Vous êtes sur la page 1sur 31

A.

LATAR BELAKANG
Kata arsitektur dalam bahasa Yunani archi yang berarti kepala, ketua dan
tecton yang berarti tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang, merujuk ke-
pada profesi, kemahiran dan keahlian menukang dalam hal bangunan.Pekerjaan
merancang dengan memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
rancang bangun, sehingga menjadikan arsitektur sebagi ilmu pengetahuan yang
menggabungkan seni dan teknologi. Arsitektur adalah cerminan dari kebudayaan,
oleh Karena itu, dari sebuah karya arsitektur, kita dapat mengetahui latar belakang
budaya satu bangsa, Hidayatun (2005)

Perkembangan karya arsitektur cukup beragam dan telah menghasilkan ba-


nyak karya yang cukup representatif, misalnya memasukkan unsur desain arsitektur
tradisional pada bangunan modern. Dan Kecenderungan memakai kembali keung-
gulan strategi desain arsitektur klasik yang kemudian menjadi inspirasi desain arsi-
tektur modern adalah suatu usaha untuk bertindak lebih baik terhadap lingkungan.
Usaha ini mendukung untuk menciptakan suatu desain yang baik di Indonesia, hal
ini umumnya diterapkan pada rancangan bangunan kantor pemerintah, yang meru-
pakan salah satu usaha untuk mengangkat karya arsitektur. Saat orang berpikir
tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat
dari kayu, batu, dan lainya Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsi-
tektur klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang rumit. Da-
lam beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tem-
pat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi
rumah peribadatan) dan tempat perkumpulan

1
BAB I

ARSITEKTUR KLASIK

A. Arsitektur Yunani

- Budaya: polis, filosofis, demokratis


- Nilai: rasionalisme
- Preseden: megaron (rumah vernakular Yunani)
- Contoh: Athens Parthenon, Yunani; Nashville Parthenon, Amerika Serikat
- Unit: stoa (kolom)
- Warisan: kanonik: golden section, greek order, geometri, harmoni, proporsi,
tektonik, enteleki; struktur: post linthel; tipologi: agora (public space), bouleute-
rion (balai dewan), gymnasium (sekolah), megaron (rumah), pastanium (kantor
walikota), pantheon (kuil), stadion, & teather
- Keprofesian: belum ada, bersifat seniman, penyeimbang masyarakat, spiritua-
lis, institusi kemasyarakatan

Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku,


kemudia suku-suku tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu polis (negara
kota) dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi. Beberapa polis ter-
kenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Selain itu
tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak ma-
terial bangunan yang menggunakan batu

Gambar Edward Dodwell - View in Greece, menggambarkan suasana peradaban


Yunani dahulu.

2
Gambar reruntuhan agora di Athena

Yunani dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama


mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani
sudah lumrah dalam membicarakan filsafat yang mengedepankan politik, sains, &
seni dalam obrolannya sehari-hari. Selain itu masyarakat Yunanipun memilki keper-
cayaan pagan politheisme dengan dewa tertinggi Zeus (dewa langit), Poseidon
(dewa laut), dan Hades (dewa bawah tanah).

Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang


terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Mega-
ron inilah yang kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional
Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.) Partheon
(kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang
nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan
hingga kini.

Gambar megaron, Yunani

3
Gambar Athens Parthenon, Yunani

Gambar denah megaron dan Athens Parthenon

Arsitektur klasik Yunani selain partheon adalah agora (public space, selasar
tempat masyarakat bernteraksi yang terdapat di jalanan), bouleterion (balai dewan)
gymnasium (sekolah), pastanium (kantor walikota), stadion, & teather. Bangunan-
bangunan di Yunani menggunakan prinsip post linthel yang merupakan penemuan
struktural pertama yakni dua kolom yang dapat mendukung unsur horizontal. Stoa
(kolom) merupakan elemen arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga kedepan-
nya di beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri seperti, doric (dari
Doria), ionic (dari Ionia), dan corintian (dari Corintia). Kolom-kolom tersebut diban-
gun menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang kemudian dibakukan dalam
sebuah aturan desain yakni golden section dan greek order.

Gambar Athens Treassure, Yunani, memperlihatkan struktur post linthel

4
Gambar reruntuhan dan perkiraan Tyre Agora, Yunani

Gambar detail stoa menurut greek order (dari kiri ke kanan, doric, ionic, corintian)

Filsafat berawal ketika manusia berusaha memahami dunia dengan


menggunakan perangkat yang melekat pada manusia (hati dan perasaan), bukan
lagi semata keyakinan. Yakni kebenaran adalah hal yang relatif, tergantung pada
persepsi dan interpertasi manusia, dan kebenaran hanya dapat diperoleh dengan
cara mempertanyakan, menghaluskan pengertian, dan menguji. Beberapa filusuf
yang terkenal diantaranya Aristoteles, Democritus, Plato, Socrates, dll.

