Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 5, Oferring G:
Affan Wudy A (160342606222)
Alifa Aulia A (160342606292)
Ely Kristiani (160342606208)
Ika Yana Novi S (160342606210)
Imroatun H (160342606231)
Muly Pramesti (160342606245)
Riris Novia A (160342606286)
B. Tujuan Praktikum
Otot jantung berbeda dari otot kerangka dalam hal struktur dan fungsinya.
Untuk berkontrasksi otot jantung tidak memerlukan stimulus sebab otot jantung
memiliki sifat otomatis. Pada sel otot jantung dapat terjadi peristiwa depolarisasi
secara spontan tanpa ada stimulus. Selain itu jantung juga memiliki sifat ritmis,
peristiwa depolarisasi dan repolarisasi berjalan menurut irama
tertentu.Keefektifan kerja jantung dikendalikan oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah sistem nodus yang mengantarkan rambatan
depolarisasi dari pacu jantung (sinus venosus) ke bagian-bagian lain dari jantung.
Meskipun kontraksi otot jantung tidak tergantung pada impuls saraf tetapi laju
kontraksinya dikendalikan oleh saraf otonom. Selain itu aktivitas jantung juga
dipengaruhi oleh bermacam-macam bahan kimia, hormon, ion-ion, dan metabolit
(Susilowati dkk, 2016).
Menurut Hansotto (2011), secara singkat kontraksi otot jantung terdiri dari 4
peristiwa yaitu :
3. Peristiwa kimia: setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan berdifusi
ke dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia sehingga kalsium
intrasel akan bertambah banyak.
4. Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan aktin
dan myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril memendek,
dimana akan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot jantung.
Pada katak bagian jantung yang bertindak sebagai pemacu jantung adalah
sinus venosus. Katak dan amphibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga,
dengan dua atrium dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke
dalam sebuah arteri bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit :
pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-paru dan
kulit pada katak), dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir
melalui kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan
kemudian sebagian besar di antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik.
Sirkuit sistemik (systemiccircuit) membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh
organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium
kanan melalui vena. Skema ini,yang disebut sirkulasi ganda (doublecirculation),
menjamin aliran darah yang keluar ke otak, otot, dan organ-organ lain, karena
darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanan dalam
hamparan kapiler pada paru-paru atau kulit (Campbell, 2004:45).
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Papan Bedah Katak
Alat Seksi Larutan Ringer
Cawan Petri Asetilkolim (1/5000) 2%
Pipet Tetes Adrenalin 1%
Lup KCl 0,9%
Kait logam/Peniti CaCl2 1%
Benang NaCl 0,7%
Jarum Pentul
E. Prosedur Kerja
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung
F. Hasil Pengamatan
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung
Tidak
CaCl2 1% 26 25 25,5
Berirama
Tidak
Normal 25 20 22,5
Berirama
Tidak
NaCl 0,7% 21 24 22,5
Berirama
Tidak
Normal 20 22 21
Berirama
Tidak
KCl 0,9% 24 19 21,5
Berirama
G. Analisis Data
H. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan, maka dapat di bahas secara
terperinci sebagai berikut :
Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Jantung katak maupun
mamalia mempunyai centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut
meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di
keluarkan dari tubuh. Secara anatomis jantung katakter bagi menjadi tiga ruang
yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruang
disekitar jantung. Sistem sirkulasi pada katak adalah system peredaran darah
tertutup dan system peredaran darah ganda.
Darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke
atrium dan mengisi ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali olehotot-
otot di ventrikel keseluruh tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir
masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menujuke atrium. Dari atrium
darah mengalir ke ventrikel yang kemudian dipompa keluar melalui arteri
pulmonalis untuk di bawa keparu paru dan mengalami proses pertukanaran
udara di alveolus paru paru,dan siklus akan berjalan terus dan berkelanjutan.
Dari aliran ini, maka dapat terlihat jelas bahwa bagian bagian jantung
berkontraksi bergantian. Disini siklus jantung akan terjadi 2 urutan peristiwa
yang akan terjadi selama satu denyut lengkap. 2 peristiwa itu terdiri atas
systole dan diastole. Bentuk kontraksi otot jantung di sebut systole, yang mana
bagian ventrikel akan memompa darah keparu paru danventrikel kiri ke aorta.
Keadaan saat kontraksi otot jantung atau systole di tandai oleh warnapucat.
Sedangkan bentuk relaksasi otot jantung di sebut diastole, yang mana darah
dari sirkulasi sistemik dibawa kembalike atrium kanan, dan dari paru paru ke
atrium kiri. Keadaan saat relaksasi otot jantung di tandai dengan warna jantung
merah kecoklatan. (Dukes, 1955).
0
Dalam tubuh
Luar tubuh
SinusTidak
venosus
ada sinus venosus
Atrium Ventrikel
Pada jantung katak ketika masih dalam tubuh jantung katak dalam kedaan ritmis
(berirama) dan normal. Dikatakan ritmis (berirama) karena beberapa serabut
jantung bersifat autoritmik, yaitu mencetuskan sendiri kontraksi beriramanya.
Kontraksi serat-serat otot jantung yang tersusun seperti spiral menghasilkan efek
memeras yang penting agar pemompaan berlangsung efisien. Yang juga penting
agar pemompaan efektif adalah kenyataan bahwa serat-serat otot di setiap bilik
bekerja sebagai sebuah sinsitium fungsional, berkontraksi sebagai satu kesatuan.
