Vous êtes sur la page 1sur 16

PORTOFOLIO

SINUSITIS MAXILLARIS

Disusun oleh:

dr. Putrie Ayu Dwie Jayanti

Pembimbing:

dr. Wakhidah Liliana

DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS KECAMATAN KRAMAT JATI

JAKARTA TIMUR

SEPTEMBER 2017

1
Lembar Pengesahan

Portofolio dengan Judul

SINUSITIS MAXILLARIS

Oleh :

dr. Putrie Ayu Dwie Jayanti

Telah diperiksa dan disetujui keseluruhan isinya sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program internsip.

Jakarta, September 2017

Menyetujui,

Dokter Pendamping

dr. Wakhidah Liliana

2
Nama Peserta: dr. Putrie Ayu Dwie Jayanti

Nama Wahana: Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Topik: Sinusitis Maxillaris

Tanggal (kasus): 20 September 2017

Tanggal presentasi: Pendamping: dr. Wakhidah Liliana

Tempat presentasi: Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Objektif Presentasi:

Kelimuwan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Perempuan, 27 tahun, pilek hilang timbul 1 tahun, sering bersin pagi hari

Tujuan: Pendekatan diagnosis sinusitis dan tatalaksana

Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos

Data pasien: Nama: No Reg:

Nama klinik Telp: Terdaftar sejak:

3
BAB I
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. P
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Cililitan
Tanggal berobat : 20 September 2017

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sering pilek hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Nn. P datang dengan keluhan sering pilek hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Selain
itu ia merasakan sumbatan pada kedua sisi hidungnya yang semakin lama semakin
semakin berat disertai dengan gangguan penciuman. Sering bersin pada waktu pagi dan
terkadang merasakan nyeri disekitar pipi, makin nyeri ketika sedang sujud.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat pernah mimisan disangkal. Alergi terhadap udara dingin

Riwayat Penyakit Keluarga :


Ibu pasien juga sering bersin-bersin pagi hari.

4
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Sakit : Tampak sakit ringan

2. Tanda vital
a. Nadi : 88x/menit
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Pernapasan : 17 x/menit
d. Suhu : 36, 30C

3. Status Generalis
a. Kepala dan Leher
a. Mata : Tidak pucat, tidak ikterik
b. Mulut : Higienitas cukup, gigi geligi baik, karies (-)
c. Telinga : Dalam batas normal
d. Hidung : Cavum nasi lapang, mukosa konka nasalis tampak
hiperemis, terdapat sekret mukopurulen, tidak didapatkan deviasi septum.
Nyeri tekan maxillaris (+)
e. Faring : T2-T2 tenang, faring agak hiperemis (+) post nasal drip (+)
f. Leher : KGB tidak membesar, kaku kuduk (-), JVP+1 cm H20

4. Thorax
a. Inspeksi: Simetris
b. Palpasi : Vocal fremitus simetris dextra/sinistra
c. Perkusi: - Paru sonor
- Batas jantung kiri intercostalis V 1 jari medial midclavicularis
- Kanan: midsternal atas intercostalis III kiri parasternal
- Batas paru hati: intercostalis VI, peranjakan normal
- Batas bawah paru belakang; kiri Th X, kanan 1 jari > tinggi
d. Auskultasi:- Suara napas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/- bronkofoni -/+
egofoni -/+
- Bunyi jantung I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)

5
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), tumor (-): hepar, lien ,
ginjal tidak teraba besar, shifting dullness (-), bising usus normal

5. Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah:

Hasil Nilai Rujukan

Hb 14 g/dl 10.5 14.5

Hematokrit 41 % 32 - 43

Lekosit 15.000 /l 4.000 10.000

Trombosit 200.000 /l 150.000 250.000

LED 15 mm/jam 0-15

Hitung jenis

Basofil - 0-1 %

Eosinofil - 1-3 %

Batang - 2-6 %

Segmen 65 30-60 %

Limfosit 23 20-40 %

Monosit 2-8 %
2

V. RINGKASAN
Nn. P datang dengan keluhan sering pilek hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Selain
itu ia merasakan sumbatan pada kedua sisi hidungnya yang semakin lama semakin
semakin berat disertai dengan gangguan penciuman. Sering bersin pada waktu pagi dan
terkadang merasakan nyeri disekitar pipi dan diatas hidung, makin nyeri ketika sedang
sujud.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum baik. Tanda vital dalam batas
normal. Status generalis didapatkan hidung terdapat mukosa konka nasalis tampak

6
hiperemis, terdapat sekret mukopurulen, nyeri tekan maxillaris (+), dinding faring agak
hiperemis (+) post nasal drip (+)
Pada hasil laboratorium didapatkan leukositosis, eosinofilia dan segmen meningkat.