Gambar Plato dan Aristoteles, filusuf terkenal Yunani

5
Filsafat dalam pemahamannya melahirkan paradigma baru mengenai kesem-
purnaan, suatu persepsi yang banyak diimplementasikaan dalam kehidupan masya-
rakat Yunani, sedangkan untuk desain persepsi tersebut berupa:

- kualitas penghalusan dan pengujian karya manusia: puisi, musik, kriya, pa-
tung, dan arsitektur
- tujuan setiap karya adalah bentuk, detil dan rekayasa yang mencerminkan ke-
sempurnaan manusia
- keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal
- dalam arsitektur, bangunan menampilkan keseimbangan antara elemen ver-
tikal (kolom) dan elemen horisontal (balok) antara aksi dan istirahat dan geo-
metri yang sempurna

Gambar Athens Parthenon yang menggunakan rasio golden section dalam setiap
pertimbangan desainnya

Ilustrasi kolom pada Athens Parthenon yang digembungkan sebagai ilusi


mata untuk memperlihatkan kolom yang lurus jika bangunan tinggi tersebut dilihat
dari depan, hal ini menunjukan hebatnya rasio peradaban ini.

6
Gambar Nashville Parthenon, Amerika Serikat, replika Athens Parthenon, Yunani

Dalam sejarah tidak diketahui siapa pembuat partheon dan arsitektur tradi-
sional Yunani lainnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum ada dan pemban-
gunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin oleh seorang pemuka ma-
syarakat.

B. Arsitektur Romawi

- Budaya: imperium, etruska, nasionalis


- Nilai: helenisme
- Preseden: arsitektur yunani
- Contoh: Rome Pantheon, Italia; Maison Carre, Prancis
- Warisan: kanonik: roman order, geometri, harmoni, proporsi, tektonik, enteleki;
tipologi: rumah, pantheon (kuil), benteng, aquaduct, kuil, kuburan, stadion,
theater, sekolah, hypocaust (bagian servis pemandian), apodyterium (peman-
dian air hangat), frigidarium (pemandian air hangat), calidarium (pemandian air
hangat); struktur: arch, vault, dome; material: batu bata
- Keprofesian: sedikit, bersifat insinyur, arsitek terkenal Marcus Vitruvius Pollio

Romawi adalah bangsa yang bertetanggaan dengan Yunani. Kelak Yunani


akan jatuh dan menjadi bagian dari Romawi ketika satu per satu wilayah Yunani di-
pindahtangankan oleh Romawi dan Kuda Trojan adalah saksi sejarah leburnya Yu-
nani. Kelak Romawi dengan semangat helenismenya dalam menyebarkan kekua-

7
saan akan membentuknya menjadi imperium (negara multimasional), etruska (ne-
gara multietnis), dan membina masyarakatnya berjiwa nasionalis dan patriotik.

Romawi kedepannya banyak membawa nilai-nilai Yunani dari segi pemerinta-


hannya, kepercayaannya, bahkan arsitekturnya. Romawi menjadi negara imperium
dengan bentang yang lebar persatuan dari banyak polis di bawahnya. Memilki ke-
percayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan Yunani (dewa
langit, laut, dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter,
Poseidon menjadi Neptunus, dan Hades menjadi Pluto, meski kedepannya berubah
menjadi Kristen iman Paulus. Helenisme, semangat patriotik masyarakat Romawi
disebarluaskan dengan meluasnya daerah imperium dan dari pristiwa itulah nilai-ni-
lai klasik Yunani yang kemudian diadaptasi menjadi nilai klasik Romawi tersebar di
semenangjung Eropa Barat, dataran Afrika Utara, hingga padang Arab dan Persia,
membentuk sebuah budaya metropolis, adikuasa, serta mutahir dalam segi tekno-
logi. Helenisme Romawi sedikit mengurasi nilai rasionalisme Yunani. Budaya dis-
ebarluaskan begitu saja tanpa adanya pendalaman logika sehingga penerapannya
dalam arsitektur fungsi-fungsinya lebih profan, urban, dan dengan estetika yang le-
bih ekletik dan merdeka.

Gambar Rudolf von Alt - Das Pantheon und die Piazza della Rotonda in Rom,
menggambarkan suasana peradaban Romawi dahulu

Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan bebe-
rapa arsitektur lain tetangga imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga
lahir tipologi denah dan teknologi baru dalam arsitektur. Arsitektur klasik Romawi be-
rupa basilika (pengembangan parthenon), pantheon (parthenon dengan tipologi de-

8
nah lingkaran), benteng, aquaduct, kuburan, stadion, theater, sekolah, hypocaust
(bagian servis pemandian), apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium (pe-
mandian air hangat), calidarium (pemandian air hangat).

