Vous êtes sur la page 1sur 19

Lembar Kerja Tutorial

Skenario : Sistem Persarafan dan Integrasi

SistemPersarafan dan Integrasi ----------18&25Oktober 2013 ----------Dwi Adji Norontoko, M.Kep.

Laki-laki umur 20 tahun dilakukan studi diagnostik imaging. Untuk melihat susunan saraf pusat digunakan metode Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada posisi
transversal didapatkan gambar serebrum yang terdiri dari : hemisfer, sulkus dan girus, saraf kranialis II (saraf optikus), ventrikelotak, hipotalamus; pada posisi sagital
didapatkan gambar : diensefalon, pons Varolli, medula oblongata, serebellum, saluran (kanalis) cairan serebrospinal; pada posisi koronal didapatkan gambar : foramen
magnum, foramen Magendi, villi araknoid, duramater, ruang sub araknoid. Untuk melihat susunan sawar darah otak digunakan metode angiografi serebral, didapatkan
gambar : arteri karotis interna, arteri vertebralis dan arteri subklavia. Untuk melihat susunan saraf perifer digunakan metode Myelografi, didapatkan gambar : serabut saraf
vertebra dorsalis dan ventral, ganglion, nukleus vertebralis. Untuk melihat gelombang (impuls) listrik otak digunakan metode elektro ensefalogram (EEG) didapatkan
gambar: gelombang otak , , . . Untuk melihat susunan sel otak digunakan metode Compute Tomografi Ensefalo-scan didapatkan gambar neuron stem sel dan glial sel.
Untuk melihat fungsi integratif saraf sensoris dan motorik dilakukan Romberg test, refleks Babinski, refleks patela, refleks pupil, grafistesia tes. Dilakukan pula studi
laboratorium : tes srotonin, tes dopamin, tes GABA.
Kegiatan Tutor Alasan Klinik Diskusi dan Topik Pembelajaran
Pencetus : Mengidentifikasi isyarat : Langkah 1 :
Laki-laki umur 20 tahun dilakukan studi Antisipasi respon mahasiswa Titik diskusi :
diagnostik imaging. Untuk melihat susunan Adakah istilah yang tidak diketahui, seperti :
saraf pusat, susunan saraf perifer, gelombang Serebrum, diensefalon, medula oblongata, pons, serebellum, duramater,
(impuls) listrik otak, susunan sel otak, fungsi ruang sub araknoid, cairan serebrospinal, sensoris, motorik,
integratif saraf, pemeriksaan neurotransmitter, impuls listrik, ganglion, nukleus, neuron, sel glial, refleks
neurotransmitter.
Serebrum adalah ....
Diensefalon adalah ....
medula oblongata adalah ....
pons adalah ....
serebellum adalah ....
duramater adalah ...
ruang sub araknoid adalah ....
cairan serebrospinal, sensoris, motorik, neurotransmitter, impuls listrik, ganglion, nukleus, neuron, sel glial, refleks adalah ..........

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 1
Kunci penekanan dari kasus : Definisi masalah : Langkah 2
1. Pembagian sistem persarafan Integritas sistem persarafan dalam Titik diskusi :
2. Sistem saraf pusat dan penunjang meregulasi kerja sistem tubuh manusia 1. Apakah yang dimaksud sistem saraf pusat?
3. Sistem saraf perifer ditinjau dari struktur, fungsi dan fisiologis ? 2. Apakah yang dimaksud dengan mielin?
4. Sistem saraf otonom 3. Apakah fungsi hipotalamus?
5. Sistem peredaran darah otak 4. Apakah sistem saraf perifer ?
6. Sistem cairan serebrospinal 5. Apakah saraf kranial?
7. Sel saraf 6. Apakah neurotransmiter ?
8. Sistem elektrik/kelistrikan saraf 7. Apa yang dimaksud sistem saraf otonom?
9. Neurotransmiter 8. Apa peran sistem saraf otonom
10. Refleks 9. Terbagi menjadi sistem saraf apa sajakah sistem saraf otonom?
10. Apakah yang dimaksud dengan potensial aksi?
11. Apakah yang dimaksud dengan gerak refleks ?
12. Apa yang dimaksud dengan sinaps ?
13. Apakah yang dimaksud dengan neuron dan sel glia ?
14. Bagaimanakah peredaran darah otak ?
Bagaimanakah Integritas sistem persarafan Langkah 3:
dalam meregulasi kerja sistem tubuh Mahasiswa mendiskusikan problem pada langkah 2 ( Brainstorming)
manusia ditinjau dari struktur, fungsi dan 1. Pembagian sistem persarafan
fisiologis ? 2. Sistem saraf pusat dan penunjang
3. Sistem saraf perifer
4. Sistem saraf otonom
5. Sistem peredaran darah otak
6. Sistem cairan serebrospinal
7. Sel saraf dan Sistem elektrik/kelistrikan saraf
8. Neurotransmiter
9. Refleks
Langkah 4 :
Mahasiswa memberikan hipotesis 1. Mahasiswa mendiskusikan problem di langkah 3 secara mendalam kemudian membuat hipotesa sementara.
2. Diskusi mahasiswa
Masalah yang muncul dan akan didiskusikan lagi oleh mahasiswa setelah memperoleh data tambahan:
1. Pembagian sistem persarafan

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 2
2. Sistem saraf pusat dan penunjang
3. Sistem saraf perifer
4. Sistem saraf otonom
5. Sistem peredaran darah otak
6. Sistem cairan serebrospinal
7. Sel saraf
8. Sistem elektrik/kelistrikan saraf
9. Neurotransmiter
10. Refleks
KONSEP TEORI

1. Pembagian sistem persarafan


Sistem persarafan dibagi menjadi 2 bagian sistem fungsional yaitu : Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Perifer.
Sistem Saraf Pusat tersusun dari : Otak dan medula spinalis. Sistem Saraf Perifer tersusun dari: saraf kranial, saraf spinal, sistem saraf otonom.

