Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok V
2017
DAFTAR ISI
adaptif maladaptif
D. FAKTOR RISIKO
Menurut Nanda-I, (2012-2014) faktor risiko terbagi 2 yaitu:
E. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
a. Psikoanalisis
teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi
berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut.
1) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur
sistem informasi dan memori.
2) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
3) Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
4) Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
d. Perilaku (behavioral)
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap
frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri
(self esteem) individu.
3) Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil
belajar dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai
berikut.
a) Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b) Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media
elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
e. Sosial cultural
1) Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat
ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan
menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), fakto-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian missal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi
c. Kesulitan dalam mengonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memcahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
d. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga.
4. Sumber koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001), sumber koping dapat berupa asset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan social, dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energy,
dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan
social, sumber daya social dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar
harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling
buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk mencari
informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang alternative, dan melaksanakan
rencana tindakan. Keterampilan social memfasilitasi penyelesaian masalah yang
melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama
dan dukungan dari orang lain, dan memberikan control social individu yang lebih
besar. Akhirnya, asset materi berupa barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang.
Sumber koping sangat meningkatkan pilihan seseorang mengatasi dihampir semua
situasi stress. Pengetahuan dan kecerdasan yang lain dalam menghadapi sumber
daya yang memungkinkan orang untu melihat cara yang berbeda dalam
menghadapi stress. Akhirnya sumber koping juga termasuk kekuatan ego untuk
mengidentifiasi jaringan social, stabilitas budaya, orientasi pencegahan kesehatan
dan konstitusional.
5. Mekanisme koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain
a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat
rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya
A. Pengkajian
Faktor penyebab perilaku kekerasan
Menurut Yosep (2009), pada dassarnya pengkajian pada klien perilaku
kekerasa ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual.
1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
takikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada
gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep cara percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan (Keliat dan
Akemat, 2009)
1. Aniaya fisik { } { } { } { } { } { }
2. Aniaya seksual { } { } { } { } { } { }
3. Penolakan { } { } { } { } { } { }
4. Kekerasan dalam { } { } { } { } { } { }
Keluarga
5. Tindakan kriminal { } { } { } { } { } { }
6. Aktivitas motorik
{ } Lesu { } Tegang { } Gelisah { } Agitasi
{ } Tik { } Grimasem { } Tremor { } Kompulsif
7. Interaksi selama wawancara
{ } Bermusuhan { } Kontak mata kurang
{ } Tidak kooperatif { } Defensi
{ } Mudah tersinggung { } Curiga
B. Diagnose
Pohon masalah
Perilaku kekerasan
Diskusikan dengan
Reinforcement
klien cara lain yang
positif dapat
sehat
memotifasi klien
a. Secara fisik:
dan
tarik napas
meningkatkan
dalam jika
harga dirinya
sedang kesal/
Berdiskusi
memukul
dengan klien
bantal/kasur atau
untuk memilih
olahraga atau
cara yang lain
pekerjaan yang
sesuai sesuai
memerlukan
dengan
tenaga
kemampuan
b. Secara verbal:
klien
katakan bahwa
anda sedang
kesal/tersinggun
g/jengkel (saya
kesal anda
berkata seperti
itu; saya marah
karena mama
tidak memenuhi
keinginan saya.
c. Secara social:
lakukan dalam
kelompok cara-
cara marah yang
sehat; latihan
asentif. Latihan
manejemen
perilaku
kekerasan
d. Secara spiritual:
anjukan klien
sembahyang,
berdoa/ibadah
lain; meminta
pada tuhan
untuk diberi
kesabaran,
mengadu pada
tuhan kekerasan/
kejengkelan
7. Klien dapat Klien dapat Bantu klien memilih Membeikan
mendemonstra mendemonstrasik cara yang paling simulasi kepada
sikan cara an cara tepat untuk klien klien untuk
mengontol mengontol menilai respon
perilaku perilaku perilaku
kekerasan kekerasan kekerasan secara
- fisik: tarik tepat