Gambar Rome Pantheon, Italia

Gambar Maison Carre, Prancis

Gambar denah Rome Pantheon dan denah-denah pantheon lain pengembangan


dari denah parthenon Yunani

9
Arsitektur klasik Romawi memiliki banyak jenis pemandian karena dalam bu-
dayanya bath (pemandian) adalah tempat berinteraksinya masyarakat, seperti agora
bagi masyarakat Yunani sebelumnya. Dalam pengembangannya, arsitektur klasik
Romawi mengembangkan roman order (dari greek order), tipologi baru berupa par-
thenon (partheon dengan tipologi denah lingkaran), pergamon (partheon yang lantai
dasarnya ditinggikan), teknik konstruksi baru seperti arch, vault, dome yang semua
kebanyakan diterapkan dari arsitektur mesopotamia, serta penemuan material baru
batu bata, karena arsitektur klasik Romawi masih mengadopsi arsitektur Yunani na-
mun bukan lagi menggunakan batu sebagai materialnya (karena kekayaan SDA
yang berbeda).

Gambar Caracalla Bath, Romawi

Gambar Priene Bouleuterion, Italia

10
Gambar detail kolom menurut roman order (disandingkan dengan greek order)

Gambar interior Rome Pantheon, memperlihatkan struktur baru berupa arch (leng-
kungan), vault (kolong ruang), dan dome (kubah)

Masih sama seperti kebanyakan arsitektur Yunani, arsitektur Romawi hampir


seluruhnya anonim, karena dikerjakan bersama atas perintah penguasa dan belum
adanya profesi arsitek. Budaya akan profesi arsitekpun mulai diubah dengan adanya
Marcus Vitruvius Pollio, seorang insinyur militer dan penulis buku Ten Books of Ar-
chitecture yang banyak membahas teori arsitektur secara lengkap termasuk dalam
segi keprofesian. Kalimat terkenal dari bapak arsitek ini kedepannya menjadi definisi
arsitektur secara umum yakni venustas (keindahan), utilitas (kegunaan), dan firmitas
(kekokohan). Dengan adanya karya Vitruvius lahirlah keilmuan dan keprofesian ar-
sitektur seperti saat ini.

11
Gambar Vitruvius dan karyanya 10 Books of Architecture

C. Teori Arsitektur Klasik

Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsi-


tektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang ber-
nilai tinggi dan first class. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperli-
hatkan aturan/pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landa-
san berpikir dan mencipta karya tersebut. Rentang waktu zaman ini adalah dari abad
pertama sampai dengan abad ke-14 dengan hembusan angin Romantisism (sebe-
lum masyarakat Eropa memasuki zaman Renaissance sampai dengan pesan dan
gerakan Rationalism yang kuat).

Predikat kata Klasik diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inhe-
ren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu me-
lekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan
nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudankarya
arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khu-
susnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.
Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh
yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-
hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-
ukurannya, disertai dengan kehalusan seni craftmanship. Perlu diketahui bahwa
bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi,
revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya
bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius

12
ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai
dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Iso-
dore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga un-
sur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Despo-
sitio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survai lapangan ataupun
pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan
dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat
akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini me-
nunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. Lebih jauh Iso-
dore menyatakan apa itu order sebagai berikut: Kolom, dinamakan begitu karena
tinggi dan bulat, menopang seluruh berat
beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa le-
barnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic,
Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian
dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi-4
ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-bata yang disusun. (Isodore dalam Varro,
19xx).
Pendapat Isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi
karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temu-
kan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan
perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar hampir keseuruh benua
Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambar-
kan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut: Demikianlah bangunan Ge-
reja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang menakjubkan. sebab gedung ini
menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-ban-
gunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok kota
Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota
Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khu-
susnya dalam wawasan perspektivis Bird Eye View. Dan semuanya ini menjadi
lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upa-
cara keagamaan (Isodore dalam Varro, 19xx). Teori arsitektur Klasik ini kemudian
berlanjut hingga jaman Gothic. Dan untuk meresapkan dan mengerti Arsitektur
Gothic ini diperlukan gambaran suasana masyarakatnya pada saat itu dimana timbul
spirit kejiwaan yang berusaha mencari hakekat sifat-sifat Tuhan yang ilahi. Spirit ke-
13
jiwaan ini dituangkan dalam suatu tema cahaya ke-Ilahian dalam ruang arsitektur
(Ven, 1991), Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keinda-
han visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepe-
katan), obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur
Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecerlangan atau kebeningan yang an-
tara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar
stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah lainnya.

Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha


mengerti dan menangkap cahaya yang datang dari luar. Di lain pihak ada karya-
karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bah-
kan ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial.
Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens,
Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-
lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah
pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsi-
tektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang
sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang

setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai


yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungka-
pan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai
suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: Kita dapat menyatakan bahwa
bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup,
karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat
berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam me-
wujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan
sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang
menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan
Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen relief
dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut
yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten
pada bagian bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa
tertarik dan kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan
14
lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagai-
mana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke
tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang di-
dalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan
rasa keteguhan, bagaikan ditancapkan dari atas langit (Isodore dalam Varro,19xx).