VI. DIAGNOSIS
Sinusitis Maxillaris

VII. TATALAKSANA
- Efedrin 3x25 mg
- Gliseril Guaiakolat 100 mg 3xII
- Amoxicilin 3x500 mg
- Edukasi: kompres hangat, hidrasi adekuat, jangan merokok, nutrisi cukup,
pencegahan rhinitis berulang dengan menjauhi faktor pencetus.
- Konsul Sp.THT jika tidak ada perbaikan

VIII. PROGNOSIS
o Ad vitam : ad bonam
o Ad functionam : ad bonam
o Ad sanationam : dubia ad malam

7
BAB II
PEMBAHASAN

SINUSITIS
Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal (1) atau radang pada sinus paranasal.
Bila terjadi pada beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai seluruhnya
disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena adalah sinus maksila, kemudian sinus ethmoid,
sinus frontal, dan sinus sphenoid. Hal ini disebabkan karena sinus maksila adalah sinus yang
terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, dasarnya adalah dasar akar gigi sehingga dapat
berasal dari infeksi gigi, dan ostiumnya terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris
yang sempit sehingga sering tersumbat. (1)

PEMBAGIAN SINUSITIS
1. Berdasarkan perjalanan penyakitnya (menurut Adams) (2)
a. Sinusitis akut
Bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu
b. Sinusitis subakut
Bila infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan
c. Sinusitis kronik
Bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun (menurut Cauwenberge, bila sudah
lebih dari 3 bulan)
2. Berdasarkan tipe inflamasinya (3)
a. Sinusitis Infeksi
Biasanya disebabkan oleh infeksi virus yang tidak rumit. Pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi sinus dan infeksi sinus jamur sangat jarang terjadi. Bentuk sinus
subakut sinus kronik biasanya merupakan hasil dari pengobatan yang tidak adekuat dari
infeksi sinus akut.
b. Sinusitis Noninfeksi
Disebabkan oleh iritasi dan kondisi alergi dan mengikuti garis waktu yang sama untuk
sinusitis akut, subakut dan kronik seperti sinusitis infeksi.

8
3. Berdasarkan penyebabnya (1)
a. Sinusitis Dentogen
Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan
periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus maksila, atau melalui pembuluh
darah dan limfe.
b. Sinusitis Jamur
Infeksi jamur pada sinus paranasal, suatu keadaan yang tidak jarang ditemukan. Jenis
jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus paranasal ialah spesies Aspergillus
dan Candida.
Para ahli membagi sinusitis jamur sebagai bentuk invasif dan non-invasif. Sinusitis
jamur invasif terbagi menjadi invasif akut fulminan dan invasif kronik indolen.
4. Berdasarkan tempatnya (4)
a. Sinusitis Maksila
Menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.
b. Sinusitis Ethmoid
Menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi.
Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di
tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
c. Sinusitis Frontal
Menyebabkan sakit kepala di dahi
d. Sinusitis Sphenoid
Menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak
kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan
sakit leher.

FAKTOR PREDESPOSISI (5, 6, 7)


Lokal :
- ISPA akibat virus
- Malnutrisi
- Kelainan imonologik
- Diskinesia (berkurangnya kemampuan untuk bergerak bebas) silia
- Bermacam rinitis, terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil
- Polip hidung
- Kelainan anatomi seperti deviasi hidung, hipertrofi konka
9
- Sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM)
- Infeksi tonsil
- Infeksi gigi
- Kelainan imunologik
- Penyakit fibrosis kistik
- Deformitas rangka

Sistemik :
- Lingkungan dingin, panas, kelembapan, dan kekeringan
- Lingkungan berpolusi
- Kebiasaan merokok
- Alergi obat atau makanan

PATOFISIOLOGI (1)
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearence) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi
antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman
yang masuk bersama udara pernapasan.
Organ-organ yang membentuk KOM (Kompleks Ostio Meatal) letaknya berdekatan
dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak (diskenia) dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga
sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis
non-bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Lalu sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut
sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.

10
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predesposisi), inflamasi berlanjut,
terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi
kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembengkakan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin
diperlukan tindakan operasi.

