Vous êtes sur la page 1sur 6

Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 02 No.

1, Januari 2014
ISSN 2303-2227 Hlm: 207-212

PENGARUH PEMBERIAN SOSIS FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN TIKUS


PERCOBAAN

The Influence of Granting Fermented Sausage On The Growth Of The Experimental Rats

Ernaningsih, D. 1, I.I. Arief2, E. Taufik2


1
Sekolah Pascasarjana, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor1
2
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
email :dwiernaningsih@gmail.com

ABSTRACT
Dietary changes can increase the risk of degenerative diseases. The risk can be reduced by consuming
healthy food, food that not only meets the needs of nutrition but also provide health benefits. Food that has
both of these functions is called a functional food. Components that can be added into the food in order to
have functional value is probiotic bacteria. Lactobacillus plantarum IIA-2C12 that isolated from local beef
at Bogor was added in the process of meat processing into fermented sausage and than tasted by in vivo. The
aims of this study was to examine the influence of the probiotic fermented sausage using L. plantarum IIA-
2C12 as probiotica cultures on growth status of rats. This research was conducted in two stages, first bacterial
starter culture refreshment and sausage making ; second testing in rats (in vivo). The initial population of L.
plantarum IIA-2C12 was 9. 27 log cfu mL-1 and after processing into fermented sausage bacteria became
8. 67 log cfu g-1 so that sausage could be categorized as a probiotic food. Feeding fermented sausages and
sausages for 10 days had no significant effect (P>0.05) body and organ weights of rats. While the fermented
sausage had highest feed convertion ratio than kasin and nonfermented sausage.

Keywords: fermented sausage, growth, in vivo, probiotic bacteria

PENDAHULUAN bobot badan (PBB) pada tikus percobaan adalah bakteri L.


Plantarum IIA-2C12 yang merupakan bakteri hasil isolasi
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat menyebabkan dari daging sapi segar oleh Arief (2008).
terjadinya perubahan pola makan yang memicu berbagai Daging merupakan bahan pangan bernutrisi tinggi
penyakit degeneratif. Kesadaran masyarakat akan kaitan dan memiliki rasa yang disukai konsumen. Secara alami
pangan dengan kesehatan mendorong masyarakat untuk daging mengandung beberapa komponen fungsional bagi
lebih memilih pangan yang tidak hanya mengenyangkan tubuh seperti anserin, glutathione, -carnitine, creatine dan
namun juga memberikan efek terhadap kesehatan. Pangan taurin (Arihara, 2006). Nilai fungsional dari daging dapat
yang memiliki kedua manfaat tersebut disebut sebagai ditingkatkan dengan proses pengolahan, salah satunya
pangan fungsional. Definisi pangan fungsional menurut dengan pembuatan sosis fermentasi. Sosis fermentasi
BPOM (2005) adalah pangan yang secara alami maupun adalah salah satu produk asal daging yang dibuat dengan
telah mengalami proses (produk olahan) mengandung satu penambahan kultur bakteri yang kemudian difermentasi atau
atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian diperam. Sosis fermentasi merupakan salah satu kandidat
ilmiah memiliki fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak pangan probiotik yang dibuat dengan pemanasan ringan
membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu sehingga dapat meningkatkan daya tahan bakteri sehingga
cara yang dapat dilakukan agar suatu pangan memiliki nilai mampu mencapai saluran pencernaan (Arihara, 2006).
fungsional adalah dengan penambahan bakteri probiotik. Penggunaan bakteri probiotik dalam proses pengolahan
Bakteri probiotik merupakan sel-sel mikroorganisme pangan sudah banyak dilakukan terutama pada produk susu
yang dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat seperti yoghurt, sedangkan penambahan bakteri probiotik
kesehatan bagi manusia (FAO, 2002). Bakteri probiotik dalam proses pengolahan daging masih perlu diteliti untuk
adalah bakteri yang mampu bertahan hidup dalam saluran mengetahui pengaruh dari penambahan bakteri tersebut
pencernaan manusia, sehingga bermanfaat untuk menjaga terhadap tikus percobaan. Penelitian ini bertujuan untuk
keseimbangan mikroflora dalam usus. Bakteri asam laktat mengevaluasi pengaruh pemberian sosis fermentasi yang
(BAL) dikenal sebagai bakteri yang aman untuk pangan menggunakan kultur starter L. plantarum IIA-2C12 terhadap
(Generally Recognised As Safe/GRAS). Bakteri probiotik pertumbuhan tikus percobaan.
berperan penting sebagai pengawet juga berkemampuan
membentuk produk yang bercitarasa khas (Hammes MATERI DAN METODE
et al. 2003). Manfaat kesehatan BAL diantaranya
adalah mengendalikan bakteri patogen dalam saluran Alat dan Bahan
pencenaan dan menstimulasi sistem imun (Surono, 2004). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kultur
Berdasarkan penelitian sebelumnya, bakteri probiotik murni bakteri probiotik indigenus Lactobacillus plantarum
yang mampu meningkatkan konsumsi dan pertambahan IIA-2C12 hasil isolasi dari daging sapi Peranakan Ongole

