Vous êtes sur la page 1sur 33

Tugas MK : Keperawatan Jiwa

Dosen : Amir, S.Kep. Ns, MM

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:

Kelompok V

1. Sahrul P 8. Yesri Sanji Tangkawata


2. Risma Nurul Fadilah 9. Ritnawati Panja
3. Risnawati Said 10. Rika Novitasari
4. Roslian 11. Riski Widyawati Gaib
5. Siti Nurhaliza N M 12. Sariramadani Liumpole
6. Tiara desiniary Bagenda 13. Zulfahmi
7. Yulianti

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI KEPERAWATAN DIII POSO

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2


BAB I.......................................................................................................................................... 3
KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN ........................................................................ 3
A. PENGERTIAN PERILAKU KEKERASAN ...................................................................... 3
B. RENTANG RESPONS MARAH ....................................................................................... 3
C. TANDA DAN GEJALA ..................................................................................................... 5
D. FAKTOR RISIKO............................................................................................................... 5
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain ............................................................... 5
2. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri .............................................................. 6
E. ETIOLOGI .......................................................................................................................... 7
1. Faktor predisposisi........................................................................................................... 7
2. Faktor Presipitasi ............................................................................................................. 9
3. Penilaian terhadap stressor .............................................................................................. 9
4. Sumber koping............................................................................................................... 10
5. Mekanisme koping ........................................................................................................ 11
F. PROSES TERJADINYA AMUK ..................................................................................... 11
BAB II ...................................................................................................................................... 13
KONSEP DASAR ASUHAN KEERAWATAN ..................................................................... 13
A. Pengkajian ......................................................................................................................... 13
1. Aspek biologis ............................................................................................................... 13
2. Aspek emosional ........................................................................................................... 13
3. Aspek intelektual ........................................................................................................... 13
4. Aspek sosial ................................................................................................................... 13
5. Aspek spiritual ............................................................................................................... 14
B. Diagnose ............................................................................................................................ 14
C. Rencana Keperawatan ....................................................................................................... 15
D. Implementasi dan Evaluasi................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 33
BAB I

KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN PERILAKU KEKERASAN


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada
lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan
semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian
besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan
pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di
rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang
paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan (Keliat, 1991).

B. RENTANG RESPONS MARAH

adaptif maladaptif

asertif frustasi pasif agresif amuk

gambar10.1 Rentang Respon Marah


Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.
Tabel 10.2 Perbandingan Perilaku Pasif, Aserasif, Agresf

karakteristik Pasif Aserasif Amuk

Negatif Positif Berlebihan


Menghina diri Menghargai diri Menghina
Dapatkah sendiri orang lain
Nada Bicara
saya lakukan? Saya dapat/akan Anda
Dapatkah ia lakukan selalu/tidak
lakukan? pernah?
Diam Diatur Tinggi

Nada Suara Lemah Menuntut


Merengek
Melorot Tegak Tegang

Sikap Tubuh Menundukan Relaks Bersandar ke


kepala depan
Orang lain Menjaga jarak yang Memiliki
dapat masuk menyenangkan teritorial orang
Personal pada teritorial Mempertahankan lain
Scape
pribadinya hak
tempat/territorial
Minimal Memperlihatkan Mengancam,

Gerakan Lemah gerakan yang ekspansi


Resah sesuai gerakan
Sedikit/tidak Sekali-sekali Melotot
ada (intermiten) sesuai
Kontak Mata
dengan kebutuhan
interaksi
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan
gejala perilaku kekerasan:
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot/pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Jalan mondar-mandir

D. FAKTOR RISIKO
Menurut Nanda-I, (2012-2014) faktor risiko terbagi 2 yaitu:

1. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain


Definisi: Beresiko melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan bahwa
dirinya dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional, dan/atau seksual.
a. Ketersediaan senjata
b. Bahasa tubuh (mis. Sikap tubuh kaku/rigid, mengepalkan jari dan rahang
terkunci, hiperaktivitas, denyut jantung cepat, napas terengah-engah, cara
berdiri mengancam).
c. Kerusakan kognitif (mis. Ketunadayaan belajar, gangguan deficit perhatian,
penurunan fungsi intelektual)
d. Kejam pada hewan
e. Menyalakan api
f. Riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak.
g. Riwayat melakukan kekerasan tak langsung (misal. Merobek pakaian,
membanting objek yang tergantung didinding, berkemih dilantai, defekasi
dilantai, mengetuk-ngtuk kaki, teper tantrum, berlarian dikoridor, berteriak,
melempar objek, memecahkan jendela, membanting pintu, agresif seksual)
h. Riwayat penyalahgunaan zat
i. Riwayat ancaman kekerassan (mis, ancaman verbal tehadap seseorang,
ancaman social, mengeluarkan sumah serapah, memmbuat catatan/surat
ancaman, sikap tubuh mengancam, ancaman seksual)
j. Riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam keluarga
k. Riwaat perilaku kekerasan terhadap orangg lain (mis. Memukul seserang,
menendang seseorang, meludahi seseorang, mencakar seseorang, melempar
objek pada seseorang, menggigit seseorang, Percobaan perkosaan, pelecehan
seksual, membuang kotoran pada seseorang).
l. Riwayat perilaku kekerasan antisocial (mis, mencuri, memaksa meminjam,
memaksa meminta hak istimewa, memaksa mengganggu pertemuan, menolak
untuk makan, menolak untuk minum obat, menolak intruksi)
m. Impulsive
n. Pelanggaran kendaraan bermotor ( mis, sering melanggar lampu lintas,
menggunakan kendaraan bermotor untuk melepaskan kemarahan)
o. Gangguan neurologis, (mis, EEG positif,CT, MRI, temuan neurologis, trauma
kepala, gangguan kejang)
p. Intoksikasi patologis
q. Komplikasi perinatal
r. Komplikasi prenatal
s. Simtomalogi psikosis (mis, perintah halusinasi pendengaran, penglihatan;
delusi paranoid, proses pikir tidak logis, tidak teratur, atau tidak koheren).
t. Perilaku bunuh diri

2. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri


Definisi: Beresiko melakukan perilaku, yang indvidu menunjukkan bahwa dirinya
dapat membahayakan dirinya ssendiri secara fisik, emosional, dan/atau seksual.
a. Usia 15-19 tahun
b. Usia 45 tahun atau lebih
c. Isyarat perilaku (mis, catatan cinta yang sedih, menunjukkan pesan kemarahan
pada orang terdekat yang telah menolak dirinya, mengambil polis asuransi jiwa
yang besar)
d. Konflik hubungan interpersonal
e. Masalah emosional (mis, ketidakberdayaan, putus asa, peningkatan rasa cemas,
panic, marah, permusuhan)
f. Masalah pekejaan (mis, menganggur, kehilangan/kegagalan pekerjaan yang
sekarang)
g. Menjalani tindakan seksual autoerotic
h. Latar belakang keluarga (mis, riwayat bunuh diri, kaotik, atau penuh konflik)
i. Riwayat upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-kali
j. Kurang sumber personal (mis, pencapaian yang buruk, wawasan/pengetahuan
yang buruk, afek yang tidak tersedia dan dkendalikan secara buruk).
k. Kurang sumber social (mis, rapor yang buruk, isolasi social, keluarga yang
tidak responsive)
l. Status pernikahan (belum menikah, janda, cerai)
m. Masalah kesehatan mental (mis, depresi berat, psikosis gangguan kepribadian
berat, alkoholisme, penyalahgunaan obat)
n. Pekerjaan (eksekutif, administrator pemilik bisnis, pekerja professional,
pekerja semi terampil)
o. Masalah kesehatan fisik (mis, hipokondriasis, penyakit terminal atau kronis)
p. Orientasi seksual (biseksual [aktif]. Homoseksual [inaktif])
q. Ide bunuh diri
r. Rencana bunuh diri
s. Petunjuk verbal (mis, bicara tentang kematian, lebih baik tanpa sayaa,
mengajukan pertanyaan tentang dosis obat dan kematian.

E. ETIOLOGI

1. Faktor predisposisi
a. Psikoanalisis
teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi
berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut.
1) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur
sistem informasi dan memori.
2) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
3) Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
4) Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
d. Perilaku (behavioral)
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap
frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri
(self esteem) individu.
3) Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil
belajar dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai
berikut.
a) Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b) Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media
elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
e. Sosial cultural
1) Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat
ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan
menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.

Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku


kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai berikut.
a) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b) Status dalam perkawinan.
c) Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d) Pengangguran.
e) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan
struktur keluarga dalam sosial kultural.

2. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), fakto-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian missal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi
c. Kesulitan dalam mengonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memcahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
d. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga.

3. Penilaian terhadap stressor


Penilaian stesor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi stress
bagi individu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisilogis, perilaku, dan respon social.
Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya
dengan kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas, dan
pentingnya sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang
diberikan kepada orang yang beresiko (Stuart dan Laraia, 2001).
Respon pilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis, serta analisis
kognitif seseorang tentang situasi stress. Caplan (1981, dalam Struart dan Laraia,
2001) menggambarkan empat fase dari respon perilaku individu untuk menghadapi
stress, yaitu:
a. Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan individu untuk
melarikan diri dari itu.
b. Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan
setelah mereka.
c. Perilaku intrapskis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan
emosional yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah dan
gejala sisa dengan penyesuaian internal.

4. Sumber koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001), sumber koping dapat berupa asset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan social, dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energy,
dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan
social, sumber daya social dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar
harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling
buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk mencari
informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang alternative, dan melaksanakan
rencana tindakan. Keterampilan social memfasilitasi penyelesaian masalah yang
melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama
dan dukungan dari orang lain, dan memberikan control social individu yang lebih
besar. Akhirnya, asset materi berupa barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang.
Sumber koping sangat meningkatkan pilihan seseorang mengatasi dihampir semua
situasi stress. Pengetahuan dan kecerdasan yang lain dalam menghadapi sumber
daya yang memungkinkan orang untu melihat cara yang berbeda dalam
menghadapi stress. Akhirnya sumber koping juga termasuk kekuatan ego untuk
mengidentifiasi jaringan social, stabilitas budaya, orientasi pencegahan kesehatan
dan konstitusional.
5. Mekanisme koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain
a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat
rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya

F. PROSES TERJADINYA AMUK


Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk
adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara
internal dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara
eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan
melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3)
menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang
lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat.
Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah
laku yang destruktif dan amuk.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEERAWATAN

A. Pengkajian
Faktor penyebab perilaku kekerasan
Menurut Yosep (2009), pada dassarnya pengkajian pada klien perilaku
kekerasa ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual.

1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
takikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada
gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.

2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.

4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep cara percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan

5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.

Format/data fokus pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan (Keliat dan
Akemat, 2009)

Beri tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan data klien

Pelaku/usia Korban/usia saksi/usia

1. Aniaya fisik { } { } { } { } { } { }
2. Aniaya seksual { } { } { } { } { } { }
3. Penolakan { } { } { } { } { } { }
4. Kekerasan dalam { } { } { } { } { } { }
Keluarga
5. Tindakan kriminal { } { } { } { } { } { }
6. Aktivitas motorik
{ } Lesu { } Tegang { } Gelisah { } Agitasi
{ } Tik { } Grimasem { } Tremor { } Kompulsif
7. Interaksi selama wawancara
{ } Bermusuhan { } Kontak mata kurang
{ } Tidak kooperatif { } Defensi
{ } Mudah tersinggung { } Curiga

B. Diagnose
Pohon masalah

Risiko mencederai diri


sendiri, orang lain, dan
lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri:


harga diri rendah.
C. Rencana Keperawatan
Dx Perencanaan
Intervensi Implementasi
keperawatan Tujuan Criteria Hasil
Perilaku 1. klien dapat klien mau beri salam/panggil Hubungan saling
kekerasan membina membalas salam nama klien percaya
hubungan klien mau sebutkan namma merupakan
saling percaya menjabat tangan perawat sambil jabat landasn utama
tangan. untuk hubungan
klien mau Jelaskan maksud selanjutnya.
menyebutkan hubungan interaksi
nama
klien mau Jelaskan tentang
tersenyum kontrak yang akan
dibuat
klien mau kontak Beri rasa aman dan
mata sikap empati
klien mengetahui Lakukan kontak
nama perawat singkat tapi sering
menyediakan
waktu untuk
kontrak