2. Sistem saraf pusat dan penunjang


Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat
keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Penunjang Sistem
saraf pusat terdiri dari : kranium, selaput otak (meningen), ruang sub dural, ruang subaraknoid, cairan serebrospinal, sistem ventrikel otak, sawar darah otak (Blood
Brain Barrier).
1) Otak
Secara garis besar Otak manusia dibagi menjadi empat bagian utama yaitu serebrum, diensefalon, batang otak, dan serebelum. Adapun bagian-bagian dari otak
adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Serebrum
Serebrum atau Otak besar mengisi penuh bagian depan dari kranium. Terdiri dari dua belahan (hemifer) besar, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Setiap
belahan mengendalikan bagian tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur tubuh bagian kiri.
Serebrumtersusun atas dua lapisan yaitu (1) Lapisan luar disebut korteks (massa kelabu atau substansia grisea) yang berisi badan neuron, yang membentuk pola
celah yaitu sulkus, dan pola birai yaitu girus,(2) Lapisan dalam disebut massa putih ( substansia alba) yang berisi serabut saraf yaitu akson, dendrit, dan basal
ganglia. Serebrum terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi), lobus parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus
oksipitalis (bagian belakang kepala). Lobus-labus tersebut memiliki fungsi masing-masing, yang dapat digambarkan dengan peta Brodman (Broadmans map)
Serebrum merupakan saraf pusat yang utama karena berperan dalam pengaturan seluruh aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan, kesadaran,
kepribadian, daya cipta, daya khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya. Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu: Lobus

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 3
Frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir, motorik wicara (Broca area), motorik center, asosiasi. Lobus Parietalis berhubungan dengan kemampuan
somato-sensoris. Lobus Temporalis berhubungan dengan pendengaran dan keseimbangan (equilibrium), mengendalikan kemampuan sensoris wicara dan bahasa
(Wernicke area). Lobus Oksipitalis merupakan pusat penglihatan utama dan visual asosiasi.
b. Diensefalon
Diensefalon merupakan bagian yang menghubungkan otak tengah dengam hemisfer. Diensefalon tersusun oleh talamus, epitalamus, dan hipotalamus. Talamus
terletak di bagian lateral ventrikel III, berperan pada sistem sensorik di kortek serebri yaitu menterjemahkan reaksi sensorik; pada sistem motorik di kortek serebri
yaitu menghaluskan gerakan motorik; aktifitas neuron yaitu merupakan pembangkit dan kontrol ritme kortikal dari aktifitas fisiologis otak seperti: bangun tidur dan
gelombang elektrik otak; ekspresi kortek serebri pada sistem limbik yaitu membantu regulasi emosi dan perilaku. Epitalamus terletak dibagian posterior vemtrikel
III, berperan pada sistem limbik dan refleks sistem optik. Hipotalamus terletak didalam sela tursika os sfenoid, berperan dalam memepertahankan homeostasis:
regulasi keseimbangan cairan, metabolisme, suhu tubuh, siklus reproduksi; pusat integrasi sistem saraf otonom; intake makanan; kontrol sistem endokrin; respon
seksual.
c. Batang Otak
Batang Otak merupakan bagian yang menghubungkan diensefalon dan medula spinalis. Batang Otak tersusun atas otak tengah, pons, dan medula oblongata.
Struktur fungsional batang otak adalah: jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulaspinalis dan kortek serebri, sistem formasio retikularis
(RES), saraf kranial.
(1) Otak Tengah (mesensefalon) merupakan bagian antara diensefalon dan pons, juga merupakan penghubung serebelum dan pons ke serebrum. Struktur anatomis-
fungsional otak tengah terdiri dari bagian: tektum, tegmentum, substansia nigra, dan pedenkulus serebri. Tektum berfungsi: pusat refleks koordinasi gerakan bola
mata dan kepala, regulasi mekanisme fokus penglihatan, dan pengaturan ukuran pupil terhadap refleks cahaya. Tegmentum berfungsi: aktivasi sistem retikularis
asenden (ARAS) sebagai pusat kesadaran, keseimbangan postur dan gerakan tubuh. Substansia nigra berfungsi aktifasi sistem motorik extrapiramidal.
(2) Pons merupakan jembatan penghubung atau relay antara otak tengah tengah dan medula oblongata. Pons berperan pada pusat pneumotaksis dan apneustik
untuk regulasi sistem pernafasan, rasa raba, rasa nyeri, suhu, mekanisme umpan balik dalam penghalusan dan presisi gerakan.
(3) Medula Oblongata tersusun dari struktur anatomi-fungsional: piramis, oliva dan saraf kranialis (VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII)

d. Serebelum
Serebelum atau Otak kecilterdiri atas dua belahan yang berliku-liku sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak,
koordinasi kerja otot dan rangka. Sumsum lanjutan, medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis,
misalnya pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.

2) Medula Spinalis
Medula spinalis atau sumsum tulang belakangmerupakan bagian dari susunan saraf pusat mulai dari foramen magnum memanjang kebawah sampai setinggi
lumbal 1 (L1) berakir di caudal equina. Medula spinalis dilapisi oleh 3 lapis selaput otak yang memenjang sampai cauda equina dan cairan serebrospinal. Medula
spinalis tersusun dari 31 pasang saraf spinal yaitu 8 pasang saraf servical, 12 pasang saraf torakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakrum, dan 1 pasang saraf

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 4
koksigeal. Mekanisme fungsi saraf medula spinalis dibagi dalam 2 divisi yaitu jaras motorik dan jaras sensorik. Jaras motorik terdiri dari sistem motorik sentral
(Upper Motor Neuron/UMN) yang berfungsi pada sistem piramidal dan ekstrapiramidal, dan sistem motorik perifer (Lower Motor Neuron/LMN) berfungsi
mengontrol gerakan-gerakan sadar. Jaras sensorik (somesthesia) merupakan sensibilitas somatik sensorik meliputi mekanisme penerimaan rasa raba, tekanan,
nyeri, suhu, propiosepsi. Jaras sensorik terbagi atas: jaras aferen somatik ( lemnikus medialis kolumna dorsalis, traktus spino-talamik, traktus trigemini-talamino),
jaras talamus-kortikal, jaras korte somatosensorik.

3. Sistem saraf perifer


Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Sistem saraf sadar ), dan (2) Sistem saraf tak sadar Kemudian berdasarkan sifat kerjanya
saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu: saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut
jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) Sistem saraf tepi adalah lanjutan dari neuron yang bertugas
membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat.

1. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya
sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
a) Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
b) Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
c) Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak
yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12
pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
a) Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh
otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 5
2. Sistem saraf tak sadar (Sistem Saraf Otonom)
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion
disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak
di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat
pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang-
cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Untuk jelasnya mengenai fungsi saraf otonom baik sistem saraf parasimpatik
maupun sistem saraf simpatik dapat dilihat pada tabel berikut.

Sistem Saraf Parasimpatik Sistem Saraf Simpatik


Mengecilkan pupil Memperbesar pupil
Menstimulasi aliran ludah Menghambat aliran ludah
Memperlambat denyut jantung Mempercepat denyut jantung
Membesarkan bronkus Mmengecilkan bronkus
Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan Menghambat sekresi kelenjar pencernaan
Mengerutkan kantung kemih Menghambat kontraksi kandung kemih

4. Selaput otak
Meningen atau lapisan pembungkus otak merupakan bagian terluar dari otak. Meningen memiliki beberapa lapisan yaitu Duramater, Arachnoid dan Piamater.

Duramater merupakan bagian terluar. Duramater merupakan lapisan periosteum tulang tengkorak, merupakan lapisan yang kuat, lapisan fibrosa yang mengandung
Pembuluh Darah, yang memberikan nutrisi pada tulang. Lapisan luar dan dalam menempel dengan tengkorak sehingga tidak ada lapisan epidural antara tulang dengan
membran seperti pada spinal. Antara duramater bagian dalam dan arachnoid terdapat rongga subdural dan tidak mengandung Cerebro Spinal Fluid (Cairan serebro
spinal). Pada beberapa tempat kedua lapisan dalam dan luar membentuk saluran yang mengandung Pembuluh Darah yang disebut dengan Dural sinus dan terdapat
darah vena dari Pembuluh Darah di otak.

Arachnoid merupakan lapisan tengah dari meningen. Lapisan ini merupakan jaringan ikat, antara arachnoid dan piamater terdapat seperti jaring-jaring trabekula dan

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 6
rongga subarachnoid yang mengandung CSF. Lapisan arachnoid tidak mengandung Pembuluh Darah, tapi Pembuluh Darah terdapat pada rongga subarachnoid.

Piamater merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan otak. Sebagian besar suplai darah pada otak di suplai oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang
banyak terdapat pada piamater.

5. Ventrikel
Ventrikel otak dilapisi oleh epitel kuboid yang disebut ependima.Terdapat kapiler-kapiler yang disebut dengan pleksus koroides. Terdapat 4 ventrikel yang diberi
nomor dari atas ke bawah dari otak yaitu: Ventrikel lateral kiri dan kanan pada hemisfer serbri, ventrikel ke tiga pada diensepalon dan ventrikel ke empat pada pons
dan medulla. Ventrikel lateral dihubungkan dengan ventrikel ke tiga oleh interventrikular foramen sedangkan Ventrikel ke tiga nyambung dengan ventrikel ke empat
melewati celah sempit yang disebut serebral aqua duktus di midbrai/otak tengah.

6. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal atau CSF berperan dalam melindungi otak, menjaga keseimbangan bahan-bahan kimia Susunan Syaraf Pusat. CSF dibentuk dalam pleksus
koroides pada ventrikel lateral, tiga dan empat dengan kombinasi proses diffusi dan transport aktif. Pleksus koroid menseleksi komponen darah yang dapat melewati
membrannya ke ventrikel (tidak untuk Sel Darah Merah, protein dengan molekull besar). Yang dapat lewat: protein berukuran kecil, oksigen, karbondioksida, Na, K,
Ca, Mg, Cl, glukosa dan sejumlah kecil Sel Darah Putih.

