Vous êtes sur la page 1sur 19

KONSEP DAN PERILAKU BIAYA

Case Study Delaney Motors

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Manajemen Dan Biaya

Oleh:

Gunawan Hutomo Mandala Putra 1710246057


Hilfa Mora Marito Nasution 1710246058
Raja Reno Setiawan 1710246066
Sessy Wira Wandi 1710246079
Soraya Khairani 1710256080
Welly Saputri Wijaya 1710256084

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
BAB I
KONSEP TEORI

Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat bagi
manajemen dalam mengelola perusahaan atau divisi secara efektif. Oleh karena itu biaya perlu
dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan, sehingga dalam
pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep
Different Cost Different Purposes artinya berbeda biaya berbeda tujuan Biaya
digolongkan atas dasar tujuan penggunaan dari data terebut.Pengertian klasifikasi biaya menurut
Bastian Bustami dan Nurlela (2007) adalah: Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah
suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke
dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang
lebih ringkas dan penting.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klasifikasi biaya
dikelompokkan menurut golongan biaya tertentu yang lebih ringkas, jelas dan terperinci sesuai
dengan elemen-elemen tertentu.
1. TIPE-TIPE PERILAKU BIAYA
Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas perusahaan.
Jika aktivitas naik atau turun, maka biaya tertentu akan naik atau turun juga atau mungkin tetap.
Untuk tujuan perencanaan, manajer harus dapat mengantisipasi situasi yang akan terjadi dan jika
suatu biaya diharapkan akan berubah, maka manajer harus dapat mengestimasi seberapa besar
perubahannya. Untuk membantu tugas manajer tersebut, biaya biasanya dikategorikan sebagai
variabel, tetap, atau semi variabel.
Ada tiga tipe pola perilaku biaya yaitu biaya Variabel, biaya Tetap, dan biaya Semi
Variabel. Ketiga pola perilaku biaya ini ditemukan dalam kebanyakan organisasi. Proporsi relatif
masing-masing tipe biaya tersebut disebut sebagai struktur biaya (cost structur). Sebagai contoh,
sebuah perusahaan mungkin memiliki lebih banyak biaya tetap dari pada biaya variabel dan
biaya semivariabel. Ada juga perusahaan yang biaya variabelnya lebih banyak dari pada
dibandingkan biaya tetap dan biaya semivariabel. Struktur biaya akan sangat mempengaruhi
dalam pembuatan keputusan.
a. Biaya Variabel ( Variable Cost )
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional
terhadap perubahan tingkat aktivitas. Jika tingkat aktivitasnya dilipat duakan, maka total
biaya variabelnya juga akan berlipat dua. Jika aktivitas naik 10% maka total biaya
variabel akan naik sebesar 10% juga. Suatu biaya dikatakan variable karena ada sesuatu
hal yang disebut basis aktivitas. Basis aktivitas (activity base) merupakan ukuran segala
sesuatu yang menyebabkan adanya biaya variabel atau biasa disebut dengan penggerak
biaya atau pemicu biaya (cost driver).
Contoh dari basis aktivitas yang umum yaitu: jam tenaga kerja langsung, jam
mesin, unit yang diproduksi, dan unit yang dijual. Porsi biaya variabel dan tipe biaya
variabel dalam organisasi sangat tergantung pada tujuan dan struktur organisasi.
b. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya Tetap merupakan biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa
terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan aktivitas.
Karena total biaya bersifat konstan, jumlah biaya tetap per-unit akan semakin kecil bila
tingkat aktivitasnya naik. Biaya rata-rata per unit akan turun tetapi dengan tingkat
penurunan yang semakin kecil. Aspek biaya tetap ini dapat membingungkan. Meskipun
demikian tetap penting untuk menyajikan biaya tetap ini dengan basis rata-rata per-unit.
Biaya per unit yang terdiri atas elemen biaya tetap dan biaya variabel disajikan untuk
laporan eksternal. Untuk kepentingan internal, biaya tetap tidak perlu disajikan perunit
karena dapat membingungkan. Berdasarkan pengalaman, untuk kepentingan internal,
untuk mudahnya (dan juga aman) biaya tetap disajikan secara total.
c. Biaya Semivariabel (mixed cost)
Merupakan biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap.
Disebut juga dengan biaya campuran. Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai
berikut :
