Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
1514471034
TINGKAT 2 REGULER 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit
I. Pengertian
II. Etiologi
Penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
6. Plasenta Previa
Penyebab plasenta previa secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut beberapa pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu :
1. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di
segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri
belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga
diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada
janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
2. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti
tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section
sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri
3
III. Patofisiologi
Pathway
Tindakan SC
4
IV. Manifestasi klinis
V. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan radiologi : menentukan kesempatan dan kelainan
panggul serta kelainan dalam kehamilan
- Pemeriksaan USG : menentukan letak janin
- Pemeriksaan DL : Hb, HCT
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
5
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a. Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b. Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
6
c. Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
6. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
7. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
8. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
VII. Komplikasi
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
4. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut
Manuaba (2001), adapun komplikasi komplikasi yang terjadi yaitu:
a. Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan tambahan saat operasi
menembus plasenta dengan inersio di depan, infeksi karena anemia,
robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim,
terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
7
b. Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan
rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan kematian.
a. Adaptasi Fisiologi
1. Sistem reproduksi.
a) Uterus
2. Kontraksi uterus meningkat setelah bayi lahir, terjadi karena hormon oksitosin
yang dilepas oleh kelenjar hipofisis posterior.
3. After Pains rasa nyeri setelah melahirkan lebih nyata ditempat uterus yang
teregang, menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini
karena keluarnya merangsang kontraksi uterus.
5. Lokia. Menurut Huliana (2003) lokhea dibagi menjadi tiga jenis sesuai dengan
warnanya sebagai berikut :
(a) Lokia rubra terdiri dari darah, sisa penebalan dinding rahim, dan sisa-sisa
pemahaman plasenta. Lochea rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar
sampai hari ke-3 atau ke-4.
8
(b) Lokia serosa mengandung cairan darah, berupa serum dan lekosit. Lochea
serosa berwarna kekuningan dan keluar antara hari ke-5 sampai ke-9.
(c) Lokia alba terdiri dari leukosit, lendir leher rahim (serviks), dan jaringan-
jaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Loshea alba berwarna
putih dan keluar selama 2-3 minggu.
b) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsentrasinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula.
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan semenonjol pada
wanita nulipara.
d) Payudara
e) Abdomen
2) Sistem Endokrin
9
b) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
3) Sistem Urinarius
a) Komponen Urine
b) Diuresis Pascapartum
Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, sering kali
disertai daerah-daerah kecil hemorargi.Pada pasa pacapartum tahap lanjut,
distensi yang berlebihan dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka
terhadap infeksi sehingga mengganggu prosesberkemih normal.
4) Sistem Pencernaan
Anestesi bisa memperlambat pengambilan tonus otot dan motilitas otot saluran
cerna ke keadaan normal sehingga defekasi bisa tertunda 2-3 hari, keadaan ini
bisa juga karena pemberian analgesia sebelum operasi. Biasanya bising usus
belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising
usus makin masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ke-3 post
operasi.
10
5) Sistem Kardiovaskuler
Denyut nadi dan jantung meningkat setelah melahirkan karena darah yang
biasanya melintasi uretroplasma tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Namun,
klien dengan anestesi spinal cenderung akan mengalami hipotensi yang
disebabkan melebarnya pembuluh nadi sehingga darah berkurang.volume darah
menurun ke kadar sebelum hamil pada 4 mingu setelah melahirkan. Hematokrit
meningkat pada hari ke 3-7 pasca partum.Leukositosis normal pada kehamilan
rata-rata sekitar 12.000 /mm. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi
lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000 /mm.
6) Sistem Neurologi
7) Sistem Muskuloskeletal
8) Sistem Integumen
2.Adaptasi Psikologi
11
belum mampu menyusui mudah tersinggung, ibu menjadi pasif terhadap
lingkungannya dan nafsu makan ibu meningkat.
2) Fase Taking Hold (3-10 hari)
Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaanya sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-
hati.Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dan merawat diri
dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dari ketergantungan bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya.
12
TABEL DATA SUBJEKTIF/DATA OBJEKTIF
13
6 Sistem neurologi Pusing, nyeri kepala karena anestesi Ds
Keram karena anestesi Ds
7 Sistem muskeskeletal Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke Ds
6 ke-8 setelah melahirkan (post sc)
8 Sistem integument Hiperpigmentasi di areola Do
Linea nigra di kulit perut Do
Bekas luka sayatan post sc Do
9 Psikologis Khawatir karena kurang pengetahuan Ds
dalam kemampuan dan rasa tanggung
jawabnya merawat bayi
Ibu mengatakan tidak mampu menjadi Ds
orangtua
14
B. Proses Keperawatan
I. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
- Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
Data Medik
I. Dikirim oleh :
UGD
Dokter Praktik
II. Diagnosa medis
Saat masuk :
Saat pengkajian :
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelum inpartu di dapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.
3. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
15
- Pola-pola fungsi kesehatan
Kaji apakah klien kurang pengetahuan tentang ketuban pecah dini, cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
- Pola aktifitas
Kaji apakah klien pterbatas aktivitasnya karena mengalami kelemahan dan
nyeri.
- Pola eliminasi
Kaji apakah klien sering terjadi perasaan sering /susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono
Kaji apakah klien konstipasi
16
II. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d prosedur bedah d.d ekpresi wajah nyeri dan sikap
melindungi area nyeri
2. Risiko infeksi b.d prosedur invasif
3. Hambatan mobilitas di tempat tidur b.d nyeri d.d hambatan
kemampuan untuk miring kanan dan kiri
4. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d suplai ASI tidak cukup d.d ASI
tidak keluar
17
III. Rencana Keperawatan
18
Hambatan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring
mobilitas di tempat keperawatan 2x24 jam Jelaskan alasan diperlukannya tirah
tidur b.d nyeri d.d pasien dapat bergerak baring
hambatan seperti biasa Anjurkan klien untuk peningkatan
kemampuan untuk mobilisasi dan latihan
miring kanan dan Posisi tubuh: Berinisiatif Berikan latihan posisi miring kanan
kiri Sendiri dan kiri serta posisi semi fowler
Kriteria Hasil: Jaga kain linen kasur tetap
Bergerak dari posisi bersih,kering dan bebas kerutan
berbaring ke posisi Gunakan alat di tempat tidur yang
berdiri melindungi pasien
Berpindah dari satu sisi
ke sisi lain sambil
berbaring
Bergerak dari depan ke
belakng sambil
berbaring
Bergerak dari belakang
ke depan sambil
berbaring
19
BAB II
LAPORAN KASUS PADA NY.B
A. PENGKAJIAN
B. Data Medik
I. Dikirim oleh :
o UGD
o Dokter praktik
20
A. Pengkajian tanda Tekanan darah : 110/80 mmHg Denyut Data lanjutan dan
vital Nadi/kualitas : 80 x/mnt dignosa keperawatan
Pernafasan/kualitas : 22 x/mnt yang ditegakkan :
o
ISDA Halaman 3-6 Suhu tubuh : 36,5 C
21
Apakah terdapat tanda-tanda awal dehidrasi
Pusing kepala Ya Tidak TT
Merasa lelah Ya Tidak TT
Mulut/bibir/mata kering Ya Tidak TT
Warna Urine gelap Ya Tidak TT
Adakah klien mengalami masalah sensori
Ya Tidak TT
22
C. Pengkajian situasi Adakah akan dilakukan pembedahan? Data lanjutan dan
khusus Ya Tidak TT dignose keperawatan
Sebutkan : operasi sc yang ditegakkan :
Jenis anasthesi : spinal / regional
ISDA Halaman 9
Adakah klien menggunakan ventilator mekanik?
Ya Tidak TT
23
Ya Tidak TT
Mencari pengetahuan yang penting (tentang
persalinan dan asuhan bayi baru lahir)
Ya Tidak TT
Keluhan selama kehamilan :
........................................
Riwayat Kehamilan terdahulu :
Nyeri
Bloodslym
Pembukaan : cm
24
Mendemosntrasikan teknik dasar perawatan
bayi
25
Jika ya lanjutkan pengkajian di bawah ini
Dysuria : Ya Tidak TT
Frequency : Ya Tidak TT
Hesitancy : Ya Tidak TT
Nocturia : Ya Tidak TT
Urgency : Ya Tidak TT
Retensi urin : Ya Tidak TT
Urgency : Ya Tidak TT
Inkontinensi : Ya Tidak TT
Kapan terjadinya :
Segera setelah ada sensasi kuat untuk
berkemih ?
Kebocoran urine secara tiba-tiba terkait
dengan peningkatan tekanan intra abdominal ?
Pada saat terdapat distensi berlebihan
kandung kemih ?
Pada suatu interval yang dapat
diprediksikan pada saat volume urine ? tertentu
telah tercapai
Ketidakmampuan menahan kemih ?
Enuresis : Ya Tidak TT
26
Keterbatasan berpindah posisi di tempat tidur
Ya Tidak TT
Apakah klien mengalami Immobilitas (penyebab
apapun) : Ya Tidak TT
27
Apakah klien mengeluh gatal :
Ya Tidak TT
Sebutkan perubahannya :.