Perjalanan CSF
CSF dibentuk di Ventrikel lateral, lalu melalui interventrikuler foramen masuk ke ventrikel III dan melalui Aqua Duktus CSF mengalir ke Ventrikel IV. Di ventrikel
IV erdapat 3 buah lubang terbuka di dasar ventrikel 4. Melalui ketiga lubang tersebut CSF mengalir ke Subarachnoid spaces ( cisterna magna) disebelah medulla,
aliran berlanjut ke Spinal lalu ke lumbal sisterna. Sebagian naik lagi ke otak melelui subarachnoid spaces masuk ke vili arachnoid dan sinus sagital superior.

Cerebro Spinal Fluid (CSF)


Vili arachnoid memiliki katup yang sensitif dengan tekanan dengan sistem satu arah. CSF selalu diperbarui sekitar 3 kali dalam sehari.

7. Sistem peredaran darah otak


Otak menerima darah yang dipompakan dari jantung melalui arkus aorta yang mempunyai 3 cabang, yaitu arteri brakhiosefalik, arteri karotis komunis kiri dan arteri
subklavia kiri. Arteri brakhiosefalik selanjutnya bercabang dalam arteri karotis komunis kanan dan arteri subklavia kanan. Arteri karotis komunis kiri dan kanan
masing-masing bercabangmenjadi arteri karotis interna dan eksterna, sedangkan arteri subklavia bercabang menjadi arteri vertebralis. Sistem sirkulasi atau peredran
darah otak difasilitasi oleh sistem arteri karotis dan sistem arteri vertebra. Didalam rongga kranium jalinan arteri tersebut membentuk sistem anastomosis yaitu
sirkulus arteri Willisi. Dua pertiga darah serebral dialirkan ke sebagian besar serebrum dan diensefalon melalui sistem karotis, sedangkan sepertiganya dialirkan ke
medula oblongata, pons, otak tengah, lobus temporal medial dan inferior, lobus parietal, lobus oksipital, dan sebelum melalui sistem vertebralis.

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 7
8. Sel saraf
1. Neuron (sel saraf)
bagian-bagian dari neuron :
- badan sel (inti sel terdapat didalamnya)
- dendrit : menghantarkan impuls menuju badan sel
- akson : menghantarkan impuls keluar dari badan sel

Klasifikasi neuron berdasarkan bentuk :


A. Neuron unipolar
Terdapat satu tonjolan yg bercabang dua dekat dengan badan sel, satu cabang menuju perifer & cabang lain menuju SSP (neuron sensorik saraf spinal)
B. Neuron bipolar
Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit
C. Neuron multipolar
Terdpt beberapa dendrit dan 1 akson yg dpt bercabang-cabang banyak sekali
Sebagian besar organela sel pd neuron terdpt pada sitoplasma badan sel

Fungsi neuron : menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh (somatik dan viseral)
Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara neuron (celah sinap / cleft sinaptik)
Zat kimia yg disinteis neuron & disimpan didalam vesikel ujung akson disebut neurotransmiter yg dpt menyalurkan impuls
Contoh neurotransmiter : asetilcolin, norefineprin, dopamin, serotonin, gama-aminobutirat (GABA)
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat
panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak
disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh
serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang
tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls
2. Neuroglia
Neuroglia merupakan suatu matriks jaringan penunjang khusus, fungsi neuroglia diantaranya adalah memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia
diantaranya adalah astrosit, oligodendroglia dan mikroglia.

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 8
9. Sistem elektrik/kelistrikan saraf
Mekanisme Penghantaran Impuls
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu
sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri
dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral). Otak dibagi
menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang memanjang dari
medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi
dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan
arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan
kembali ke sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005, Guyton. 1997)

Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion
lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas
membran terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk
(influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma karena bagian dalam membran
lebih negatif daripada bagian luar.

Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007)
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi
melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh
perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec. Peningkatan
permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai mengalir dari
sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke potensial istirahat.
Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat segera
dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan
influks ion Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)

Penghantaran rangsang
Semua sel dalam tubuh hewan memiliki muatan listrik yang terpolarisasi, dengan kata lain terjadi perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam dari suatu
membran sel, tidak terkecuali sel saraf (neuron). Perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam membran ini disebut potensial membran Informasi yang diterima
oleh Indra akan diteruskan oleh saraf dalam bentuk impuls. Impuls tersebut berupa tegangan listrik. Impuls akan menempuh jalur sepanjang akson suatu neuron
sebelum dihantarkan ke neuron lain melalui sinapsis dan akan seperti itu terus hingga mencapai otak, dimana impuls itu akan diproses. Kemudian otak mengirimkan