2. Klien dapat Klien dapat Beri kesempatan Beri kesempatan


mengidenti- mengungkapkan untuk untuk
fikasi perassaannya mengungkapkan mengungkapkan
penyebab perasaannya perasaannya
perilaku Klien dapat Bantu klien untuk dapat membantu
kekerassan mengungkapkan mengungkapkan mengurangi
penyebab penyebab stress dan
perasaan jengkel/kesal penyebab
jengkel/kesal perasaan
(dari diri sendiri, jengkel/kesal
dari dapat diketahui
lingkungan/orang
lain
3. Klien dapat Klien dapat Anjurkan klien Untuk
mengidentifik mengungkapkan menggungkapkan mengetahui hal
asi tanda-tanda perasaan saat apa yamg dialami yang dialami dan
perilaku marah/jengkel saat marah atau dirasa saat
kekerasan jengkel jengkel
Klien dapat Observasi tanda Untuk
menyimpulkan perilaku kekerasan mengetahui
tanda-tanda pada klien tanda-tanda klien
jengkel/kesal kesal/jengkel
yang dialami Simpulkan bersama Menarik
klien tanda-tanda kesimpulan
jengkel/kesal yang bersama klien
dialami klien. supaya klien
mengetahui
secara garis besar
tanda-tanda
marah/kesal
4. Klien dapat Klien dapat Anjurkan klien Mengeksplorasi
mengidentifik menggungkap untuk perasaan klien
asi perilaku kan perilaku mengungkapkan terhadap perilaku
kekerasan kekerasan yang perilaku kekerasan kekerassan yang
yang biasa biasa dilakukan yang biasa biasa dilakukan
dilakukan dilakukan klien
Klien dapat Bantu klien bermain Untuk
bermain peran peran sesuai dengan mengetahui
dengan perilaku perilaku kekerasan perilaku
kekerasan yang yang biasa kekerasan yang
biasa dilakukan dilakukan biasa dilakukan
dan dengan
bantuan perawat
bisa
membedakan
perilaku
konstruksif dan
dekstruksif
Klien dapat Bicarakan dengan Dapat membantu
mengetahui cara klien apakah cara klien dapat
yang biasa dapat yang klien lakukan menemukan cara
menyesuaikan masalahnya selesai? yang dapat
masalah atau menyelesaikan
tidak masalah.
5. Klien dapat Klien dapat Bicarakan Membantu klien
mengidentifik menjelaskan akibat/kerugian dari untuk menilai
asi akibat akibat dari cara cara yang dilakukan perilaku
perilaku yang digunakan klien kekeerasan yang
kekerasan klien dilakukannya
Bersama klien Dengan
menyimpulkan mengetahui
akibat vara yang akibat perilku
digunakan oleh kekerasan
klien diharapkan klien
dapat merubah
perilaku
destruksif yang
dilakukan
menjadi perilaku
yang konstruktif
6. Klien dapat Klien dapat Tanyakan pada Agar klien dapat
mengidentifik melakukan cara klien apakah ia mempelajari cara
asi cara berespon ingin mempelajari lain yang
konstruktif terhadap cara baru yang konstruktif
dalam kemarahan sehat?
merespon secara
terhadap konstruktif
kemarahan Berikan pujian jika Dengan
klien mengetahui mengidenti-fikasi
cara lain yang sehat cara yang
konstruktif dalam
merespon
terhadap
terhadap
kemarahan dapat
membantu klien
menemukan cara
yang baik untuk
mengurangi
kejengkelan
sehingga klien
tidak stress