Biaya semi variabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, akan tetapi sifat-sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi
volume kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendah volume
kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya, tetapi perubahannya tidak
sebanding (not proportional).
Biaya semi variabel per satuan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan
volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkat kegiatan
tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin
rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
Contoh biaya semi variabel misalnya : biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva
tetap, biaya kendaraan, biaya listrik, biaya telpon. Untuk tujuan perencanaan,
pembuatan keputusan, dan pengendalian biaya maka biaya semi variabel harus
dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Pendekatan dan teknik yang dapat
digunakan untuk memisahkan biaya semi variabel.
Untuk dapat mengklasifikasikan biaya sesuai dengan perilakunya maka diperlukan berbagai
pertimbangan atas dasar:
1. Waktu
Menentukan apakah suatu biaya merupakan biaya tetap atau biaya variable
bergantung pada batasan waktu, tetapi batasan ini bersifat subjektif, tergantung dari
prespektif tiap-tiap manajer. Dalam ilmu ekonomi dalam jangka panjang semua biaya
merupakan biaya variabel sedangkan dalam jangka pendek minimal ada satu biaya
tetap.
Contoh : perbedaan perspektif manajemen terhadap biaya tenaga kerja, ada yang
memandang sebagai biaya variabel karena dapat memberhentikan dan mempekerjakan
karyawan sesuai dengan kenaikan atau penurunan output. Tetapi ada juga yang
dipandang sebagai biaya tetap karena adanya kontrak yang membuat pihak manajemen
tidak bias seenaknya memberhentikan karyawan.
2. Sumber daya dan ukuran output
Setiap aktivitas memerlukan sumber daya, sumber daya ini kemudian
digabungkan dan diolah untuk menghasilkan output. Salah satu bentuk untuk mengukur
output adalah frekuensi dilakukannya aktivitas tersebut. Semakin sering frekuensi
melakukan aktivitas, semakin besar pula biayanya.
Istilah lain untuk pengukuran output adalah penggerak. Untuk dapat memahami
perilaku biaya perlu menentukan aktivitas yang dilakukan dan penggerak yang terkait,
yang berfungsi sebagai pengukur kapasitas atau penggerak aktivitas. Penggerak
aktivitas ini dibagi menjadi:
a. Penggerak tingkat produksi (tingkat unit) adalah perubahan dalam biaya ketika unit
yang diproduksi berubah. Contoh: biaya pemakaian bahan baku.
b. Penggerak tingkat non unit adalah perubahan dalam biaya ketika factor-faktor lain
selain unit berubah. Contoh: biaya penyusutan mesin
2. Aktivitas, Penggunaan Sumber Daya, dan Perilaku Biaya
Kapasitas adalah kemampuan actual atau potensial untuk melakukan sesuatu.
Berapa banyaknya kapasitas tergantung pada tingkat kinerja yang diminta. Tingkat yang
efisien atas kinerja aktivitas ini disebut kapasitas praktis (practical capacity). Kadang-
kadang terjadi kelebihan kapasitas. Untuk mengetahui kelebihan kapasitas yang
mempengaruhi perilaku biaya penting untuk mengetahui sumber daya fleksibel dan
sumber daya terikat.
- Sumber daya fleksibel yaitu sumber daya yang dipasok saat digunakan atau
dibutuhkan. Oleh karena itu biaya sumber daya fleksibel merupakan biaya
variable. Contoh : biaya bahan baku
- Sumber daya terikat yaitu sumber daya yang harus ada sebelum dibutuhkan.
Oleh karena itu sumber daya terikat merupakan biaya tetap. Contoh : gedung.
Dalam jangka yang lebih pendek dikenal dengan biaya diskresi, biaya ini
terjadi karena adanya perolehan kapasitas aktivitas jangka pendek. Contoh :
biaya iklan.
Dalam pembahasan perilaku biaya perilaku biaya diasumsikan bahwa biaya
bersifat kontinyu, padahal dalam kenyataannya fungsi biaya tidaklah kontinyu yang
dikenal dengan fungsi biaya bertahap. Biaya bertahap menampilkan tingkat biaya yang
konstan untuk rentang output tertentu dan pada titik tertentu naik ke tingkat biaya yang
lebih tinggi dimana biaya tersebut tidak berubah untuk rentang output yang sama. Lebar
dari tiap tahap menunjukkan rentang output yang mengharuskan diperolehnya sumber
daya tersebut, sedangkan penilaian rentang juga bersifat subjektif. Rentang yang sempit
akan menjadi biaya variabel, sedangkan rentang yang lebar merupakan biaya tetap.