Edisi Januari 2014 207


Ernaningsih et al. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan

bagian topside yang diperoleh dari pasar tradisonal di daerah dalam selongsong. Sosis selanjutnya diperam (conditioning)
Bogor oleh Arief (2008). Media yang digunakan terdiri atas selama 24 jam pada suhu ruang ( 27 C). Proses selanjutnya
media de Mann Rogosa sharpe broth (MRSB, Oxoid), de adalah pengasapan dingin selama 3 hari dengan suhu 27 C
Mann Rogosa sharpe agar (MRSA, Oxoid), buffer peptone - 30 C selama 4 jam/hari.
water (BPW), Baird Parker agar (BPA), eosyn methylen
blue agar (EMBA), xylose lyxin dexoxycolate agar Analisis Mikrobiologi Sosis dan Sosis Fermentasi
(XLDA). Selain itu, digunakan pula daging sapi bagian Sejumlah 25 g sampel disuspensikan ke dalam 225 mL
topside dari sapi Brahman Cross yang diperoleh dari Rumah buffer peptone water (BPW) steril. Analisis mikrobiologi
Potong Hewan (RPH) PT. Elders, casing kolagen, lemak, dilakukan dengan pour plate method menggunakan media
tepung tapioka, susu skim dan bumbu-bumbu (sodium MRSA untuk jumlah bakteri asam laktat, BPA untuk
tripolyphospate (STPP), garam, gula pasir, jahe halus, lada pengujian S. Aureus, EMBA untuk uji E. Coli dan XLDA
halus, daun jeruk dan pala halus). Bahan penelitian in vivo untuk pengujian Salmonella sp. Jumlah pengenceran yang
terdiri atas tikus albino Norway rats (Rattus norvegcius) digunakan untuk analisis total bakteri asam laktat (BAL)
galur Sprague Dawley umur 5-6 minggu berjenis kelamin pada sosis fermentasi adalah 10-6 sampai 10-8 dan 10-1
jantan hasil pengembangbiakan Badan POM RI sebanyak sampai 10-3 pada sosis masak, dan untuk uji S. Aureus, E.
24 ekor dan pakan standar. coli dan Salmonella sp, digunakan pengenceran 10-1 sampai
Alat yang digunakan pada pembuatan sosis fermentasi 10-3 (AOAC 2005).
ini adalah grinder, bowl cutter, freezer, stuffer dan alat
pengasapan. Alat yang digunakan untuk analisis adalah Penelitian Uji in Vivo pada Tikus Percobaan
inkubator, aoutoklaf, mikropipet 1000 L dan 100 L, Tikus percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
vortex, laminar air fllow dan penangas dibagi kedalam tiga kelompok berdasarkan perlakuan dan
selama pemeliharaan, tikus-tikus tersebut di tempatkan di
Prosedur dalam kandang Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian (UPHL), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
pendahuluan berupa pembiakan kultur starter, pembuatan Bogor. Sebelum perlakuan, dilakukan proses adaptasi tikus
sosis dan sosis fermentasi, serta penelitian utama terhadap lingkungan selama lima hari dengan pemberian
yaitu pemeliharaan tikus percobaan untuk mengetahui ransum standar terhadap semua tikus. Selain itu terdapat
pertumbuhan tikus. kelompok baseline sebanyak empat ekor tikus, yang
