Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
7
8
mendegradasi peptidoglikan.
c. Ribosom mengandung RNA dan protein pada subunit 50s dan 30s.
betalaktamase.
terhadap fagositosis.
c. Granula terdiri atas glikogen, lipid dan polifosfat. Granula adalah tempat
30% 50% orang dewasa terkolonisasi bakteri ini.21 Nares anterior, aksila dan
saluran pencernaan adalah bagian tubuh yang sering menjadi tempat kolonisasi
kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi maupun transmisi melalui udara.
barang seperti handuk, peralatan, pakaian, atau benda lain yang telah
dengan waktu inkubasi yang pendek, disertai dengan mual hebat, muntah, diare,
dan tidak ada demam.22 Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling
sering menyebabkan abses hati piogenik, terutama pada anak.19 Penelitian yang
10
Faktor faktor tersebut dapat memiliki banyak fungsi dalam patogenesis dan
beberapa faktor juga dapat memiliki fungsi yang sama. Staphylococcus aureus
bakteri tersebut menghindar dari sistem imun saat infeksi. Pertahanan utamanya
juga memicu sekresi protein yang menghambat penarikan neutrofil dan faktor
sel. PBP inilah yang menjadi salah satu faktor utama terjadinya resistensi.4,20
, dan menyerang membran sel mamalia termasuk salah satunya adalah sel
darah merah sehingga sering disebut juga dengan hemolisin. Toksin tersebut
komponen sel hingga terjadi lisis. Panton Valentine Leukocidin (PVL) adalah
toksin yang dapat melisiskan PMN. Toksin ini banyak diproduksi oleh kuman
kompleks reseptor sel T dengan MHC kelas II. Kompleks tersebut memacu
(SSSS) dengan gejala yaitu eritema dan pengelupasan kulit. TSST-1 adalah
karena mendapat sisipan suatu elemen DNA berukuran besar antara 20-100 kb
yang disebut SCCmec. SCCmec selalu mengandung mecA yaitu gen yang
betalaktam disebabkan perubahan pada PBP yang normal yaitu PBP2 menjadi
tinggi betalaktam, MRSA tetap dapat hidup dan mensintesa dinding sel.
resistensi.1,3,23
betalaktamase dan perubahan struktur PBP seperti yang terjadi pada MRSA.
transglikolasi dari PBP2a ini tetap utuh, hal tersebut juga menentukan adanya
resistensi MRSA.1
Gen mecA memiliki struktur dan mekanisme yang serupa dengan gen
pada gen blaZ adalah blaI dan blaR1. Gen regulator blaI menyandi DNA
sedangkan blaR1 merupakan PBP yang akan menginduksi transkripsi jika ada
betalaktam. Mekanisme ini analog dengan yang terjadi pada gen mecA yang
dikendalikan oleh mecI dan mecR1. Gen mecI akan menekan transkripsi mecA
dan mec complex (kompleks mecR1 mecI) pada keadaan tidak terinduksi,
sedangkan pada saat terinduksi akan terjadi transkripsi mecA dan mec complex.
metisilin dan antibiotik betalaktam lainnya. Induksi mecI juga dapat terjadi
karena proses autolitik yang disebabkan oleh enzim protease pada membran sel.
resistensi tinggi mengalami aktivasi gen lytH yang mengkode enzim autolitik,
oleh karena itu derajat resistensi dapat meningkat apabila aktivitas autolitik
meningkat.1,3
Ranunculaceae. Nigella sativa berasal dari daerah Mediterania dan banyak tumbuh di
daerah sekitar Laut Mediterania, Pakistan dan India. Tanaman ini sudah digunakan
sebagai tanaman herbal selama ribuan tahun di beberapa daerah Asia dan Timur
Tengah sebagai pemberi rasa pedas, pengawet makanan. Nigella sativa juga digunakan
peradangan, sakit kepala, demam, dan flu. Beberapa penelitian sebelumnya telah
membuktikan, biji Nigella sativa mempunyai manfaat sebagai antivirus, anti inflamasi,
antimikroba, antifungal, anti parasit, dan anti oksidan. Sedangkan minyak dari Nigella
sativa dapat digunakan sebagai pengawet makanan, pemberi rasa pedas dan merawat
luka.6,7,24
Nigella sativa juga dikenal dengan nama nama lain seperti black seed, black
cumin, black caraway, black onion seed, kalonji, dan habatussauda. Nigella sativa
sering disebut dengan jintan hitam di Indonesia.25,26 Taksonomi Nigella sativa adalah
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Ranunculales
Family : Ranunculaceae
Genus : Nigella
2.2.1 Morfologi
kasar yang kadang rapat atau jarang. Daunnya berbau segar, ujung meruncing,
berbentuk lanset dan bergaris dengan panjang 1,5 2 cm, serta memiliki tiga
tulang daun yang berbulu. Bunganya berwana biru pucat atau putih dengan 5
yang biasanya dimanfaatkan adalah bijinya. Biji Nigella sativa berwarna hitam,
berbentuk trigonal, berukuran tidak lebih dari 3 mm, dan tampak seperti batu
lemak, alkaloid, saponin, dan 0,4% - 2,5% essential oil (minyak atsiri). Fixed
oil utamanya terususun oleh asam lemak tidak jenuh. Minyak atsiri Nigella
sativa mengandung berbagai macam zat, tapi kandungan zat yang utama yaitu
(1,0% - 8,0%).7 Bahan aktif yang terkandung dalam Nigella sativa antara lain
Beberapa zat aktif yang terkandung dalam Nigella sativa mempunyai efek
terjadi pada proses translasi dan bekerja pada subunit 50s dan 30s. Golongan
subunit 50s tidak dapat bergabung dengan subunit 30s. Proses tersebut yang
lepasnya rantai ganda DNA sehingga proses replikasi tidak dapat terjadi.