napas dalam, Bantu klien Membantu klien
olahraga, mengidenifikasi dalam membuat
menyiram manfaat cara dipilih keputusan
tanaman terhadap cara
- verbal: yang telah dipilih
mengatakannya dengan melihat
secara langsung manfaatnya
dengan tidak Bantu keeluarga Agar klien
menyakiti klien untuk mengetahui cara
- spiritual: menstimulasi cara marah yang
sembahyang, teersebut (role play) konstruktif
berdoa, atau Beri inforcement Pujian dapat
ibadah lain positif atau meningkatkan
keberhasilan klien motivasi dan
menstimulasi cara harga diri klien
tersebut
Anjurkan klien Agar klien dapat
untuk menggunakan melaksanakan
cara yang telah cara yang telah
dipelajari saat dipilih jika klien
marah sedang marah
8. Klien Keluarga klien Identifikasi Kemampuan
mendapat dapat: kemampuan keluarga dalam
dukungan - menyebutkan keluarga merawat mengidentfikasi
keluarga cara merawat klien dari sikap apa akan
dalam klien yang yang telah kemungkinan
mengontrol berperilaku dilakukan keluarga keluarga untuk
perilaku kekerasan terhadap klien melakukan
kekerasan -mengungkapkan selama ini penilaian
rasa puas dalam terhadap perilaku
merawat klien kekerasan
Jelaskan peran serta Meningkatkan
keluaarga dalam pengetahuan
merawat klien keluarga tentang
cara merawat
klien sehinga
keluarga terlibat
dalam perawatan
klien
Jelaskan cara-cara Agar keluarga
merawat klien dapat merawat
-Terkait dengan cara klien dengan
mengontrol perilaku perilaku
marah secara kekerasan
konsttruktif
-Sikap tenang,
bicara tenang dan
jelas
-Membantu klien
mengenal penyebab
ia marah
Bantu keluarga Agar keluarga
mendemonstrasikan mengetahui cara
cara merawat klien merawat klien
melalui
demonstrasi yang
dilihat keluarga
secara langsung
Bantu keluarga Mengeksplorasi
mengugkapkan peerasaan
perasaannya setelah keluarga setelah
melakukan melakukan
demonstrasi demonstrasi
9. Klien dapat Klien dapat Jelaskan jenis-jenis Klien dan
meengguna- meenyebutkan obat yang diminum keluarga dapat
kan obat- obat-obatan yang klien pada klien dan mengetahui
obatan yang diminum dan keluarga nama-nama obat
diminum dan kegunaannya yang diminum
kegunaannya (jenis, waktu, dan oleh klien
(jenis, efek)
waktu,dosis, Klien dapat Diskusikan manfaat Klien dan
dan efek) minum obat minum obat dan keluarga dapat
sesuai program kerugian berhenti mengetahui
pengobatan minum obat tanpa kegunaan obat
izin dokter yang dikonsumsi
klien
Jelaskan prinsip Klien dan
benar minum obat keluarga
(baca nama yang mengetahui
tertera pada botol prinsip benar
obat, dosis obat, agar tidak terjadi
waktu dan cara kesalahan dalam
minum) mengonsumsi
obat
Ajarkan klien minta Klien dapat
obat dan minum memiliki
tepat waktu kesadaran
pentingnya
minum obat dan
bersedia minum
obat dengan
kesadaran sendiri
Anjurkan klien Mengetahui efek
melaporkan pada samping sedini
perawat/dokter jika mungkin
merasakan efek sehingga
yang tidak tindakan dapat
menyenangkan dilakukan
sesegera
mungkin untuk
menghindari
komplikasi
Beri pujian jika Reinforcement
klien minum obat positif dapat
dengan benar memotifasi
keluaga dan klien
serta dapat
meningkatkan
harga diri
Contoh Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan dalam benttuk strategi pelaksanaan
Klien Keluarga
SP1P SP1K
Mengidentifikasi penyebab perilaku Mendiskusikan masalah yang dirasakan
kekerasan keluarga dalam merawat klien.
Mengidentfkasi tanda dan gejala perilaku Menjelaskan pengertian perilaku
kekerasan kekerasa, tanda dan gejala perilaku
Mengidentifikasi perilaku kekerasan kekerasan, serta proses terjadinya
yang dilakukan perilaku kekerasan
Mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan
Membantu kien mempraktekkan latihan
cara mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik 1: latihan napas dalam
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP2P SP2K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
klien merawat klien dengan perilaku
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan. Melatih keluarga melakukan
kekerasan dengan cara fisik 2: pukul cara merawat langsung pada klien
kasur dan bantal perilaku kekerasan
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP3P SP3K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
Melatih klien mengontrol perilaku (discharge planning). Menjelaskan
kekerasan dengan cara sosial/verbal follow up klien setelah pulang
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP4P SP4K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
SP5P SP5K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat
Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian
D. Implementasi dan Evaluasi
Nama klien : Diagnosa Medis :
Ruangan : No Cm :
Dx Rencana
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Perilaku SP1P perilaku Melakukan SP1P perilaku S:
kekerasan kekerasan kekerasan: saya mau berbincang 10
Mengidentifikasi menit saja
penyebab perilaku saya mudah marah bila
kekerasan keinginan saya tidak
Mengidentifikasi tanda dipenuhi orang tua saya.
dan gejala perilaku saya langsung teriak-teriak
kekerasan dan membanting barang
Mengidentifikasi akibat apapun disekitar saya
perilaku kekerasan saya menjadi jengkel dan