Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pembimbing :
2017
DAFTAR ISI
1
DAFTAR ISI..............................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................2
Latar Belakang............................................................................................2
Batasan Masalah..........................................................................................2
Tujuan Penulisan.........................................................................................2
Metode Penulisan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
2.1 Definisi..................................................................................................4
2.2 Epidemiologi.........................................................................................4
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko....................................................................4
2.4 Patofisiologi..........................................................................................5
2.5 Gambaran Klinis...................................................................................5
2.6 Diagnosis...............................................................................................6
2.7 Diagnosis Banding................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................6
2.9 Komplikasi............................................................................................7
2.10 Prognosis.............................................................................................7
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................9
BAB 1
2
PENDAHULUAN
3
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abses tubo ovarium adalah radang disertai dengan akumulasi pus yang terjadi
pada ovarium dan atau tuba fallopi pada satu sisi atau kedua sisi adneksa 4.
4
Abses tuboovarium terbentuk bila tuba yang terinfeksi melekat dengan ovarium
sehingga muncul proses peradangan tuba dan ovarium. Abses tuboovarium dapat
terjadi sebagai akibat dari infeksi pelvis puerperalis atau sebagai suatu komplikasi dari
pembedahan pelvis, maupun penyebaran organisme piogenik ke ovarium. Akumulasi
pus yang banyak menimbulkan pembentukan massa yang sangat nyeri, tidak dapat
digerakkan, berbatas tidak tegas di dalam regio adneksa atau di dalam kavum douglas5.
2.2. Epidemiologi
Kejadian abses tubo ovarium dengan PID berkisar 17-20%. Abses tubo ovarium
sering terjadi pada wanita yakni antara usia 20-40 tahun3,4.
2.4. Patofisiologi
Abses adalah akumulasi cairan yang berisi bakteri aerob dan anaerob, sel-sel
inflamasi, serta debris-debris yang nekrosis sebagai usaha tubuh untuk mengisolasi
proses peradangan yang terjadi. Abses intraabdomen yang paling sering terjadi pada
wanita selama masa reproduksi adalah abses pada pelvis7.
Adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis. Keadaan ini bisa terjadi
pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologi sebelumnya7.
Mekanisme pembentukan TOA secara pasti masih sulit ditentukan, tergantung sampai
dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen
tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan
peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami inflamasi,
5
tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas
mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium
saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar,buli-buli atau
adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon
pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan
fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menghebat dapat terjadi
pecahnya abses7.
2.5. Gambaran Klinis
Pasien mungkin tanpa gejala, namun jika berat dapat menimbulkan syok sepsis.
Biasanya terdapat riwayat infeksi panggul sebelumnya, usia muda, dengan paritas
rendah dan pernah mempunyai gejala selama <1 minggu. Onset biasanya 2 minggu
setelah menstruasi, dengan nyeri panggul dan perut (dengan derajat nyeri bervariasi),
mual, muntah, demam, takikardi. Seluruh bagian abdomen terdapat nyeri tekan dan
mungkin terdapat defans muscular. Karena nyeri tekan adneksa yang hebat,
pemeriksaan panggul mungkin sulit dilakukan. karena itu lebih baik dilakukan
ultrasonografi untuk diagnosis. Jumlah sel darah putih mungkin rendah, normal atau
sangat meningkat. Pemeriksaan sinar X abdomen dapat memperlihatkan adanya ileus
adinamik atau udara bebas di bawah diafragma jika terjadi ruptur 6.
2.6. Diagnosis
Vaginal Touche :
- Nyeri goyang portio.
- Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
- Kadang-kadang ada penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tak teraba.
- Nyeri pada ovarium karena meradang4.
Tes terpilih untuk abses tuba ovarium adalah ultrasonografi (USG). USG memiliki
kelebihan yaitu ketersediaan, kemudahan, dan cepat digunakan serta harga yang murah
dibandingkan dengan CT-Scan dan MRI7. USG juga merupakan prosedur terbaik untuk
membedakan antara Abses tubo ovarium dan komplek tuboovarian (TOC)9.
6
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada pasien tanpa gejala adalah kista ovarii, neoplasma
ovarii, kehamilan ektopik yang tidak rupture, leiomioma uteri, hidrosalping atau abses
periapendiks. Pada pasien yang bergejala dengan abses ovarii yang tetap tidak rupture,
diagnosis bandingnya meliputi abses apendiks, rupture apendiks, abses divertikuler,
divertikulum perforasi, ulkus peptik perforasi, porfiria dan diabetes mellitus10.
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Komplikasi
Komplikasi meliputi syok sepsis, emboli sepsis, peritonitis, sumbatan usus,
infeksi berulang, kehamilan ektopik dan infertilitas10.
7
2.10 Prognosis
a. Abses tubo ovarium yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medikamentosa
tidak ada perbaikan keluhan dan gejala maupun pengecilan tumor lebih baik dikerjakan
laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin perlu tindakan lebih
luas. Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan reinfeksi harus diperhitungan
apabila terapi pembedahan tak dikerjakan.
BAB 3
KESIMPULAN
Abses tubo ovarium adalah radang disertai dengan akumulasi pus yang terjadi pada
ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa. Kejadian abses
tubo ovarium dengan PID berkisar 17-20%. Abses tubo ovarium sering terjadi pada
wanita fase seksual aktif yakni antara usia 20-40 tahun
Abses tubo ovarium disebabkan oleh infeksi berbagai bakteri seperti spesies
Streptococcus, E.Coli, spesies Bacteroides, spesies Prevotella, spesies
Peptostreptococcuss. Beberapa faktor resiko yang terkait adalah pasangan seksual
multipel, riwayat penyakit peradangan panggul, penggunaan AKDR, status sosioekonomi
rendah, dan riwayat penyakit menular seksual.
Pasien mungkin tanpa gejala, namun jika berat dapat menimbulkan syok sepsis.
Biasanya terdapat riwayat infeksi panggul sebelumnya, usia muda, dengan paritas
rendah dan pernah mempunyai gejala selama <1 minggu. Onset biasanya 2 minggu
setelah menstruasi, dengan nyeri panggul dan perut (dengan derajat nyeri bervariasi),
mual, muntah, demam, takikardi. Karena nyeri tekan adneksa yang hebat, pemeriksaan
panggul mungkin sulit dilakukan. Karena itu lebih baik dilakukan ultrasonografi untuk
menegakkan diagnosis.
Penatalaksanaan abses tubo ovarium meliputi antibiotik, drainage abses, dan
laparotomi. Komplikasi meliputi syok sepsis, emboli sepsis, peritonitis, sumbatan usus,
8
infeksi berulang, kehamilan ektopik dan infertilitas. Prognosis tergantung pada apakah
abses masih utuh atau sudah pecah dan penanganan terhadap abses tubo ovarium.
DAFTAR PUSTAKA
6. Landers, D.V dan Sweet, R.L. Tubo Ovarian Abscess: Contemporary Approach to
Management. Rev Infect Dis 1983; 5:876.
10. Benson R.C dan Pernoll M.L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta; 2009.
9
10