Diskusikan dengan
Reinforcement
klien cara lain yang
positif dapat
sehat
memotifasi klien
a. Secara fisik:
dan
tarik napas
meningkatkan
dalam jika
harga dirinya
sedang kesal/
Berdiskusi
memukul
dengan klien
bantal/kasur atau
untuk memilih
olahraga atau
cara yang lain
pekerjaan yang
sesuai sesuai
memerlukan
dengan
tenaga
kemampuan
b. Secara verbal:
klien
katakan bahwa
anda sedang
kesal/tersinggun
g/jengkel (saya
kesal anda
berkata seperti
itu; saya marah
karena mama
tidak memenuhi
keinginan saya.
c. Secara social:
lakukan dalam
kelompok cara-
cara marah yang
sehat; latihan
asentif. Latihan
manejemen
perilaku
kekerasan
d. Secara spiritual:
anjukan klien
sembahyang,
berdoa/ibadah
lain; meminta
pada tuhan
untuk diberi
kesabaran,
mengadu pada
tuhan kekerasan/
kejengkelan
7. Klien dapat Klien dapat Bantu klien memilih Membeikan
mendemonstra mendemonstrasik cara yang paling simulasi kepada
sikan cara an cara tepat untuk klien klien untuk
mengontol mengontol menilai respon
perilaku perilaku perilaku
kekerasan kekerasan kekerasan secara
- fisik: tarik tepat
napas dalam, Bantu klien Membantu klien
olahraga, mengidenifikasi dalam membuat
menyiram manfaat cara dipilih keputusan
tanaman terhadap cara
- verbal: yang telah dipilih
mengatakannya dengan melihat
secara langsung manfaatnya
dengan tidak Bantu keeluarga Agar klien
menyakiti klien untuk mengetahui cara
- spiritual: menstimulasi cara marah yang
sembahyang, teersebut (role play) konstruktif
berdoa, atau Beri inforcement Pujian dapat
ibadah lain positif atau meningkatkan
keberhasilan klien motivasi dan
menstimulasi cara harga diri klien
tersebut
Anjurkan klien Agar klien dapat
untuk menggunakan melaksanakan
cara yang telah cara yang telah
dipelajari saat dipilih jika klien
marah sedang marah
8. Klien Keluarga klien Identifikasi Kemampuan
mendapat dapat: kemampuan keluarga dalam
dukungan - menyebutkan keluarga merawat mengidentfikasi
keluarga cara merawat klien dari sikap apa akan
dalam klien yang yang telah kemungkinan
mengontrol berperilaku dilakukan keluarga keluarga untuk
perilaku kekerasan terhadap klien melakukan
kekerasan -mengungkapkan selama ini penilaian
rasa puas dalam terhadap perilaku
merawat klien kekerasan
Jelaskan peran serta Meningkatkan
keluaarga dalam pengetahuan
merawat klien keluarga tentang
cara merawat
klien sehinga
keluarga terlibat
dalam perawatan
klien
Jelaskan cara-cara Agar keluarga
merawat klien dapat merawat
-Terkait dengan cara klien dengan
mengontrol perilaku perilaku
marah secara kekerasan
konsttruktif
-Sikap tenang,
bicara tenang dan
jelas
-Membantu klien
mengenal penyebab
ia marah
Bantu keluarga Agar keluarga
mendemonstrasikan mengetahui cara
cara merawat klien merawat klien
melalui
demonstrasi yang
dilihat keluarga
secara langsung
Bantu keluarga Mengeksplorasi
mengugkapkan peerasaan
perasaannya setelah keluarga setelah
melakukan melakukan
demonstrasi demonstrasi
9. Klien dapat Klien dapat Jelaskan jenis-jenis Klien dan
meengguna- meenyebutkan obat yang diminum keluarga dapat
kan obat- obat-obatan yang klien pada klien dan mengetahui
obatan yang diminum dan keluarga nama-nama obat
diminum dan kegunaannya yang diminum
kegunaannya (jenis, waktu, dan oleh klien
(jenis, efek)
waktu,dosis, Klien dapat Diskusikan manfaat Klien dan
dan efek) minum obat minum obat dan keluarga dapat
sesuai program kerugian berhenti mengetahui
pengobatan minum obat tanpa kegunaan obat
izin dokter yang dikonsumsi
klien
Jelaskan prinsip Klien dan
benar minum obat keluarga
(baca nama yang mengetahui
tertera pada botol prinsip benar
obat, dosis obat, agar tidak terjadi
waktu dan cara kesalahan dalam
minum) mengonsumsi
obat
Ajarkan klien minta Klien dapat
obat dan minum memiliki
tepat waktu kesadaran
pentingnya
minum obat dan
bersedia minum
obat dengan
kesadaran sendiri
Anjurkan klien Mengetahui efek
melaporkan pada samping sedini
perawat/dokter jika mungkin
merasakan efek sehingga
yang tidak tindakan dapat
menyenangkan dilakukan
sesegera
mungkin untuk
menghindari
komplikasi
Beri pujian jika Reinforcement
klien minum obat positif dapat
dengan benar memotifasi
keluaga dan klien
serta dapat
meningkatkan
harga diri
Contoh Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan dalam benttuk strategi pelaksanaan

