Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBIMBING:
PENYUSUN:
AKHMAD
LIDIA DEBBY
- 030.11.167
IDENTITAS PASIEN
A. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien datang ke UGD RSUD Budi Asih keluhan sesak napas sejak beberapa
jam sebelum masuk rumah sakit. Sesaknya timbul tiba-tiba saat pasien sedang bekerja
bongkar muat bensin dan sesak terus menerus tidak hilang. Sesak dirasakan pertama
kali. Pusing (-), Nyeri dada (-), batuk (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), dan muntah (-)
disangkal pasien. Buang air besar dan buang air kecil lancar. Sebelum berangkat
bekerja pasien merasa punggung sebelah kiri terasa sakit.
Beberapa jam sebelum masuk UDG RSUD pasien pergi ke RS Tebet terlebih
dahulu, dilakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaaan radiologi dan pasien
mendapatkan pengobatan terlebih dahulu. Namun, Pasien menolak dirawat di RS
tersebut dengan alasan ingin memakai BPJS dan pindah ke RSUD.
4. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang memiliki riwayat Hipertensi, Asma,
Jantung, Paru dan Diabetes mellitus.
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku merokok satu bungkus perhari selama 13 tahun. Dan pasien
memiliki kebiasaan setiap hari berangkat dan pulang kerja dari Bogor menuju
Jakarta menggunakan sepeda motor. Pasien mengaku tidak minum minuman
beralkohol.
a. Umum : BB menurun
b. Kepala : Tidak ada keluhan
c. Muka : Tidak ada keluhan
d. Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+
e. THT : Batuk (+)
f. Leher : Tidak ada keluhan
g. Thoraks : Sesak (+)
h. Abdomen : Tidak ada keluhan
i. Ekstremitas : Tidak ada keluhan
B. PEMERIKSAAN FISIK
21 Maret 2016
: Nadi 75 x/menit
: Pernapasan 24 x/menit
: Suhu 36,8o C
Status Generalis
Kepala : Normosefali
Hidung : Normal, septum deviasi (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)
Mulut : OH bagus, lidah tidak kotor
Leher : Jejas (-), hematoma (-), KGB dan tiroid tidak membesar,
Jantung :
Paru :
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Ekstremitas :
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thorax
Kesan : Efusi pleura sinistra, bronkopnemonia, hilus baik, cor sulit dinilai
2. Laboratorium
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hematokrit 28 35-47%
METABOLISME KARBOHIDRAT
KIMIA KLINIK
ANALISA GAS DARAH
pCO2 23 35 45 mmHg
Saturasi O2 92 95 100 %
3. Foto thorax
4. Laboratorium
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hematokrit 20 35-47%
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 1 2-4%
Limfosit 7 25-40%
Monosit 7 2-8%
Leukosit : meningkat
Morfologi : normal
Trombosti : cukup
Morfologi : normal
-Neutrofilia
Saran : - CRP, LFT, protein total, albumin, ureum + kreatinin, Urine + feses lengkap
6. Laboratorium
HEMATOLOGI
7. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
KIMIA KLINIK
ANALISA GAS DARAH
pCO2 27 35 45 mmHg
Saturasi O2 98 95 100 %
ELEKTROLIT
8. Laboratorium
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hematokrit 30 35-47%
Tn W, usia 30 tahun datang dengan keluhan sesak napas beberapa jam SMRS. Pasien
sering merokok. Tiga bulan sebelumnya pasien mengaku batuk-batuk dan mengeluarkan
lendir serta gumpalan darah. Batuk darah hilang timbul dan tidak diobati (total hingga
sekarang sudah 3x batuk darah). Pasien mengaku punggung sebelah kiri juga dirasakan sakit
tetapi hilang timbul.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum komposmentis, tampak sakit sedang.
TD 110/70, suhu 36,8oC , nadi 75 kali/menit, dan pernapasan meningkat (24x/menit).