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 9
impuls menuju organ atau indra yang dituju untuk menghasilkan efek yang diinginkan melalui mekanisme pengiriman impuls yang sama.
Membran hewan memiliki potensial istirahat sekitar -50 mV s/d -90 mV, potensial istirahat adalah potensial yang dipertahankan oleh membran selama tidak ada
rangsangan pada sel. Datangnya stimulus akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan hiperpolarisasi pada membran sel, hal tersebut menyebabkan terjadinya
potensial kerja. Potensial kerja adalah perubahan tiba-tiba pada potensial membran karena datangnya rangsang. Pada saat potensial kerja terjadi, potensial membran
mengalami depolarisasi dari potensial istrahatnya (-70 mV) berubah menjadi +40 mV. Akson vertebrata umumnya memiliki selubung mielin. Selubung mielin terdiri
dari 80% lipid dan 20% protein, menjadikannya bersifat dielektrik atau penghambat aliran listrik dan hal ini menyebabkan potensial kerja tidak dapat terbentuk pada
selubung mielin; tetapi bagian dari akson bernama nodus Ranvier tidak diselubungi oleh mielin. Penghantaran rangsang pada akson dilakukan dengan mekanisme
hantaran saltatori, yaitu potensial kerja dihantarkan dengan "melompat" dari satu nodus ke nodus lainnya hingga mencapai sinapsis.
Pada ujung neuron terdapat titik pertemuan antar neuron bernama sinapsis, neuron yang mengirimkan rangsang disebut neuron pra-sinapsis dan yang akan menerima
rangsang disebut neuron pasca-sinapsis. Ujung akson setiap neuron membentuk tonjolan yang didalamnya terdapat mitokondria untuk menyediakan ATP untuk proses
penghantaran rangsang dan vesikula sinapsis yang berisi cairan neurotransmitter umumnya berupa asetilkolin (ACh). Ketika rangsang tiba di sinapsis, ujung akson
dari neuron pra-sinapsis akan membuat vesikula sinapsis mendekat dan melebur ke membrannya. Asetilkolin kemudian dilepaskan melalui proses eksositosis. Pada
ujung akson neuron pasca-sinapsis, protein reseptor mengikat molekul neurotransmitter dan merespon dengan membuka saluran ion pada membran akson yang
kemudian mengubah potensial membran (depolarisasi atau hiperpolarisasi) dan menimbulkan potensial kerja pada neuron pasca-sinapsis. Asetilkolin yang ada
kemudian dihidrolisis menjadi asetil dan kolin. Molekul tersebut kemudian masuk kembali ke ujung akson neuron pra-sinapsis melalui proses endositosis.

10. Neurotransmiter

Neurotransmiter adalah salah satu dari kelas zat kimia yang membawa pesan antarneuron. Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan
disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf
dan pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi.
Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di sampaikan ke bagian-bagian lain. Seluruh akti vitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur
melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di
otak memanfaatkan neurotransmitter.
Jenis neurotransmitter

Neurotransmitter di bagi menjadi:


1. Asam amino: glutamat, aspartat, D-serin, y-aminobutyric acid (GABA), glisin
2. Monoamina dan amina biogenik lain: dopamin (DA), norepinefrin (noradrenalin, NE, NA), epinefrin (adrenalin), histamin, serotonin (SE, 5-HT), melatonin
3. Lain-lain: asetilkolin (Ach), adenosin, anandamide oksida, nitrat, dll

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 10
1. Asetilkolin(Ach)
ACh merupakan neurotransmitter yang pertama kali ditemukan pada sekitar 70 tahun yang lalu. Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung
presinap dari koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika
kemudian gelembung melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase,
yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan mengisi ruang celah shiap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan kolin juga secara aktif dibawa
kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.
Fungsi asetilkolin antara lain mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan pemusatan perhatian. Sedang fungsi utama adalah mengatur atensi, memori, rasa haus,
pengaturan mood, tidur, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot. Berperan pula pada proses penyimpanan dan pemanggilan kembali ingatan, atensi dan respon
individu. Di otak, asetilkolin ditemukan pada cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungis ingatan), bangsal ganglia (terlbat dalam fungis motoris), dan
cerebrlum (koordinasi bicara dan motoris). Ach merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi didalam neuron. la ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada
seluruh bagaian otak, AcH memiliki konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik.
ACh beserta reseptornya, sangatlah penting dalam penghantaran sinyal. My asthenia gravis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh tidak adanya reseptor
asetilkolin. Para penderita myasthenia gravis ini akan selalu mengalami kelelahan dan kelemahan otot.

2. Cathecolamines :Dopamine, Norepinefrin. dan Epinephrine


Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines. Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis
cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase mi dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif oleh basil akhirnya).
a. Dopamin
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi proses mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan
kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untukmengontrol lgerakan dan keseimbangan Jika kekurangan dopamine akan menyebabkan berkurangnya
kontrol gerakan seperti kasus pada penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan
untuk berpikir rasionil, seperti pada pasien skizofrenia.Dari tegmental limbic system akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk
mempunyai kepribadian paranoid. Jika kekurangan Dopamin di bidang mesocottical dari area tegmental keneocortex terutama di daerah prefrontal dapat mengurangi
salah satu dari memori.

b. Norephineprin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel atau somanya terletak pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin
yang terletak di iokus seruleus di dalam pons akan menginmkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan
perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada yang lebih sempit malahan
mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga sebagian disekresikan okh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf simpatisdimana ephineprin merangsang
beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 11
c. Epinefrin
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun
berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan
glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot
skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan menurunkan
pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran
darah ginjal, aaengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi,

d. Histamin
Sistem syaraf otonom terminal saraf post sinapsis simpatis. Menurunkan derajat depresi

3. Glutamate
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat, jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting dalam hal
memori. Kelebihan glutamate akan membunuh neuron di otak. Terkadang kerusakan otak karena stroke akan mengakibatkan produksi glutamat berlebih akan
mengakibatkan dengan banyak sel-sel otak mati daripada kerusakan karena trauma.

4. Serotonin
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitter monoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat
(CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan. Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter pada proses
marah, agresif, suhu tubuh. mood, tidur, human sexuality, selera makan, dan metabolism.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya digunakans ebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga
merupakan salah satu dari pusat penelitianp engaruh genetic padap erubahan genetic psikiatri. Serotonin juga merupakan salahsatu dari beberapa bahan aktif yang
akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah locals ampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu
serotonin juga memiliki kendali pada aliran darah, kontraksiototpolos, rangsang nyeri, system analgesic, dan peristaltic usushalus.

5. GABA Asam Gamma aminobutirat (Gamma-aminobutyric Acid /GABA)


-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmitter inhibisi utama pada system saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron melalui
sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggungjawab langsung pada pengaturan tonus otot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamatedecarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas GAD
membutuhkan pyridoxalphosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk dariv itamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxalkinase.

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 12
Pyridoxalkinase sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan pyridoxalkinase atau zinc dapat menyebabkan kejang, seperti pada pasien preeklamsi.Reseptor
GABA dibagi dalam dua jenis: GABAA dan GABAb. Reseptor GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya
dapat menimbulkan konvulsi umum.Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada otak melalui pengikatan terhada preceptor spesifik transmembran
dalam membran plasma pada proses pre dan post sinaps. Pengikatan ini menyebabkan terbukanya saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan negative masuk
kedalamsel dan ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya terjadi perubahan potensial transmembran, yang biasanya menyebabkan hiperpolarisasi.
Reseptor GABAA merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion itu sendiri, sedangkan Reseptor GABAb merupakan resepto rmetabotropik yang
membuka saluran ion melalui perantara G protein (G protein-coupledreseptor). Neuron-neuron yang menghasilkan menghasilkan GABA disebut neuron GABAergic.
Sel medium spiny merupakan salah satu contoh sel GABAergic

6. Glisin
Glisin (Gly, G) atau asamaminoetanoat adalahasam amino alami paling sederhana-Rumus kimianya NH2CH2COOH.Glisin merupakan asam amino terkecil dari 20
asam amino yang umum ditemukan dalam protein.Kodonnya adalah GGU, GGC, GGA dan GGG. Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri
dengan berbagai situasi karenas glisin adalah satu-satunya asam amino internal pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting tertentu,
rnisalnya sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada pada posisi yang sama sepanjang evolusi (terkonservasi). Penggantian glisin dengan asam
amino lain akan merusak struktur dan membuat protein tidak berfungsi dengan normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung glisin, Perkecualian jika pada
kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya adalah glisin. Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat, terutama pada medula
spinalis, brainstem, dan retina. Strychnine merupakan antagonis reseptor glisin yang kuat, sedangkan bicuculline merupakan antagonis reseptor glisin yang lemah.
Glisin merupakan reseptor antagonis bagi glutama reseptor NMDA.

7. Aspartat
Asam aspartat (Asp) adalah a-asam amino dengan rumus kimiaHO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di
dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein.
Asam aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa dari 4.0. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai pembangkit
neurotransmisi di otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat
dalam glukoneogenesis.
Aspartat (basa konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat eksitasi terhadap sistem saraf pusat Aspartat merangsang reseptor NMDA (N-
metil-D-Aspartat), meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap reseptor tersebut. Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap
kelelahan.

8. Nitrat Oksida (NO)


NO adalah substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama timbul di daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan
untuk ingatan. Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat menolong kita untuk menjelaskan mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan. Oksida nitrat

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 13
berbeda dengan transmitter molekul lainnya dalam hal mekanisme pembentukan di ujung presinap dan kerjanya di neuron post sinap. Zat ini tidak dibentuk
sebelumnya dan disimpan dalam gelembung ujung presinap seperti transmitter lain. Zat ini disintesis hampir segera saat diperlukan dan kemudian berdifusi keluar
dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik dan tidak dilepaskan dalam paket gelembung-gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke dalam neuron post sinap
yang paling dekat, selanjumya di neuron postsinap, 2at ini tidak mempengaruhi membran potensial menjadi lebih besar, tetapi sebaliknya mengubah fungsi metabolik
intraseluler yang kemudian mempengaruhi eksitabilitas neuron dalam beberapa detik, menit, atau barangkali lebih lama.

9. Neuropeptida
Neuropeptidamerupakankelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya bekerja lambatdandalam hallain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada
transmitter molekulkecil.
Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter
(diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah
dipelajari sejak lama, namun bukan dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-mula dilepaskan ke
dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida
dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter,
dapat disintesa dan dilepaskan okh neuron di susunan saraf.

10. Opioid
Peptida adalah kumpulan asam amino yang saling berikatan. Peptida otak yang berperan neurotransmitter adalah opioid. Opioid ini berperan dalam menekan rasa
nyeri dan juga tidur. Walaupun prosesnya masih belum jelas. Diperkirakan, opioid ini diproduksi oleh otak saat kita berada dalam kondisi stress. Salah satu derivat
opioid yang biasa digunakan adalah morfin.