dipelihara selama lima hari adaptasi (H0) dan setelah itu
Penyegaran dan Pembiakan Kultur Bakteri Asam dibedah (T0). Beberapa peubah yang dianalisis melalui
Laktat (Arief et al., 2005) uji in vivo adalah pengamatan terhadap bobot organ tikus
Kultur bakteri probiotik disegarkan pada media MRSB percobaan pada terminasi ke-0 (T0) dan terminasi ke-10
dengan lama inkubasi 24 jam pada suhu 37 C. Kultur (T10), konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB)
hasil penyegaran diinokulasikan pada susu skim steril dan serta nilai konversi ransum.
diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam yang disebut
kultur induk. Kultur induk diinokulasikan pada susu skim Pengelolaan Hewan Percobaan.
steril untuk dijadikan kultur antara dan diinokulasikan Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan
kembali sebagai kultur kerja. Kultur kerja ditumbuhkan tikus percobaan adalah kandang individu dengan ukuran
pada media MRSA dan dihitung populasinya. Kultur yang 17.5x23.5x17.5 cm dengan alas kandang berupa sekam
memenuhi syarat untuk siap dijadikan kultur starter untuk steril. Ransum standar yang diberikan sebanyak 20 g per
sosis fermentasi adalah dengan populasi 108 cfu mL-1. ekor per hari pada setiap pukul 06.00-07.00. Air diberikan
ad libitum dan sisa ransum dkumpulkan setiap hari untuk
Pembuatan Sosis ditimbang sehingga diketahui konsumsi ransum per ekor
Daging dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih tikus per hari.
kecil, dan dimasukkan ke dalam food processor bersama
dengan 3 % garam, 0.5 % STPP dan 10% es batu kemudian Tabel 1 Komposisi ransum tikus percobaan (%)*
digiling selama 1 menit. Adonan selanjutnya ditambah Sosis
dengan 10% susu skim dan bumbu-bumbu lain (1.5% Bahan pakan Kasein Sosis
Fermentasi
bawang putih, 1% merica, 0.5% pala dan 0.5% jahe) dan
Sumber protein 21.31 32.62 43.35
digiling kembali selama 2 menit. Adonan selanjutnya
ditambah dengan 15% tepung tapioka kemudian digiling CMC 0.20 0.50 0.62
selama 2 menit. Adonan yang sudah jadi dimasukkan ke Mineral mix 4.68 4.50 1.00
dalam stuffer dan dimasukkan ke dalam selongsong. Sosis Vitamin mix 1.00 1.00 1.00
kemudian dikukus selama 45 menit pada suhu 65-70 C.
Minyak jagung 7.68 7.99 7.98
Pembuatan Sosis Fermentasi (Arief, 2014) Maizena 65.13 53.39 46.05
Daging yang sudah digiling dan dibekukan selama *AOAC (2005) yang dimodifikasi pada jumlah sumber protein
24 jam dicampur dengan bumbu (garam 2%, gula pasir sesuai dengan taraf protein 19% dan formulasi berdasarkan
2%, jahe segar 0.5%, lada hitam 0.5%,lada putih 0.5%, bahan kering yang kemudian dikonversi ke bahan segar.
daun jeruk 0.5% dan pala halus 0.5%) dan 2% kultur
bakteri di dalam bowl cutter. Adonan yang telah terbentuk
dimasukkan ke dalam stuffer dan kemudian dimasukkan ke