15
BAB II
ARSITEKTUR MODERN

A. Sejarah Arsitektur modern

Pengertian Arsitektur modern adalah :

1. Hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih manusiawi yang
diterapkan pada bangunan.

2. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari
alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan
hal-hal baru, progresip, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi
dan segala bentuk pranatanya.

3. Asitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik
& estetik yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah.

Arsitektur modern tidak bermula dengan revolusi yang tidak dengan tiba tiba
membuang yang pra modern dan menggantinya dengan geometris sebagai satu
satunya rupa arsitektur, tetapi secara setahap demi setahap menghapuskan orna-
men ornamen dan dekorasi yang digantikan oleh geometri. Arsitektur modern di-
ketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira kira tahun
1920 hingga 1960 .

Pendorong Pertumbuhan Arsitektur Modern yaitu antara lain:

Pendidikan formal mengajarkan & mendorong pemikiran modern

Adanya fungsi-fungsi kebutuhan baru yang mendesak (istana/puri keagamaan


,pabrik, kantor, stasiun, dsb).

Penggunaan bahan dan penanganannya sangat mudah, karena segala sesua-


tunya dibuat, direncanakan di dalam Pabrik.

Adanya promosi tentang keberadaan arsitektur modern melalui pameran-pame-


ran, publikasi dan perdebatan.

16
Perencanaan suatu bangunan dimulai dari kebutuhan dan kegiatan, tidak dari
bentuk luar. Sehigga manusia dapat menuntut apa yang dibutuhkan secara
mutlak.

Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dalam


teknologi ,sosial, dan kebudayaan yang dihubungkan dengan Revolusi Industri (
1760 1863 ) . Pada umumnya perubahan-perubahan di dalam bidang arsitektur
selalu didahului dengan perubahan dalam masyarakat karena itulah Revolusi Indus-
tri juga berakibat pada perubahan dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya
arsitektur modern yaitu:
1. Perubahan dalam bidang teknologi bangunan terutama dalam bidang kon-
struksi / struktur bangunan (1775 1939).
2. Perubahan pada perkotaan atau perkembangan kota-kota (1800 1909).
3. Perubahan dalam kebudayaan yang menyangkut gaya neoklasik (1750 1900)

Adapun tenggang waktu berkembangnya arsitektur modern yaitu sebagai berikut:


1. PERIODE I (1900 1929)

Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan


dalam dunia Arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen
yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok, Eksperimen tersebut, diung-
kapkan sebagai sebuah pertentangan yang mana dibutuhkan 40 tahun untuk men-
gubah Arsitektur menjadi sekarang apa yang dikenal sebagai Arsitektur Modern. Hal
yang menjadi Pertentangan tersebut antara lain : Arsitektur sebagai art vs Arsitektur
sebagai science, Arsitektur sebagai form vs Arsitektur sebagai space, Arsitektur se-
bagai craft vs Arsitektur sebagai assembly dan Arsitektur sebagai karya manual vs
Arsitektur sebagai karya machinal.

Arsitektur modern Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dangan


hancurnya sarana, prasarana dan ekonomi. Konsep ruang arsitektur sebelumnya
dititik beratkan hanya pada kegiatan, emosi & kemulyaan, maka pada masa ini faktor
terbentuknya ruang juga ditunjang faktor komposisi, rasio, dimensi manusia. Mulai
berkembang konsep free plan, atau universal plan, yaitu ruang yang ada dapat
dipergunakan unt berbagai macam aktifitas, ruang dapat diatur fleksibel dan dapat

17
digunakan fungsi apa saja. Typical Concept mulai berkembang yaitu ruang- ruang
dibuat standar dan berlaku universal.

Penggunaan konsep ekonomis mulai ditrapkan. Efisiensi dalam penggunaan


bahan mulai Nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk bentuk kubus, teru-
tama pada bangunan bertingkat tinggi antara (arsitektur kotak korek dengan
menggunakan struktur beton dan baja). Konsep Open Space Nampak dengan
menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus.

Pemakaian bahan terutama baja, beton dan kaca dengan bentuk polos.
Ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan. Arsitektur modern berarti putusnya hu-
bungan dengan sejarah dan daerah. Selalu ingin universal (karena industri, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang juga bersifat universal) dan juga manusianya.
(gaya universal sebagai international style). Pada bulan September 1930 telah di-
adakan suatu konggres oleh CIAM (Congres Internationaux dArchitecture Moderne)
yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari suatu masa,
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yg ditimbulkan za-
man mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari elemen-elemen modern
serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya (ekonomi, sosiologi, dan kemasya-
rakatan) yg secara keseluruhan siap melayani umat manusia. Konsep baru dan san-
gat mendasar dari arsitektur modern antara lain adalah FORM FOLLOWS FUNC-
TION yang dikembangkan oleh Louis Sullivan (Chicago), dengan beberapa ciri se-
bagai berikut:

1. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya.

2. struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa
lampau (tanpa ornamen).

3. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.

4. Fungsi sejalan/menyertai dengan wujud.

Tokoh pada periode I ini antara lain adalah:

Louis Sullivan.

Frank Lloyd Wright

18
Le Corbusier

Walter Gropius

Ludwig Mies van de Rohe

2. PERIODE II (1930-1939).

Pada periode II perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh


Eropa, Amerika dan Jepang, yg mana masing-masing daerah mempunyai perbe-
daan iklim, keadaan tanah, corak tradisi, yang bisa mempengaruhi apresiasi bentuk-
nya. Perkembangan metode hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur tidak lagi
bersifat universal, akan tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tem-
pat dimana bangunan itu didirikan, mempunyai hubungan erat dengan spesivikasi
kedaerahan dan keregionalan.Karakteristik bentuk dan tampilan dengan gaya Inter-
national Style atau Universal Style dari arsitektur modern pada peride ini diwarnai
oleh tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan memperhatikan penggunaan
bahan-bahan local / setempat.

Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian,


perkembangan teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan (manusia
dan lingkungan) dengan tidak mengurangi rasa kesatuan yang disebut kemanusian,
akal dan seni dari arsitektur modern. Hal ini adalah merupakan keberanian untuk
menyalahi zamannya. Hanya dengan perencanaan yang obyektif dan ketelitian da-
lam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya gagalnya perancangan dapat di-
hindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik dan disalah artikan.

Tokoh arsitektur yang menonjol pada Periode II ini adalah:

Alvar Aalto

Arne Jacobsen

Oscar Niemeyer.

Tokoh-tokoh pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh


oleh pemikiran Periode II, demikian juga pada periode selanjutnya.

19
3. PERIODE III (1945 1958)

Perang Dunia II (1941 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-gedung


dan rumah tinggal, menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah ting-
gal dan gedung-gedung menjadi latar belakang pada periode ini. karena kerusakan
akibat perang tersebut perlu dibangun kembali , maka usaha untuk mempercepat
pembangunan antara lain dengan fabrikasi komponen bangunan yang lebih ekono-
mis dan rasional sesuai dengan tujuan Revolusi Industri . Konsekuensi dari pandan-
gan tersebut antara lain ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan dan klassisme
baru yang pernah diapakai oleh kaum fasis dan nazi menjadi simbol negatif dan
perlu ditolak.

Dalam sejarah Arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan


Arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan yakni:

a) Bagi mereka yang berpihak pada Teknologi dan Industrialisasi, tahun 1950-an
dikatakan sebagai titik puncak kejayaan Arsitektur Modern. Dimana tahun 50-
an di sebut mass production (produksi bahan bangunan oleh pabrik). Dalam
hal ini mereka menerapkan kecepatan dalam membangun (pabrikasi kompo-
nen bangunan), efisien, ekonomis, dan rasional. Penekanannya pada rasiona-
litas. Bangunan yang demikian ini dianggap mencerminkan fungsinya dan ge-
jala ini melintasi batas Negara dan budaya, sehingga dapat dianggap bersifat
Internasional.

b) Bagi mereka yang menempatkan Arsitektur sebagai karya yang estetik dan ar-
tistik, tahun 1950-an dilihat sebagai titik awal kemerosotan Arsitektur Moderen
dengan alasan antara lain:

1. Karena Arsitektur telah kehilangan identitas/ ciri individual perancangnya.


Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orang adalah nama biro-biro Arsi-
tektur, bukan arsiteknya.

2. Walaupun Arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam masyarakat tidak


bisa dihilangkan adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka kata-kata demo-
kratis itu sama saja bohong/ omong kosong.

20
3. Dengan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan ba-
han-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas ber-
beda.

4. Karena penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos,


simpel, bidang-bidang kaca lebar. Ciri ini juga disebut nihilism yang berarti
tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan. (Dengan demikian,
siapa pun bisa menjadi arsitek. Tidak ada bedanya arsitek atau bukan.
Kalau sudah begini, apa gunanya sekolah arsitek?)

5. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang


disharmoni, tidak menyatu dengan lingkungan. Terutama di Eropa, di
mana bentukan yang geometrik dianggap merusak dan memperburuk
wajah lingkungan yang masih kental dengan wajah-wajah neokla-
sik/pramodern.

6. Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy. Contoh:


diterapkannya open plan, yang berarti anti privacy.

Pada masa ini timbul aliran yang disebut Eklektisisme, aliran yang berpedo-
man mengambil yang paling baik diantara yang sudah ada, untuk digunakan sebagai
bagian dari sesuatu yang baru. Prinsip-prinsip perancangannya didasari pada ke-
butuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan mesin,
menginginkan satu kesatuan antara manusia dengan lingkungannya. Ekspresi ben-
tuk massa bangunan serta materi yang dominan pada periode ini dapat dibagi atas:

Bentuk curvelinier geometris yang plastis dengan penggunaan bahan dan


struktur utama pada umumnya beton serta struktur atap baja.