3. Metode-Metode untuk Memisahkan Biaya Campuran ke dalam Komponen-


Komponen Tetap dan Variabel
Carter dan Usry (2005: 61) yang diterjemahkan oleh Krista menjelaskan
mengenai pemisahan terhadap biaya tetap dan biaya variabel memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
Untuk melakukan perhitungan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan
terlehih dahulu dan analisis varians.
Untuk melakukan persiapan anggaran fleksibel dan analisis varians.
Untuk melakukan perhitungan biaya langsung dan analisis varians.
Untuk melakukan analisis titik impas dan analisis biaya volume laba.
Untuk analisis biaya deferensial dan komparatif.
Untuk analisis maksimisasi laba dan minimisasi biaya jangka pendek.
Untuk analisis anggaran modal.
Untuk analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan
pelanggan.
Menurut Mulyadi (2009: 471}, pemisahan biaya tetap dan variabel
memiliki beberapa metode, yaitu:
a. Metode Tinggi Rendah
Metode tinggi rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan suatu
garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan rendah) yang
akan digunakan untuk menghitung parameter pemintas dan kemiringan. Titik tinggi di
definisikan sebagai titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi. Titik rendah di
definisikan sebagai titik dengan tingkat output atau aktivitas terendah.
Persamaan untuk penentuan biaya variabel per unit dan biaya tetap adalah
sebagai berikut:
Biaya variabel per unit = perubahan biaya / perubahan output
Biaya variabel per unit = (biaya tinggi biaya rendah)
(output tinggi output rendah)
Biaya tetap = biaya total titik tinggi (biaya variabel per unit x output tinggi)

Biaya tetap = biaya total titik rendah (biaya variabel per unit x output rendah)
b. Metode Scatterplot
Metode scatterplot adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis dengan
memplot data dalam suatu grafik. Langkah pertama dalam menerapkan metode
scatterplot adalah memplot titik-titik data sehingga hubungan antara biaya penyetelan
dan aktivitas dapat dilihat. Plot ini disebut dengan grafik scatter. Grafik scatter
memungkinkan seseorang untuk secara visual menyesuaikan suatu garis dengan titik-
titik dalam grafik scatter. Dalam melakukan hal ini, garis yang dipilih seharusnya adalah
garis yang paling sesuai dengan titik-titik tersebut. Keunggulan signifikan metode
scatterplot adalah memungkinkan kita untuk melihat data secara visual. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak adanya kriteria objektif untuk memilih garis terbaik.
c. Metode Kuadrat Terkecil
Metode ini menentukan dengan cara matematis atau garis regresi linear
melalui sekelompok titik, sehingga jumlah pengkuadratan deviasi (selisih)
vertikal antara titik-titik dengan garis akan minimum. Metode ini menganggap
bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan
garis lurus dengan persamaan garis regresi yaitu y= a + bx, di mana y
merupakan variabel tidak bebas (dependent variable) yaitu variabel yang
perubahannya ditentukan oleh perubahan pada variabel x yang merupakan
variabel bebas (independent variable).
Kedekatan setiap titik pada garis dapat diukur dengan jarak vertikal titik dari
garis. Jarak vertikal ini adalah perbedaan antara biaya aktual dengan biaya yang
diprediksi oleh garis. Untuk titik 5, biaya yang diprediksi adalah 5*, dan deviasinya
adalah jarak antara titik 5 dan 5* (jarak dari titik ke garis).
Metode kuadrat terkecil pertama-tama mengkuadratkan setiap deviasi dan
kemudian menjumlahkan deviasi yang dikuadratkan tersebut sebagai ukuran kedekatan
keseluruhan. Pengkuadratan deviasi ini menghindari masalah yang disebabkan oleh
bauran angka positif dan negatif. Karena ukuran kedekatan adalah jumlah deviasi
kuadrat titik-titik dari garis, maka semakin kecil ukurannya, semakin baik garisnya.
Garis yang lebih mendekati titik disbanding garis lainnya disebut garis kesesuaian
terbaik, yaitu garis dengan jumlah kuadrat deviasi terkecil.
BAB II
KASUS DELANEY MOTORS