208 Edisi Januari 2014


Vol. 02 No. 1 Pengaruh Pemberian Sosis Fermentasi

Ransum HASIL DAN PEMBAHASAN


Ransum disusun secara isoprotein dengan kandungan
protein pakan sebanyak 19%. Ransum standar yang Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu
digunakan adalah ransum dengan kandungan kasein sebagai persiapan kultur starter probiotik, pembuatan sosis
sumber protein. Komposisi ransum yang diberikan pada dan sosis fermentasi serta pengujian in vivo dengan
tikus percobaan disajikkan pada Tabel 1. menggunakan tikus percobaan.

Perlakuan Pada Tikus Percobaan Kultur Starter Bakteri Probiotik


Pemberian pakan dilakukan berdasarkan pembagian Populasi bakteri yang digunakan dalam pembuatan
kelompok perlakuan pakan. Perlakuan pada tikus percobaan sosis fermentasi ini adalah 9.27 log cfu mL-1. Jumlah
dijelaskan pada Tabel 2. tersebut digunakan agar produk yang dihasilkan memenuhi
jumlah minimal bakteri dalam produk pangan probiotik
Tabel 2 Perlakuan pada tikus percobaan yaitu sebesar 106 cfu g-1 dengan jumlah minimal yang
Kelompok Perlakuan harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 cfu g-1, dengan
P0 Tikus kontrol yaitu tikus yang hanya diberikan tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan
ransum standar dengan kasein (100%) sebagai jumlah bakteri probiotik pada saat berada dalam saluran
sumber protein. pencernaan (Shah, 2007).
P1 Tikus perlakuan yaitu tikus yang diberi ransum Bakteri dapat di klaim sebagai bakteri probiotik
standar dengan sosis fermentasi probiotik yang apabila memenuhi beberapa kriteria, yaitu: bersifat
ditambahkan kultur L. plantarum IIA-2C12 non patogenik yang mewakili mikrobiota usus dari
sebagai sumber protein (100%) penganti kasein. inang tertentu, masih aktif pada pH rendah dan tinggi,
mampu tumbuh dan bermetabolisme dengan cepat, dapat
P2 Tikus perlakuan yaitu tikus yang diberi ransum mengkolonisasi beberapa bagian tertentu dalam usus,
standar dengan sosis masak sebagai sumber mampu menghasilkan asam-asam organik secara efisien,
protein (100%) penganti kasein. memiliki sifat antimikroba serta mudah diproduksi
Pengukuran Konsumsi Pakan, Bobot Organ dan Bobot dalam skala besar (Salminen et al., 2004). Bakteri yang
Badan Tikus digunakan memiliki karakteristik sebagai bakteri probiotik.
Konsumsi pakan diukur setiap hari dengan mengurangi Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan
jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan. bahwa bakteri ini mampu bertahan pada saluran pencernaan
Pengukuran bobot organ dilakukan dengan penimbangan (Arief , 2011) yaitu mampu bertahan pada pH rendah
setelah dilakukan dengan penimbangan. Bobot badan lambung (2.0-3.2) dan pH yang tinggi pada usus (7.2).
tikus ditimbang pada awal dan akhir pemeliharaan untuk Bakteri tersebut juga mampu memberikan efek antidiare
mengetahui pertambahan bobot badan selama 10 hari serta meningkatkan proliferisasi sel limfosit (Febriyanti,
pemeliharaan. 2011).
Komposisi Nutrisi Pakan
Konversi Ransum Pakan yang digunakan sebagai sumber protein pada
Nilai konversi ransum dapat digunakan untuk penelitian ini adalah kasein, sosis fermentasi dan sosis
mengetahui nilai efisiensi ransum Nilai konversi ransum masak. Berdasarkan sertifikat analisis Pusat Penelitian
merupakan rasio antara konsumsi ransum dengan Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB (2014)
pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh selama komposisi data proksimat pakan tersebut dapat dilihat pada
kurun waktu tertentu. Konversi ransum dipeorleh Tabel 3.
berdasarkan perbandingan antara rataan pertambahan bobot Tabel 3 Kandungan nutrisi pakan sumber protein uji
badan dengan rataan konsusi selama pemeliharaan. in vivo
Sosis Sosis
Analisis Statistik Komponen Nutrisi Kasein
Fermantasi Masak
Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA) berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) Kadar air 10.32 56.99 64.85
demgam tiga perlakuan (P0, P1 dan P2) dan 4 ulangan. Kadar protein (% bk) 89.14 63.16 42.73
Jika terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan akan Kadar lemak (% bk) 0.61 27.18 12.43
dilanjutkan dengan uji Tukey (Gaspersz, 1991). Model
Kadar serat Kasar 0.00 1.72 2.50
matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(% bk)
sebagai berikut:
  Kadar abu (% bk) 1.91 2.56 7.97



                 Komposisi nutrisi pada sosis fermentasi pada Tabel 3
  menunjukkan bahwa kadar air pada sosis fermentasi adalah

!  ""

  
56.99%. Kisaran kadar air pada sosis adalah 45%-80%

                 dari produk akhir yang terbentuk (Aberle et al., 2001).
 Kadar air dan protein yang dihasilkan tersebut lebih tinggi
dibanding kadar air dari sosis fermentasi dengan kultur
bakteri Lactobacillus plantarum IIA-2C12 yang dibuat dari