Bentuk geometri (kubus, prisma), umumnya menggunakan baja sebagai struk-


tur utama dengan dinding kaca sebagai penutup.

Arsitektur Landscape mulai dikembangkan, dengan menggunakan bahan,


fungsi, sistem pencahayaan, bentuk masa, dipengaruhi oleh keadaan iklim, to-
pografi dan sifat kenasionalan.

21
Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern di sebabkan oleh:

1. Karena tahun 50-an, segenap filosofi dan prinsip Arsitektur sebagai ilmu telah
dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya:
bangunan kotak dan geometris murni, Platonic solid, menjadi ekspresi yang
pas bagi Arsitektur sebagai ilmu, karena dalam ilmu, yang disebut bentuk jika-
lau memenuhi aturan-aturan geometri, misalnya : lingkaran, bujursangkar, se-
gitiga ( 2 matra/Dimensi ) dan bola, piramid, kubus ( 3 matra/Dimensi ).

2. Karya-karya Arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk mengekspresikan


space/ruang (ciri utama ruang adalah: ada tapi tidak dapat dilihat ) yang diwa-
kili oleh kaca lebar dan bidang-bidang polos (Kaca adalah elemen ruang yang
sangat tepat untuk mewakili ruang, karena kaca juga memiliki ciri `ada tapi tak
terlihat. Bidang polos pun dianggap sebagai pengekspresi ruang).

4. PERIODE III fase I (1949 1958).

Pada periode ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi,


perancangan tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja, tetapi juga hu-
bungannya dengan keadaan lingkungan di mana bangunan tersebut akan berdiri
(misalnya : iklim).

Bangunan yang ercipta mencerminkan suatu dialogi dengan teknologi, hal ini
terlihat dari penggunaan produk baru, seperti; baja, alumunium, metal, beton prace-
tak. Yang penggunaannya dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yang berbeda
yaitu:

Dilihat dari segi keindahan eksterior dan interior (estetika).


Dilihat dari metode produksi (efisiensi).

Ciri-ciri lain pada bangunan masa ini adalah:

1. Penggunaan bidang kaca yang lebar.

2. Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industrial.

3. Permukaan bangunan mulai agak kasar. (menjurus ke brutalisme).

22
4. Sistem cantilever dengan tujuan untuk mendapatkan lantai lebih luas.

Ada 5 aliran yang berkembang pada masa ini (1950an):

1. Aliran penyederhanaan bentuk (minimalism), di dalam kesederhanaan berusaha


mencapai efek yang kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama untuk berbagai
jenis bangunan. ( tokohnya : Mies-van de Rohe).

2. Aliran bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan, bila ada bagian yang perlu di-
tonjolkan akan dibuat menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk masanya. Ali-
ran ini bentuknya lebih plastis dibandingkan aliran di atas. (tokohnya: Alvar
Aalto).

3. Aliran pernyataan bentuk melalui struktur (experimental structure), bentuk terla-


hir dari permainan gaya-gaya struktural, sehingga tercipta bangunan yang isti-
mewa bentuknya dan berskala besar.(tokohnya: Eero Saarinen).

4. Aliran organik (organic architecture), berusaha menghubungkan alam dan ling-


kungan ke dalam pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank Lloyd
Wright).

5. Aliran perubahan sikap terhadap zaman yang lampau, menggunakan kembali


langgam- langgam dari masa lalu yang sudah dipermodern dan disederhanakan.
(tokohnya : Minoru Yamasaki).

5. PERIODE III fase II (1958 1966).

Setelah mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi


dan pandangan-pandangan pada fase I dan periode sebelumnya. Pada fase ini tim-
bul dua aliran yang menonjol di Eropa dan Amerika yaitu:

1. Aliran Brutalisme, berasal dari beton brut (beton telanjang), yang dipakai oleh
Le Corbusier pada bangunan Unite dHabitation di Marseilles. Bangunan yang
dibuat dengan gaya seperti ini, yaitu menggunakan bahan bangunan yang ka-
sar, seperti beton expose, batu bata kasar dan bahan lain yang sejenis terma-
suk di dalam aliran ini. Brutalisme mengalami dua fase, yaitu:

23
Brutalisme dalam artian sempit dalam lingkungan Smitthsons (Inggris),
lebih mementingkan etika dari pada estetika.

Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika.

Brutalisme memulai suatu perancangnan dari kumpulan ruang yang kecil dan
terpisah serta dihubungkan dengan elemen-2 fungsional yang bebas dan dengan
indah dikembangkan ketika bergabung bersama. Bentuk keseluruhan dari bangunan
merupakan faktor yang menentukan, tetapi bagian-bagian individual dinyatakan
dengan tegas dan teliti. (tokohnya: Le Corbusier, Paul Rudolph, Michael Kallmenn,
Eero Sarine, Kenzo Tange, Stubbin).

2. Aliran Formalisme ,perancangan bangunan berdasarkan segi estetika, lebih


menonjolkan bentuk bangunan. Penampilan dipengaruhi oleh faktor emosi dan
perasaan dari arsitek, fungsi dinomer duakan, bentuk luar tidak sesuai dengan
fungsinya. Slogan Form follows function dirubah menjadi Form evokes func-
tion (bentuk menciptakan fungsi), bentuk adalah merupakan titik tolak peran-
cangan. Formalisme dipengaruhi aliran lainnya:

Formalisme vs Brutalisme; bertitik tolak pemikiran yang sama yaitu tech-


nical excellence, kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai
keindahan ideal. (Paul Rudolph).

Formalisme vs Neo-Historisme; ditrapkan bentuk-bentuk masa lampau


yang tujuannya untuk mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada
plaza di tengah dan penyusunan ruangnya sama dengan masa abad XIX.

Faham dan aliran yang berkembang pada arsitektur modern memang banyak,
namun perbedaannya sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih banyak disebab-
kan oleh penekanan permasalahan yang berbeda, sedangkan inti permasalahannya
sama, yaitu ingin menciptakan arsitektur yang efisien.

Setelah berjalan beberapa lama, maka arsitektur modern dapat disimpulkan


mempunyai ciri sebagai berikut:

- Terlihat mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia.

24
- Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tu-
juan semaksimal mungkin, bila sesuai dengan fungsinya.
- Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal dari seni kubisme dan
abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh, tetapi intinya adalah bentuk segi
empat.
- Konstruksi diperlihatkan.
- Pemakaian bahan pabrik yang diperlihatkan secara jujur, tidak diberi ornamen
atau ditempel - tempel.
- Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horisontal.
- Konsep open plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer dan
sekunder, dengan tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi di da-
lam bangunan.

Karakter arsitektur modern, menurut Bruno Taut:

- Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama


dari bangunan.
- Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat di
atas.
- Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan kegunaan-
nya, ketepatan penggunaan material dan keindahan sistem konstruksi.
- Esteika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dengan
belakang, facde dengan rencana lantai, jalan dengan halaman dalam; tidak
ada detail yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang diperlukan bagi
keseluruhan.
- Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan, te-
tapi merupakan alat yang penting dalam ekspresi artistik.

B. Periode Sejarah Arsitektur Postmodern

Pengertian Arsitektur postmodern :

Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi


kedua-duanya masih eksis.

25
Anak dari Arsitektur Modern. Keduanya masih memiliki sifat/ karakter yang
sama.
Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. Jadi hal-hal yang benar dari
Arsitektur Modern tetap dipakai.
Merupakan pengulangan periode 1890-1930.
Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology,
Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal dalam
arsitektur.
Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern.

Arsitektur Post Modern lahir karena beberapa hal antara lain Arsitektur Mod-
ern dipermalukan karena tidak begitu menghargai sejarah ,kemudian terjadinya
Gerakan Internasional Mahasiswa di berbagai negara dengan tujuan secara umum
yang sama yaitu menuntut kebebasan karena sebelum masa pemberontakan terse-
but pada umumnya pusat-pusat intelektual /sekolah-sekolah secara politik dikuasai
pemerintah sehingga melalui gerakan mahasiswa ini kemandirian mahasiswa dihar-
gai. Kemudian tumbuhnya peristiwa kebudayaan dalam gaya hidup dan munculnya
demonstrasi orang tua yang menurut mereka orang-orang modern bisanya cuma
merusak bukan memelihara . Aliran Late Modern itu sendiri merupakan aliran Mod-
ern karena pada dasarnya hanya mengolah segi bahan , tampak dan struktur ban-
gunan,sedangkan Post Modern sautu mutasi karena mencoba memasukkan kembali
nilai-nilai sejarah dan tradisional dalam arsitektur ,suatu hal yang sebelumnya san-
gat ditentang Modernisme.

Post Modern timbul pada saat aliran Modern sudah mencapai klimaks
pertumbuhannya dan sebagai suatu aliran baru yang merupakan perubahan drama-
tis arsitektur Modern dan Internasional Style . Reaksi lain yang timbul adalah slogan
Less is More diubah menjadi Less is Bore oleh Venturi . Istilah Post Modern
pertama kali oleh Arnold Toynbee, tetapi bukan dalam konteks Arsitektur . Kemudian
dipindahkan dalam konteks Arsitektur oleh Arsitek Joseph Hudnut pada tahun 1949
dan kemudian Geoffrey Barraclouyh ( sesudah Toynbee ) yaitu untuk menggambar-
kan suatu jaman yang penuh dengan keanekaragaman dalam peradaban yang
saling berdampingan satu dengan yang lainnya .

