Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Aldre Yudanto Putra
410016005
Proses pemberangkatan menggunakan transportasi 1 bus dan 1 mobil yang telah disiapkan
panitia.Kami peserta dikumpulkan di kampus STTNAS pada pukul 06.00 untuk proses
pendataan ulang peserta dan barang bawaan untuk menunjang kegiatan selama ziarah disana.
Rute yang kami lewati adalah jalan Jogja Semarang yang kurang lebih dapat ditempuh 2
jam,tetapi kondisi jalan yang padat perjalanan mencapai 2,5 jam.Kami mengisi waktu luang
selama diperjalanan dengan bernyanyi bersama diiringi alat musik yang dibawa kawan-kawan.
Kegiatan di Lokasi Ziarah
Kami sampai dilokasi ziarah kurang lebih pukul 11.00 lalu kami segerakan untuk
bersiap-siap melaksanakan kegiatan supaya waktu yang kami jalanni efektif.Kegiatan yang
kami laksanakan di lokasi Ziarah antara lain:
Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) termasuk pendahulu bagi munculnya gua-gua
Maria di Indonesia setelah Gua Maria Sendangsono di Kabupaten Kulonprogo (DIY) dan Gua
Maria Sriningsih di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Gua yang didirikan tahun 1954 ini lahir dengan sejarah yang sangat sederhana dan juga tidak
berdasarkan suatu penampakan.Meski demikian gua ini tak dapat dikatakan terjadi secara
kebetulan. Semuanya terjadi pasti karena kehendak Tuhan yang sudah mempunyai rencana
bagi umat manusia di Ambarawa khususnya dan di seluruh Indonesia pada
umumnya.Kelahiran GMKA tak bisa lepas dari seorang berwarganegara Belanda yang
bertugas sebagai pengelola perkebunan di sekitar Ambarawa yang telah mempersembahkan
tanah dan rumahnya kepada Gereja. Oleh Gereja tanah dan rumah ini diberikan kepada
Kongregasi Bruder Para Rasul atau Bruder Apostolik.Kongregasi ini didirikan oleh Mgr
Albertus Soegijapranata dan beranggotakan orang-orang pribumi serta berstatus sebagai
kongregasi keuskupan. Sayang kongregasi ini tidak dapat bertahan lama karena tak ada lagi
peminatnya hingga akhirnya dibubarkan. Di tanah biara inilah Gua Maria Kerep Ambarawa
didirikan.
Pembangunan GMKA juga terkait erat dengan surat gembala Sri Paus pada tahun 1954.
Surat gembala itu berisi tentang penetapan tahun itu sebagai Tahun Maria dalam rangka
pengenangan 100 tahun usia dogma "Maria Terkandung Tanpa Noda". Surat Gembala tersebut
menghimbau agar semua paroki menyelenggarakan peringatan sebagai penghormatan kepada
Bunda Maria.Mantan Direktur Kongregasi Bruder Apostolik, Romo J Reijnders yang saat itu
menjadi pastor Paroki Santo Yusuf Ambarawa kemudian menghimbau umat untuk
menyelenggarakan perayaan penghormatan kepada Bunda Maria.Dan ketika seorang pastor,
yakni Romo Bernardinus Soemarno SJ bertandang ke pasturan, Romo Reijnders sempat
melakukan sharing tentang kegiatan dalam rangka perayaan pesta Maria ini. Oleh Romo
Bernardinus Soemarno SJ lalu disarankan agar dibuat sebuah gua sebagai tempat devosi kepada
Bunda Maria.Ide Romo Bernardinus Soemarno SJ ini kemudian segera direalisasi pada tahun
itu juga, yakni tahun 1954. Siswa-siswi sekolah guru yang tinggal di Asrama Bruderan dan
Susteran Ambarawa dikerahkan untuk mengumpulkan batu dari sungai Panjang dan
dikumpulkan di kebun Bruderan Apostolik Kerep. Menurut Rm Reijnders, Bruder FX
Woerjoatmodjo SJ yang waktu itu menjadi kepala asrama dan tinggal di Pastoran Ambarawa
ikut memimpin anak-anak. "Dia sangat aktif dan sangat disenangi anak-anak," tutur Romo
Reijnders.
Refleksi
Kegiataan ziarah seperti ini sangat penting untuk diadakan selai sebagai tugas akhir seorang
mahasiswa namun bisa juga bisa menjadi sarana wisata religi untuk para mahasiswa dalam
menjalani penatnya proses perkuliahan di ruang kelas.
Saran dan Kritik
Baik dari panitia maupun peserta masih kurang disiplin dan tegas terhadap aturan yang telah
dibuat.Contohnya dalam proses pendaftaraan peserta ziarah sampai h-1 masih belum pasti
peserta yang ikut.Hali ini sempat membuat susah panitia.Selebihnya acara berjalan dengan
lancar Puji Tuhan.