Edisi Januari 2014 209


Ernaningsih et al. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan

daging oleh Mumpuni (2012) yaitu 40.93% dan 55.58%. mengandung bakteri patogen, sehingga sosis yang dihasilkan
Perbedaan kadar air dan kandungan protein disebabkan aman untuk dikosumsi. Hal ini disebabkan adanya pengaruh
oleh bahan baku yang digunakan. Sosis fermentasi pada proses pemanasan pada pembuatan sosis yang dapat
penelitian ini dibuat tanpa penambahan lemak sehingga mematikan mikroorganisme (Soeparno, 2005). Kandungan
mengandung protein yang lebih tinggi. bakteri asam laktat pada produk sosis adalah 3.02 log cfu g-
Bahan pakan lain yang juga digunakan dalam 1
, pada pembuatan sosis masak tidak dilakukan penambahan
penelitian ini adalah sosis masak. Sosis masak merupakan bakteri starter, sehingga jumlah bakteri yang ada dalam
produk daging yang dibuat dengan proses penggilingan produk merupakan bakteri yang berasal dari bahan baku
daging dan ditambah dengan bumbu-bumbu kemudian terutama daging yang digunakan.
dimasukkan ke dalam selongsong. Komposisi nutrisi sosis Tabel 5 Populasi bakteri asam laktat dan pathogen pada
yang dihasilkan sesuai dengan SNI 01-3020-1995 yaitu sosis
kandungan air maksimal 67%, kadar lemak maksimal
adalah 25%, abu maksimal 3% dan protein minimal 13%. Populasi
Jenis Bakteri
Kandungan karbohidrat dihasilkan lebih tinggi dari standar (log cfu g -1)
SNI, yaitu maksimal 8%. Perbedaan komposisi nutrisi Bakteri asam laktat 3.32
pada sosis yang dihasilkan tergantung pada bahan baku Bakteri Pathogen
yang digunakan dan penambahan bahan selama proses
a. Escherichia coli td
pengolahan. Kadar karbohidrat yang tinggi pada produk
sosis disebabkan adanya penambahan tepung tapioka. b. Salmonella td
Tepung tapioka merupakan bahan sumber karbohidrat c. Staphylococcus aureus td
tinggi sehingga pencampuran dalam proses pengolahan Keterangan: td: tidak terdeteksi
dapat meningkat kadar karbohidrat dalam produk
(Direktorat Gizi, 1995). Pengujian Secara in vivo
Hasil pemotongan menunjukkan bahwa rata-rata bobot
Kualitas Mikrobiologi Sosis Fermentasi tikus yang dipotong adalah 126.25 g dengan bobot hati,
Pengujian mikrobiologi pada sosis fermentasi ginjal dan limpa berturut-turut adalah 6.72 g, 0.68 g dan
dilakukan untuk menguji kandungan bakteri produk, 0.38 g (Tabel 6).
baik bakteri asam laktat, maupun bakteri patogen untuk Tabel 6 Data pemotongan tikus pada terminasi hari ke-
melihat tingkat kemanan pangan pada produk. Hasil 0 (g)
uji kualitas mikrobiologi sosis fermentasi baik mikroba
patogen maupun bakteri asam laktat ditunjukan pada Parameter Bobot
Tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4 tidak Bobot badan 126.256.13
ditemukan adanya bakeri patogen dalam produk sosis Berat hati 6.720.54
fermentasi. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang
dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Penambahan bakteri Berat ginjal 0.680.05
starter pada pembuatan sosis fermentasi dapat menghambat Berat limpa 0.380.11
pertumbuhan bakteri patogen pada produk. Bakteri Hasil penimbangan bobot badan dan berat organ pada
probiotik mempunyai kemampuan antimikroba, selain terminasi hari ke-10 pada Tabel 7 menunjukkan bahwa
itu produksi asam organik selama proses fermentasi juga pemberian pakan yang berbeda tidak berpengaruh nyata
menghambat adanya bakteri patogen (Erkkila, 2000). (P>0.05) terhadap bobot badan dan organ tikus percobaan
Populasi bakteri asam laktat pada penelitian ini lebih pada terminasi hari ke-10.
rendah dibanding penelitian yang dilakukan oleh Elida
(2013) yaitu 9.98 log cfu mL-1. Populasi bakteri asam Tabel 7 Data pemotongan tikus pada terminasi hari
laktat pada produk sosis fermentasi dipengaruhi oleh lama ke-10 (g)
pemeraman (Hidayati 2007), penambahan bumbu selama Perlakuan
proses pengolahan dan pH awal yang terbentuk. Parameter
P0 P1 P2
Tabel 4 Populasi bakteri asam laktat dan patogen pada
sosis fermentasi Bobot awal 125.388.62 127.207.71 117.707.12
Bobot 176.469.43 175.4010.90 171.2015.04
Populasi badan
Jenis Bakteri
(log cfu g -1)
Bobot hati 7.9650.67 7.690.59 7.140.37
Bakteri asam laktat 8.67
Bobot 0.790.07 0.800.03 0.760.03
Bakteri Pathogen ginjal
a.Escherichia coli td Bobot 0.640.04 0.610.08 0.520.11
b.Salmonella td limpa
c. Staphylococcus aureus td
Keterangan: td: tidak terdeteksi Pertumbuhan Tikus Percobaan Selama 10 Hari
Setelah dilakukan proses adaptasi selama 5 hari,
Kulitas Mikrobiologi Sosis Masak kemudian masing-masing tikus diberi pakan sesuai dengan
Hasil pengujian mikrobiologi pada Tabel 5 perlakuan yang diberikan. Pertumbuhan tikus, konsumsi dan
menunjukkan bahwa sosis yang dihasilkan tidak