26
Arsitektur PostModern bermula dari kejenuhan masyarakat terhadap arsitek-
tur modern, maka timbullah gerakan pembenahan dari para arsitek Arsitektur post
modern ini muncul dalam tiga versi atau sub langgam yaitu: purna modern, pasca
modern, dan dekonstruksi. Arsitektur purna modern dan neo modern merupakan ha-
sil pemikiran arsitektur untuk mengkoreksi degradasi yang terjadi.

Ciri -ciri umum Arsitektur postmodern: Untuk lebih memperjelas pengertian arsitek-
turpost modern, Charles Jencks memberikan daftar ciriciri sebagai berikut:
1. Ideological adalah Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk
memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post modern,
ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur
post modern bisa lebih terarah dan sistematis.
a) Double coding of Style
Bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu
: Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
b) Popular and pluralist
Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu,
tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada gaga-
san tunggal.
c) Semiotic form
Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentukbentuk yang ter-
cipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.
d) Tradition and choice
Merupakan halhal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuai-
kan dengan maksud atau tujuan perancang.
e) Artist or client
Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) dan Bersifat umum
(extern) Yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami se-
cara umum.
f) Elitist and participative
Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis se-
perti dalam arsitektur modern.

27
g) Piecemal
Penerapan unsurunsur dasar, secara subsub saja atau tidak menyeluruh.
Unsurunsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain
lain.
h) Architect, as representative and activist
Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif
berperan serta dalam perancangan.
2. Stylitic (ragam) adalah Gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk, dan seba-
gainya) yang khusus. Pengertian gaya gaya dalam arsitektur post modern
adalah suatu pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus men-
genai arsitektur post modern:
a) Hybrid Expression adalah Penampilan hasil gabungan unsurunsur modern
dengan: Vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, dan
contextual.
b) Complexity adalah Hasil pengembangan ideologyideology dan ciriciri
post modern yang mempengaruhi perancangan dasar sehingga menampil-
kan perancangan yang bersifat kompleks. Pengamat diajak menikmati,
mengamati, dan mendalami secara lebih seksama.
c) Variable Space with surprise adalah Perubahan ruangruang yang tercipta
akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior
dan lainlain.
d) Conventional and Abstract Form adalah menampilkan bentuk konvensional
dan bentuk-bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap ar-
tiinya.
e) Eclectic adalah Campuran langgamlanggam yang saling berintegrasi se-
cara kontinu untuk menciptakan unity.
f) Semiotic adalah Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
g) Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and
semaic appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis dan
fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
h) Pro Or Organic Applied Ornament adalah Mencerminkan kedinamisan se-
suatu yang hidup dan kaya ornamen.
i) Pro Or Representation adalah Menampilkan ciriciri yang gamblang se-
hingga dapat memperjelas arti dan fungsi.
28
j) Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentukbentuk tertentu yang dite-
rapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan
fungsi bangunan.
k) Pro-Historical reference adalah Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap
rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.
l) Pro-Humor ialah Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak un-
tuk lebih menikmatinya.
m) Pro-simbolic adalah Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti
dan yang dikehendaki perancang.
3. Design Ideas adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide desain
dalam Arsitektur Post Modern yaitu suatu gagasan perancangan yang menda-
sari Arsitektur Post Modern.
a) Contextual Urbanism and Rehabilitation ialah Kebutuhan akan suatu fasilitas
yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.
b) Functional Mixing ialah Gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan
dalam perancangan.
c) Mannerist and Baroque ialah Kecenderungan untuk menonjolkan diri.
d) All Phetorical Means ialah Bentuk rancangan yang berarti.
e) Skew Space and Extensions adalah Pengembangan rancangan yang asime-
tris-dinamis.
f) Street Building.
g) Ambiquity adalah Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi
masih unity dalam fungsi.
h) Trends to Asymetrical Symetry adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang
berkesan keasimetrisan yang seimbang.

29
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Arsitektur klasik aadalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang men-
gacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno
pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Arsitektur klasik dari
bangsa yunani merupakan dasar dari bangunan-bangunan klasik saat ini.
Dari mulai masa kejayaan yunani kuno sampai kejatuhan kerajaan ro-
mawi, banyak bangunan-bangunan besar yang dibangun menggunakan
keahlian arsitektur handal.

Arsitektur modern adalah sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur di-


mana ruang menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelum-
nya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah faade, orna-
men, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik, maka pada masa
arsitektur modern kualitas non- fisik lah yang lebih dipentingkan. Fokus
dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah gaga-
san ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa,
hingga akhirnya diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen ruang
secara nyata.

30
DAFTAR PUSTAKA

http://annasmaulana.blogspot.com/2013/05/sejarah-arsitektur-arsitektur-kla-
sik_21.html
http://rurucoret.blogspot.com/2008/12/architecture-modern.html
http://alexnova-alex.blogspot.com/2011/06/teori-arsitektur-klasik.html
http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-arsitektur-modern/

31

Vous aimerez peut-être aussi