Klien Keluarga
SP1P SP1K
Mengidentifikasi penyebab perilaku Mendiskusikan masalah yang dirasakan
kekerasan keluarga dalam merawat klien.
Mengidentfkasi tanda dan gejala perilaku Menjelaskan pengertian perilaku
kekerasan kekerasa, tanda dan gejala perilaku
Mengidentifikasi perilaku kekerasan kekerasan, serta proses terjadinya
yang dilakukan perilaku kekerasan
Mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan
Membantu kien mempraktekkan latihan
cara mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik 1: latihan napas dalam
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian

SP2P SP2K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
klien merawat klien dengan perilaku
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan. Melatih keluarga melakukan
kekerasan dengan cara fisik 2: pukul cara merawat langsung pada klien
kasur dan bantal perilaku kekerasan
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP3P SP3K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
Melatih klien mengontrol perilaku (discharge planning). Menjelaskan
kekerasan dengan cara sosial/verbal follow up klien setelah pulang
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP4P SP4K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP5P SP5K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
D. Implementasi dan Evaluasi
Nama klien : Diagnosa Medis :
Ruangan : No Cm :

Dx Rencana
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Perilaku SP1P perilaku Melakukan SP1P perilaku S:
kekerasan kekerasan kekerasan: saya mau berbincang 10
Mengidentifikasi menit saja
penyebab perilaku saya mudah marah bila
kekerasan keinginan saya tidak
Mengidentifikasi tanda dipenuhi orang tua saya.
dan gejala perilaku saya langsung teriak-teriak
kekerasan dan membanting barang
Mengidentifikasi akibat apapun disekitar saya
perilaku kekerasan saya menjadi jengkel dan

Menyebutkan cara barang-barang saya rusak

mengontrol perilaku biasanya saya langsung

kekerasan pergi dan main buat

Membantu latihan cara 1 menenangkan hati.

perilaku kekerasan: saya mau latihan kalau

Latihan napas dalam marah saya tarik napas

Menganjurkan dalam, tarik dari hidung

memasukkan dalam perlahan dan keluarkan lewat

jadwal harian mulut dan diulang sebanyak


5 kali
saya mau latihan napas
dalam setiap pagi jam 7.00
dan sore 16.00.
O:
Pembicaraan cepat
Mata melotot
Klien terlihat gelisah
Klien menulis jadwal
harian tarik napas dalam
setiap pukul 7.00 dan 16.00
A:
SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P pada pukul
09.00 di ruang perawatan
klien
Klien:
Motivasi klien untuk latihan
mengontrol marah tarik
napas dalam sesuai jadwal
harian setiap hari pukul 07.00
dan 16.00
Perilaku SP2P perilaku Melakukan SP2P perilaku S:
kekerasan kekerasan kekerasan: 10 menit saja ya kita
Mengevaluasi jadwal berbincang
kegiatan harian klien saya belum latihan tarik
Melatih klien napas dalam karena belum
mengontrol perilaku jadwalnya
kekerasan dengan cara saya mau lagi diajarkan cara
fisik 2: pukul kasur dan mengontrol marah dengan
bantal memukul kasur dan bantal
Menganjurkan klien pokoknya nanti kalau saya
memasukkan kedalam marah saya langsung pukul
jadwal kegiatan harian bantal dan kasur sekerasnya
klien untuk melampiaskan marah
saya
saya mau latihan setiap hari
pukul 10.00 dan 17.00
O:
Pandangan tajam
Suara tinggi
Klien menulis dijadwal
harian latihan pukul kasur
dan bantal setiap hari pukul
10.00 dan 17.00
A:
SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P pada pukul
10.30 diruang perawatan
klien
Klien:
Motivasi klien untuk latihan
mengontrol marah pukul
kasur dan bantal setiap hari
pukul 10.00 dan 17.00 sesuai
jadwal