Frank Delaney memiliki dan mengoperasikan Delaney Motors, dealer resmi penjualan
mobil produksi General Motor di Ohio. Kegiatan operasional dealer tersebut terdiri atas
penjualan mobil baru dan mobil bekas, penjualan onderdil mobil, penyewaan mobil, servis
kendaraan dan pengecatan ulang serta perbaikan body kendaraan. Dealer tersebut
menguntungkan dengan pendapatan hampir 5% dari penjualan, tetapi laba yang dilaporkan atas
body shop terlalu rendah bagi Mr. Delaney. Oleh karena itu, dia menugaskan seorang konsultan
untuk meneliti operasional body shop dan membuat rekomendasi.
Sebagai dasar penelitian konsultan tersebut, ia menggunakan data milik Mr. Delaney
beberapa tahun terbaru, dan membuat penyesuaian tertentu, ditunjukkan di Exhibit 1. Berikut
asumsi yang digunakan oleh konsultan tersebut :
1. Sebagian besar biaya semi variabel (semivariable cost) terdiri atas biaya bersama
(commont cost). Contohnya akuntan yang menyiapkan dan mengisi laporan pajak dealer,
pengacara dan pemilik yang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan kegiatan
bisnis perusahaan.
2. Beban telepon dan biaya tetap (fixed costs) dapat dialokasikan ke tiap departemen jika
dokumen-dokumen pendukung tersedia, dikarenakan tidak tersedianya dokumen-
dokumen tersebut, metode alokasi biaya yang lain harus dipertimbangkan.
3. Terdapat sebuah persoalan yang kontroversial melibatkan masalah gaji pemilik, Manajer
body shop menegaskan bahwa biaya gaji pemilik seharusnya tidak dibebankan
kedepartemennya tersebut. Pemilik menempatkan nama dan waktunya di semua aspek
bisnis body shop, sehingga gajinya pun harus dialokasikan sebagaimana mestinya.
Sebagai informasi, data industri menunjukkan bahwa gaji pemilik berdasarkan pada
volume penjualan.
4. Biaya semivariabel dapat dialokasikan kepada tiap departemen dengan berbagai cara,
dengan demikian akan ada penilaian lebih baik atas kinerja manajemen dan departemen.
Dasar penilaian tersebut meliputi unit produksi, jam kerja mesin, biaya bahan baku, dolar
penjualan, biaya tenaga kerja langsung dan jam kerja tenaga kerja langsung. Dikarenakan
departemen memproduksi produk yang beranekaragam (heterogeneous products) yang
membutuhkan bahan baku dan mesin yang berbeda-beda (departemen penjualan mobil
baru dan mobil bekas tidak menggunakan mesin), maka tiga dasar alokasi yaitu unit
produksi, jam operasional mesin, biaya bahan baku, pada dasarnya tidak tepat.
5. Nilai penjualan juga merupakan dasar alokasi biaya yang tidak valid. Contohnya rasio
biaya atas penjualan mobil baru seharga $9.000 melebihi rasio biaya atas body shop
repair sebesar $1.000. Dengan demikian, menimbulkan dasar alokasi yang tidak sama.
6. Alokasi biaya berdasarkan biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) menjadi dasar
alokasi biaya yang valid di perusahaan-perusahaan yang biaya semivariabelnya
berhubungan dengan tenaga kerja (contohnya : operasional yang sebagian besar
dilakukan secara manual) dan tarif per jam diantara dan ditiap departemen adalah
seragam. Namun karena biaya semivariabel dealer tersebut tidak berhubungan dengan
tenaga kerja dan tarif per jam tidak seragam, biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar
alokasi tidak mencerminkan dasar kegiatan perusahaan.
7. Jam Tenaga kerja langsung (direct labor hours) merupakan dasar alokasi biaya yang
dapat diterima. Walaupun beberapa biaya semivariabel tidak beragam secara langsung
berdasarkan jam kerja tenaga kerja langsung, seperti biaya audit dan biaya hukum
(legalfees), berkaitan dengan kepraktisan dan karena metode lainnya jelas-jelas tidak
dapat diterima, pengalokasian biaya semivariabel berdasarkan jam kerja tenaga kerja
langsung tampaknya menjadi alternatif yang paling dapat diterapkan.
8. Laporan keuangan perusahaan mendaftar jumlah pegawai langsung (direct employees)
dan pegawai tidak langsung (indirect employees) disetiap departemen, tetapi gagal untuk
mengungkapkan jumlah jam kerja tiap departemen. Diasumsikan bahwa seluruh pegawai
langsung bekerja kurang lebih dalam jumlah jam kerja yang sama per minggu. Oleh
karena itu, jumlah jam kerja tenaga kerja langsung menjadi dasar alokasi untuk biaya
semivariabel. Biaya tetap dialokasikan berdasarkan rasio meter persegi setiap departemen
terhadap meter persegi keseluruhan perusahaan, disesuaikan dengan weighted factor.

EXHIBIT 1 Analisa untuk profitabilitas toko bagian-bagian mobil:


Line
1. Sales: body shop $306,652
2. Gross profit: body shop 91,107
3. gross profit percentage (line 2 line 1) 29.70%
Analysis of Semivariable Costs
4. Legal and auditing (body shop) 0
5. Owner`s salary (body shop) 0
6. Telephone and telegraph (body shop) 839
7. Total body shop semivarible costs 839
8. Legal and auditing (company) 2,113
9. Owner`s salary (company) 21,600
10. Telephone and telegraph (company) 21,676
11. Total company semivariable costs 45,389
12. Body shop percentage (line 7line 11) 1.85%
13. Body shop employees as percent of total (5/23) 21.70%
14. Revised body shop semivariable costs (line 11*line 13) 9,867
15. Increase in body shop semivariable costs (line 14 line 7) 9,028