Polusi bahan kimia

Silia
Gangguan Perubahan Alergi dan defiseinsi
Obstruksi
drainase mukosa imunologik
mekanik
Infeksi kronik

Pengobatan infeksi akut


yang tidak sempurna

KOMPLIKASI
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik. Komplikasi
berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut,
berupa komplikasi orbita atau intra kranial.
1. Kelainan Orbita, disebabkan oleh sinus paranasalis yang berdekatan dengan orbita (mata).
Penyebarannya melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul
adalah :
a) Peradangan/reaksi edema ringan, keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena
lamina papiresea yang memisahkan orbita dan sinus etmoidalis seringkali merekah
pada kelompok umur ini
b) Selulitis Orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah aktif menginvasi isi orbita namun
belum ditemukan pus.
c) Abses Subperiosteal, Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis.
d) Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.
e) Trombosis sinus kavernosus, komplikasi ini akibat dari penyebaran bakteri melalui sal.
Vena ke dalam sinus kavernosus dimana selanjtnya terbentuk suatu tromboflebitis
septik.

11
2. Kelainan Intrakranial
a) Meningitis akut, infeksi menyebar sepanjang sal. Vena atau langsung dari sinus yang
berdekatan, atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara etmoidalis.
b) Abses Dura, kumpulan Pus diantara dura dan tabula interna kranium.
c) Abses Otak, lokasi abses ujung vena yang pecah meluas menembus dura dan arachnoid
hingga ke perbatasan antara substansia alba dan grisea korteks serebri.
3. Komplikasi pada sinusitis kronik
a) Osteomielitis dan abses subperiosteal
b) Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos atau CT scan
Foto polos pada sinusitis akan didapatkan penebalan dinding-dinding sinus (>4 mm), dan
air fluid level.
Foto polos terdiri dari;
- Foto Waters (frontoksipital) untuk evaluasi sinus maxillaris dan frontalis
- Foto Caldwell (posteroanterior) untuk evaluasi sinus etmoidalis
- Foto Lateral untuk evaluasi sinus sfenoidalis
2. Pemeriksaan transiluminasi.
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap
3. Pemeriksaan mikrobiologi
Dengan cara mengambil sekret (mukus) dari meatus medius/ superior. Untuk uji tes
antibiotik yang sesuai.
4. Sinuskopi
Dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksilla melalui meatus inferior
dengan alat endoskopi bisa dilihat kondisi sinus maksilla yang sebenernya, selanjutnya
dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

PENATALAKSANAAN (6)
1. Sinusitis akut

12
Terapi medikamentosa berupa antibiotic (amoksisilin dan ampisilin) alternative bagi yang
alergi terhadap penisilin adalah trimetoprim/ sulfametoksazol. Dekongestan oral atau
topical dapat juga diberikan. Humidifier atau irigasi salin juga dapat efektif untuk membuka
sumbatan saluran sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang
umum adalah Drixoral dan Dimettap. Dekongestan topical yang umum adalah Afrin dan
Otrivin.
Dekongestan topical harus diberikan dengan posisi kepala pasien kebelakang untuk
meningkatkan drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7 sampai
10 hari, maka sinus perlu diirigasi. Pemberian antihistamin pada sinusitis akut purulen tidak
dianjurkan. Bila perlu diberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri : mukolitik untuk
mengencerkan secret, meningkatkan kerja silia dan merangsang pemecahan
fibrin.pemberian steroid intranasal : beklometason, fluinosolid, triamsinolon.
2. Sinusitis subakut
Mula mula diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik yang sesuai dengan
resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga obat-obatan simtomatis. Berupa dekongestan
local (obat tetes hidung) untuk memperlancar drainase, selama 5-10 hari, dapat diberikan
analgetik, antihistamin dan mukolitik. Bila perlu dapat dilakukan diatermi.
Dilakukan dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk
memperbaiki vaskularisasi sinus, jika belum membaik dilakukan pencucian sinus.
Tindakan intranasal lain adalah operasi koreksi sputum, pengangkatan polip dan konkotomi
total atau parsial.
3. Sinusitis kronis
Penatalaksanaan medis sama seperti sinusitis akut. Pembedahan diindikasikan pada
sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas struktural yang menyumbat ostia sinus.
Pembedahan mencakup eksisi atau kauterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum dan
menginsisi serta mendrainase sinus. Perkembangan terakhir adalah Bedah Sinus Endoskopi
Fungsional (BSEF). Sebagian pasien dengan sinusitis kronis parah mendapat kesembuhan
dengan cara pindah ke daerah dengan iklim yang kering.

