Vous êtes sur la page 1sur 8

Merger

Merger: Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan hanya satu perusahaan
yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap survival sedangkan perusahaan yang kecil
melebur ke dalam perusahaan yang besar.
Contohnya:

Bank Niaga (besar), Bank Lippo


Bank Danamon (besar), Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional

Konsolidasi
Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukuranya relatif sama nenjadi satu
perusahaan baru. Misal:
Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan konsolidasi maka muncul Perusahaan C sebagai
hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank Bapindo, Bank Dagang Negara, Bank Exim
melakukan konsolidasi menghasislkan Bank Mandiri.

Akuisisi
Akuisisi: Penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli sebagian
besar saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaan yang
diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-masing
tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.

Pengukuran Keberhasilan
Bagaimana mengukur keberhasilan ketiga cara tersebut?? Mengukur keberhasilan perusahaan
yang melakukan Merger, Konsolidasi ataupun Akuisisi adalah setelah perusahaan tersebut
melalui masa-masa setelah keputusan ketiga hal di atas. Untuk perusahaan yang melakukan
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi bisa melakukan pengukuran terhadap keberhasilan apa yang
dilakukanya adalah setelah perusahaan melakukan salah satu diantara ketiga hal itu. Tetapi kalau
belum melakukannya dan mengukur.. maka hasilnya masih penuh tanda tanya...karena kenyataan
dilapangan setelah M,K,A bisa saja berbeda.
Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Captal Gain nya..

Contoh Merger
Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga... pada tahun
2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang mana yang satu
mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya... Antara Bank Lippo dan Bank
Niaga.. Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah persaingan global.

Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga

Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari Merger kali
ini Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga bank Lippo
merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga... Dengan demikian
dengan harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham Bank Lippo dihargai
dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga..
Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank Niaga..

Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka after
merger menjadi Bank CIMB Niaga..
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan
kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating value bagi CIMB
Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after (setelah) Merger, maka kita
dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum dikalangan manajer perusahaan

Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..

Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka analis keuangan perlu
melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu bagaimana dengan Merger Bank Lippo, dan Bank
Niaga ???
Metode Earning Per Share

Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa mesti melihat
Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan keuangan suatu perusahaan
mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa mengukura bagaimana
sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan mengalami financial
distress (gejala-gejala penyakit financial).

Nah... maka dari itu.. dalam metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share (Pendapatan
Per Lembar Saham). Hal ini dapat diketahui dengan melihat Earning dibagi dengan jumhlah
lembar saham, dengan kalimat yang lebih jelas yaitu laba per lembar saham.
Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per share Bank CIMB Niaga
setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444 menjadi
Rp14.17289. Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya sebesar 0.29842 satuan.

Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.07) t
tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu banyak dan juga adanya
pertambahan jumlah saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari konversi saham.

Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar
signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan karena
tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang fluktuatif.Debt to equity ratio Bank CIMB
Niaga setelah merger meningkat sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778% menjadi 24.16882%.
Hal ini berkebalikan dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah merger lebih kecil
signifikan daripada sebelum merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) -t tabel (-1.761). Hal ini dimungkinkan
karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat setelah merger

Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa market share
sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan setelah melakukan
penggabungan atau malah mengalami penurunan.

Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International
dan PT Bank Risjad Salim Internasional.

Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger


Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian
berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun
1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.

Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank Tiara,
Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional, dan Bank
RSI

Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon ditempatkan di bawah
pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Bank Take Over
(BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi Danamon
dengan Rp 32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT Bank PDFCI,
BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian dari program restrukturisasi BPPN.

Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari Pemerintah
melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon muncul dari
merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Sejarah Bank Danamon setelah Merger pada tahun 2003


Metode EPS
EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp 38,66 pada tahun 2000. Dengan melihat hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan meningkatkan laba dari 29,48 menjadi 38,66 per
lembar sahamnya. Hal ini menandai kenaikan nilai perusahaan.

Cara menghitung efektifitas merger

Laba bersih Bank Danamon pasca merger melambung tinggi.

Contoh Konsolidasi

BBD (Bank Bumi Daya)


Bank Bapindo
Bank Dagang Negara
Bank Exim

Contoh Konsolidasi yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang Negara,
dan Bapindo

Mereka berempat melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank
tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan permasalahan rumah tangga perusahaanya
saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Untuk menghentikan usahanya yang selama ini mereka
bangun pun merupakan hal yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk dapat melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis adalah bersatu
padu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam bentuk konsolidasi. Kerjasama
dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok perusahaan yang mempunyai motif
yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di masa akan datang.

Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan membuahkan Bank Mandiri yang
menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri.

Contoh Akuisisi
Contoh satu: Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar Saham
Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen perusahaan
Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri..

Contoh Akuisisi

Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris


Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di Surabaya..
dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna dikendalikan oleh PM
sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM mengganti Saham yang beredar
Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya dengan saham PM.
Contoh Kasus Akuisisi

Vous aimerez peut-être aussi