Vous êtes sur la page 1sur 30

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, pembangunan suatu daerah didasarkan pada pembangunan
sektorekonominya. Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) sebagai indikator makro pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Tujuan
utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat yang ada di daerah. Keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan
antar penduduk, antar daerah dan antar sektor.
Di negara-negara sedang berkembang, perhatian utama terfokus pada dilema
kompleks antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan (Arifin, 2009). Pada dasarnya,
kedua hal tersebut adalah sama pentingnya, namun seringkali yang menjadi fokus utama
hanyalah bagaimana cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi saja. Hal tersebut
mengakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan pemerataan.
Padahal, oengembangan ekonomi rakyat tidak dapat dicapai hanya dengan mengandalkan
strategi pertumbuhan. Telah terbukti bahwa dampak kebijakan yang hanya mengandalkan
pertumbuhan, justru semakin memperlebar jurang kesenjangan (Sumodiningrat, 1998:6).
Penanggulangan kemiskinan atau kesenjangan pendapatan kini merupakan masalah
pokok dalam pembangunan dan sasaran utama kebijakan pembangunan di banyak negara
(Todaro dalam Arifin,2000:177). Ketimpangan atau kesenjangan ekonomi sering digunakan
sebagai indikator perbedaan pendapatan per kapita rata-rata, antar kelompok tingkat
pendapatan, antar kelompok lapangan kerja, dan atau antar wilayah. Pendapatan per kapita
rata-rata suatu daerah dapat disederhanakanmenjadi Produk Domestik Regional Bruto dibagi
dengan jumlah penduduk. Dalam pengukuran ketimpangan pembangunan ekonomi
regionaldigunakan Indeks Williamson.
Kota Surakarta/Solo dan kabupaten-kabupaten di sekelilingnya, seperti
Karanganyar, Sukowati, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif masih sering
disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta. Secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5
kecamatan. Kota Surakarta dan kota-kota satelit yang berada di sekitarnya (Kartasura, Solo
Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama
lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44
km persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing luasnya kurang
lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 1


kawasan kota besar yang terpusat. Perkembangan ekonomi yang terjadi di Kota Surakarta
ditunjang oleh beberapa sektor dan salah satu sektor unggulan di Kota Surakarta adalah
sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Tercatat, terdapat seluruh kecamatan yang memiliki
keunggulan di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan,
Pasar Kliwon, Jebres, dan Banjarsari. Pada akhirnya, ketimpangan spasial di Kota Surakarta,
dapat dilihat dari disparitas ekonomi antar sektor yang ada, yang kemudian diukur melalui
indeks Williamson. Sehingga dapat diketahui ketimpangan yang terjadi di Kota Surakarta dan
kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap ketimpangan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


Perkembangan ekonomi yang terjadi di Kota Surakarta ditunjang oleh beberapa sektor.
Sektor-sektor itulah yang nantinya akan mempengaruhi disparitas spasial. Maka, perlu dikaji
apakah suatu sektor (dalam hal ini sektor perdagangan, hotel, dan restoran) memberikan
kontribusi terhadap disparitas spasial di Kota Surakarta.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
Mengindentifikasi dan menganalisis perkembangan PDRB di wilayah
Kota Surakarta dalam bentuk grafik.
Menganalisis kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap ketimpangan di Kota Surakarta pada tahun 2009-2012.
1.3.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan ini, ada beberapa sasaran yang harus dicapai, yaitu:
Menganalisis dan mengidentifikasi data-data dari PDRB Kota
Surakarta sehingga ditemukan angka indeks Williamson yang
menggambarkan kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap disparitas ekonomi Kota Surakarta.
Menginterpretasikan hasil perhitungan kontribusi sektor perdagangan,
hotel, dan restoran terhadap disparitas spasial Kota Surakarta dengan
alat ukur berupa Indeks Williamson.

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 2


1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah studi terdapat di Kota Surakarta memiliki jumlah
penduduk sebanyak 503.421 jiwa pada tahun 2010 dengan luas wilayah
sebesar 44 km. Secara geografis Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15"
- 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan. Batas-batas
administrasi Kabupaten Magelang adalah:
Utara : Kabupaten Karanganyar dan Boyolali
Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo
Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Barat : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi menjelaskan mengenai ketimpangan antar sektor di
Kota Surakarta dan kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap ketimpangan di Kabupaten Magelang pada kurun waktu 2009-2012.

1.5 Metodologi Penulisan Laporan


1.5.1 Metode Pegumpulan Data
Pengambilan data pada laporan ini, dilakukan dengan teknik pengumpulan
data sekunder. Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data wilayah
studi yang diambil dari sumber kepustakaan seperti literatur, internet, dan
buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, serta data yang didapat dari
instansi yang terkait dengan wilayah studi seperti Badan Pusat Statistik (BPS).
Di samping itu, penggunaan data sekunder memiliki kendala karena
keterbatasan data, ketidaksesuaian data, data sulit untuk dicari, dan beberapa
data tidak valid.
1.5.2 Metode Analisis
Laporan ini berusaha untuk menganalisis ketimpangan antar kecamatan di
Kota Surakarta dan kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap ketimpangan di Kota Surakarta pada kurun waktu 2009-2012. Dalam
laporan ini, untuk menghitung ketimpangan digunakanlah alat analisis berupa
Indeks Williamson. Perhitungan Indeks Williamson dilakukan dengan
menggunakan data PDRB atas dasar harga berlaku total dan per kecamatan
juga data jumlah penduduk total dan per kecamatan.

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 3


1.6 Sistematika Penulisan
Laporan Pengantar Ekonomi di wilayah Kota Surakarta tersusun secara sistematik
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup pembahasan yaitu Kota Surakarta dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan
mengenai alasan mendasar pengambilan wilayah studi di Kota Surakarta.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Berisi mengenai teori pembangunan, pengertian ketimpangan dan hubungannya
dengan Indeks Williamson.
BAB III GAMBARAN UMUM
Berisi mengenai gambaran umum Kota Surakarta, mencakup PDRB, Pendapatan Per
Kapita, dan jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2009-2012.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi mengenai analisis dan pembahasan yang mengenai perhitungan ketimpangan
antar kecamatan di Kota Surakarta dan kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap ketimpangan tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan kesimpulan dan saran dari permasalahan disparitas spasial yang terjadi di
Kota Surakarta.

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 4


BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Definisi Pembangunan dan Perbedaanya dengan Pertumbuhan


Pada dasarnya, pertumbuhan dan pembangunan adalah dua indikator ekonomi yang
berbeda. Djojohadilkusumo (1994) menyebutkan bahwa pertumbuhan menyangkut
perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan
pendapatan dalam pertumbuhan ekonomi sehingga, model-model mengenai pertumbuhan
ekonomi harus bisa diuji dengan pengukuran empiris-kuantitatif.Di sisi lain, pembangunan
mengandung arti yang lebih luas. Peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri
pokok dalam proses pembangunan. Selain segi peningkatan produksi secara kuantitaif, proses
pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola
penggunaan (alokasi) sumber daya prosuksi (productive resources) di antara sektor-sektor
kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di
antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan
(institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Seorang ekonom Inggris pada tahun 1970-an bernama Dudley Seers mengatakan bahwa
pembangunan belum bisa dikatakan berhasil bila salah satu dari tiga kondisi, yaitu
kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan jadi lebih buruk, meskipun pendapatan per
kapita melambung tinggi.Djojohadikusumo (1994) mengemukakan sebuah kerangka acuan
untuk memantau, mengkaji, dan menilai usaha pembangunan secara konsisten dalam
perjalanan waktu meliputi empat segi permasalahn pokok:
1. Pertumbuhan sebagai peningkatan kemampuan berproduksi mengenai barang dan jasa
di berbagai bidan yang semakin meluas;
2. Lapangan kerja yang bersifat produktifitas penuh;
3. Lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional;
4. Kestabilan dalm perkembangan harga dalam negeri (pengendalian inflasi)
Masih menurut Djojohadikusumo (1994) salah satu sasaran pokok dalam kebijaksanaan
pembangunan ialah mewujudukan perubahan struktural di bidang ekonomi-sosiologis dalam
arti transformasi dari ketimpangan menjadi keseimbangan diantara kekuatan-kekuatan
golongan saudagar besar-golongan pedagang perantara-golongan produsen kecil.
2.2 Definisi Ketimpangan
Tujuan pembangunan ekonomi regional (bersifat multidimensional) adalah
menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 5


atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran
(Todaro, 2000).
Salah satu masalah dalam perekonomian yaitu disparitas spasial adalah salah satu
ukuran hasil pembangunan yang diukur meningkatnya hasil pembangunan (welfare) yang
didekati dari besaran income percapita. Disparitas spasial terjadi karena adanya ketimpangan
income perkapita antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Menurut pandangan
Williamson (1965) dalam Delis (2008) pertumbuhan tidak selalu terjadi secara merata pada
semua wilayah. Pada tahap awal, proses pembangunan cenderung terkosentrasi dan
terpolarisasi pada area pusat suatu negara. Penyebarannya ke wilayah pinggiran dan sektor-
sektor yang relatif lemah hanya terjadi secara subsequen. Konsekuensi dari keberadaan dua
bentuk kecepatan pembangunan yang berbeda tersebut adalah meluasnya jurang antara
wilayah pada fase awal pembangunan ekonomi di suatu negara, namun kemudian berkurang
ketika pendapatan nasional mencapai tingkat tertentu. Ada beberapa faktor yang mementukan
ketimpangan antar wilayah, antar lain yaitu (syafrijal, 2008):
1. Perbedaan kandungan sumberdaya alam
2. Perbedaan Kondisi Demografis
3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
4. Kosentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
5. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah
Akibat dari perbedaan tersebut, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada
setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan wilayah terbelakang
(Underdevelopment Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan
pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi terhadap formulasi kebijakan
pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

2.3 Indeks Williamson


Saat merumuskan teorinya, Williamson berpandangan bahwa pertumbuhan tidak selalu
terjadi secara merata pada semua wilayah. Pada tahap awal, proses pembangunan cenderung
terkosentrasi dan terpolarisasi pada area pusat suatu negara. Penyebarannya ke wilayah
pinggiran dan sektor-sektor yang relatif lemah hanya terjadi secara subsequen.
Ketidakseimbangan dalam perkembangan ekonomi antar wilayah ini disebabkan karena tiap-
tiap daerah mempunyai tingkat aktivitas ekonomi yang berbeda. Tidak semua daerah

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 6


mempunyai daya tarik yang mendorong investor menanamkan modalnya dan terdapatnya
daerah yang relatif langka sumber alamnya. Konsekuensi dari keberadaan dua bentuk
kecepatan pembangunan yang berbeda tersebut adalah meluasnya jurang antara wilayah pada
fase awal pembangunan ekonomi di suatu negara, namun kemudian berkurang ketika
pendapatan nasional mencapai tingkat tertentu. Hal inilah yang kemudian disebut dengan
disparitas spasial.
Untuk melihat kontribusi suatu sektor terhadap disparitas spasial, dapat digunakan alat
analisis berupa Indeks Williamson. Perhitungan Indeks Williamson dilakukan dengan
menggunakan data PDRB atas dasar harga berlaku. Rumus Indeks Williamson:

(Yi Y)2 F1n


Wi =
Y

Dimana:
Wi = Nilai atau Indeks ketimpangan wilayah
Yi = Pendapatan perkapita pada masing-masing region
Y = Pendapatan perkapita nation
Fi = Jumlah penduduk pada masing-masing region
n = Jumlah penduduk nation

Kriteria menurut BPS (2000):


Ketimpangan Tinggi jika IW > 0,5
Ketimpangan Sedang jika IW = 0,350,5
Ketimpangan Rendah jika IW < 0,35.

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 7


BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Aspek Fisik
Aspek fisik dari Kota Surakarta meliputi keadaan geografis, keadaan alam, dan
keadaan cuaca dan iklim.
3.1.1 Keadaan Geografi
Secara geografis Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur
Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan. Berikut ini adalah batas-batas
administrasi Kota Surakarta :
Utara : Kabupaten Karanganyar dan Boyolali
Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo
Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Barat : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo
Jumlah kecamatan di Kabupaten Blora adalah 5 kecamatan yang terdiri dari 51
kelurahan.
3.1.2 Keadaan Cuaca dan Iklim
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama
seperti kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober
hingga Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah
hujan di Solo adalah 2.200 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah
Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun,
dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat
Celsius, sedangkan terenda adalah 21,0 derajat Celsius.

3.2 Perekonomian
Industri batik menjadi salah satu industri khas Solo. Sentra kerajinan batik dan
perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar
batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan
di Solo berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan.
Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar
Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain
menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran(hari) dalam bahasa
Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 8


nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang
antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu malam
diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara
Keraton Solo.
Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel,
pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di
sepanjang jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji Gandrung (rumah dinas wali
kota). Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor,
untuk digunakan sebagai ajang Solo Car Free Day, sebagai bagian dari tekad pemda untuk
mengurangi polusi.
Kota Surakarta terdiri dari 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar
Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dari 5 kecamatan tersebut, seluruh kecamatan yang memiliki
keunggulan di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Dalam rangka mengetahui
ketimpangan antar kecamatan di Kota Surakarta dan kontribusi sektor perdagangan, hotel,
dan restoran terhadap ketimpangan tersebut, diperlukan data-data untuk memperoleh Indeks
Williamson Kabupaten Magelang, yaitu Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) total
dan per kecamatan di Kota Surakarta 2009-2012. Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) sektor perdagangan, hotel, dan restoran total dan per kecamatan di Kota Surakarta
2009-2012; Jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran total
dan per kecamatan di Kota Surakarta 2009-2012.
Pada tahap selanjutnya, data-data dalam tingkatan Kota Surakarta diasumsikan sebagai
data nation. Sedangkan data-data dalam tingkatan sektor di Kota Surakarta diasumsikan
sebagai data region.

3.3 PDRB Kota Surakarta Tahun 2009-2012


Bank Indonesia mendefinisikan PDRB sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 9


menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi,
pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.

PDRB KOTA SURAKARTA ADHB MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2009-


2012 (JUTA RUPIAH)
No. Sektor 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 5007.61 5532.79 5927.58 6250.91
2 Pertambangan & Penggalian 2994.83 2942.37 3010.49 3009.79
3 Industri Pengolahan 1952355.86 2081494.89 2233247.76 2584886.86
4 Listrik, Gas & Air 227936.92 259004.47 287576.62 317497.14
5 Bangunan 1314189.93 1440525.31 1584659.42 1758189.55
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 2223561.05 2556483.24 2885293.49 3187324.12
7 Pengangkutan & Komunikasi 986322.98 1106229.42 1206106.83 1323255.69
Keuangan, Persewaan & Jasa
8 Perusahaan 976355.06 1123362.50 1282678.53 1449258.72
9 Jasa - jasa 1192017.00 1365561.57 1504470.47 1744923.26
TOTAL 8880741.24 9941136.56 10992971.19 12374596.04
PDRB TANPA SEKTOR PERDAGANGAN,
HOTEL & RESTORAN 6657180.19 7384653.32 8107677.70 9187271.92
Sumber: Bappeda Kota Surakarta Tahun 2009-2012

PDRB ADHB MENURUT SEKTOR KOTA SURAKARTA


3500000.00
3000000.00
3.1 Pendapatan Per Kapita Kota Surakarta tahun 2009-2012
2500000.00
2000000.00
Perkembangan ekonomi Kota Surakarta dapat dilihat dari nilai Pendapatan per kapita
1500000.00
1000000.00
dari tahun ke tahun. Pendapatan perkapita menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan
500000.00
produktivitas kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Pendapatan per kapita rata-rata suatu
0.00
2009 2010 2011 2012
daerah dapat disederhanakanmenjadi Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan
penduduk PDRB perkapita menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas
Listrik, Gas & Air Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran
kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa

PDRB ADHB 8880741240000 9.94114E+12 1.0993E+13 1.23746E+13


PDRB PER KAPITA 16813153.38 19908672.02 21984535.37 24732967.25

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 10


3.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2009-2012
Pembangunan ekonomi hanya dapat terjadi apabila laju pertumbuhan ekonomi jauh
lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, penduduk
merupakan elemen penting bagi terjadinya pembangunan ekonomi.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SURAKARTA PER KECAMATAN TAHUN


2009-2012
No Kecamatan 2009 2010 2011 2012
1 Laweyan 110555 111163 111767 111767
2 Serengan 63659 64281 63491 60752
Pasar
3 Kliwon 88044 88994 89164 90037
4 Jebres 143319 144393 145703 146362
5 Banjarsari 175272 177208 177985 173145
Kota
Surakarta 580849 586039 588110 582063
Sumber: Bappeda Kota Surakarta Tahun 2009-2012

JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN KOTA SURAKARTA TAHUN


2009-2012
Jumlah Penduduk 2009 2010 2011 2012
528202 499337 500032 500328
Sumber: Bappeda Kota Surakarta Tahun 2009-2012

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2009-2012
No. Mata Pencaharian 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 2608 1362 2034 2015
2 Pertambangan & Penggalian 0 0 339 348
3 Industri Pengolahan 42065 46063 49748 59626
4 Listrik, Gas & Air 700 314 1068 0
5 Bangunan 42765 10223 17111 14107
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 106426 99030 84608 95302

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 11


7 Pengangkutan & Komunikasi 16815 15528 15847 10772
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 123241 9067 12748 12226
9 Jasa - jasa 59780 53769 65865 61225
TOTAL 394400 235356 249368 255621
Sumber: Bappeda Kota Surakarta Tahun 2009-2012

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 12


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Ketimpangan Antar Kecamatan di Kota Surakarta dan Kontribusi Sektor


Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Seperti yang telah dipaparkan Dudley Seers, pembangunan belum bisa dikatakan
berhasil bila salah satu dari tiga kondisi, yaitu kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan
jadi lebih buruk, meskipun pendapatan per kapita melambung tinggi. Khusus untuk laporan
ini, keberhasilan pembangunan di Kota Surakarta akan diukur dengan melihat ketimpangan
yang terjadi antar kecamatannya. Lebih lanjut, laporan ini juga akan melihat kontribusi sektor
perdagangan, hotel, dan restoran terhadap ketimpangan yang terjadi di Kota Surakarta.
Ketimpangan atau kesenjangan ekonomi sendiri memang sering digunakan sebagai indikator
perbedaan pendapatan per kapita rata-rata, antar kelompok tingkat pendapatan, antar sektor
lapangan kerja, dan atau antar wilayah.Laporan ini menggunakan Indeks Willimson sebagai
alat untuk mengukur ketimpangan antar wilayah dan antar sektor lapangan kerja.

Tabel 4.4
Indeks Williamson Semua Sektor dan Tanpa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
di Kota Surakarta Tahun 2009-2012
INDEKS
TAHUN
WILLIAMSON
DENGAN TANPA
PERDAGANGAN, PERDAGANGAN,
HOTEL & HOTEL &
RESTORAN RESTORAN
2009 0.78 0.70
2010 0.59 0.51
2011 0.63 0.57
2012 0.63 0.55
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2014

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 13


Berdasarkan perhitungan Indeks Williamson, dapat disimpulkan bahwa ketimpangan
yang terjadi di Kota Surakarta tergolong pada ketimpangan tinggi (antara >0.5). Indeks
Williamson semua sektor lebih tinggi daripada Indeks Williamson tanpa sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran
memiliki kontribusi dalam meningkatkan ketimpangan antar kecamatan di Kota Surakarta.
Untuk memudahkan analisis, berikut adalah grafik Indeks Williamson dengan dan tanpa
sektor perdagangan, hotel, dan restoran:

Grafik 4.1
Indeks Williamson Semua Sektor dan Tanpa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
di Kota Surakarta Tahun 2009-2012

0.90
0.80 0.78 Indeks Williamson
0.70 0.70
0.60 0.59 0.63 0.63
0.57 0.55
0.50 0.51
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
2009 2010 2011 2012

DENGAN PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN


TANPA PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2014

Pada tahun 2009 ketimpangan antar sektor di Kota Surakarta ditunjukkan oleh angka
sebesar 0.78. Angka tersebut sempat turun pada tahun 2010 dan mencapai angka 0.59, namun
naik lagi pada tahun 2011 sebesar 0.63 dan terus stabil hingga tahun 2012 sebesar 0.63.
Di sisi lain, kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga dapat ditinjau
dengan menggunakan Indeks Williamson. Dengan kata lain, ketimpangan antara sektor
perdagangan, hotel, dan restoran dengan ke semua sektor dapat dibandingkan. Pada tahun
2009, ketimpangan antar kecamatan di Kota Surakarta tanpa melibatkan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran menyentuh angka 0.70 sehingga kontribusi sektor tersebut sebesar 0.08

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 14


yang dihitung dari selisih Indeks Williamson semua sektor dan tanpa sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Kontribusi tertinggi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap
ketimpangan di Kota Surakarta terjadi pada tahun 2009,2010 dan 2012. Pada tahun tersebut,
kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran selisih Indeks Williamson semua sektor
dan tanpa sektor perdagangan, hotel, dan restoran mencapai 0.08. Pada tahun-tahun
sebelumnya (tahun 2011), kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran cukup stabil
yaitu sebesar 0.06 dengan angka Indeks Williamson tahun 2009 sebesar 0.51, 2010 sebesar
0.57, dan 2011 sebesar 0.55.

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 15


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan Indeks Williamson, dapat disimpulkan bahwa ketimpangan
yang terjadi di Kota Surakarta tergolong pada ketimpangan tinggi (antara <0.5). Ketimpangan
tertinggi baik untuk semua sektor maupun tanpa sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terjadi pada tahun 2009, 2010 dan 2012 dengan nilai sebesar 0.78 dan 0.70 (2009), 0.59 dan
0.51 (2010) dan 0.63 dan 0.55 (2012).
Indeks Williamson semua sektor lebih tinggi daripada Indeks Williamson tanpa sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan
restoran memberikan kontribusi dalam meningkatkan ketimpangan antar sektor di Kota
Surakarta walau nilainya sedang (terendah 0.06 dan tertinggi 0.08).
Ketimpangan yang terjadi di Kota Surakarta memberikan gambaran mengenai kondisi
dan perkembangan pembangunan di Kota Surakarta. Hal ini juga menjukkan bahwa ada
ketidakmerataan pendapatan per kapita antar kecamatan di Kota Surakarta.
Laporan ini menenrangkan ketimpangan di Kota Surakarta yang relatif stabil semenjak
tahun 2009 hingga tahun 2012. Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tiga
relatif stabil (Indeks Williamson semua sektor dan tanpa sektor perdagangan, hotel, dan
restoran memiliki selisih 0.06-0.08). Hal ini menjukkan bahwa pembangunan ekonomi di
Kota Surakarta berhasil menujukkan tren positif.

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 16


DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2009. Kota Surakarta Dalam Angka 2009.
Magelang: BPS.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2010. Kota Surakarta Dalam Angka 2010.
Magelang: BPS.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2011. Kota Surakarta Dalam Angka 2011.
Magelang: BPS.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2012. Kota Surakarta Dalam Angka 2012.
Magelang: BPS.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Sumodiningrat, Gunawan, 1998. Membangun Perekonomian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dan IDEA (Institute of Development and Economic Analysis)

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 17


LAMPIRAN

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 18


JUMLAH PENDUDUK KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2012
No Kecamatan 2009 2010 2011 2012
1 Laweyan 110555 111163 111767 111767
2 Serengan 63659 64281 63491 60752
3 Pasar Kliwon 88044 88994 89164 90037
4 Jebres 143319 144393 145703 146362
5 Banjarsari 175272 177208 177985 173145
Kota Surakarta 580849 586039 588110 582063

PDRB KOTA SURAKARTA ADHB MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2009-


2012 (JUTA RUPIAH)
No. Sektor 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 5007.61 5532.79 5927.58 6250.91
2 Pertambangan & Penggalian 2994.83 2942.37 3010.49 3009.79
3 Industri Pengolahan 1952355.86 2081494.89 2233247.76 2584886.86
4 Listrik, Gas & Air 227936.92 259004.47 287576.62 317497.14
5 Bangunan 1314189.93 1440525.31 1584659.42 1758189.55
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 2223561.05 2556483.24 2885293.49 3187324.12
7 Pengangkutan & Komunikasi 986322.98 1106229.42 1206106.83 1323255.69
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 976355.06 1123362.50 1282678.53 1449258.72
9 Jasa - jasa 1192017.00 1365561.57 1504470.47 1744923.26
TOTAL 8880741.24 9941136.56 10992971.19 12374596.04
PDRB TANPA SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTORAN 6657180.19 7384653.32 8107677.70 9187271.92

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2009-2012
No. Mata Pencaharian 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 2608 1362 2034 2015
2 Pertambangan & Penggalian 0 0 339 348
3 Industri Pengolahan 42065 46063 49748 59626
4 Listrik, Gas & Air 700 314 1068 0
5 Bangunan 42765 10223 17111 14107
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 106426 99030 84608 95302
7 Pengangkutan & Komunikasi 16815 15528 15847 10772
Keuangan, Persewaan & Jasa
8 Perusahaan 123241 9067 12748 12226
9 Jasa - jasa 59780 53769 65865 61225
TOTAL 394400 235356 249368 255621

JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN KOTA SURAKARTA TAHUN


2009-2012
Jumlah Penduduk 2009 2010 2011 2012
528202 499337 500032 500328

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 19


KOTA SURAKARTA 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHB (RP) 8880741240000 9.94114E+12 1.0993E+13 1.23746E+13
PDRB PER KAPITA (JUTA
RUPIAH) 16813153.38 19908672.02 21984535.37 24732967.25

PDRB ADHB MENURUT SEKTOR KOTA SURAKARTA


3500000.00
3000000.00
2500000.00
2000000.00
1500000.00
1000000.00
500000.00
0.00
2009 2010 2011 2012

Pertanian Pertambangan & Penggalian


Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air
Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa - jasa

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 20


PERHITUNGAN

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 21


PERHITUNGAN
1 (DENGAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )
2009
((Yi-
Lapangan Usaha 2
Yi Y Yi-Y (Yi-Y) fi n fi/n Y)2).(fi/n)
Pertanian 12696.77992 16813153.38 -16800456.6 2.82255E+14 2608 394400 0.007 1.86643E+12
Pertambangan &
16813153.38
Penggalian 7593.382353 -16805559.99 2.82427E+14 0 394400 0.000 0
Industri Pengolahan 4950192.343 16813153.38 -11862961.03 1.4073E+14 42065 394400 0.107 1.50096E+13
Listrik, Gas & Air 577933.3671 16813153.38 -16235220.01 2.63582E+14 700 394400 0.002 4.67819E+11
Bangunan 3332124.569 16813153.38 -13481028.81 1.81738E+14 42765 394400 0.108 1.9706E+13
Perdagangan, Hotel &
16813153.38
Restoran 5637832.277 -11175321.1 1.24888E+14 106426 394400 0.270 3.37001E+13
Pengangkutan &
16813153.38
Komunikasi 2500818.915 -14312334.46 2.04843E+14 16815 394400 0.043 8.73335E+12
Keuangan, Persewaan &
16813153.38
Jasa Perusahaan 2475545.284 -14337608.09 2.05567E+14 123241 394400 0.312 6.4235E+13
Jasa jasa 3022355.477 16813153.38 -13790797.9 1.90186E+14 59780 394400 0.152 2.88269E+13
1.000 1.72545E+14

((Yi-Y)2).(fi/n) 13135644.88
IW 0.78

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 22


2 (DENGAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )

2010

Lapangan Usaha ((Yi-


Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 fi n fi/n Y)2).(fi/n)

Pertanian 23508.17485 19908672.02 -19885163.84 3.9542E+14 1362 235356 0.006 2.28829E+12


Pertambangan &
Penggalian 12501.78453 19908672.02 -19896170.23 3.95858E+14 0 235356 0.000 0

Industri Pengolahan 8844027.303 19908672.02 -11064644.72 1.22426E+14 46063 235356 0.196 2.39608E+13

Listrik, Gas & Air 1100479.571 19908672.02 -18808192.45 3.53748E+14 314 235356 0.001 4.71953E+11

Bangunan 6120622.844 19908672.02 -13788049.18 1.9011E+14 10223 235356 0.043 8.25769E+12


Perdagangan, Hotel &
Restoran 10862197.01 19908672.02 -9046475.007 8.18387E+13 99030 235356 0.421 3.4435E+13
Pengangkutan &
Komunikasi 4700238.872 19908672.02 -15208433.15 2.31296E+14 15528 235356 0.066 1.52602E+13
Keuangan, Persewaan
& Jasa Perusahaan 4773035.317 19908672.02 -15135636.7 2.29087E+14 9067 235356 0.039 8.82551E+12

Jasa - jasa 5802110.717 19908672.02 -14106561.3 1.98995E+14 53769 235356 0.228 4.5462E+13

1.000 1.38961E+14

((Yi-Y)2).(fi/n) 11788193.22

IW 0.59

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 23


3 (DENGAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )

2011

Lapangan Usaha ((Yi-


Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 fi n fi/n Y)2).(fi/n)

Pertanian 23770.4116 21984535.37 -21960764.96 4.82275E+14 2034 249368 0.008 3.93374E+12


Pertambangan &
Penggalian 12072.47923 21984535.37 -21972462.89 4.82789E+14 339 249368 0.001 6.56321E+11
Industri
Pengolahan 8955630.875 21984535.37 -13028904.49 1.69752E+14 49748 249368 0.199 3.3865E+13

Listrik, Gas & Air 1153221.825 21984535.37 -20831313.54 4.33944E+14 1068 249368 0.004 1.85851E+12

Bangunan 6354702.368 21984535.37 -15629833 2.44292E+14 17111 249368 0.069 1.67627E+13


Perdagangan, Hotel
& Restoran 11570423.99 21984535.37 -10414111.38 1.08454E+14 84608 249368 0.339 3.67972E+13
Pengangkutan &
Komunikasi 4836654.382 21984535.37 -17147880.99 2.9405E+14 15847 249368 0.064 1.86865E+13
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan 5143717.438 21984535.37 -16840817.93 2.83613E+14 12748 249368 0.051 1.44987E+13

Jasa - jasa 6033133.642 21984535.37 -15951401.73 2.54447E+14 65865 249368 0.264 6.72066E+13

1.000 1.94265E+14

((Yi-Y)2).(fi/n) 13937902.49

IW 0.63

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 24


4 (DENGAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )

2012
((Yi-
Lapangan Usaha 2
Yi Y Yi-Y (Yi-Y) fi n fi/n Y)2).(fi/n)

Pertanian 24453.8203 24732967.25 -24708513.43 6.10511E+14 2015 255621 0.008 4.81251E+12


Pertambangan &
Penggalian 11774.42385 24732967.25 -24721192.83 6.11137E+14 348 255621 0.001 8.31997E+11

Industri Pengolahan 10112185.07 24732967.25 -14620782.18 2.13767E+14 59626 255621 0.233 4.98632E+13

Listrik, Gas & Air 1242062.037 24732967.25 -23490905.22 5.51823E+14 0 255621 0.000 0

Bangunan 6878110.758 24732967.25 -17854856.5 3.18796E+14 14107 255621 0.055 1.75934E+13


Perdagangan, Hotel
& Restoran 12468944.73 24732967.25 -12264022.53 1.50406E+14 95302 255621 0.373 5.60753E+13
Pengangkutan &
Komunikasi 5176631.38 24732967.25 -19556335.87 3.8245E+14 10772 255621 0.042 1.61167E+13
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan 5669560.482 24732967.25 -19063406.77 3.63413E+14 12226 255621 0.048 1.73816E+13

Jasa - jasa 6826212.479 24732967.25 -17906754.77 3.20652E+14 61225 255621 0.240 7.68009E+13

1.000 2.39476E+14
((Yi-
Y)2).(fi/n) 15474996.39
5(
IW 0.63
TAN

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 25


PA SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )
2009 (tanpa sektor perdagangan, hotel &
restoran)
((Yi-
Lapangan Usaha
Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 fi n fi/n Y)2).(fi/n)
Pertanian 12696.77992 16813153.38 -16800456.6 2.82255E+14 2608 394400 0.007 1.86643E+12
-
Pertambangan & Penggalian 7593.382353 16813153.38 16805559.99 2.82427E+14 0 394400 0.000 0
-
Industri Pengolahan 4950192.343 16813153.38 11862961.03 1.4073E+14 42065 394400 0.107 1.50096E+13
-
Listrik, Gas & Air 577933.3671 16813153.38 16235220.01 2.63582E+14 700 394400 0.002 4.67819E+11
-
Bangunan 3332124.569 16813153.38 13481028.81 1.81738E+14 42765 394400 0.108 1.9706E+13
Perdagangan, Hotel & Restoran 5637832.277 16813153.38 -11175321.1 1.24888E+14 106426 394400 0.270
-
Pengangkutan & Komunikasi 2500818.915 16813153.38 14312334.46 2.04843E+14 16815 394400 0.043 8.73335E+12
-
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2475545.284 16813153.38 14337608.09 2.05567E+14 123241 394400 0.312 6.4235E+13
Jasa - jasa 3022355.477 16813153.38 -13790797.9 1.90186E+14 59780 394400 0.152 2.88269E+13
1.000 1.38845E+14
((Yi-
Y)2).(fi/n) 11783254.75
IW 0.70

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 26


6 ( TANPA SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )
2010 (tanpa sektor perdagangan, hotel &
restoran)
((Yi-
Lapangan Usaha
Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 fi n fi/n Y)2).(fi/n)
Pertanian 23508.17485 19908672.02 -19885163.84 3.9542E+14 1362 235356 0.006 2.28829E+12
Pertambangan & Penggalian 12501.78453 19908672.02 -19896170.23 3.95858E+14 0 235356 0.000 0
Industri Pengolahan 8844027.303 19908672.02 -11064644.72 1.22426E+14 46063 235356 0.196 2.39608E+13
Listrik, Gas & Air 1100479.571 19908672.02 -18808192.45 3.53748E+14 314 235356 0.001 4.71953E+11
Bangunan 6120622.844 19908672.02 -13788049.18 1.9011E+14 10223 235356 0.043 8.25769E+12
Perdagangan, Hotel & Restoran 10862197.01 19908672.02 -9046475.007 8.18387E+13 99030 235356 0.421
Pengangkutan & Komunikasi 4700238.872 19908672.02 -15208433.15 2.31296E+14 15528 235356 0.066 1.52602E+13
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4773035.317 19908672.02 -15135636.7 2.29087E+14 9067 235356 0.039 8.82551E+12
Jasa - jasa 5802110.717 19908672.02 -14106561.3 1.98995E+14 53769 235356 0.228 4.5462E+13
1.000 1.04526E+14

((Yi-Y)2).(fi/n) 10223819.45
IW 0.51

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 27


7 ( TANPA SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )
2011 (tanpa sektor
perdagangan, hotel &
restoran)

Lapangan Usaha ((Yi-


Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 fi n fi/n Y)2).(fi/n)

Pertanian 23770.4116 21984535.37 -21960764.96 4.82275E+14 2034 249368 0.008 3.93374E+12

Pertambangan & Penggalian 12072.47923 21984535.37 -21972462.89 4.82789E+14 339 249368 0.001 6.56321E+11

Industri Pengolahan 8955630.875 21984535.37 -13028904.49 1.69752E+14 49748 249368 0.199 3.3865E+13

Listrik, Gas & Air 1153221.825 21984535.37 -20831313.54 4.33944E+14 1068 249368 0.004 1.85851E+12

Bangunan 6354702.368 21984535.37 -15629833 2.44292E+14 17111 249368 0.069 1.67627E+13


Perdagangan, Hotel &
Restoran 11570423.99 21984535.37 -10414111.38 1.08454E+14 84608 249368 0.339

Pengangkutan & Komunikasi 4836654.382 21984535.37 -17147880.99 2.9405E+14 15847 249368 0.064 1.86865E+13
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 5143717.438 21984535.37 -16840817.93 2.83613E+14 12748 249368 0.051 1.44987E+13

Jasa - jasa 6033133.642 21984535.37 -15951401.73 2.54447E+14 65865 249368 0.264 6.72066E+13

1.000 1.57468E+14
((Yi-
Y)2).(fi/n) 12548621.22

IW 0.57

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 28


8 ( TANPA SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN )
2012 (tanpa sektor perdagangan, hotel &
restoran)

Lapangan Usaha ((Yi-


Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 fi n fi/n Y)2).(fi/n)

Pertanian 24453.8203 24732967.25 -24708513.43 6.10511E+14 2015 255621 0.008 4.81251E+12

Pertambangan & Penggalian 11774.42385 24732967.25 -24721192.83 6.11137E+14 348 255621 0.001 8.31997E+11

Industri Pengolahan 10112185.07 24732967.25 -14620782.18 2.13767E+14 59626 255621 0.233 4.98632E+13

Listrik, Gas & Air 1242062.037 24732967.25 -23490905.22 5.51823E+14 0 255621 0.000 0

Bangunan 6878110.758 24732967.25 -17854856.5 3.18796E+14 14107 255621 0.055 1.75934E+13

Perdagangan, Hotel & Restoran 12468944.73 24732967.25 -12264022.53 1.50406E+14 95302 255621 0.373

Pengangkutan & Komunikasi 5176631.38 24732967.25 -19556335.87 3.8245E+14 10772 255621 0.042 1.61167E+13

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5669560.482 24732967.25 -19063406.77 3.63413E+14 12226 255621 0.048 1.73816E+13

Jasa - jasa 6826212.479 24732967.25 -17906754.77 3.20652E+14 61225 255621 0.240 7.68009E+13

1.000 1.834E+14
((Yi-
Y)2).(fi/n) 13542534.64

IW 0.55

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 29


TAHUN INDEKS WILLIAMSON
DENGAN TANPA
PERDAGANGAN, HOTEL PERDAGANGAN,
& RESTORAN HOTEL & RESTORAN
2009 0.78 0.70
2010 0.59 0.51
2011 0.63 0.57
2012 0.63 0.55

0.90
0.80 Indeks Williamson
0.78
0.70 0.70
0.60 0.63 0.63
0.59 0.57
0.51 0.55
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
2009 2010 2011 2012

DENGAN PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN TANPA PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN

Analisis Disparitas Kota Surakarta Tahun 2009-2012 Page 30

Vous aimerez peut-être aussi