Berikut daftar golongan dan jenis Dekongestan dan Antibiotik serta cara kerjanya :

13
Dekongestan: menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui alfa-reseptor 1
sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung
Nama obat Cara kerjanya

Oksimetazolin (Afrin) Diterapkan langsung ke selaput lendir, di mana merangsang


reseptor alfa-adrenergik dan menyebabkan vasokonstriksi

Fenilefrin (Neosinefrin) Sebuah postsinaptic kuat alfa-reseptor stimulan dengan efek


kecil pada reseptor beta

Pseudoefedrin (Sudafed) Merangsang vasokonstriksi dengan langsung mengaktifkan


reseptor alpha-adrenergik dari mukosa pernapasan.
Meningkatkan laju jantung dan kontraktilitas dengan
merangsang reseptor beta-adrenergik. Menstimulasi sistem
saraf pusat

Antibiotik : zat yang dihasilkan suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau
dapat membasmi mikroba jenis lain.
Nama obat Cara kerjanya

Trimetoprim dan Menghambat sintesis bakteri dari asam dihidrofolat . Dengan


Sulfametoksazol menghambat enzim reduktase dihidrofolat, produksi asam
(Baktrim, Septra) tetrahidrofolik menurun. Efek ini menghambat pertumbuhan
bakteri.
Amoksilin and Obat kombinasi yang memperluas spektrum antibiotik penisilin
clavulanate (Augmentin) termsuk biasanya bakteri resisten terhadap antibiotik beta-
laktam

Sefaklor Untuk pengelolaan infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme rentan dicampur aerobik-anaerobik. Tepat dosis
dan rute pemberian harus ditentukan oleh kondisi pasien,
beratnya infeksi, dan kerentanan organisme kausatif

Amoksisilin (Amoks, Menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh organisme yang


Polimoks) rentan dan dapat digunakan sebagai profilaksis dalam prosedur
minor.

14
4. Tindakan operatif
Indikasi tindakan operatif berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi
adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan irreversibel, polip eksentesif,
adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
Tindakan operatif diantara lain:
- Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS). Tindakan ini menggunakan
endoskop, fiber optik tipis melalui hidung untuk mendapatkan gambaran visual secara
langsung menuju sinus. Dilengkapi dengan mikroteleskop dan lainnya yang dapat
mengambil jaringan abnormal atau jaringan obstruktif lainnya yang menghalangi aliran
sinus. Tindakan ini minimal invasif, hampir tidak meninggalkan jaringan parut. Kurang
lebih 10 hari setelah prosedur ini, irigasi nasal dibutuhkan untuk mencegah jaringan
mengeras.
Tujuan utama adalah untuk meningkatkan aliran drainase dari sinus, dengan cara
melebarkan aliran fisiologis sinus dari yang mengalami penebalan dan mengalami
sumbatan. Terpenting dari tindakan FESS untuk memudahkan obat-obatan (spray)
setelah sinus terbuka.
- Sinuplasty/ Balloon sinuplasty/ Balloon Dilatation
Sinuplasty mengarah kepada prosedur tindakan. Mempunyai kesamaan dengan balloon
angioplasty, dimana melebarkan pembuluh darah untuk membebaskan sumbatan di
pembuluh darah jantung. Dalam balloon sinuplasty, balon ditempatkan untuk
melebarkan sinus.
- Operasi Caldwell Luc
Pilihan lain adalah tindakan operatif ini, dengan meningkatkan drainase dari sinus
maxillaris melalui gusi atas dekat dengan molar 2.(8)

KESIMPULAN
Pentalaksanaannya untuk sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut adalah dengan cara
pembedahan sinus dan penghilangan faktor predesposisi karena bila tidak dihilangkan akan
timbul lagi di kemudian hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Soeperdi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
2. Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI; 2001.
3. Brook I. Acute Sinusitis Workup. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/232670-workup#showall. Accessed at August
15, 2016.
4. Medicastore. Sinusitis. Available at:
http://medicastore.com/penyakit/55/Sinusitis.html. Accessed at August 15, 2016.
5. Infeksi Saluran Pernapasan. Available at: www.pdfqueen.com/pdf/in/infeksi-saluran-
pernapasan-bawah/. Accessed at August 15, 2016.
6. Sinus Infection (Sinusitis). Available at:
http://www.niaid.nih.gov/topics/sinusitis/Pages/Index.aspx. Accessed at August 15,
2016.
7. Gory, Hina Z. Emedicine. Sinusitis. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/764534-overview. Accessed at August 15,
2016.
8. Unknown. Sinus Surgery. American Academy of Otolaryngology Head and Neck
Surgery. Last updated 2015. Avalaible at: http://www.entnet.org/content/sinus-surgery.
Accessed on August 15th 2016.

16

Vous aimerez peut-être aussi