protein membran sel bakteri. Fenol juga bersifat lipofilik, di mana semakin
lipofilik zat tersebut maka semakin efektif dalam merusak membran sel bakteri.
pertumbuhan bakteri.12,30
mulai terbentuk pada konsentrasi 3,12% dengan rata rata diameter 0,81 cm
dan zona hambat 1,52 cm didapatkan pada konsentrasi 50%.33 Penelitian in vivo
yang dilakukan oleh Hosseinzadeh dkk menjelaskan bahwa minyak atsiri dari
yang paling baik. Ekstrak metanol dan ekstrak kloroform Nigella sativa juga
Sedangkan ekstrak air dari Nigella sativa mempunyai efek antibakteri yang
meningkatkan respon imun.31,32 Minyak atsiri dari Nigella sativa telah banyak
yang dilakukan oleh Islam dkk, terdapat penurunan jumlah splenosit dan
neutrofil yang bermakna, serta peningkatan monosit dan limfosit perifer pada
hewan coba.31 El Kadi dan Kandil menjelaskan bahwa 55% probandus yang
Natural Killer (NK). Nigella sativa dapat meningkatkan fungsi sistem imun
bawaan, sel NK dan imunitas selular. Selain itu Nigella sativa terbukti
19
meningkatkan produksi Interleukin-3 (IL-3) pada sel limfosit dan IL-1 yang
merangsang makrofag.27,32,33
Nigella sativa dapat memicu proliferasi sel T.32,33 Proliferasi sel T yang
sitokin sitokin. Th1 dapat mensekresi IL-2 kemudian IL-2 akan memicu
yang akan meningkatkan proliferasi sel NK dan T regulator (Treg). IL-2 yang
disekresi oleh Th1 juga memicu proliferasi Th2 sehingga dapat mensekresi IL-
4, IL-5, IL-10, dan IL-13. Sitokin sitokin tersebut mengaktifkan sel B yang
2.3 Hati
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih
25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadaran kanan atas
abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat
kompleks. Secara mikroskopis di dalam hati manusia terdapat 50.000 100.000 lobuli,
setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang
tersusun radikal mengelilingi vena sentralis. Lembaran sel hati mempunyai kapiler
yang disebut sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Selain
cabang cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer
lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang dinamakan kanalikuli empedu. Hati
20
terdiri dari berbagai macam sel. Hepatosit meliputi sekitar 60% sel hati, sedangkan
sisanya terdiri atas sel epitelial sistem empedu dan sel non parenkimal seperti endotel,
sel Kupffer dan sel stelata. Zona periportal mempunyai hepatosit yang kaya
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Fungsi utama hati
adalah pembentukan dan ekskresi empedu. Selain sekresi empedu, hati juga melakukan
berbagai fungsi lain, diantaranya adalah detoksifikasi senyawa senyawa asing melalui
Darah dari sistem sirkulasi dan sistem pencernaan akan masuk ke dalam
hati dan disaring oleh sel Kupffer, sel endotel, sel stelata, dan hepatosit. Sel
imun seperti sel T, sel B, dan sel NK juga terdapat di hati. Sel sel tersebut
berkembang di dalam hati apabila terdapat infeksi lokal. Semua sel yang ada di
hati, termasuk Treg, mengaktivasi dan mensupresi sistem imun dengan memicu
pengeluaran sitokin dan kemokin. Fungsi imunologi hati berperan serta dalam
sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif melalui produksi molekul
komplemen dan opsonin yang akan berikatan dengan sel asing atau antigen
Sel Kupffer adalah sel fagositik yang meliputi 15% dari massa hati serta
80% dari total populasi fagosit tubuh dan berada di sel endotel sinusoid. Sel
21
menghancurkan bakteri serta benda asing lain di dalam tubuh. Antigen dari luar
tubuh akan difagosit oleh sel Kupffer dan dipresentasikan kepada limfosit. Liver
makanan, sel mati, debris dan toksin yang berasal baik dari sistem pencernaan
kecil dari 1m. Sel Kupffer dan sel endotel mempunyai fungsi utama dalam
memicu respon fagositosis. LSECs dapat mengikat molekul dengan cepat untuk
Sistem imun bawaan pada hati bekerja dengan sel endotel hati untuk
komplemen dan sintesis reseptor yang dapat mengenali struktur benda patogen.
