Vous êtes sur la page 1sur 4

KUALITAS STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN DAN RELEVANSINYA

DALAM PEKERJAAN AUDIT


Disusun Oleh:
Jafar Abdurrahman
NIM. 166020310111018

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Audit

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
Pengendalian Internal
Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan
sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau organisasi tertentu.
Pengendalian internal juga dibuat untuk mencapai dari sebuah tujuan yang ada pada
perusahaan, kefektifan dan efisiensi operasional perusahaan, Pelaporan Keuangan yang
handal, Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan. Terdapat beberapa
kriteria yang menunjukan bila pengendalian intern tersbut efektif, Direksi dan manajemen
mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan, pencapaian tujuan atau target
perusahaan, kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya perusahaan. Kedua
mengenai laporan keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya,
termasuk laporan segmen dan interim. Ketiga, prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan sudah taati dan dipatuhi dengan semestinya

Tujuan Pengendalian Internal


Terdapat beberapa tujuan dari pengendalian internal yaitu strategis, sasaran-sasaran utama
yang mendukung misi entitas, pelaporan keuangan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan, pengendalian operasional, kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-
undangan.

Komponen Pengendalian Internal


kegiatan-kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan seperti pemisahan tugas , proses
otorisasi, dan rekonsiliasi saldo. Pengendalian internal. Dalam ISA 315 terdiri atas lima
komponen, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Lingukngan Pengendalian
Dalam penerapannya lingkungan pengendalian dibagi menjadi dua,entitas besar dan
entitas kecil. Lingkungan pengendalian dapat berfungsi menangani pengelolaan dan
pengawasan dalam entitas. Pengendalian tidak secara langsung mencegah,
mendeteksi, dan mengoreksi salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Relevansinya dalam penggunaan lingkungan pengendalian pada entitas besar sebagai
contoh, jika budaya jujur dan perilaku etis tidak ada dalam entitas itu, auditor harus
sungguh-sungguh mempertimbangkan apakah prosedur auditnya masih dapat
mendeteksi salah saji yang material, ataukah ia harus mundur dari penugasan. dalam
entitas kecil aturan ini dikomunikasikan secara lisan dan mungkin dengan contoh
perilaku atasan atau sikap manajemen ketika menghadapi masalah tertentu.
Relevansinya terhadap pekerjaan audit, lingkungan pengendalian pada entitas kecil
adalah jika tidak ada dokumentasi pendukung tentang komponen lingkungan
pengendalian, auditor menulis memo untuk file. Sebagai contohnya ketika auditor
mendokumentasikan apakah ada komunikasi dan penegasan dalam bentuk tindakan
mengenai perilaku integritas dan perilaku beretika lainnya.
2. Penilaian Resiko
Penilaian risiko yaitu mengidentifikasi dan menganalisa atas resiko yang relevan
terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan bagaimana resiko dinilai
untuk kemudian dikelola. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik
internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain
resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai
dengan level-levelnya.
3. Sistem Informasi
Informasi dan komunikasi digunakan untuk menampung kebutuhan perusahaan dalam
mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada
pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Dalam
perusahaan, sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian intern.
Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat
hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai
keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
4. Kegiatan Pengendalian
kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus
semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan yang meliputi aktivitas
persetujuan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi atas kinerja operasional,
keamanan sumberdaya , pemisahan tugas dan tanggung jawab.
5. Pemantuan
Pengendalian intern harus diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan.
Hal ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di
dalam perusahaan , juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktivitas umum
manajemen dan aktivitas supervise. Pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke
atasan dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak
dan dewan direksi.
Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup Pemeriksaan
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak
berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu
melakukan substantive test. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaaan pada waktu melakukan substantive test bisa
dipersempit.
Bagaimana Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern
Pendokumentasian pehamaman SPI merupakan satu hal yang disyaratkan oleh Standar
Profesional Akuntan Publik. Pendokumentasian bertujuan untuk merencanakan audit. Bentuk
dan lingkup dokumentasi dipengaruhi baik oleh lingkup dan kerumitan suatu usaha, maupun
sifat dari struktur pengendalian internnya.
Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penerapan pengendalian internal perusahaan yang
diantaranya:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Perlakuan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis,
atau dalam melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan
waktu, atau penyebab lainnya;
2. Kemacetan
Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas salah
mengerti dengan instruksi, atau melakukan kesalahan karena kecerobohan,
kebingungan, atau kelelahan.
3. Perseturuan Jahat
Perseturuan Jahatyang dilakukan oleh seorang pegawai dengan pegawai lainnya, atau
dengan pelanggan, atau pemasok, bisa tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian
intern.
4. Pelanggaran oleh manajemen
Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan atau prosedur-prosedur untuk
tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, atau memnuat laporan keuangan
menjadi nampak baik.
5. Biaya dan Manfaat
Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seharusnya tidak melebihi
manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi