Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pencernaan di mulai dari rongga mulut masuk ke dalam lambung melalui faring
dan esophagus. Lalu kemudian masuk kedalam duodenum, jejunum dan ileum setelah di
lakukan penyerapan nutrisi maka zat sisa yang di hasilkan di bawa lagi ke kolon asendens,
kolon transversal, kolon desendens, kolon sigmoid, dan rectum dan terakhir keluar dalam
bentuk feses.
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem
pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus
(duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar
terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus,
terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon
transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang
merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut
caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.
Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap hari.
Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya
selulosa), komponen empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi
H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi di kenal sebagai
feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum defekasi.
Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat dicerna membentuk
sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur
karena berp[eran menentukan volume isi kolon.

B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan kita sebagai calon perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif sesuai dengan standar dan etika
keperawatan pada klien yang mengalami masalah kesehatan pada
sisitem gastrointestinal: Kanker Usus Besar (CA Colon)
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang kanker usus besar (colon).
2. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan gangguan system gastrointestinal:
kanker kolon
3. Mahasiswa dapat mendiagnosa masalah dengan gangguan sistem gastrointestinal:
kanker kolon,
4. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan dengan gangguan
sistem gastrointestinal: kanker kolon,.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Kanker adalah tumor seluler yang bersifat fatal, sel- sel kanker tidak seperti sel- sel
tumor jinak, menunjukan sifat invasive dan metastasis dan sangatlah anaplastik. (Kamus
Dorland)
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan di daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.
Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolon adalah penyakit usus inflamasi kronis yang menyerang individu dan
kali lebih berat dibandingkan kanker rektal. (Smeltzer, 2002 : 1123)
Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum,
penyakit ini adalah penyakit kedua yang mematikan.

B. ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran
pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang
tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer Institute), dan organisasi
kanker lainnya.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan


kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,
yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak
terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang
juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni
yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam
usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan
tinggi sayuran dan buah-buahan (e.gMormons, seventh Day Adventists).

Makanan yang harus dihindari :

Daging merah
Lemak hewan
Makanan berlemak
Daging dan ikan goreng atau panggang
Karbohidrat yang disaring (example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:

Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan


kubis (seperti brokoli,brussels sprouts)
Butir padi yang utuh

Cairan yang cukup terutama air

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma, faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : Tubular, Villous dan Tubulo Villous. Meskipun hampir sebagian besar kanker Colon
berasal dari adenoma, hanya 5% dari semua Adenoma Colon menjadi manigna, Villous
Adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui,
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini
di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30
tahun.

Orang-orang yang telah mempunyai Ulcerative Colitis atau penyakit Crohns juga
mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda
dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan
menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

C. MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum
keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu
barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran
yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya
makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi
tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

Gejala lokalnya adalah :


Perubahan kebiasaan buang air
Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan
perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari
kanker kolorektal
Perubahan wujud fisik kotoran/feses
Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air
besar
Feses bercampur lendir
Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di
saluran pencernaan bagian atas
Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat
sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh
mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul
darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau,
muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan
semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya

Gejala umumnya adalah :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di
semua jenis keganasan)
Hilangnya nafsu makan
Anemia, pasien tampak pucat
Sering merasa lelah
Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang
Gejala penyebarannya adalah :
Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :
Penderita tampak kuning
Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati
Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter
Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan
peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

Tingkatan / Staging / Stadium Kanker Kolon

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM,
klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut
(mirip dengan klasifikasi Dukes) :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

D. KLASIFIKASI DAN JENIS

Tumor pada kolon dan rektum (kolorektal) atau usus besar ada dua macam, yaitu tumor
jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).

Tumor jinak dibagi atas:


Tumor Epitelial, terdiri atas: Adenoma dan Adenomatosis
Tumor Nonepitelial, terdiri atas: Leomioma, Hemangioma, dan Lipoma
Tumor ganas terdiri atas:
Karsinoma
Sarkoma

Untuk menemukan tumor jinak ini, harus dilakukan pemeriksaan radiologis dan endoskopis
yang meliputi pemeriksaan sigmoidaskopi dan kolonoskopi. Pengobatan tumor jinak biasanya
dilakukan dengan cara operasi.

Sebagian besar penderita tumor jinak biasanya tidak mempunyai keluhan, kecuali jika telah
ada komplikasi tidak menyebabkan diare. Apabila letak tumor ada dibagian kolon paling
bawah, biasanya menimbulkan perdarahan. Keluhan lain, yang jarang terjadi, yaitu diare
berlendir yang kadang-kadang disertai dengan nyeri perut.
Kanker rektum atau kanker usus besar atau kolorektal termasuk penyakit ganas urutan ke-
10 tersering di dunia, termasuk Indonesia. Kanker rektumbiasanya ditemukan pada pria
dan wanita berusia di atas 50 tahun. Seiring dengan perubahan gaya hidup, pada saat ini, 50%
penderita kanker kolon berusia di bawah 40 tahun. Kanker kolon tergolong fatal karena
diperkirakan 50% penderitanya meninggal akibat penyakit ini.

E. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Anatomi
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari
cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi feces.
Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari mikroorganisme yang
termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan sampai feces dikeluarkan
melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih
dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang
dikeluarkan secara normal melalui defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada ileocecal.
Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung tersembunyi.
Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-kira panjangnya 9 cm
disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri beberapa nodul limpatik.
Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon ascendens, colon
transversal, colon descendens dan colon sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan
berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati.
Colon transversal membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa),
dan colon descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang
sebenarnya, dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk
saluran S yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan berakhir
pada lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur yang sederhana,
dan berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat pencernaan.beristirahat Bagian
terakhir dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3 cm adalah lubang anus. Lubang anus
berawal dari pangkal rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot halus dari lubang anus
lebih tebal daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang
anus. Otot rangka membentuk external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang
anus. Jaringan Epitel pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang
di bagian bawah tersusun squamous.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak lengkap.
Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi membentuk tiga berkas
otot, yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon. Kontraksi dari tanie coli
menyebabkan suatu kantung yang disebut haustra yang terbentuk di sepanjang colon terlihat
seperti sebuah lukukan. Jaringan ikat yang berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik
appendage yang melekat di sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada
gambar. Barisan mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak
membentuk suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah
kelenjar tubuler yang disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus
halus, dengan tiga jenis sel yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular. Perbedaan
utama adalah pada sel goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang
banyak.
b. Fisiologi
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk
feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian
proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan
dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi
gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan
mendorong.

a. Gerakan Mencampur Haustrasi


Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, 2.5 cm otot
sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat yang sama,
otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi
menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap haustrasi
mencapai intensitas puncak dalam waktu 30 detik, kemudian menghilang 60 detik
berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil
dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk
dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa
usus besar, dan cairan serta zat terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml
feses yang dikeluarkan tiap hari.
b. Gerakan Mendorong Pergerakan Massa
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang
lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari sekum
sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit
menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.
Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan
mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat yang
diatur oleh rangsangan taktil langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat terhadap
sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla spinalis yang membawa
persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian distal kolon. Mucus juga
berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan
media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi
dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang
disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis yang
menetralkan asam dalam feses. Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan
melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada
pasien diare berat.

c. Absorpsi dalam Usus Besar


Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air dan
elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan
bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon pengabsorpsi),
sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya dikeluarkan pada
waktu yang tepat (kolon penyimpanan).
d. Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah epitel di usus besar lebih
erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika
aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien osmotic di
sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air.
Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam usus
besar.
e. Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar
Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari
sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi usus
besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.
Kerja Bakteri dalam kolon
Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada kolon
pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai tambahan nutrisi),

vitamin (K, B, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam

kolon, khususnya CO, H, CH).

Komposisi feses.

Normalnya terdiri dari air dan padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%

anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan edull kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh
sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri.
Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja akolik). Asam
organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab tinja menjadi asam
(pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen
sulfide). Komposisi tinja edulla tidak terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena
sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab
mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.
f. Proses Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang
lemah 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum serta sudut tajam
yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum,
kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan
massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2)
sfingter ani eksternus.
Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan
eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks
intrinsic (diperantarai edull saraf enteric dalam dinding rectum.
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam
kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses edulla anus. Ketika gelombang
peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari
pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara edullar
sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi edullar
dapat dicapai dengan secara edullar melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan
otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal
yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi
atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi,
sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla
spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla
spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus
melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat
gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga mengubah refleks
defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat.
Sinyal defekasi masuk ke edulla spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil
napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari
kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik
keluar cincin anus mengeluarkan feses.
F. PATOFISIOLOGI

Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian (Sthrock,
1991):

26 % pada caecum dan ascending colon

10 % pada transfersum colon

15 % pada desending colon

20 % pada sigmoid colon

30 % pada rectum

Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini
tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar
dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.

Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya, kemudian meluas
kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melalui limpa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju
liver.

Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat
metastase yang lain termasuk :

Kelenjar Adrenalin
Ginjal
Kulit
Tulang
Otak

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi
tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum
dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah
menuju ke rongga peritonial.

G. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi colon dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses
peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

H . PENCEGAHAN
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan
derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang
air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

I. PENATALAKSANAAN
a) Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah
diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung
atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan
mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada
yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi
b) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan
suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan
dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk
kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan
untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah
paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi
tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor
dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi)

c) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum


Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara
atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh
lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

d) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.

e) Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER KOLON

I. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono,1994 : 10)

a. Identitas, Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis


kelamin,alamat,pendidikan,nomor regitrasi,status pekawinan,agama,pekerjaan,tinggi
badan,tanggal MR
b. Keluhan utama : pada pasien Ca Colon biasanya nyeri hebat pada bagian perut skala
10
c. Dapatkan riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah;
adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini,
deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau
mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet
diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi
alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.
d. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rectal; pola eliminasi yang lalu
dan sekarang; terapi obat yang terbaru; riwayat medis yang lalu; deskripsi warna, bau,
konsistensi feses dan adanya darah atau mucus.
e. Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan
palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses
diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Meliputi:

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.Ditandai dengan:
a. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b. Peningkatan bunyi usus
c. Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d. Mual, muntah, diare.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
II. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik,
tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

Intervensi :

- Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan
tiap hari.
Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan
- Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap
dan/atau efek kehilangan cairan
- Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler lambat
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
- Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus
- Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi
vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
- Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan
untuk memperbaiki kehilangan/ anemia
- Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida
(Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis,
asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut,
Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi
koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
hilang atau skala nyeri berkurang.

Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu


tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

- Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
- Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
Rasional : Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
- Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas
senggang
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
menigkatkan kemampuan koping.
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Berikan aktivitas tenggang
Rasional : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan
kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan
- Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi


nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: setelah dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di
harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
- Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
- Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan
klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
Rasional : Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi
status hipermetabolisme klien keganasan.
- Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
Rasional : Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia;
pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen
amalbasorbsi.
- Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola
eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan
konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi :
- Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya
rasional : Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
- Observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
Rasional : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
- Berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Rasional : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi
feses
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit
periostomal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat
meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh /
mengering
Intervensi :
- Observasi luka, catat karakteristik drainase
Rasional : Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama,
dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
- Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic
Rasional : Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering
untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi
- Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama
Rasional : Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko
pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi
keluka, dan memperlambat penyembuhan
- Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan
hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic
Rasional : Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi
intraoperasi
- Kalaborasi rendam duduk
Rasional : Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.

6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker


Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
Intervensi :
- Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat
menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu
klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
- Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.
Rasional : Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan
menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.
- Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak
orang dalam situasi klien saat ini.
Rasional : Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami
oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima
keadaanya.
- Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan
pertahankan ketenangan lingkungan.
Rasional : Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan
menurunkan kecemsan
- Kolaborasi pemberian obat sedatif.

Rasional : Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.Menilai perkembangan


masalah klien.

- Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
Rasional : Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.

III. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh,
reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang
optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan
informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah
sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.
IV.EVALUASI
Yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colon rectal setelah perawatan meliputi :
Diagnosa 1 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Diagnosa 2 : Nyeri hilang atau skala nyeri berkurang
Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi
yang optimal
Diagnosa 4 : Pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan
jumlah dan konsistensi serta mempertahankan eliminasi usus yang adekuat Kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang optimal
Diagnosa 5 : tidak mengalami infeksi
Diagnosa 6 : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon adalah
penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998).
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui
sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka
peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar peluangnya.
Etiologi dari kanker kolon yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi.
Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat
penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang
tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman
beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.

Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien


dengan kanker kolon

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:


1. Untuk klien yang menderita penyakit karsinoma colon, agar menjaga pola hidup,
nutrisi, dan selalu menjaga kesehatannya.
2. Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari konsep dasar
penyakit carsinoma colon dan asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan dengan benar dan tepat.
3. Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga
dengan anak yang menderita carsinoma colon
DAFTAR PUSTAKA

http://nurseenynopilestari.blogspot.co.id/2014/04/lp-dan-askep-kanker-kolon.html

http://perawathati.blogspot.co.id/2012/06/askep-ca-colon.html

http://nadya-levhodopha.blogspot.co.id/2011/10/makalah-tentang-ca-colon.html

Diakses pada tanggal 15 september 2017 pkl: 15.00


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN CANCER COLON dengan baik.

Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah nilai mata kuliah KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH I serta merupakan bentuk tanggung jawab penulis pada tugas yang
dberikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dedi
Adha , selaku dosen mata kuliah KMB I dan pihak-pihak lain yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna, tetapi hendaklah makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Palu,September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................

B. TUJUAN.............................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI...........................................................................................................

B. ETIOLOGI.........................................................................................................

C. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................

D. KLASIFIKASI DAN JENIS...............................................................................

E. PATOFISIOLOGI..............................................................................................

F. PENCEGAHAN.................................................................................................

G. PENATALAKSANAAN...................................................................................

BAB III ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN..................................................................................................

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................

C. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................

D. IMPLEMENTASI...........................................................................................

E. EVALUASI....................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN...............................................................................................

B. SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN

KANGKER KOLON

NAMA KELOMPOK: I

ANITA SARI
ARISATYAWAN
NURFADILA
ARUM PRANASTI
FANI SAFITRI
CINDI EKA TRESNA
MOH. FAHRI
POLTEKKES KEMENKES PALU T.A 2017/2018

Vous aimerez peut-être aussi