. Tekanan osmosis dapat
diukur dengan suatu alat yang disebut osmometer. Air akan bergerak dari
daerah dengan tekanan osmosis rendah ke daerah dengan tekanan osmosis
tinggi. Sel akan mengerut jika berada pada lingkungan yang mempunyai
konsentrasi larutan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena air akan keluar
meninggalkan sel secara osmosis. Sebaliknya jika sel berada pada lingkungan
yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan banyak menyerap air, karena air
berosmosis dari lingkungan ke dalam sel.
Jika sel-sel tersebut adalah sel tumbuhan, maka akan terjadi tekanan
turgor apabila dalam lingkungan pada lingkungan hipertonis, dapat
mengalami plasmolisis yaitu terlepasnya sel dari dinding sel.
TRANPOR MOLEKUL_MOLEKUL KECIL
2. Transpor Aktif
Pada transpor aktif diperlukan energi dari dalam sel untuk melawan gradien
konsentrasi. Transpor aktif sangat diperlukan untuk memelihara
keseimbangan molekul-molekul di dalam sel. Sumber energi untuk transpor
aktif adalah ATP (adenosin trifosfat).
Transpor aktif primer dan sekunder
Transpor aktif primer membutuhkan energi dalam bentuk ATP, sedangkan
transpor aktif sekunder memerlukan transpor yang tergantung pada potensial
membran. Kedua jenis transpor tersebut saling berhubungan erat karena
transpor aktif primer akan menciptakan potensial membran dan ini
memungkinkan terjadinya transpor aktif sekunder.
Transpor aktif primer dicontohkan pada keberadaan ion K+ dan Na+ dalam
membran. Kebanyakan sel memelihara konsentrasi K+ lebih tinggi di dalam
sel daripada di luar sel. Sementara konsentrasi Na+ di dalam sel lebih kecil
daripada di luar sel. Transpor aktif sekunder dicontohkan pada asam amino
dan glukosa dengan molekul pengangkutannya berupa protein transpor
khusus. Pengangkutan tersebut bersama dengan pengangkutan Na+ untuk
berdifusi ke dalam sel. Pengangkutan Na+ adalah transpor aktif primer yang
memungkinkan terjadinya pontensial membran, sehingga asam amino dan
glukosa dapat masuk ke dalam sel.
TRANPOR MOLEKUL_MOLEKUL BESAR
3. Endositosis dan Eksositosis
a. Eksositosis
Eksositosis dapat diartikan, keluarnya zat dari dalam sel. Vesikel dari dalam
sel berisi senyawa atau sisa metabolisme. Bersama aliran plasma, vesikel
tersebut akhirnya sampai pada membran dan terjadilah perlekatan. Daerah
perlekatan akan mengalami lisis dan isi vesikel keluar.
b. Endositosis
Endositosis merupakan proses pemasukan zat dari luar sel ke dalam sel.
Partikel-partikel dari luar sel menempel pada membran kemudian mendesak
membran sehingga terjadilah lekukan yang semakin lama semakin dalam
bentuknya seperti kantung dan akhirnya menjadi bulat lalu terlepas dari
membran. Bulatan tersebut berisi partikel, lalu akan dicerna oleh lisosom/
enzim pencerna yang lain. Endositosis memiliki dua macam bentuk yaitu
pinositosis dan fagositosis. Pinositosis merupakan proses pemasukan zat ke
dalam sel yang berupa cairan. Hal ini sesuai dengan arti pino sendiri yaitu
minum. Sedangkan fagositosis (fago = makan) merupakan pemasukan zat
padat atau sel lainnya ke dalam tubuh sel. Sesuai dengan artinya, peristiwa ini
seperti sel memakan zat lain. Perhatikan gambar 1.13.
1) Pinositosis
Bahan pada membran plasma reseptor akan menempel sehingga terjadi
lekukan. Lekukan lama-kelamaan semakin dalam dan membentuk kantung.
Kantung yang terlepas akan berada dalam sitoplasma. Kantung ini disebut
gelembung pinositosis. Gelembung pinositosis akan mengerut dan pecah
menjadi gelembung kecil-kecil kemudian bergabung menjadi gelembung
yang lebih besar.
2) Fagositosis
Fagositosis merupakan proses penelanan partikel-partikel makanan dan sel-
sel asing, misalnya pada Amoeba dan sel-sel darah putih. Makanan atau
partikel lain akan menempel pada membran, lalu membran akan membentuk
lekukan. Membran akan menutup dan membentuk kantung, lalu kantung
melepaskan diri.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang
dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel
selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding
dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang
berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan
pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Difusia adlah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah. contoh sederhana adalah pemberian gula padancairan teh tawar.
lambat laun cairan menjadi manis. contoh lain adalah uap air dari cerek yang
berdifusi dalam udara. difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan
(layer) molekul diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu
Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan
difusi.
Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Difusi dan biologi


Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat
yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah
satunya adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa
dan difusi khusus.
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang
hydrophobic atau tidak berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi
ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids. Difusi seperti ini
tidak memerlukan energi atau ATP [Adenosine Tri-Phosphate].
Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein
khusus yang memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut ataupun
membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan karena partikel-
partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah.
Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi
untuk spesifik partikel.

