Vous êtes sur la page 1sur 5

KELOMPOK 3

1) Farah Tsurayya M 131111005


2) Elis Sazana 131111020
3) Hartono 131111041
4) Yulia Dyah A 131111049
5) Ruri Meliana 131111068
6) Riftya Sinta L 131111085
7) Yoas Yosia K 131111099
8) Christ Wibowo D A 131111112

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGAWATDARURATAN


OBSTETRI: EKLAMPSIA

PRIMARY SURVEY
1) Airway
Pasien dengan eklampsia mengalami kejang tonik-klonik yang
menyebabkan sekresi saliva secara berlebihan. Apabila sekresi saliva tidak
dikeluarkan maka hal tersebut dapat menyebabkan obstruksi pada jalan
nafas/ketidakpatenan jalan nafas. Untuk menjaga kepatenan jalan nafas dan
mencegah aspirasi sekresi, dapat dilakukan suction atau miringkan kepala
pasien ke salah satu sisi, lalu letakkan bantal dibawah salah satu pundak atau
punggung jika memungkinkan.
2) Breathing
Saat fase tonik, semua otot tubuh pasien mengalami kontraksi termasuk
otot-otot torak/pernafasan, hal ini dapat menyebabkan henti nafas. Atur
pemberian bantuan oksigen dengan O2 masker nonrebreather 10 L/min untuk
melindungi oksigenasi janin.
3) Circulation
Pasien dengan eklampsia memiliki tekanan darah yang tinggi dengan
tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. Pasien dapat
mengalami sianosis karena ketidakefektifan dalam bernafas.
4) Disability
Pasien mengeluhkan pandangannya kabur, suhu pasien tiba-tiba
meningkat sampai 39,40C atau 400C. Pasien mengalami penurunan kesadaran,
disorientasi sampai koma.
SECONDARY SURVEY
A. Anamnesa
1. Identitas
Jenis kelamin : biasanya sering terjadi pada perempuan dengan
primi gravida
Umur : biasanya lebih sering < 20 tahun atau >35 tahun
BB : peningkatan lebih dari 1 kg/minggu
2. Keluhan utama
Pasien mungkin terlihat selama fase kejang atau dalam keadaan koma
yang mengikuti satu atau lebih kejang.
3. Riwayat kesehatan ibu sekarang.
Terjadi peningkatan tensi, edema, pusing, nyeri epigastrium, mual,
muntah, penglihatan kabur.
4. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
5. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidroamnion, serta riwayat
kehamilan dengan eklamsi sebelumnya.
6. Pola nutrisi
Jenis konsumsi yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan, terlalu banyak makanan tinggi garam maupun rendah
kalsium dapat menyebabkan eklampsia.
7. Psikososial spiritual
Keadaan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan, stress berat, pada
ibu hamil dapat meningkatkan tekanan darah. Karenanya perlu
kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
B. Pemeriksaan fisik
1. TTV : Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam
2. Kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
3. IAPP
- Inspeksi
Edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
- Auskultasi
Mendengarkan DJJ (denyut jantung janin) untuk mengetahui
adanya fetal distress.
- Palpasi
Untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin, lokasi
edema.
- Perkusi
Untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
(jika refleks + ).
C. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif),
kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
2) USG : untuk mengetahui keadaan janin
3) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
D. Analisa data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : - Eklampsi Ketidakefektifan
DO: kejang, lidah bersihan jalan nafas
berbuih, sianosis, otot Ischaemia
menjadi kaku uteroplasenta

Vasokontriksi vaskuler

Retensi vaskuler otak

Kejang

Jalan nafas tersumbat
2. DS : Klien mengeluh Eklampsi Perfusi jaringan tidak
sesak efektif
DO : Tekanan darah semakin
- RR: 30 x/menit. meningkat
- Terlihat retraksi
otot dada Vasokontriksi
- Nadi = 86x/menit pembuluh darah
- Akral dingin, pucat
3. DS : ibu menyatakan Eklampsi Resiko tinggi cidera
gerakan janin pada fetus
berkurang Ischaemia
DO : DJJ 110x/menit uteroplasenta

Penurunan perfusi ke
organ dan plasenta

Gangguan
pertumbuhan plasenta

E. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
mukus dalam jumlah berlebihan.
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan kardiak
out put sekunder terhadap vasokontriksi pembuluh darah.
3. Resiko cidera pada fetus berhubungan dengan insufisiensi
uteroplasenta.
F. Intervensi keperawatan
1. Dx: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi mukus dalam jumlah berlebihan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang dari 5
menit, bersihan jalan nafas pasien efektif.
Kriteria hasil:
- Suara snooring tidak terdengar
- Pasien mampu berbicara
- Tidak ada sekresi mukus yang menumpuk pada mulut pasien
- Tidak tampak adanya retraksi dada
- Pasien tidak mengalami sesak nafas
- RR dalam rentang 12-24 x/menit
Intervensi:
1) Buang sekret berlebih menggunakan suction
2) Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat
tertentu atau alat yang lain untuk menghindari rahang mengatup
jika kejang terjadi
3) Auskultasi suara nafas, catat penurunan suara nafas dan adanya
suara nafas tambahan
4) Monitor status pernafasan dan status oksigenasi
5) Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan
kepala selama serangan kejang
6) Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan
7) Monitor TTV
2. Dx: perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kardiak out put sekunder terhadap vasokontriksi pembuluh darah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
O2 terpenuhi.
Kriteria hasil:
- CRT < 2 detik
- Tidak terjadi sianosis
Intervensi:
1) Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinue
misalnya koma.
2) Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot
bantu.
3) Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, cacat kekuatan nadi
perifer.
4) Mengkaji data dasar (misalnya berat badan, tingkat edema) untuk
digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan
yang akan dilakukan
5) Memberikan magnesium sulfat secara intravena sesuai pesanan
dokter, yang berfungsi untuk merelakskan vasospasme dan
meningkatkan perfusi ginjal
6) Tempatkan wanita pada bad rest dalam posisi berbaring, untuk
memaksimalkan aliran darah uteroplasenta, mengurangi tekanan
darah, dan menigkatkan diuresis
7) Pantau edema dan berat badan sebagai bukti terjadinya vasodilatasi
dan penigkatan jaringan
8) Monitoring TTV
9) Pantau masukan dan perubahan keluaran
3. Dx: resiko tinggi cidera pada fetus berhubungan dengan insufisiensi
uteroplasenta
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi cidera pada
fetus.
Kriteria hasil:
- Adanya pergerakan janin
- DJJ normal (12-12-12)
Intervensi:
1) Monitoring keadaan gawat janin (menurunnya aktivitas janin,
menurunnya DJJ) untuk mencegah adanya komplikasi
2) Catat semua temuan dan laporkan jika ditemukan gawat janin
3) Kaji tentang pertumbuhan janin
4) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
5) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
6) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

REFERENSI
Corwin, Elizabeh, 2009, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa
Tim penerbit PSIK UNPAD, EGC, Jakarta
Lowdermilk,et al, 2006, Maternity Nursing-text and Virtual Clinical Excursion ed
7, Elsevier
Marilynn, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Perry 2014, Maternal Child Nursing Care Fifth Edition. Elsevier, Missouri
Pillitteri, Adele, 2014, Maternal & Child Health Nursing Care of the
Childbearing & Childrearing Family Seventh Edition, Wolters Kluwer,
China.

Vous aimerez peut-être aussi