Analysis of Fixed Costs


16. Body shop fixed costs, as now allocated 6,106
17. Total company fixed costs 28,815
18. Body shop percentage (line 16 line 17) 21.19%
19. Revised body shop fixed costs (20% of line 17) 5,763
20. Decrease in body shop fixed costs (line 19- line 16) (343)

Summary of Findings
21. Net increase in costs (line 15-line 20) 8,685
22. Unrevised body shop profit 9,009
23. Revised body shop profit (line 22-line 21) (324)
24. Unrevised profit to sales (line 22 line 1) 2.94%
25. Revised profit to sales (line 23 line 1) .1%

Other Dealers
No. 9 No. 6 No. 3
1. Sales, body shop $363,662 $505,025 $681,201
3. Gross profit percent 32.90% 30.00% 30.60%
14. Body shop, semivariable 9,547 13,913 18,177
19. Body shop, fixed 12,767 11,134 12,233
22. Body shop profit, unrevised 4,453 26,338 56,401
23. Body shop profit (loss) -8,190 19,386 36,650
24. Unrevised percent profit to sales 1.22% 5.22% 8.28%
25. Revised percent profit to sales -2.25% 3.84% 5.38%

Ringkasan data terpilih yang diambil dari laporan keuangan ditunjukkan di Exhibit 1 :
1. Biaya semivariabel body shop dan dealer ditunjukkan di baris 7 dan 11, berturut-turut.
Alokasi biaya semivariabel didasarkan pada jam kerja tenaga kerja langsung (direct
labor cost), dengan asumsi bahwa tiap pegawai bekerja dalam jumlah jam kerja yang
sama per minggu. Dibaris 13 jumlah pegawai body shop yang melakukan pekerjaan
tenaga kerja langsung dibagi dengan total jumlah pegawai keseluruhan di dealer.
Berdasarkan metode ini, peningkatan biaya semivariabel, seperti yang terlihat di baris
15, menunjukkan bahwa anda terlalu rendah mengalokasikan overhead untuk manajer
body shop, yang bonusnya termasuk dalam bagian laba departemennya. Sistem
akuntansi biayanya seharusnya diubah agar lebih akurat menggambarkan penggunaan
sumber daya dealer di setiap departemen.
2. Biaya-biaya tetap untuk body shop dan dealer diringkas dibaris 16 dan 17. Hasil bagi
keduanya terlihat di baris 18. Dibaris 19 alokasi biaya tetap yang ditinjau kembali
diperlihatkan. Beberapa dealer General Motors mengalokasikan biaya tetap terhadap
body shop berdasarkan rasio luas meter persegi body shop terhadap luas dealer. Alokasi
ini menjadi dasar yang akurat atas lokasi biaya tetap gedung, tetapi gagal
memperhitungkan berbagai macam mesin, peralatan, furniture, perlengkapan tetap
yang ada dalam keseluruhan dealer.
3. Untuk mengalokasikan biaya tetap tersebut secara lebih tepat, weight sama seperti
yang digunakan oleh Volkswagen, seharusnya digunakan. Dealer Volkswagen
mengalikan squre footage tiap bagian dealer dengan value factor untuk memberi bobot
atas distribusi biaya tetap secara proporsional. Contohnya, bobot atas mobil bekas dan
body shop adalah 2,4 dan 1,0 berturut-turut. Diasumsikan bahwa bobot ini juga
diterapkan terhadap dealer, maka dealer seharusnya mengurangi alokasi body shop
menjadi 20 persen. Baris 19 lalu menunjukkan bahwa 20 persen tersebut mengimbangi
biaya tetap dealer.
4. Baris 21 sampai 25 meringkas temuan-temuan yang ada. Alokasi biaya yang ditinjau
kembali menurunkan laba body shop dari 2,94 persen atas penjualan menjadi 0,30
persen atas penjualan.
Dari data-data tersebut disusun menurut persentasi body shop (baris 25) : dealer no.3
menempati posisi tiga tertinggi, dealer no. 6 berada ditengah, dan dealer no. 9 adalah ketiga dari
bawah. Konsultan tersebut menunjukkan bahwa body shop menghasilkan laba lebih rendah
dibandingkan dengan yang Mr. Delaney perkirakan sebelumnya, dan ia menyarankan Mr.
Delaney untuk mempertimbangkan untuk menjual, menyewakannya kepada pihak lain,
menaikkan harga atau jika permintaan akan body shop dianggap bersifat elastis, maka turunkan
harganya. Konsultan tersebut menunjukkan bahwa penjualan atau penyewaan body shop akan
member Mr. Delaney waktu lebih banyak untuk mengurus departemen lainnya.
Mr. Delaney mempertimbangkan rekomendasi tersebut, tetapi ia tidak yakin profitabilitas
yang seharusnya menjadi pertimbangan utama. Ia merasa bahwa dealer berkewajiban
menyediakan jasa yang berkualitas tinggi untuk para pelanggannya, dan bahwa penyewa
mungkin saja menyediakan jasa berkualitas rendah. Ia tidak yakin bahwa harga dapat dinaikkan
dan meminta konsultan untuk mencari tahu lebih banyak mengenai harga yang ditetapkan oleh
dealer pesaing sebelum membuat keputusan mengenai hal tersebut.
Pembahasan Kasus

