Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan
memancarkan energi foton dengan frekuensi tertentu.
Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford
dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-orbit yang terkuantisasi
serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan
bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi.[18] Suatu elektron haruslah
menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan transisi antara
orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma,
ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini
berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital ini.[19]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton
Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[20] Atas adanya keteraturan sifat-
sifat kimiawi dalam tabel periode kimia,[21] kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919
berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling
berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan
menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat
kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut
terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin adalah
acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya berkas ini
terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas
ataupun ke bawah.[22]
Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku
seperti gelombang, Erwin Schrdinger mengembangkan suatu model atom matematis yang
menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel.
Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa
adalah tidak mungkin untuk secara matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara
bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan
oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi,
seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan
sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun.
Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti planet
mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana
elektron paling berkemungkinan berada.[23][24]
berkisar antara 1015 hingga 1014m.[36]Jari-jari inti diperkirakan sama dengan fm,
[37]
dengan A adalah jumlah nukleon. Hal ini sangatlah kecil dibandingkan dengan jari-jari atom.
Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh gaya tarik-menarik potensial yang disebut gaya
kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya
elektrostatik yang menyebabkan proton saling tolak menolak.[38]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor atom.
Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai isotop.
Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom tersebut, sedangkan
jumlah neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan stabilitas inti atom, dengan
isotop unsur tertentu akan menjalankan peluruhan radioaktif.[39]
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli melarang
adanya keberadaan fermion yang identik (seperti misalnya proton berganda) menduduki suatu
keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama. Oleh karena itu, setiap proton dalam
inti atom harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda dengan aras energinya masing-
masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron. Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan
neutron yang menduduki keadaan kuantum yang sama.[40]
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton lebih
banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah melalui peluruhan
radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang. Oleh karena itu, atom
dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang lebih stabil dan cenderung tidak meluruh.
Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-menolak antar proton membuat inti atom
memerlukan proporsi neutron yang lebih tinggi lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang
paling berat, rasio neutron per proton yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan
meningkat menjadi 1,5.[40]
Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton dan satu
neutron). Satu positron (e+) dipancarkan bersamaan denganneutrino elektron.
Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan energi
yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika banyak
partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari,
proton memerlukan energi sekitar 310 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak antar
sesamanya dan bergabung menjadi satu inti.[41] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari proses fusi.
Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi melalui
peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah melalui penembakan partikel subatom
berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah proton dalam inti, atom tersebut akan berubah
unsurnya.[42][43]
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel awal
penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi (misalnya sinar
gamma), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-energi Einstein,E = mc2,
dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan cahaya. Defisit ini merupakan
bagian dari energi pengikatan inti yang baru.[44]
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat eksotermik,
yang berarti bahwa proses ini melepaskan energi.[45] Adalah proses pelepasan energi inilah yang
membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti yang lebih berat, energi
pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini berarti bahwa proses fusi akan
bersifat endotermik.[40]
Awan elektron[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Orbital atom dan Konfigurasi elektron
Sumur potensial yang menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan untuk mencapai tiap-
tiap posisi x. Suatu partikel dengan energi E dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik.
Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar inti. Hal ini berarti
bahwa energi luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom. Semakin dekat suatu elektron
dalam inti, semakin besar gaya atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat
sumur potensi memerlukan energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti gelombang
(dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah dalam sumur potensi di mana
tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu gelombang yang tidak bergerak
relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini ditentukan oleh orbital atom, yakni suatu fungsi
matematika yang menghitung probabilitas suatu elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu
ketika posisinya diukur.[46] Hanya akan ada satu himpunan orbital tertentu yang berada disekitar
inti, karena pola-pola gelombang lainnya akan dengan cepat meluruh menjadi bentuk yang lebih
stabil.[47]
Fungsi gelombang dari lima orbital atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu biidang
simpul.
Tiap-tiap orbital atom berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron dapat
berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap sebuah foton. Selain
dapat naik menuju aras energi yang lebih tinggi, suatu elektron dapat pula turun ke keadaan
energi yang lebih rendah dengan memancarkan energi yang berlebih sebagai foton.[47]
Energi yang diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu elektron (energi pengikatan
elektron) adalah lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon. Sebagai contohnya, hanya
diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom hidrogen.[48]Bandingkan dengan energi
sebesar 2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah inti deuterium.[49] Atom bermuatan listrik
netral oleh karena jumlah proton dan elektronnya yang sama. Atom yang kekurangan ataupun
kelebihan elektron disebut sebagai ion. Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat
ditransfer ataupun dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom dapat
saling berikatan membentuk molekul.[50]
Diagram ini menunjukkan waktu paruh (T) beberapa isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah
proton N (dalam satuan detik).
Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami peluruhan
radioaktif, menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi elektromagnetik.
Radioaktivitas dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar dibandingkan dengan jari-jari gaya
kuat (hanya bekerja pada jarak sekitar 1 fm).[66]
Bentuk-bentuk peluruhan radioaktif yang paling umum adalah:[67][68]