PERBEDAAN DIFUSI DAN OSMOSIS


Difusi merupakan pergerakan atau perpindahan partikel atau molekul suatu
zat (padat,cait atau gas) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat
yang berkonsentrasi rendah, baik melalui membrane ataupun tidak.
sedangkan osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul zat
pelarut (air) dari tempat yang berkonsentrasi rendah menuju tempat yang
berkonsentrasi tinggi dengan melewati membrane semipermeabel.

I. Dasar Teori
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang
sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi
manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat
dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan
konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.
Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui
membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif,
yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada
sifat zat terlarut itu sendiri.
Menurut Kimball (1983:28) Menyatakan bahwa, osmosis adalah difusi dari
tiap pelarut melalu suatu selaput yang permiabol secara diferensial. Pada osmosis
yang bergerak melalui membrane semipermiabel ialah air dari larutan hepotesis
9konsentrasi air tinggi kekonsentrasi air rendah)kehipertonis (konsentasi air rendah
ke konsentrasi at terlarut tinggi).
Konsentrasi merupakan konsentrasi pelarutnya yaitu air dan bukan
konsentrasi dari zat yang larut (mplekul, ion) dalam air pertukaran antara suatu
penamaan khusus yaitu osmosis. Difusi dapat terjadi karena gerakan acak kontinu
yang menjadi ciri khas semua molekul yang tidak terikat hanya tergantung pada
gradient kontraksi.
Menurut Campbell (1999 : 147) Disufi adalah perpindahan zat (gas, padat
atau cair) tanpa melewati membrane, daridaerah yang konsetrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya rendah sehingga konsetrasi zat menjadi sama. Difusi di sebut
juga suatu substansi melintang membra biologis di sebut juga dengan transportasi
aktif.
Menurut Frank (1995 : 27) struktur dinding sel dan mebra sel berbeda,
membrane memungkinkan molekul air melintasi lebih cepat dari pada unsure
terlarut, dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya memang
membrane se tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis tetapi dinding sel
yang tegar ituah yang menimbulkan tekanan dengan meningkatnya jumlah molekul
di dalam sel, isi sel mulai menekan dinding sel, tekanan ini disebut tekanan turgar.
Tekanan turgar inlah yang menyebabkan kekakuan pada bagian tanaman yang tidak
berkaya seperti daun dan bunga.
Menurut DWIOJOSEPUTRO (1990 : 67). Difusi adlah penyebaran yang di
maksut penyebaran di sini penyebaran molekul-molekul suatu zat, dan penyebaran
itu di timbulkan oleh suatu gaya yang identil dengan energi kinetis tersebut. Baik
gas, maupun zat cair dan zat padat, molekul-molekulnya ada kecenderungan utuk
menyebar sampai terdapat suatu konsentrasi yang sama. Difusi juga akan di lakukan
oleh molekul-molekul gula apabila kita mencampurkan suatu gua dengan air biasa,
setelah kita beri waktu yang cukup lama, maka seluruh air akan berasa manis.
Mempelajari dunia kehidupan tidak terlepas dari pengetahuan tentang hirarki
biologi. Dalam pengetahuan biologi, sel merupakan unit terkecil yang dapat
melakukan aktivitas kehidupan. Selain itu, dalam organisme terdapat alat transpor
yang mampu mengatur organisme lainnya. Sehingga membran sel tersusun atas
senyawa fosfolipid bilayer. Oleh karena itu, sel mampu melakukan transpor zat. Hal
ini sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar mereka dapat mendistribusikan energi
yang mereka dapatkan dari alam.
Transpor zat melalui membran dibedakan atas 2 (dua), yaitu transpor zat
yang memerlukan energi (transpor aktif) dan transpor yang tidak
memerlukan energi (transpor pasif). Transpor aktif meliputi proses pompa ATP,
eksositosis, dan endositosis. Adapun transpor pasif meliputi proses difusi, osmosis,
dan difusi terbantu.
Tahukah kalian lingkungan di mana sel-sel itu hidup? Lingkungan suatu sel
selamanya berupa cairan. Namun, hal ini tidak begitu terlihat jelas pada organisme-
organisme multiseluler seperti pohon dan manusia. Sel-sel pada organisme
multiseluler dikelilingi cairan yang disebut cairan ekstra sel (CES). CES memiliki
komponen utama air. CES menyediakan molekul atau ion yang diperlukan suatu sel.
CES juga menampung hasil atau limbah yang dihasilkan sel.
Lalu, bagaimanakah cara sel memperoleh molekul atau ion? Sel akan
melakukan transpor molekul. Transpor molekul dilakukan sel melalui membran sel
yang bersifat selektif permiabel. Artinya, membran sel dapat dilewati molekul
tertentu sesuai yang dikehendakinya. Transpor molekul pada sel terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi cairan antara ruang di dalam sel dengan cairan ekstra
sel. Inilah yang disebut dengan gradien konsentrasi.
Transpor molekul melalui membran dapat terjadi secara pasif (transpor
pasif) dan dapat pula terjadi secara aktif (transpor aktif). Transpor pasif merupakan
transpor yang tidak memerlukan energi, meliputi difusi, difusi terfasilitasi, dan
osmosis. Transpor aktif adalah transpor melalui membran dengan melawan
kecenderungan alami yaitu melawan gradien konsentrasi dengan menggunakan
energi ATP. Transpor melalui membran jenis lain adalah endositosis dan eksositosis.
Prinsip-prinsip dasar transpor melalui membran adalah setiap molekul
memiliki kecenderungan untuk menempati ruang secara merata. Molekul pada
konsentrasi tinggi memiliki tekanan yang lebih besar dan setiap molekul mempunyai
kecenderungan untuk selalu bergerak karena mengandung energi kinetik. Dengan
demikian secara alami terdapat kecenderungan molekul pada konsentrasi tinggi
bergerak ke konsentrasi rendah.
Pada membran sel terikat protein yang menembus maupun yang berada
di luar permukaan. Pernyataan ini berdasarkan atas penemuan S.J Jinger dan G.
Nicholson pada tahun 1972 tentang teori membran yang dikenal sebagai model
mozaik fluid. Dengan melihat struktur seperti yang disebutkan di atas, membran
bukan hanya sebagai pembatas suatu sel, tetapi lebih kompleks lagi karena membran
memiliki kegunaan lain seperti berperan dalam lalu lintas keluar masuknya sel.
Transportasi molekul yang menuruni gradien konsentrasi disebut dengan
transportasi pasif, sedangkan transportasi molekul yang melawan gradien
konsentrasi disebut transportasi aktif. Molekul-molekul yang berukuran besar dalam
proses transportasinya melibatkan pelekukan membran sel sehingga membentuk
suatu vesikula. Transportasi aktif meliputi proses pompa ATP, eksositosis, dan
endositosis. Adapun transpor pasif meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi
terbantu.
Transpor pada membran tergantung pada ukuran molekul dan konsep zat yang
melewati membran sel tersebut molekul-molekul yang berukuran kecil dapat melalui
membran sel dengan dua cara, yaitu:

Dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, atau bisa juga


Menuruni gradien konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
BAB 4

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endositosis merupakan proses pemasukan suatu bahan dari luar sel ke
dalam sel dengan cara melingkupi bahan tersebut dengan ,membran plasma.
Terdapat tiga jenis endositosis yaitu fagositosis untuk benda padat, pinositosis
untuk bernda cair, dan endositosis yang diperantarai reseptor (receptor-
mediated endocytosis) yaitu yang menggunakan reseptor khusus.
Eksositosis adalah proses di mana sel mengusir molekul dan benda-
benda lainnya yang terlalu besar untuk melewati struktur membran sel.
Terdapat beberapa perbedaan antara eksositosis dan endositosis,
diantaranya yaitu pada eksositosis mengusir molekul di luar sel, sedangkan
endositosis membawa molekul masuk sel. Pada eksositosis menyebabkan
kerusakan vesikel, sedangkan endositosis menyebabkan penciptaan vesikel
dan perbedaan lainnya.

3.2 Saran
Penyusun menyarankan agar pembaca membaca lebih banyak literatur
lainnya yang membahas tentang endositosis dan eksositosis, agar dapat
membandingkan isi makalah dan memperluas wawasan pembaca mengenai
endositosis dan eksositosis.
DAFTAR PUSTAKA

Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung : Angkasa.

Juwono., Achmad Z. J. 2002. Biologi Sel. Jakarta: EGC.

http://diniasri25.blogspot.co.id/2013/06/transpor-aktif.html (diakses pada 15


September 2015)

http://www.sridianti.com/perbedaan-antara-eksositosis-dan-endositosis.html
(diakses pada 20 Juni 2017)

Vous aimerez peut-être aussi