Vous êtes sur la page 1sur 4

Analisis Data dan Pembahasan

Pada semester 2 tahun 2015, dilakukan pengamatan avifauna pada 3 titik lokasi. Lokasi
pertama berada di Gresik, tepatnya 0710'12.40" S 11239'58.90" E. Di lokasi ini ditemukan 40
spesies burung yang berbeda dengan total jumlah keseluruhan spesiesnya 274 ekor. Terlihat pula
spesies-spesies yang dilindungi, seperti Haliastur indus (Elang Bondol) dengan status perlindungan
dalam Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999, serta peraturan
perdagangan internasional menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) pada Appendix II; Halcyon chloris (Cekakak Sungai) dengan status
perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999;
Ardeola speciosa (Blekok Sawah) dengan status perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia
PP No. 7 Tahun 1999; Bubulcus ibis, Egretta garzetta, Egretta intermedia, Chlidonias leucopterus,
Sterna albifrons, Sterna hirundo, Cinnyris jugularis, Rhipidura javanica dengan status perlindungan
dalam Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999; selain itu
terlihat fauna endemik Indonesia yaitu Columba livia, Melopsittacus undulatus, dan Sturnus contra;
sedangkan fauna domestikasi yang terlihat hanya Dicaeum trochileum (Cabai Jawa).

Lokasi pengumpulan data di daerah Gresik merupakan daerah pelabuhan di mana pelabuhan
ini merupakan milik PT. Indonesia Marine Shipyard. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa
sebagian besar wilayah Gresik merupakan daerah pesisir pantai yang datarannya termasuk dataran
rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di atas permukaan air laut. Lokasi pengamatan berada
pada wilayah terbuka yang pada bagian timur menghadap pada pelabuhan sehingga tidak langsung
berhadapan dengan laut lepas, sedangkan pada bagian utara menghadap ke arah Jl. Ibrahim Zahier.
Proses biomonitoring avifauna ini dilaksanakan selama semester II tahun 2015, yaitu sekitar bulan
Januari Juni 2016 di mana pada saat itu masih berada pada musim kemarau.

Lokasi di Gresik dengan dua lokasi lainnya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama terdapat
hutan mangrove (bakau). Jika data dibandingkan dengan dua lokasi berbeda lainnya, yaitu tepatnya
di daerah Sepulu, Madura di mana kedua lokasi pengamatan sama-sama berada pada Taman
Mangrove, jumlah spesies yang teramati lebih banyak di Gresik. Pada lokasi Sepulu 1, bertempat di
Wisata Alam Hutan Mangrove 2 Desa Labuhan dengan letak astronomis 0653'09.20"S
11258'56.30"E. Taman Mangrove 2 ini pada bagian utara langsung berhadapan dengan laut lepas,
sedangkan di bagian tenggara terdapat permukiman penduduk Desa Labuhan. Lokasi kedua di
daerah Sepulu dengan letak astronomis 0653'10.70"S 11259'33.80"E juga merupakan wisata alam
Hutan Mangrove Labuhan, perbedaannya pada daerah ini tidak langsung menghadap ke laut,
melainkan hanya di kelilingi oleh wilayah luas hutan mangrove saja. Daerah Sepulu pertama
ditemukan 24 spesies berbeda dengan total seluruh spesies berjumlah 106 ekor. Terlihat pula
spesies Haliastur indus (Elang Bondol) yang dilindungi dalam Peraturan Republik Indonesia UU No. 5
Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999, serta peraturan perdagangan internasional menurut CITES
(Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pada Appendix
II; Halcyon chloris, Alcedo coerulescens, Egretta garzetta, Chlidonias hybridus, Cinnyris jugularis, dan
Rhipidura javanica yang dilindungi dalam Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP
No. 7 Tahun 1999; serta Dicaeum trochileum (Cabai Jawa) sebagai fauna domestikasi. Pada lokasi
Sepulu 2 ditemukan 27 spesies berbeda dengan total keseluruhan spesiesnya adalah 120 ekor.
Terdapat fauna yang dilindungi oleh Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No.
7 Tahun 1999 yang meliputi Halcyon chloris, Alcedo coerulescens, Egretta garzetta, Sterna albifrons,
Sterna hirundo, Cinnyris jugularis, Rhipidura javanica, dan Numenius phaeopus; terlihat pula fauna
yang dilindungi oleh Peraturan Republik Indonesia PP No. 7 Tahun 1999 yaitu Ardeola speciosa
(Blekok Sawah); selain itu terdapat fauna domestikasi yaitu Dicaeum trochileum (Cabai Jawa).