Pertanyaan : 1. Berikan komentar atas penyesuaian yang disusun oleh konsultan, seperti
yang ditampilkan pada exhibit 1. Setujukah anda dengan penyesuaian tersebut ?
Jika tidak menurut anda apakah metide yang lebih baik dalam melakukan
penyesuaian berkaitan dengan kasus tersebut ?
Jawab :
Disatu sisi kelompok kami tidak setuju dengan penyesuaian yang dilakukan oleh konsultan
tersebut atas biaya semivariabel. Dasar alokasinya yaitu direct labor hours tidak menjadikan
biaya semivariabel tersebut akurat dikarenakan tidak adanya data lengkap mengenai jumlah jam
kerja tiap departemen, termasuk jam kerja tenaga kerja langsung (direct labor hours). Konsultan
tersebut tidak mempertimbangkan bahwa untuk biaya telepon dan telegraph tiap unit atau tiap
departemen berbeda-beda sehubungan dengan pemakaian telepon dan telegraph tersebut. Selain
itu, tidak adanya dokumen pendukung menjadikan biaya dialokasikan secara tidak tepat.
Kelompok kami juga tidak setuju atas penyesuaian sehubungan dengan gaji pemilik,
kelompok kami berpendapat bahwa gaji pemilik dibebankan sebagian besar kepada body shop
karena pemilik lebih banyak menghabiskan waktunya untuk body shop. Namun alokasi biaya
untuk gaji pemilik juga dibebankan ke segmen atau unit bisnis lainnya karena dalam hal ini
pemilik ikut serta dalam operasional tiap unit bisnis.
Disisi lain, kelompok kami setuju atas penyesuaian tersebut berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut :
a. Berdasarkan uraian kasus, diketahui bahwa biaya semivariabel sebagian besar terdiri
dari biaya bersama (common cost). Biaya bersama adalah biaya yang tidak dapat
ditelusuri yang timbul karena adanya kebutuhan lebih dari satu departemen, contohnya
gaji seorang wakil direktur pemasaran bukanlah biaya bersama yang biasanya dibagi
dengan departemen sumber daya manusia. Tetapi jika departemen pemasaran
memberikan jasanya kebeberapa departemen di perusahaan, maka biaya tersebut
dianggap sebagai biaya bersama yang dibagi dengan beberapa departemen tersebut.
Dalam kasus dijelaskan bahwa terdapat biaya-biaya seperti : biaya yang harus dibayar
atas akuntan yang menyiapkan dan mengisi laporan pajak dealer. Jika tiap departemen
di dealer tersebut memakai jasa atas akuntan tersebut, maka biaya atas akuntan
dianggap sebagai biaya bersama sehingga harus dialokasikan ketiap departemen. Hal
ini sesuai dengan penyesuaian yang dibuat oleh konsultan.
b. Kenaikan biaya semivariabel yang dibebankan ke departemen body shop menunjukkan
adanya overstated atas biaya pada departemen body shop. Hal ini menunjukkan adanya
indikasi manajer departemen melakukan hal tersebut yang berdampak pada bonus
departemen.
c. Penyesuaian fixed cost berdasarkan weighted, rasio luas per departemen dibandingkan
luas perusahaan secara keseluruhan.
Dalam hal ini, ada beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan sebagai metode yang
dapat digunakan untuk membuat penyesuaian dalam kasus tersebut :
a. Fixed cost dapat dibebankan dengan menggunakan penyusutan atas asset yang dimiliki
tiap departemen. Untuk gedung/bangunan, bila bangunan di departemen body shop
menjadi satu bagian dengan bangunan utama perusahaan, dapat menggunakan rasio luas
bangunan per departemen dibandingkan dengan luas bangunan perusahaan secara
keseluruhan. Peralatan mesin, equipment, fixtures, dan furniture dapat diidentifikasi dan
digolongkan penyusutannya. Metode ini akan lebih tepat dalam mengalokasikan fixed
cost. Sistem akuntansi biaya yang lebih baik perlu digunakan untuk hal ini.
b. Pemecahan departemen yang dimiliki menjadi unit-unit yang berdiri sendiri sehingga tiap
departemen memiliki system akuntansi dan pencatatan yang berdiri sendiri. Alokasi biaya
memakai metode masing-masing unit. Tiap departemen akan memberikan laporan
keuangannya kepada pusat untuk dilakukan konsolidasi. Untuk biaya semi variabel yang
merupakan common cost, dapat dialokasikan menjadi biaya kantor pusat.
Kami tidak setuju. Menurut kami sebaiknya perusahaan mengalokasikan biayanya tidak
hanya berdasarkan jam kerja langsung saja. Karena seperti yang dijelaskan oleh konsultan
tersebut, Laporan keuangan perusahaan memaparkan sejumlah karyawan langsung dan tidak
langsung dalam setiap departemen tapi gagal dalam mengungkapkan jumlah jam kerja dari setiap
departemen. Disini jam kerja langsung diasumsikan bahwa seluruh karyawan langsung rata-rata
bekerja dengan jumlah kerja yang sama setiap minggunya.
Perusahaan sebaiknya menggunakan dasar alokasi biaya yang berbeda untuk setiap
aktivitas yang berbeda. Karena tidak semua aktivitas di the body shop hanya terkait dengan
tenaga kerja langsung seperti aktivitas pelayanan, perbaikan dan pengecatan, ada biaya material
yang terkait dengan aktivitas tersebut. Untuk mendapatkan pembebanan biaya yang tepat,
perusahaan sebaiknya menentukan aktivitas dan penggerak untuk masing aktivitas tersebut. Jadi
dalam alokasi biaya perusahaan tidak hanya menggunakan satu tarif aktivitas saja seperti yang
dijelaskan oleh konsultan tersebut. Melainkan menggunakan berbagai macam tarif aktivitas
tergantung aktivitas yang dilakukan. (Akmen mowen hal 174)

Pertanyaan : 2. Asumsikan bahwa Mr. Delaney memutuskan untuk mempertahankan body


shop, dan konsultan melaporkan bahwa memungkinkan untuk menaikkan harga produk,
haruskah Mr. Delaney menaikkan harga? Jika Mr. Delaney menaikkan harga, berapa
seharusya kenaikan harganya menurut anda?

Jawab :
Menurut kelompok kami, jika memungkinkan untuk menaikkan harga produk, Mr.
Delaney seharusnya menaikkan harga sesuai dengan standar industry yang berlaku. Jika ia
berusaha mempertahankan laba dengan harga yang lebih rendah dari harga standar yang
ditetapkan kompetitornya, maka akan merugikan body shop.
Alternatif-alternatif dalam menentukan kenaikan harga :
1. Salah satu metode penentuan harga adalah cost-plus pricing (Hilton, 2009). Metode
tersebut menetapkan bahwa harga jual sama dengan biaya produk (cost) ditambah dengan
mark up. Dalam hal ini perlu ditentukan terlebih dahulu mark up atas harga jual.
Berdasarkan data atas tiga dealer General Motors lainnya di exhibit 1, diketahui bahwa
dealer lainnya yang menghasilkan laba yaitu dealer no. 6 dan dealer no.3 yang memiliki
profit margin sebesar 3,84% dan 5,38%. Dealer no.3 adalah yang memiliki profit margin
tertinggi. Dengan kata lain, diantara ketiga dealer tersebut, Dealer no.3 adalah tepat untuk
dijadikan patokan dalam menaikkan harga.
Asumsikan bahwa profit margin yang ditargetkan adalah setara dengan profit margin
dealer no.3 yaitu sebesar 5,38%. Perhitungannya :
Profit Margin = EBIT
Sales
5,38% = EBIT
$ 306.652
EBIT = $ 16.498
Jadi asumsikan bahwa berdasarkan perhitungan tersebut, target profit Delaney adalah $
16.498.
Mark up percentage atas Delaney = $ 16.498 : ($ 9.867 + $ 5.763)
= $ 16.498 : $ 15.630
= 1.05%
Harga setelah dinaikkan = $ 15.630 + (1.05%*$ 15.630)
= $ 15.630 + $ 164 = $ 15.794
Jadi, kenaikan harga yang seharusnya adalah 2,34% sehingga harga jual menjadi $
15.966.