Serabut-serabut autoritmik mempunyai 2 fungsi yang sangat penting, pertama
bekerja sebagai suatu pacemaker (perintis jalan), yang menyusun irama bagi
keseluruhan denyut jantung, dan kedua membentuk sistem konduksi,yaitu jalur
bagi penghantar impuls ke seluruh otot jantung. Komponen sistem konduksi
meliputi: nodus sinoaatrial, nodus atrioventikular, bundel HIS, bundel HIS kanan-
kiri dan serabut purkinje, pada keadaan normal jantung dalam tubuh,
pembangkitan impuls jantung mulai dari nodus sinoatrial yang terletak di dinding
atrium kanan, tepat dibawah lubang masuk vena cava superior. Setiap impuls
nodus sinoatrial menjalar keseluruh jantung melalui sistem konduksi dan celah
pada diskus interkalatus. (Soewolo, 2003).
Pada sel otot jantung dalam tubuh dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara
spontan tanpa adanya stimulus, kemudian terjadi peristiwa repolarisasi yang
berjalan menurut irama tertentu, ketika jantung masih berada di dalam tubuh,
jantung masih memiliki keefektifan dalam kerja jantung, yang dikendalikan oleh
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dipengaruhi oleh
sistem nodus yang menghantar rambatan depolarisasi dari pacu jantung (sinus
venosus) ke bagian-bagian lain dari jantung. Meskipun kontraksi otot tidak
bergantung pada impuls saraf, tetapi laju kontraksinya dikendalikan oleh saraf
otonom, sehingga ketika jantung dikeluarkan dari dalam tubuh, laju kontraksinya
menjadi menurun. Pada sinus venosus denyut jantung masih berirama, karena
sinus venosus merupakan sistem nodus yang memicu jantung untuk tetap
berdenyut dan berirama, sehingga masih dapat trjadi depolarisasi dan repolarisasi
dengan kontraksi dan relaksasi, namun ketika sinus venosus diambil, jantung
sudah tidak mengalami sifat ritmis, karena sudah tidak ada yang memicu gerakan
ritmis dari sinus venosus, namun, jantung akan bisa berdenyut jika dipicu dengan
menyentuh batang gelas, dan denyut jantungnya sudah lemah dan tidak beriama.
(Tortora, 1984).
Sedangkan pada atrium, juga kinerja denyut semakin lemah dan tidak berirama,
karena sudah tidak ada pemicu dalam keadaan ritmis dan membutuhkan sentuhan
batang gelas untuk bisa berdenyut, kemudian pada saat pengamatan ventrikel,
denyut jantung pada katak sudah tidak berdetnyut lagi, dikarenakan pada otot
jantung katak memiliki periode refraktori (refraktor) yang merupakan interval
waktu ketika kontraksi kedua tidak dapat dipicu dan sangat lemah, sehingga sudah
tidak dapat melakukan fungsi memompa yang bergantung dengan pegantian
kontraksi dan relaksasi. (Gofur,dkk. 2016)
30 27 27 27 26 27 26.5
23 23 23 24
25 21 22 21.5 20 21 20.5
20 17
15 10 10
8 9
10
5 0 0 0 0 0 0
0
Pada pengamatan tentang faktor fisik dan kimia terhadap denyut jantung,
ditemukan hasil yang berbeda mengenai denyut jantung permenit. Pada percobaan
pertama ketika jantung masih berada didalam tubuh dan diberi ringer pada suhu
ruangan, denyut jantung rata-rata permenit adalah 23 kali.
Pada pengaruh ion terhadap aktivitas jantung, setelah katak di single pitch, katak
di telentangkan di atas papan bedah, lalu di gunting bagian abdoment bagian
bawah secara vertikal, gunting juga daerah tulang dada nya, lalu akan terlihat
bagian jantung yang terbungkus oleh lapisan berwarna putih, pada pengamatan
pertama di amati kontraksi jantung pada satuan menit, dan di peroleh data sebagai
berikut.
Chart Title
35 32 3332.5
30 26 2525.5 25
25 22 2121.5 22.5 21 2422.5 22
24
21.5 21
20 20 21 19 18.5
20 16
15
10
5
0
jantung
jantungnormal
yang berada diCaCl2
luar tubuh
1% normal NaCl2 0,7% normal KCL 0,9% normal
Selanjut nya pada jantung yang terendam oleh larutan ringger bagian
dorsal nya tepatnya pada selaput tipis pembunggkus jantung di kaitkan ke kail
yang sudah diikatkan dengan tali, dan di berikan setetes larutan CaCl2 -di peroleh
hasil pada menit pertama 26x dan pada menit ke 2 25x dengan denyut relative
25,5x, hal ini menunjukan setelah di tetesi larutan CaCl2 denyut jantung katak
normal dan berirama, Larutan NaCl memiliki kandungan cairan yang menyerupai
kandungan cairan tubuh dan bersifat hipotonik yang osmolaritasnya lebih rendah,
yang menyebabkan penurunan kontraksi otot jantung secara ritmis dan teratur,
selanjut nya jantung di istirahat kan kembali ke dalam cawan arloji, dan di amati
kontraksi otot jantung nya pada menit pertama 25x dan menit ke 2 20x dengan
relative denyut permenit 22,5x secara garis besar bahwa pada fase ini jantung
katak masih dalam keadaan osmoregularitas rendah dimana pada otot jantung
berkontraksi lemah, dan pada pengamatan kali ini denyut jantung seakaan tidak
berirama,
Affandi, R., Usman, M.T. 2001.Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.
Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock Pub.
Associated.
Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology 11st edition. USA :
Elsevier
Tortora, Gerard dan Nicholas P.A. 1984. Principles of Anatomy and Physiology.
New York: D Van Nostran Company.