Vous êtes sur la page 1sur 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan

terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah

tua dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan demikian akan semakin

dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit yang mungkin muncul adalah

salah satunya Diabetes Mellitus. Meskipun Diabetes Mellitus mungkin juga

terjadi pada usia anak dan muda tergantung jenis Diabetes Mellitus yang

menjangkit. Diabetes Mellitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan

namun bisa dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Mellitus

diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien

memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Mellitus dengan

asuhan keperawatan yang komprehensif (Yuli, 2009).

Diabetes mellitus adalah suatu sindrom klinis metabolic, ditandai oleh

adanya hyperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek

kerja insulin atau keduanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring

dengan perubahan pola hidup didapatkan bahwa prevalensi DM meningkat

terutama dikota besar. Jika tidak ditangani dengan baik, tentu saja angka

kejadian komplikasi klinik DM juga akan meningkat termasuk komplikasi

kaki diabetes (Aru W dkk, 2008 hal 1961).


2

WHO memprediksikan kenaikan jumlah penderita Diabetes mellitus dari

8.4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta pada tahun 2030

(Soegondo 2006).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk

Indonesia yang berusia sekitar 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan

prevalensi Diabetes Mellitus pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah

rural sebesar 7.2%. pada tahun 2030 diperkirakan ada 12 juta penyandang

diabetes mellitus didaerah urban dan 8.1 juta didaearah rural (Soegondo

2006).

Peningkatan pasien diabetes mellitus dilihat secara epidemiologi

dikarenakan empat faktor. Faktor yang pertama adalah faktor demografi,

jumlah penduduk yang bertambah, penduduk usia lanjut yang bertambah

banyak, serta urbanisasi yang tak terkendali. Faktor kedua gaya hidup yang

kebarat-baratan, penghasilan yang tinggi, restoran siap santap, teknologi

canggih menimbulkan sendentary life (kurang gerak badan). Faktor ketiga

berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi, dan faktor yang keempat

meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes menjadi

lebih panjang (Waspadji, 2005)

Diabetes Mellitus akan mengakibatkan timbulnya komplikasi akut dan

kronis apabila tidak ditangani dengan baik (Syafei, 2006). Terdapat tiga

komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan

gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga

komplikasi tersebut adalah: hipoglikemia, ketoasidosis, diabetic dan sindrom


3

HHNK (hiperosmolar nonketotik) atau HONK (hiperosmoler nonketotik)

(Smeltzer dan Bare, 2002).

Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem

organ dalam tubuh. Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim

digunakan adalah, penyakit makrovaskuler,penyakit mikrovaskuler, dan

neuropati. Komplikasi yang bersifat akut maupun kronis dapat menyebabkan

gangguan kualitas hidup dari penderita diabetes melitus dan penurunan

kualitas diabetes melitus akibat komplikasi yang menahun. Sehingga

kualitas hidup penderita diabetes melitus perlu ditangani dengan penanganan

yang tepat. Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab serta

komplikasi tersebut dapat dikendalikan dengan adanya kemauan merubah

gaya hidup sehat dari penderita diabetes mellitus (Hendra, 2007). Pasien

diabetes mellitus dalam hal gaya hidup, perlu perencanaan makan (diet),

latihan (olahraga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan

pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, peran dan dukungan kelompok

keluarga, saudara dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan

(Smeltzer dan Bare, 2002).

Pada penelitian Goz et al (2007), pasien diabetes melitus diperlukan

pengontrolan terhadap metabolik yang dapat mempengaruhi gaya hidup

pasien (dalam menggunakan terapi insulin dan obat antidiabetik oral),

makanan, pengukuran gula darah, dan latihan. Hal ini dapat dicapai dengan

partisipasi atau keterlibatan keluarga. Adanya pengalaman kesulitan bagi

pasien, keluarga, dan komplikasi yang mungkin muncul pada saat pasien
4

beradaptasi dengan semua perubahan yang terjadi akan berdampak terhadap

kualitas serta kemandirian keluarga dalam menghadapi permasalahan

kesehatan pasien diabetes mellitus (Goz et al, 2007).

Terapi dan perawatan diabetes melitus memerlukan waktu yang panjang

tentunya menimbulkan kebosanan dan kejenuhan pada pasien diabetes

melitus. Oleh sebab itu selain memperhatikan masalah fisik maka perlu juga

diperhatikan faktor psikologis pasien dalam penyelesaian masalah diabetes

melitus. Keikutsertaan anggota keluarga dalam memandu pengobatan, diet,

latihan jasmani, dan pengisian waktu luang yang positif bagi kesehatan

keluarga merupakan bentuk peran aktif bagi keberhasilan penatalaksanaan

diabetes melitus. Pembinaan terhadap anggota keluarga lainnya untuk

bekerja sama menyelesaikan masalah diabetes melitus dalam keluarganya,

hanya dapat dilakukan bila sudah terjalin hubungan yang erat antara tenaga

kesehatan dengan pihak pasien dan keluarganya (Rifki, 2009).

Penelitian yang dilakukan Robinson (2010), terhadap 19 pasien diabetes

melitus, menyimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang

paling utama untuk mempertahankan metabolik kontrol yang akan

mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sementara pada penelitian

Konradsdottir dan Erla (2011), pemberian pendidikan dan intervensi

dukungan terhadap keluarga menghasilkan hubungan positif terhadap

kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan anggota keluarga

penderita diabetes mellitus (Erla, 2011).


5

Setiawan (2010) melakukan penelitian terhadap pasien skizofrenia

beserta keluarganya yang diberikan terapi keluarga, didapatkan hasil bahwa

terapi keluarga efektif terhadap penurunan angka kekambuhan pada pasien

skozofrenia. Sementara penelitian Sutanto (2010) pemberian terapi keluarga

berupa pendidikan kesehatan, pendampingan dan konseling dalam

pengembangan keterampilan, serta pengembangan keterampilan keluarga

dalam berkomunikasi efektif terhadap peningkatan tingkat kemandirian

keluarga dengan permasalahan remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Sjattar, Elly, Burhanuddin, dan Sitti

(2011), membuktikan bahwa penerapan model keluarga untuk keluarga yang

merupakan integrasi dari konsep model dan teori keperawatan Self Care dan

Family Centered Nursing dengan cara edukasi suportif pada keluarga yang

dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan selama tiga minggu sangat

berpengaruh terhadap kemandirian keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang menderita tuberkulosis yang ditandai dengan adanya

peningkatan pengetahuan dan kemandirian pada saat post test.

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila tercipta keluarga yang

sehat, maka akan tercipta komunitas yang sehat pula. Masalah kesehatan

yang dialami oleh salah satu anggota keluarga, mengakibatkan berpengaruh

terhadap sistem keluarga tersebut. Dan secara tidak langsung turut

mempengaruhi komunitas, bahkan komunitas yang lebih luas (global). Oleh


6

karena itu keluarga menjadi salah satu bagian terpenting dalam mencapai

suatu keberhasilan kemandirian keluarga (Sudiharto, 2007).

Berdasarkan uraian diatas dan penentuan kasus oleh guru pembimbing,

maka penulis membahas tentang Diabetes Mellitus dalam Karya Tulis

Ilmiah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengkajian keperawatan Diabetes Mellitus?

2. Bagaimana Diagnosis Keperawatan Diabetes Mellitus?

3. Bagaimana cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari

Diabetes Mellitus?

C. Tujuan Penulisan

1. Diketahuinya pengkajian keperawatan Diabetes Mellitus,

2. Diketahuinya Diagnosis Keperawatan Diabetes Mellitus,

3. Diketahuinya cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari

Diabetes Mellitus.
7

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis sendiri sebagai penambahan pengetahuan dan pengalaman

yang sangat berharga dalam memberi Asuhan keperawatan serta

mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh selama pendidikan.

2. Untuk mengikuti persyaratan mengikuti UAN/UAS di SMK Keperawatan

Pratidina Makassar

3. Dapat di gunakan sebagai acuan untuk pembuatan atau penyusunan Karya

Tulis Ilmiah selanjutnya.

E. Metode Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan metode Library Research yaitu

metode yang di lakukan dengan cara mengutip dari beberapa buku yang

Digunakan sebagai sumber dan bahan acuan dalam penyusunan serta ada

beberapa bahan yang diambil atau diakses dari internet. Penulis

menggunakan metode ini karena menganggap bahwa metode ini metode

yang baik dan mudah digunakan.


8

F. Sistematika Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan menggunakan sistematika sebagai

berikut :

1. Bab I, terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan

2. Bab II, terdiri dari : Defenisi, Anatomi Fisiologi, Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Etiologi, Pencegahan.

3. Bab III, terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa, dan Pencegahan Diabetes

Mellitus.

4. Bab IV, terdiri dari : Kesimpulan dan saran.

Vous aimerez peut-être aussi