Salah satu habitat burung adalah hutan bakau (mangrove). Keberadaan hutan bakau dalam
suatu wilayah sangat penting karena memiliki potensi ekologis dan ekonomis. Hutan bakau memiki
peran penting sebagai habitat dari berbagai macam jenis ikan, udang, kerang-kerang, dan lain-lain
karena terdapat banyak sumber nutrien yang penting sebagai sumber makanan bagi banyak spesies
khususnya jenis migratory seperti burung-burung pantai (Paramita dkk., 2015), maka dari itu setelah
dilakukan perhitungan indeks diversitas Shannon-Wiener, didapatkan tingkat keanekaragaman
spesies sedang untuk dua lokasi di daerah Sepulu dan keanekaragaman tinggi di daerah Gresik. Lebih
sedikitnya spesies burung yang dijumpai pada lokasi Sepulu 1 kemungkinan disebabkan karena
seringnya terjadi angin kencang. Faktor tersebut diduga turut berpengaruh dan menyebabkan
burung-burung menyesuaikan kondisi lingkungan dan lebih bergeser ke daerah Sepulu 2 yang
lokasinya relatif lebih jauh dari laut sehingga lebih aman (Widodo, 2013). Famili Apodidae dan
Estrildidae memiliki nilai dominansi relatif yang lebih tinggi dibanding lainnya di stasiun penelitian
Gresik, sedangkan pada stasiun Sepulu 1 yang lebih dominan berasal dari famili Apodidae dan
Pycnonotidae, dan pada stasiun Sepulu 2 spesies yang dominan berasal dari famili Ploceidae dan
Apodidae. Hal ini mungkin disebabkan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan dan
perkembangbiakan kelompok tersebut yang cukup baik daripada kelompok lain (Widodo, 2013).
Keberagaman spesies avifauna yang lebih tinggi terdapat pada daerah Gresik, hal ini membuktikan
bahwa kawasan tersebut menyimpan banyak persediaan makanan bagi hampir semua jenis burung.
Burung-burung di kawasan tersebut juga memanfaatkan keberadaan vegetasi di kawasan tersebut
untuk bersarang dan beristirahat (Paramita dkk., 2015).
Di antara spesies burung-burung yang dijumpai terdapat beberapa spesies yang dapat
dikategorikan memiliki sensitifitas tinggi terhadap perubahan lingkungan. Hal ini khususnya terhadap
11 spesies burung dalam status dilindungi, 3 spesies endemik, dan 1 spesies burung domestikasi
yang ditemukan selama penelitian di daerah Gresik. Kehadiran spesies burung-burung tersebut
memang menunjukkan bahwa daerah Gresik yang terletak di belakang PT. Indonesia Marine
Shipyard dalam kondisi lingkungan yang masih baik. Begitu juga dengan daerah Sepulu 1 dengan 8
spesies burung dalam status dilindungi dan 1 spesies burung domestikasi serta Sepulu 2 dengan 9
spesies burung dalam status dilindungi dan 1 spesies burung domestikasi. Kehadiran burung
pemangsa seperti Haliastur indus (Elang Bondol) pada daerah Gresik dan Sepulu 1 dapat
menunjukkan bahwa secara ekologis kondisi wilayah penelitian yang disurvei termasuk cukup bagus.
Ketersediaan sumber pakan berupa spesies burung-burung kecil yang tercatat dalam populasi cukup
tinggi kemungkinan mampu mendukung kehadiran burung-burung pemangsa tersebut (Widodo,
2013). Menurut Chambers (2008), setidaknya ada 8 hal bahwa burung dinyatakan berperanan
sebagai spesies indikator lingkungan, yaitu: [1].Burung mudah dideteksi dan diobservasi;
[2].Taxonomi burung sudah mudah diidentifikasi di lapangan; [3].Burung tersebar luas dan
menempati habitat dan relung ekologi yang bervariasi; [4].Distribusi, ekologi, biologi dan sejarah
hidup burung diketahui dengan baik dibanding taxa yang lain; [5]. Burung dalam rantai pakan
menempati posisi pada bagian top sehingga lebih sensitif terhadap perubahan adanya kontaminasi
lingkungan; [6].Banyak burung berfungsi sebagai polinator dan penyebar bijian tanaman; [7].Teknik
survei burung lebih simple dan [8].
Penelitian berikutnya dilakukan pada semester 1 tahun 2016 di 3 lokasi yang berbeda namun
masih dalam daerah yang sama dengan penelitian periode pertama. Stasiun penelitian 1 berada di
daerah Gresik dengan letak astronomisnya 0710'10.8"S 11240'05.7"E. Lokasi ini tidak terlalu jauh
dari lokasi penelitian pertama, yaitu area belakang dari PT. Indonesia Marine Shipyard, hanya saja
kali ini pengamatan avifauna berada di atas air bukan di daratan lagi. Di lokasi ini ditemukan 37
spesies avifauna dengan total individu berjumlah 357 ekor. Fauna yang dilindungi dalam Peraturan
Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999 ditemukan pada area ini, antara
lain Halcyon chloris, Alcedo coerulescens, Egretta garzetta, Egretta intermedia, Cinnyris jugularis,
Rhipidura javanica, Chlidonias leucopterus, dan Sterna hirundo; fauna yang dilindungi dalam
Peraturan Republik Indonesia PP No. 7 Tahun 1999 yaitu Ardeola speciosa; dan ditemukan pula
fauna dengan status keterancaman global menurut IUCN (mendekati terancam punah) yaitu
Charadrius javanicus. Spesies burung yang mendominasi di wilayah ini yaitu Passer montanus dari
famili Ploceidae. Setelah dilakukan perhitungan dengan indeks diversitas Shannon-Wiener, pada
stasiun penelitian ini termasuk memiliki tingkat keberagaman spesies yang tinggi dengan nilai 3.019.
Namun, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memiliki nilai diversitas 3.23,
menunjukkan untuk periode semester 1 2016 telah terjadi penurunan di daerah Gresik meskipun
indeks masih menunjukkan tingkat keanekaragaman spesies yang tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh
lokasi pada stasiun penelitian periode 2 yang terletak cukup jauh dari hutan bakau.

