Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pada jenis kelainan jantung bawaan (KJB) ini defek terdapat pada septum atrial
sehingga terjadi shut interatrial. Kelainan ini ditemukan + 10-15% dari kasus-kasus
KJB.
GAMBARAN ANATOMIS
Tiga macam variasi antomis yang terdapat pada ASD adalah :
1. Tipe ostium secundum, terdapat pada 50 diatara 51 pasien.
2. Tipe ostium primum, terdapat pada satu diantara 51 pasien, merupakan
bagian kanal atrioventrikular parsial, dan
3. Tipe sinus venosus, terdapat pada 5% pasien, kadang-kadang disertai
dengan stenosis mitral (sindrom lutembacher).
HEMODINAMIK
Karena tahanan sirkulasi sistemik yang harus diatasi ventrikel kiri lebih besar
dari pada tahanan sirkulasi paru-paru yang harus diatasi ventrikel kanan, maka
dinding ventrikel kiri menjadi lebih tebal dan kurang teregang dibandingkan
dengan dinding ventrikel kanan. Demikian pula karena atrium kiri harus
memompa cukup darah ke ventrikel kiri, dengan kata lain mengatasi tekanan-isi
yang besar di dalam ventrikel kiri, maka lama ke lamaan dinding atrium kiri juga
menjadi tebal/hipertrofi dan tekanan didalamnya meninggi dibandingkan dengan
atrium kanan. Perbedaan tekanan-isi di antara kedua atria/ventrikel ini
memungkinkan berlangsungnya shunt kiri ke kanan melalui defek pada bayi besar
dan anak. Pada neonatus dan bayi kecil shunt biasanya kecilo karena tekanan di
dalam atrium kanan masih tinggi akibat tahanan vaskuler paru-paru yang relative
tinggi. Dengan bertambah usia bayi maka tahanan tersebut akan menurun
sehingga tekanan di dalam atrium kanan juga ikut berkurang. Akibatnya shunt kiri
ke kanan akan menjadi makin besar. Bila terjadi perubahan pada besarnya tahanan
(misalnya meningkat) yang dihadapi ventrikel kanan (misal PVO atau PS), maka
diharapkan akan terjadi perubahan hemodinamik. Shunt dapat berlangsung secara
bidirectional melalui defek yang sama. Umumnya keadaan ini ditemukan sesudah
umur 30 tahun dan jarang pada masa anak dan remaja.
POTOFISIOLOGI
ASD terjadi karena pada jantung bayi foramen ovale tidak menutup secara
sempurna. Karena tekanan di atrium kiri lebih besar, maka terjadi shunt kiri ke
kanan. Darah menumpuk dalam atrium kanan, akibatnya terjadi hipertrofi atrium
kanan sebagai mekanisme kompensasi jantung. Karena darah banyak tertampung
di atrium kanan , atrium kanan berusaha agar darah masuk ke dalam ventrikel
kanan sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan. Darah dalam ventrikel kanan
disalurkan kedalalam arteri pulmonalis, akibatnya terjadi hipertensi pulmonal agar
darah dapat mengalir ke paru-paru lalu ke vena pulmonalis dengan sempurna
kemudian disalurkan ke atrium kiri. Pada ASD tidak terjadi dilatasi aorta karena
darah yang dialirkan tidak berlebihan, sehingga tidak terjadi hipertensi sistemik.
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Torax
Foto torax AP menunjukkan atrium kanan yang menonjol dan conus pulmonalis
yang menonjol. Jantung biasanya hanya sedikit yang membesar dengan
vaskularisasi paru yang bertambah sesuai dengan besarnya pirau.
b. Elektrokardiogram
Tampak gambaran Rigth Bundle Branche Block (RBBB). U mumnya terlihat
deviasi sumbu QRS ke kanan, hipertropi ventrikel kanan. Pemanjangan interval
PR dan deviasi sumbu QRS ke kiri mengarah pada kemungkinan defek septum
atrium primum. Bila sumbu gelombang P negatif, maka peerlu diperkirakan
kemungkinan defek sinus venosus.
c. Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tidak jelas
terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal.
C. Penatalaksanaan
Bedah penutupan defek septum atrium dilakukan bila rasio aliran pulmonal terhadap
aliran sistemik lebih dari 2. Bila pemeriksaan klinis dan elektrokardiografi sudah
dapat memastikan adanya defek septum atrium dengan aliran pirau yang bermakna,
maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa pemeriksaan katerisasi jantung.
Bila telah terjadi hpertensi pulmonal dan penyakit vaskuler paru, serta pada katerisasi
jantung didapatkan tahanan arteri pulmonalis lebih dari 10 U.m2 yang tidak
resp[onsif dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan defek septum dengan
kontra indikasi.