Elastisitas : Ya Tidak TT
Gangguan sensasi : Ya Tidak TT
Perubahan turgor kulit : Ya Tidak TT
Perubahan pigmentasi : Ya Tidak TT
sebutkan
Edema : Ya Tidak TT
F. Pengkajian Nutrisi Apakah klien melaporkan merasa lapar : Data lanjutan dan
Ya Tidak TT dignosa keperawatan
yang ditegakkan:
28
Apakah ada alasan untuk makan selain karena
ISDA hal 19 lapar?
Ya Tidak TT
Sebutkan
Apakah klien memiliki pola makan teratur?
Ya Tidak TT
Apakah makan adalah alat untuk merasa
nyaman/ hadiah?Ya Tidak TT
Apakah konsentrasi makan pada malam
menjelang tidur : Ya Tidak TT
Adakah orang tua klien yang mengalami
obesitas?
Ya Tidak TT
Apakah mengkonsumsi cukup cairan dan
makan?
Ya Tidak TT
Sebutkan :
Apakah perilaku makan sesuai dengan tujuan
kesehatan? Ya Tidak TT
Sebutkan
Apakah klien mengekspresikan pengetahuan
tentang pilihan makanan yang sehat? Ya
Tidak TT
Apakah klien mengekspresikan kesediaan
untuk meningkatkan nutrisi? Ya Tidak
TT
Apakah klien mempunyai intoleransi terhadap
makanan tertentu? Ya Tidak TT
Sebutkan
Jika ada jawaban ya bisa dilanjutkan
pengkajian nutrisi lanjutan (ISDA halaman 18)
29
Gangguan melakukan aktiftas perawatan diri:
berpakaian/berdandan Ya Tidak TT
30
K. Hasil Hasil Pemeriksaan Laboratorium Data lanjutan dan
Laboratorium 1. Protein urin(-) dignose keperawatan
2. HbsAg (-) yang ditegakkan:
ISDA Hal 49 59 3. SGOT : 15 u/L
4. SGPT : 14 u/L
5. GDS : 78 mg/dl
31
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d prosedur bedah d.d ekpresi wajah nyeri dan sikap melindungi area
nyeri
2. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d suplai ASI tidak cukup d.d ASI tidak keluar
3. Hambatan mobilitas di tempat tidur b.d nyeri d.d hambatan kemampuan untuk
miring kanan dan kiri
4. Risiko infeksi b.d prosedur invasif
32
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Konseling Laktasi
pemberian ASI b.d keperawatan 2x24 jam ASI Berikan informasi mengenai
suplai ASI tidak klien keluar dan payudara manfaat menyusui
cukup d.d ASI tidak bersih Jelaskan tanda bayi membutuhkan
keluar makanan
Keberhasilan Menyusui: Instrusikan posisi menyusui yang
Maternal bervariasi
Kriteria Hasil : Berikan teknik relaksasi serta
Payudara penuh pijatan pada payudara
sebelum menyusui Berikan kompres pada payudara
Pengeluaran ASI Diskusikan kebutuhan istirahat
adekuat yang cukup dan nutrisi seimbang
Intake cairan ibu
adekuat
Memompa payudara
33
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Perlindungan Infeksi
prosedur invasif keperawatan 2x24 jam luka Periksa kondisi setiap sayatan bedah
kering dan normal atau luka
Berikan perawatan kulit pada area
Keparahan infeksi luka operasi
Kriteria Hasil: Instruksikan pasien untuk minum
Tidak ada kemerahan antibiotik yang diresepkan
Tidak ada nyeri
Cairan (luka) yang
berbau busuk tidak ada
Tidak demam
34
Ketidakefektifan Memberikan informasi S : Klien mengatakan putting dan
pemberian ASI b.d mengenai manfaat payudara bersih dan ASI masih
suplai ASI tidak menyusui belum keluar
cukup d.d ASI tidak Memberikan teknik O : Payudara tampak bersih
keluar relaksasi serta pijatan A : Masalah teratasi sebagian
pada payudara P : Lanjutkan intervensi
Memberikan kompres I:
pada payudara - Berikan teknik relaksasi serta
Mendiskusikan pijatan pada payudara
kebutuhan istirahat yang - Berikan kompres pada payudara
cukup dan nutrisi - Diskusikan kebutuhan istirahat
seimbang yang cukup dan nutrisi seimbang
E : payudara tampak bersih
35
E : klien tampak terbatas bergerak
di tempat tidur
36
BAB III
KESIMPULAN
Kelahiran sesaria adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus.
Yang berasal dari kata Latin Caedo yang berarti memotong baik direncanakan
(dijadwalkan) atau tidak (darurat). Tujuan dasar pelahiran sesaria ialah memelihara
kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya.
Diagnosa keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Hambatan mobilitas di tempat tidur
4. Ketidakefektifan pemberian ASI
37
Daftar Rujukan
38