Pada lokasi kedua, tepatnya di Sepulu, Madura dibuat dua stasiun penelitian yang berbeda
sama seperti periode sebelumnya, yaitu stasiun Sepulu 1 dan stasiun Sepulu 2. Pada stasiun Sepulu 1
dengan letak astronomisnya 0652'53.00"S 11258'47.52"E yang berada cukup jauh dari Taman
Mangrove 2, yaitu di tengah-tengah laut dangkal, ditemukan 29 spesies berbeda dengan total
individu keseluruhannya adalah 212 ekor. Fauna yang mendominasi adalah spesies Sterna albifrons
dari famili Lariidae. Lokasi ini memiliki tingkat keanekaragaman sedang dengan nilai 2.287. Terdapat
fauna yang dilindungi dalam Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun
1999, antara lain Halcyon chloris, Halcyon cyanoventris, Alcedo coerulescens, Egretta garzetta, Ardea
alba, Egretta intermedia, Sterna bergii, Sterna albifrons, Cinnyris jugularis, Rhipidura javanica, dan
Numenius phaeopus; ada pula fauna yang hanya dilindungi dalam Peraturan Republik Indonesia PP
No. 7 Tahun 1999 saja, yaitu Ardeola speciosa. Berbeda dari stasiun Sepulu 1, di stasiun Sepulu 2
yang memiliki letak astronomis dan gografis yang sama dengan Sepulu 1 ternyata menunjukkan
perbedaan. Stasiun Sepulu 2 teramati memiliki 30 spesies berbeda dengan total keseluruhan
individu 110 ekor. Tingkat keanekaragaman spesiesnya dikatakan sedang dengan nilai 2,985. Terlihat
2 spesies yang dalam status perlindungan oleh Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990
dan PP No. 7 Tahun 1999, serta peraturan perdagangan internasional menurut CITES (Convention on
International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pada Appendix II, yaitu
Haliaeetus leucogaster dan Haliastur indus; terdapat pula spesies yang dilindungi dalam Peraturan
Republik Indonesia UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999, yaitu Alcedo coerulescens,
Halcyon chloris, Egretta garzetta, Sterna albifrons, Cinnyris jugularis, Rhipidura javanica, dan
Numenius phaeopus; serta terdapat fauna yang hanya dilindungi dalam Peraturan Republik
Indonesia PP No. 7 Tahun 1999 saja, yaitu Ardeola speciosa.

Sumber :

Chambers, SA. 2008. Birds as Environmental Indicators Review of Literature. Parks Victoria Technical Series.
No.55. Melbourne : Parks Victor.
Paramita, E. C., Kuntjoro, S., dan Ambarwati, R. 2015. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Burung di
Kawasan Mangrove Center Tuban. LenteraBio, 4(3), 161-167.

Widodo, W. 2013. Kajian Fauna Burung Sebagai Indikator Lingkungan di Hutan Gunung Sawal, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Vous aimerez peut-être aussi