adalah protein spesifik yang dapat mengenali struktur yang dapat ditemukan
stranded Ribonucleic Acid (dsRNA) dan glukan yang ada pada bakteri. PRR
diekspresikan pada banyak sel efektor sistem imun bawaan, seperti makrofag,
22
sel dendritik dan sel B yang merupakan bagian dari APC. Setelah suatu sel
patogen berikatan dengan PRR, sel sel tersebut akan memicu pengeluaran
sitokin dan komplemen yang akan menimbulkan proses lisis dan fagositosis.
Salah satu kelompok reseptor anggota PRR yang penting adalah Toll like
Receptors (TLR). TLR terlibat dalam respon terhadap berbagai jenis molekul
satu TLR yang banyak berperan pada respon infeksi di hati adalah TLR4. TLR4
yang diekspresikan oleh LSECs memicu produksi IL-8. Sel stelata juga terbukti
melalui TLR4. TLR4 dapat memicu sel epitel bilier untuk memproduksi sitokin
tersebut. Senyawa tersebut dapat berupa bahan dari alam ataupun sintetik.
melalui dua fase, yaitu fase I (reaksi perubahan) dan fase II (pembentukan
konjugat).36
metabolisme fase II dan tidak menyiapkan obat untuk diekskresi. Sistem enzim
23
yang terlibat adalah sistem enzim mikrosomal yang disebut juga sistem Mixed
berperan pada sistem MFO adalah sitokrom P450. Reaksi-reaksi yang termasuk
Reaksi oksidasi merupakan reaksi yang paling umum terjadi. Reaksi ini
terjadi pada berbagai molekul menurut proses khusus tergantung pada masing-
masing struktur kimianya, yaitu reaksi hidroksilasi pada golongan alkil, aril,
obat dan hormon steroid pada molekul yang sangat polar dan bermuatan negatif.
Konjugat yang dihasilkan berupa molekul yang sangat polar dan dapat larut di
dalam air sehingga mudah untuk diekskresikan. Konjugat dengan besar molekul
lebih dari 300 akan diekskresikan melalui sistem bilier, sedangkan konjugat
dengan berat molekul kurang dari 300 diekskresikan lewat ginjal. Terdapat
berbagai macam reaksi yang bisa terjadi pada fase II yaitu glukoronidasi,
Hampir semua obat mengalami konjugasi ini karena sejumlah besar gugus
proses inaktivasi obat. Reaksi sulfasi terutama terjadi pada senyawa yang
mengandung gugus fenol dan meningkatkan kelarutan senyawa dalam air dan
kerusakan sel. Enzim yang berperan pada konjugasi glutation adalah glutation
S-transferase.16,36
jaringan adiposa jika tidak diubah menjadi bentuk yang lebih polar.36
25
sativa yang dapat menurunkan produksi Nitric Oxide (NO) dan menaikkan
2.4 Seftriakson
memiliki cara kerja yang sama dengan penisilin yaitu berikatan dengan PBP 1 dan 3
yang ada di dinding sel bakteri dan mengganggu reaksi transpeptidase yang berperan
dalam sintesis peptidoglikan dinding sel. Namun, sefalosporin lebih stabil terhadap
bakterisidal dengan meningkatkan aktifitas enzim autolitik yang ada pada pembungkus
sel. Sefalosporin generasi ketiga memiliki cakupan gram positif dan gram negatif yang
menembus sawar darah otak sehingga dapat digunakan untuk mengobati meningitis.
Sefalosporin generasi ini digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi berat
yang resisten terhadap berbagai macam antibiotik, tetapi bakteri yang menghasilkan
enzim betalaktamase berspektrum luas tidak dapat diatasi dengan antibiotik ini.13,14,38
26
Seftriakson memiliki waktu paruh 7 8 jam dan dapat disuntikkan sekali tiap 24 jam
pada dosis 15 50 mg/kg/hari. Dosis tunggal yang dibutuhkan pada kebanyakan infeksi
berat adalah sebesar 1 g per hari secara intravena, sedangkan dosis tunggal untuk terapi
meningitis yang disarankan adalah sebesar 4 g per hari secara intravena. Ekskresi