Konjungtiva anemis (+/+). Bentuk dada asimetris dan pergerakan dada asimetris saat
inspirasi dan ekspirasi. Pergerakan napas kiri dan kanan asimetris, bagian kiri
tertinggal.Vocal fremitus asimetris kiri dan kanan dada. Sonor pada lapang paru kanan dan
redup pada lapang paru kiri. Suara nafas vesikuler (+/).
Pada hasil gambaran darah tepi didapatkan Anemia normositik normokrom sesuai
dengan penyakit kronis dan neutrofilia .
E. DAFTAR MASALAH
2. Sepsis
3. Asidosis metabolik
4. Anemia
F. ANALISIS MASALAH
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi
normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan visceralis dapat berupa
transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung
cairan sebanyak 10- 20 m.l. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah
tuberkulosis, infeksi paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau
tumpul pada daerah ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di Negara-negara barat,
efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan
pneumonia bakteri, sementara di. Negara-negara yang sedang berkembang, seperti
Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
Efusi pleura ganas merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada
penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara. Efusi
pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita
keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan
pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara
akhirnya akan mengalami efusi pleura.
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma yakni:
menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan
protein, adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan
getah bening sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein, dan
adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul hipoproteinemia.
Diagnosis EPG didasarkan pada sifat keganasan secara klinis, yaitu cairan eksudat
yang serohemoragik/ hemoragik, berulang, masif, tidak respons terhadap antiinfeksi atau
sangat produktif meskipun telah dilakukan torakosentesis untuk mengurangi volume cairan
intrapleura.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam alur diagnosis dan penatalaksanaannya
menuliskan langkah awal yang paling penting untuk diagnosis EPG adalah memastikan
apakah cairan bersifat eksudat dan/atau menemukan tumor primer di paru atau organ lain.
Selain itu disingkirkan juga penyebab lain misalnya pleuritis akibat infeksi bakteri atau
penyakit nonkeganasan lain.2 Alur diagnosis EPG secara skematis dapat dilihat pada
gambar.
DIAGNOSIS EFUSI PLEURA
PUNKSI PLEURA
TRANSUDAT
Gangguan Jantung
Gangguan Ginjal EKSUDAT
Gangguan Metabolisme
Penyakit Sistemik
G. FOLLOW UP KOASS
16 Maret 2016
P Diagnostik
1. Pemeriksaan AGD
Medikamentosa
1. BK III 3x1
2. Ceftriakson 1x2gr
3. Ketorolac K/P
4. Ulsafat 3x1
19 Maret 2016
S Sesak (+), mual (+), demam (+), batuk berdahak berwarna putih, nyeri badan,
ngilu, badan terasa panas dingin, nafsu makan menurun
O KU : Kompos mentis, Tampak Sakit Sedang
TD : 100/80
HR : 80 kali/menit
RR : 28 kali/menit
S : 37.00C
Muka : Tidak tampak kelainan
Mata : CA +/+, SI -/-
Leher : dalam batas normal
Thoraks : S1S1 normal regular, M (-), G (-)
SNV +/ menurun , rh -/-, wh -/-
Abdomen : Supel, NTE (+), BU (+) 3x/menit
Ekstremitas: Akral hangat (+)(+)/(+)(+), deformitas (-), edema (-), CRT <2
detik
P Diagnostik
1. Pemeriksaan AGD
Non medikamentosa
-
Medikamentosa
1. BK III 3x1
2. Ceftriakson 1x2gr
3. Ketorolac K/P
4. Ulsafat 3x1
5. Maltofer 2x1
6. NaCl 0,9% + Lasal 2cc / 8 jam
21 Maret 2016
P Diagnostik
1. Pemeriksaan AGD
Non medikamentosa
-
Medikamentosa
7. BK III 3x1
8. Ceftriakson 1x2gr
9. Ketorolac K/P
10. Ulsafat 3x1
11. Maltofer 2x1
12. NaCl 0,9% + Lasal 2cc / 8 jam