11. Gas
Beberapa gas, ternyata bisa berperan sebagai neurotransmitter, contohnya adalah nitrit oksida dan karbon monoksida. Biasanya, neurotransmitter akan dikemas
dalam vesikel-vesikel dan memerlukan reseptor untuk masuk kedalam post-sinap. Tidak demikian dengan gas-gas ini. Dikarenakan bentuknya yang gas, nitrit
oksida dan karbon monoksida akan langsung berdifusi untuk keluar masuk neuron. Nitrit oksida mempunyai beberapa peran penting, yaitu berperan dalam
relaksasi usus, ereksi pada penis, dan mengontrol siklik GMP (suatu molekul intrasellular messenger)

12. Asam Glutamin (Glutamic Acid)


Terletak di otak. Dengan adanya asam jenis ini, makaberbagai informasi baru dapat melekat di dalam ingatan dan berbagai informasi lama dapat kembali
dimunculkan.

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 14
13. Endorfin (Endorphine)
Tugasnya adalah meredam rasa sakit, sehingga ia dapat membuat kita merasa tenang secara fisik dan mental. Bahkan efek yang ditimbulkan endorfin dapat
mendekati kondisi ekstase. Endorfin dapat melepaskan berbagai tekanan fisik dan mental sehingga dapat dikatakan bahwa endorfin adalah semacam morfin yang
diproduksi oleh tubuh kita.

11. Refleks
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Gerak refleks dapat digimakan pada pemeriksaan
neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa
dipengaruhi kehendak. Contoh gerak refleks seperti mengangkat tangan ketika terkena api, mengangkat kaki ketika tertusuk duri, berkedip ketika ada benda asing
yang masuk ke mata, bersin serta batuk.

Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu:


Stimulus pada organ reseptor - sel saraf sensorik - sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang - sel saraf motorik - respon pada organ efektor.

Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks.

Komponen Lengkung Refleks


Komponen-komponen utama suatu lengkungan refleks yang paling sederhana terdiri atas unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Suatu reseptor, yang peka terhadap suatu macam rangsangan.
2. Suatu neuron aferen (sensorik) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat (medula spinalis atau batang otak), dan mengadakar synapsis.
3. Suatu neuron eferen (motorik) yang dapat mengantarkan impils-impuls ke perifer.
4. Suatu alat efektor, yang merupakan tempat terjadinya reaksi, dan yang dapat diwakili oleh suatu serat otot atau sel kelenjar.
Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti
gerak mengedip atau naempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang icrjadi apabila sel saraf penghubung terdapat
di dalam sumsum tulang belakang seperti refleks lutuL
Ciri gerak refleks yaitu:
1. Dapat diramalkanjikarangsangannyasama
2. Memiliki tujuan tertentu bagi organisme tersebut
3. Memiliki reseptor tertentu dan terjadi pada efektor tertentu
4. Berlangsung cepat, tergantung pada jumlah sinapsis yang dilalui impuls
5. Spontan, tidak dipelajarai dulu

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 15
Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut lengkung refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar: (l)reseptor, (2) jalur aferen sensorik, (3)
pusat pengintegrasi, (4) jaluraferen motorik, (5) efektor. Respon tanggap stimulus yang merupakan suatu perubahan kimia lingkungan reseptor.
Dalam merespon stimulus, reseptor mengubah energi stimulus menjadi energi bioelektrik disebut potensial reseptor yang berbentuk potensial bertingkat. Potensial
reseptor ini akan dirambatkan ke pusat pengintegrasi refleks-refleks dasar, sedangkan bagian otak yang lebih tinggi memproses refleks yang dipelajari. Pusat
pengintegrasian memproses semua informasi yang dapat diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi dari input lain, kemudian membuat suatu
keputusan tentan respon yang sesuai. Instruksi dari pusat pengintegrasi diteruskan melalui .eferen ke efektor (suatu otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang
diinginkan.

Klasifikasi gerak refleks


Berikut adalah macam-macam gerak refleks berdasarkan pengklasifikasiannya, antara lain:
a. Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya ( dipelajari/tidak dipelajari).
Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu:
1) Refleks sederhana atau refleks dasar: refleks yang menyatu tanpa dipelajari, seperti mengedipkan mata pada saat ada benda yang menuju ke arahnya.
2) Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, seperti membelokkan mobil kalau mau menabrak benda. Kita
mengerjakan hal tersebut secara otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar.
b. Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya.
Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu:
1) Refleks Kranial: refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen pada otak. Contoh:
refleks mengedipkan mata.
2) Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang belakang, semua komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen
berada dalam sumsum tulang belakang.
c. Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung refleksnya.
Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu:
1) Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu sinaps.
Contoh: refleks regangan pada patela yang melibatkan satu sinaps, yaitu antara neuron aferen yang berasal dari reseptor regangan dalam otot kerangka, yang
bersinapsis dengan neuron eferen untuk otot rangka yang sama. Contoh salah satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika kaki kita meregang.
Stimulus Reseptor Saraf Seasons Saraf Motorik Efektor Respon
2) Refleks Polisinaptik: refleks yang melibatkan banyak sinaps
Contoh: refleks menarik tangan ketika terkena api.
Mekanisme Gerak Refleks Polisinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
Stimulus Reseptor Saraf Sensoris Saraf interneuron Saraf Motorik Efektor Respon

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 16
Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut: Stimulus panas yang mengenai jari, leseptor panas akan diubah menjadi potensial aksi yang akan dirambatkan
melalui saraf usuk ke sumsum tulang belakang. Saraf aferen bersinapsis dengan beberapa interneuron dan akan terjadi rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini:
1) Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf interneuron yang pada gilirannya menstimulus saraf eferen motorik yang menginervasi triseps, suatu otot ekstensor
pada persendian. Akibatnya konstraksi triseps maka tangan tertarik dari benda panas tersebut.
2) Potensial aksi pada saat yang sama juga menstimulus interneuron lain, yang pada gilirannya menghambat neuron eferen yang menginervasi biseps, sehingga biseps
tidak berkontraksi Biseps adalah otot-otot pada lengan atas yang menggerakkan lengan bawah sehingga siku lebih menekuk (menutup). Jika triseps sedang
berkontaksi membuka lengan bawah, ini akan diimbangi oleh relaksasi dari biseps. Tipe hubungan saraf yang melibatkan stimulasi saraf yang menginervasi satu
otot dan secara bersama-sama melakukan penghambatan pada otot antagonisnya diketahui sebagai inervasi resiprokal.
3) Potensia] aksi juga stimulus interneuron yang lain lagi yang membawa sinyal ke atas jalur naik. Pada impuls mencapai daerah korteks sensori otak, maka orang
yang sakit dan menyadari apa yang sedang teriadi. Juga bila impuls mencapai dapat disimpan sebagai memori, dan seseorang dapat mulai berpikir tentang situasi
yang terjadi. apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian yang sama.
Jenis-jenis reflek
1. Reflek biseps
Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil
menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi binseps.
2. Reflek triseps
Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengindetifikasi
tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.
3. Reflek brakhioradialis
Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan lengan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut
2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi.
4. Reflek patella
Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien telentang,
pengkaji menyokong kaki untuk memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respon normal.
5. Reflek ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Reflek normal
yang muncul fleksi pada bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek pergelangan kaki kemungkinan tidak dapat rileks, pasien diinstruksikan untuk
berlutut pada sebuah kursi atau iya sama dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi fleksi dan tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles
digores menurun dan terjadi fleksi
6. Klonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di sebut klonus. Jika kaki dibuat dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali "gerakan"

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 17
sebelum selesai istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat aktivitas ini dan kaki tidak istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas menjadi
berulang-ulang. Tidak klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi reflek hiperaktif tidak sebagai keadaan patologis. Klonus yang teru-menerus indikasi
adanya penyakit butuhkan evaluasi dokter.

7. Reflek kontraksi abdominal


Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot
abdomen menyebabkan skrotum tertarik.
8. Babinsky
Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus , disebut respon babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang
dengan SSP utuh digores akan terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada system motorik, maka jari-jari
kaki menyebar dan menjauh, Keadaan ini normal pada orang dewasa, tetapi pada bayi keadaan ini abnormal.

Daftar Pustaka :
1. Price SA, Wilson LM. 2005Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf. In: Pendit BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA,Editors. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, 6th ed. Jakarta: EGC
2. Sherwood L. 2001.Susunan Saraf Pusat. In: Santoso IB, Editors.Fisilogi Manusia Dari Sel ke Sistem,2th ed. Jakarta:EGC
3. Snell RS. 2006Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. In: Hartanto H,Editors.Sistem Saraf, 6th ed. Jakarta: EGC
4. Snell RS. 2007Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. In: Dimanti A,Editors. Pendahuluan dan Organisasi Susunan Saraf, 5th ed. Jakarta: EGC

1. Menginformasikan sumber belajar yang Langkah 5 :


berkaitan dengan skenario. Memformulasikan issu pembelajaran (sesuai LO/TIK)
2. Mengingatkan setiap mahasiswa agar Mahasiswa memberikan hipotesis akhir / diagnosa kerja
mencari learning objective (LO) Mahasiswa menentukan LO
3. Hasil pencarian LO akan di cross check 1. Pembagian sistem persarafan
pada pertemuan berikutnya 2. Sistem saraf pusat dan penunjang
3. Sistem saraf perifer
4. Sistem saraf otonom
5. Sistem peredaran darah otak
6. Sistem cairan serebrospinal

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 18
7. Sel saraf
8. Sistem elektrik/kelistrikan saraf
9. Neurotransmiter
10. Refleks
Langkah 6 : Mahasiswa belajar mandiri secara langsung
1. Mengecek resources yang dicari SESSION 2 : Langkah 7 :
mahasiswa 1. Review isu pembelajaran pada session 1 Pelaporan
2. Mengecek kesiapan LO yang dicari 2. Review hasil diskusi dan tujuan belajar Titik diskusi : LO
mahasiswa. pada session 1 1. Pembagian sistem persarafan
3. Melengkapi diskusi session 1 dengan 2. Sistem saraf pusat dan penunjang
hasil belajar mandiri 3. Sistem saraf perifer
4. Sistem saraf otonom
5. Sistem peredaran darah otak
6. Sistem cairan serebrospinal
7. Sel saraf
8. Sistem elektrik/kelistrikan saraf
9. Neurotransmiter
10. Refleks

Panduan Tutorial/Sistem Persarafan dan Integrasi/Dwi Adji Norontoko, M.Kep./Anatomi dan Fisiologi Page 19

Vous aimerez peut-être aussi