Perilaku SP3P perilaku Melakukan SP3P perilaku S:


kekerasan kekerasan kekerasan: saya tadi pukul 10.00
Mengevaluasi jadwal latihan memukul kasur dan
kegiatan harian klien bantal dikamar saya tanpa
Melatih klien disuruh
mengontrol perilaku saya mau lagi diajarkan cara
kekerasan dengan cara mengontrol perilaku
sosial/verbal kekerasan dengan
Menganjurkan klien dibicarakan baik-baik
memasukkan kedalam kalau saya minta sesuatu
jadwal kegiatan harian tidak perlu marah-marah tapi
saya harus bicara
kalau ada yang suruh-suruh
saya terus saya tidak mau
saya juga harus menolaknya
dengan baik
nah, kalu saya kesal sama
orang saya juga harus
ungkapkan
saya mau latihan ini setiap
hari setiap pukul 13.00 saja
setelah makan siang
O:
Klien kooperatif
Klien terlihat tenang
Klien memasukkan
kedalam jadwal harian
latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
sosial/verbal setiap hari
pukul 13.00
A:
SP3P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP4P pada tanggal
24 juli 2012 pukul 08.00
diruang perawatan klien
Klien:
Motivasi klien untuk latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
sosial/verbal setiap hari
pukul 13.00 sesuai jadwal
harian.
Perilaku SP4P perilaku Melakukan SP4P perilaku S:
kekerasan kekerasan kekerasan: kita berbincang 15 menit
Mengevaluasi jadwal ya
kegiatan harian klien pukul 13.00 kemarin saya
Melatih klien sudah latihan menyampaikan
mengontrol perilaku sesuatu dengan baik pada
kekerasan dengan cara teman saya sekamar
spiritual kemarin sore pukul 16.00
Menganjurkan klien saya latihan tarik napas
memasukkan kedalam dalam terus pukul 17.00 saya
jadwal kegiatan harian latihan pukul bantal dan
klien kasur
tadi pagi pukul 07.00 saya
latihan tarik napas dalam
dilapangan sekalian saya
senam pagi
kalau saya marah sebaiknya
saya langsung istigfar
saya harus rajin sholat 5
waktu supaya lebih tenang
dan tidak mudah marah
saya akan lakukan sesuai
jadwal sholat setiap hari
O:
Kontak mata baik
Klien koperatif
Klien menulis dijadwal
harian sholat 5 waktu
sesuai jadwal sholat
A:
SP4P tercapai
P:
Perawat: lanjutkan SP5P
pada pukul 09.00 diruang
perawatan klien
Klien:
Motivasi klien untuk sholat 5
waktu sesuai jadwal sholat
setiap hari
Perilaku SP5P perilaku Melakukan SP5P perilaku S:
kekerasan kekerasan kekerasan: kita berbincang 10 menit
Mengevaluasi jadwal ya
kegiatan harian klien saya dapat obat 3 macam
Melatih klien dari dokter
mengontrol perilaku oh, berarti saya yang
kekerasan dengan warnanya orange itu CPZ
minum obat supaya pikiran saya tenang
Menganjurkan klien dan tidak marah-marah lagi
memasukkan kedalam terus yang warna putih itu
jadwal kegiatan harian supaya saya rileks dan tidak
klien tegang ya disebut THP
yang warna merah jambu itu
disebut HPL supaya saya
tidak marah-marah lagi kan?
semua obatnya harus saya
minum sehari 3x kan?
saya akan minum obat
sesuai jadwal dan teratur,
baik dirumah sakit sekarang
atau sudah pulang kerumah
nanti
saya akan minum obat
setiap hari pukul 07 pagi, 1
siang, dan malam.
O:
Kontak mata baik
Klien kooperatif
Klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan
harian minum obat setiap
pukul 7 pagi, 1 siang, dan
malam
A:
SP5P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP budaya
perilaku kekerasan pukul
10.00 diruang perawatan
klien
Klien:
Motivasi klien untuk minum
obat sesuai jadwal harian
setiap hari pukul 7 pagi, 1
siang, dan malam.
DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi