Vous êtes sur la page 1sur 5

Askep Pruritus

Tanda Khas Pruritus

Pengertian

Pruritus adalah rasa gatal dengan atau tanpa adanya penyakit kulit yang tampak, yang
menyebabkan penderita ingin menggaruk . Gatal (pruritus) adalah sensasi yang tidak
menyenangkan yang menyebabkan keinginan atau reflek menggaruk.

Klasifikasi

Pruritus umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berikut berdasarkan


penyebab yang mendasari penyakit :

Ginjal Pruritus

Pruritus ginjal dapat terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronis (CRF) dan yang paling
sering terlihat pada pasien yang menerima hemodialisis (HD).dimana terjadi peningkatan
kadar histamin yang beredar pada pasien yang menerima HD.Hipotesis imun juga telah
diusulkan. pada pasien dengan CRF, respon inflamasi sistemik yang melibatkan diaktifkan
berlebihan dari tipe 1 limfosit T penolong (yang mensekresi interleukin 2) dapat
menyebabkan pruritus.

Cholestatic Pruritus

Cholestasis, atau penurunan atau penangkapan dalam aliran empedu, berhubungan dengan
pruritus. Pengendapan garam empedu di kulit dianggap secara langsung menyebabkan efek
pruritogenic, Selain itu, tidak langsung tidak hyperbilirubinemia menyebabkan pruritus.

Teori lain melibatkan peningkatan tingkat histamin vena, retensi pruritogenic intermediet
dalam sintesis garam empedu, dan hati tinggi konsentrasi garam empedu menyebabkan
cedera hepatik dan pelepasan zat yang pruritogenic

Hematologic Pruritus
Besi merupakan faktor penting dalam berbagai reaksi enzim.. Pasien dengan pruritus dan
kekurangan zat besi mungkin tidak anemia; pengamatan ini menunjukkan bahwa pruritus
mungkin berhubungan dengan besi dan tidak hemoglobin.

Pasien dengan polisitemia vera telah meningkatkan jumlah sirkulasi basofil dan sel mast
kulit, yang telah berkorelasi dengan gatal. Sel mast prostaglandin dan peningkatan trombosit
degranulation, yang menyebabkan pembebasan serotonin dan prostanoids, dianggap penting
mediator gatal, bersama dengan kekurangan zat besi, yang mungkin menjadi faktor
penyebabnya.

Endokrin Pruritus

Hipertiroidisme telah dikaitkan dengan pruritus.Kelebihan hormon tiroid dapat mengaktifkan


jaringan kinins dari peningkatan metabolisme atau dapat mengurangi gatal ambang batas
sebagai akibat dari kehangatan dan vasodilasi. Hipotiroidisme juga terlibat karena
kemungkinan pruritus sekunder untuk xerosis. Diabetes melitus kemungkinan penyebab lain,
tetapi sebab dan akibat tetap belum terbukti. Kelainan metabolik, disfungsi otonom,
anhydrosis, dan diabetes neuropati semua dapat berkontribusi.

Pruritus Berkaitan Dengan Keganasan

Pelepasan racun dan sistem kekebalan tubuh telah diusulkan untuk memainkan peran dalam
keganasan yang berhubungan dengan pruritus. Pada pasien dengan penyakit Hodgkin,
leukopeptidase dan bradykinin muncul sebagai mediator pruritogenic dirilis sebagai respons
autoimmune sudah terpasang melawan sel-sel limfoid ganas.Sindrom karsinoid dapat
berhubungan dengan pruritus dipicu oleh serotonin.

Etiologi

Adapun penyebab dari pruritus antara lain adalah sebagai berikut:

Obat-obatan:seperti aspirin,terapi antibiotic,hormone (esterogen, testosterone atau


kontrasepsi oral) dan apoid (morfin atau kokain)
Sabun dan zat kimia tertentu,dan penanganan radioterapi
biang keringat (miliaria) dan kontak dengan pakaian dari bahan wol
kulit yang kering (pada lansia dan pada musim dingin)
factor psikologik seperti stress yang berlebihan
Penyebab sisteinik yang dapat menyebabkannya antara lain diabetes, diskrasia darah,
keganasan, kehamilan, penyakit-penyakit tiroid, hepar atau ginjal, dan mungkin pula
akibat kontak dengan lingkungan luar (kelembaban rendah, fiberglass).

Patofisiologi

Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan dermatologic yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan
garukan.

Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang
hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea.
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan rasa gatal
dan menggaruk.

Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya
ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit
apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat,
bias berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.

Manifestasi klinik

Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menngaruk yang biasanya dilakukan semakin
intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian
pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana ha-hal yang bisa
mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekalipun tidak mudah
diabaikan. Efek sekunder mencakup ekskoriasi, kemerahan bagian kulit yang menonjol
(bidur), infeksi dan perubahan pigmentasi. Rasa gatal yang hebat akan menganggu
penampilan pasien.

Penatalaksanaan

1. Anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang sempurna tentang riwayat alergi, demam,
riwayat minum obat, penggantian kosmetik ,udara panas, kering atau sprei/selimut
yang menyebabkan iritasi.
2. Lakukan kompres dingin seperti es batu, bedak dingin yang mengandung mentol, bila
keluhan pruritus masih berlanjut, perlu pemeriksaan pruritus akibat masalah sistemik.
3. Gunakan Alpha-Keri, Lubath (bath oil) yang mengandung surfaktan dan membuat
minyak bercampur dengan air rendaman untuk membersihkan kulit.
4. Pada lansia hindari penambahan minyak karena resiko tergelincir.
5. Preparat kortikosteroid topikal bermanfaat sebagai obat anti-inflamasi untuk
mengurangi rasa gatal.
6. Antihistamin spt difenhidramin (Benadryl), efektif menghasilkan tidur nyenyak,
sedangkan antihistamin nonsedasi seperti terfenadin (seldane) baik untuk
menghilangkan pruritus pada siang hari. Sementara antihistamin trisiklik seperti
doksepin (sinequen) untuk pruritus akibat nueropsikogen.

Asuhan Keperawatan

1. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan lesi/erosi.

Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu.

Intervensi :

Kaji keadaan kulit

Rasional :

Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
Kaji keadaan umum dan observasi TTV.

Rasional :

Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.

Kaji perubahan warna kulit.

Rasional :

Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.

Rasional :

Membantu mempercepat proses penyembuhan.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

Rasional :

Untuk mempercepat penyembuhan

2. Pola tidur tidak efektif berhubungan dengan gelisah.

Tujuan : Melaporkan peningkatan rasa sehat dengan merasa dapat

tidur/istirahat diantara gangguan, serta melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat


dengan mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.

Intervensi :

Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.

Rasional :

Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

Berikan tempat tidur yang nyaman.

Rasional :

Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis.

Instruksikan tindakan relaksasi, kurangi kebisingan dan lampu serta berikan posisi
yang nyaman dan bantu dalam mengubah posisi.

Rasional :
Membantu menginduksi tidur, memberikan situasi kondusif untuk tidur dan pengubahan
posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kemerahan dan terjadi perubahan


pada kulit.

Tujuan : Menyatakan penerimaan situasi diri.

Intervensi :

Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang
lain.

Rasional :

Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan intervensi selanjutnya.

Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.

Rasional :

Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.

Beri harapan dalam parameter situasi individu.

Rasional :

Meningkatkan perilaku positif

Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.

Rasional :

Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.

Dorong interaksi keluarga.

Rasional :

Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.

Vous aimerez peut-être aussi