2. Bila dibandingkan dealer no. 6 dengan dealer Delaney, dealer no. 6 memiliki penjualan
lebih dari 50% lebih besar dibandingkan dealer Delaney, gross profit persentase yang
lebih besar 0,3% dibandingkan Delaney dan dengan biaya semivariabel dan fixed cost
yang lebih tinggi dari dealer Delaney.
Dengan asumsi jumlah pelanggan yang tetap sama dengan yang dipakai pada exhibit 1,
menaikkan harga sekitar 5%-6% akan meningkatkan sales sebesar 5% dimana biaya-
biaya diasumsikan tidak berubah dikarenakan jumlah pelanggan yang sama, maka tingkat
profitabilitas yang diinginkan Delaney sebesar 5% akan dapat dicapai. Kenaikan harga
sebesar 5% menempatkan departemen body shop milik Delaney memiliki harga masih
dibawah pesaingnya di industry.

Pertanyaan : 3. Apa seharusnya tindakan yang diambil Mr. Delaney ?

Jawab :
Dasar pemikiran Mr. Delaney adalah profitabilitas bukan faktor utama dalam
memutuskan apakah akan menjual, menyewakan, atau mempertahankan body shop. Hal-hal
lainnya yang seharusnya menjadi pertimbangan Mr, Delaney adalah berkaitan dengan control,
full service dealership, permintaan pasar, dan hal-hal sejenisnya. Selain itu, tindakan yang harus
diambil Mr. Delaney adalah mengubah sistem akuntansi biaya agar dapat mengalokasikan biaya
secara akurat ke setiap unit bisnis secara tepat. Kelompok kami berpendapat bahwa Mr. Delaney
sebaiknya mempertahankan body shop dengan pertimbangan :
1. Mempertahankan layanan purna jual yang berkualitas
2. Menaikkan harga untuk memperoleh margin sebesar rata-rata perusahaan dealer pada
umumnya, dengan asumsi bahwa permintaan terhadap body shop bersifat elastis.
Kenaikan harga tidak akan berpengaruh besar terhadap daya saing Delaney Motors.
BAB III
PENUTUP

Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan
penggunaan aktivitas. Waktu merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan perilaku
biaya. Ada tiga tipe pola perilaku biaya, Biaya variabel merupakan biaya yang meningkat secara
proporsional dengan peningkatan aktivitas. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jumlah
totalnya ketika penggunaan aktivitas berubah, sedangkan biaya campuran merupakan biaya yang
mempunyai komponen tetap dan variabel.
Model penggunaan sumber daya meningkatkan pemahaman tentang perilaku biaya. Sumber daya
yang diperoleh sebelum penggunaan dikatagorikan sebagai beban terikat, sedangkan sumber daya yang
diperoleh pada saat digunakan dan dibutuhkan disebut sumber daya fleksibel. Dikenal juga biaya diskresi
yang cenderung merupakan biaya tetap. Sumber daya juga dapat diperoleh dalam rentang tertentu, jika
rentang sempit maka merupakan fungsi biaya variabel, sedangakan rentang lebar menunjukkan biaya
tersebut merupakan biaya tetap.
Terdapat tiga metode untuk memisahkan biaya campuran. Metode tinggi rendah bersifat objektif
dan sederhana tetapi tidak merepresentasikan hubungan biaya yang sebenarnya. Metode scatterplot baik
dalam mengidentifikasikan nonlinearitas, adanya outlier dan adanya pergeseran dalam hubungan biaya,
kelemahannya adalah bersifat subjektif. Metode kuadrat terkecil menghasilkan garis yang paling sesuai
dengan titik-titik data sehingga lebih direkomendasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Bustami Bastian.& Nurlela. (2007). Akuntansi Biaya. Yogyakarta; Graha Ilmu


Carter, Wiliam K, Milton Usry, 2005. Akuntansi Biaya Buku 2. Alih Bahasa Oleh Krista. Jakarta
: Salemba Empat
Garison, Ray H.Noreen, Eric W. Brewer, Perer C. 2013, Akuntansi Manajerial, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Hansen, D.R. & Mowen, M.M. 2004. Management Accounting Akuntansi Manajemen Buku 1.
Terjemahan Fitriasari & Kwary. 2004. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Manajemen: Konsep Manfaat, dan Rekayasa. Edisi Ketiga.Jakarta
: Penerbit Salemba Empat.
https://www.researchgate.net/profile/Septian_Kristanto/publication/305730602_AKUNTANSI_
BIAYA/links/579e3e8908ae5d5e1e171519/AKUNTANSI-BIAYA.pdf
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiMlpfgxbXWAh
XMqY8KHXSTBDQQFghAMAU&url=http%3A%2F%2Fmasud.lecture.ub.ac.id%2Ffiles
%2F2015%2F03%2F1-Konsep-
Biaya.pdf&usg=AFQjCNE_mHAdaOBzNhTvQi72Emv88X6tvQ
https://www.scribd.com/document/177325024/Kasus-Delaney-Motors
http://jurnalakuntansikeuangan.com

Vous aimerez peut-être aussi