210 Edisi Januari 2014


Vol. 02 No. 1 Pengaruh Pemberian Sosis Fermentasi

konversi ransum selama masa pemeliharaan ditunjukkan DAFTAR PUSTAKA


pada Tabel 8.
Berdasarkan analisis ragam pemberian pakan AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of
memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap AOAC International. 18th ed. Assoc. Off. Anal.
konsumsi dan PBB tikus selama pemeliharaan 10 hari. Tikus Chem.,Arlington.
yang diberi pakan sosis masak menunjukkan konsumsi dan Aberle, E.D., J.C. Ferrest, G. E. Gerard, E. W. Mills,
PBB paling tinggi. PBB pada tikus yang diberi pakan sosis H. B. Hendrick, M. B. Judge, R. A. Markel. 2001.
fermentasi adalah 4.82 g/hari, PBB pada tikus dipengaruhi Principle of Meat Sceince. 4th ed. Kendall Hunt Publ.
oleh keseimbangan pakan dan jumlah pakan yang dikosumsi. Co., Lowa.
Tingkat konsumsi ransum dipengaruhi oleh ukuran tubuh, Afiyah DN. 2013.Sifat mikrobiologis sosis daging sapi
bobot badan dewasa, jenis kelamin, umur, faktor genetk dengan penambahan ekstrak daun jati (Tectona grandis)
dan bangsa. Faktor pakan yang mempengaruhi konsumsi selama penyimpanan dingin. Skripsi. Institut Pertanian
pakan adalah sifat fisik, kandungan nutrisi dan palatabilitas Bogor, Bogor.
pakan (Pond et al., 2005). Selain itu, konsumsi pakan Arief I.I., R.R.A.Maheswari, T. Suryati. 2005. Isolasi
juga dipengaruhi oleh kandungan energi dalam pakan. beberapa bakteri asam laktat dari daging sapi. Kumpulan
Semakin tinggi kandungan energi pakan maka semakin Makalah Seminar Hasil Penelitian Departemen IPT.
rendah tingkat konsumsinya. Tingginya konsumsi sosis dan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
sosis fermentasi diduga akibat berkaitan dengan tingkat Arief I.I. 2011. Karakteristik bakteri asam laktat indigenus
palatabilitas pakan. sebagai probiotik dan identifikasinya dengan
sekuensing 16S rRNA Disertasi. Sekolah Pascasarjana,
Tabel 8 Konsumsi dan pertumbuhan tikus selama
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
pemeiliharaan perhari
Arief I.I., Z Wulandari, E. L. Aditia, M. Baihaqi. 2014.
Parameter P0 P1 P2 Physicochemical and microbiological properties af
Konsumsi (g 15.081.38b 23.781.69a 25.142.73a fermented lamb sausage using probiotic Lactobacillus
hari-1) plantarum IIA-2C12 as atarter culture. Procedia
Environtmental Science. 20: (352-356).
PBB (g 4.820.71b 5.351.38a Arihara K. 2006. Strategies for designing novel functional
hari-1) 5.110.56ab meat products.Meat Sci. 74: 219-229.
BPOM. 2005. Keputusan Kepala Badan Pengawas
Konversi 2.940.21a 4.930.22b 4.700.16c Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomer:
ransum 005.05.1.0421 tentang pembentukan tim mitra bestari
Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti huruf yang berbeda pangan fungsionl. Badan Pengawas Obat dan Makanan
menunjukkan perbedaan yang nyata(P<0.05) dengan uji Tukey. ,Jakarta.
BSN. 1995. Sosis Daging. Badan Standardisasi Nasional,
Konversi ranusm digunakan untuk mengetahui nilai
Jakarta
efisiensi pengginan pakan pada tikus yang digunakan.
Elida N. 2013. Kulaitas fisik, kimia dan mikrobiologi
Semakin tinggi nilai konversi ransum menunjukkan bahwa
sosis fermentasi dengan penambahan Lactobacillus
ransum memiliki tingkat efisiensi yang tinggi begitu juga
plantarum 2C12 dan Lactobacillus acidophilus
sebaliknya. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan
2B4 pada penyimpanan suhu dingin. Skripsi.Institut
bahwa pemberian ransum yang berbeda berppengaruh nyata
Pertaniana Bogor, Bogor.
terhadap nilai konversi ransum tikus percobaan. Tikus yang
Erkkila. S. 2001. Bioprotective and probiotic meat starter
diberi kasein memiliki nilai konversi ransum paling rendah
culture for fermentation of dry sausage. Disertasi.
dibanding perlakuan lain, diikuti sosis fermentasi dan sosis
Departement of Food Technology, Helinski.
masak. Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh adanya
FAO.2002. Guidelines for the evaluation of probiotic food.
perbeaan nilai gizo ransum dan tingkat energi ransum.
Report of Joint FAO/WHO Working Group on drafting
Guidelines for the evaluation of probiotics in food.
Food and Agriculture Organization ,Canada.
Kesimpulan
Febriyanti D. 2011. Potensi bakteri asam laktat probiotik
indigenus sebagai antidiare dan imunomodulator pada
Pembuatan soisis fermentasi dengan kultur bakteri
tikus percobaan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
probiotik Lactobacillus plantarum IIA-2C12 dengan
Bogor.
populasi 9. 27 log cfu mL-1 menghasilkan produk dengan
Gaspersz V, 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV.
jumah populasi bakteri 8.67 log cfu g-1 dan tidak terdeteksi
Armico, Bandung.
adanya bakteri patogen dalam produk sehingga aman
Ganzle M.G., C. Herrel, J.M. Vossen, W. P. Hammes.
dikonsumsi. Pemberian perlakuan pakan tikus percobaan
1991. Effect of bacteriocin produsing Lactobacilli on
selama 10 hari tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap bobot
the survive of Eschericia coli and Listeria in a dynaimic
badan, hati, ginjal dan limpa. Konsumsi pakan dan PBB
model of the stomach and the small intestine. Int.J. of
tikus paling tinggi adalah pada tikus yang diberi pakan
Food Microb.48(1):21-35.
sosis masak, sedangkan nilai konversi ransum yang paling
Hidayati E.L. 2007. Pengaruh penyimpanan kultur starter
rendah adalah pada tikus yang diberi pakan kasein.
kering L. plantarum 1B1 selama 15 hari terhadap
kualitas mikrobiologi sosis fermentasi daging sapi.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Edisi Januari 2014 211


Ernaningsih et al. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan

Hemmes W.P., D. Haller, M. G Ganzle. 2003. Fermented Pond W.G. , D. C. Chrunch, K. R. Pond . 1995. Basic
Meat Products. Di dalam: Farnworth ER, editor. Animal Nurition and Fedding. Edisi ke-4. Jhon Wiley
Handbook of fermented functional foods.Ed ke-2. CRS ans Sons, New York.
Pr, USA. Shah N.P. 2007. Functional cultures and health benafits.
Mumpuni N.D.S. 2013. Kandungan nutrisi serta asam amino Int. Diary J. 17:1262-1277.
pada sosis fermentasi probiotik dengan kultur starter Surono, S Inggrid . 2004. Probiotik: Susu Fermentasi dan
Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus Kesehatan. Yayasan Pengusaha Makanan dan Minuman
acidophilus 2B4. Skripsi. Institut Pertaniana Bogor, Seluruh Indonesia, Jakarta.
Bogor. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah
Mada Univercity Pr., Yogyakarta.

212 Edisi Januari 2014

Vous aimerez peut-être aussi