Jurrallimiah SINERG! (Volume 15 Nomar 1 Oktober 2010)
ISSN: 1410-2931
Studi Kasus Vibrasi Rotor Generator STG 1.0 PLTGU
Muara Karang PLTGU Muara Karang
Mustari Lamma, Agus Sunaryono
Teknik Elekro
Universitas Merou Buana, Jakarta
ABSTRAK
PLTGU Muara Karang merupakan salah satu entitas pembangkit yang berperan sebagai must
run unit yang melayani kelistikan di DKI Jakarta terutama untuk daerah VIP seperti Istana
Negara, Gedung DPRIMPR, dan Bandara Sukarno Hatta,
‘Sejak tahun 2007 STG 1.0 PLTGU Muara Karang tidak bisa dibebani MVAR sesuai dengan
kurva kapabilitasnya karena mengalami permasalahan vibrasi tinggi pada saat arus eksita
dinaikkan dan MVAR dinaikkan.
Berdasarkan simulasi pembebanan berdasarkan referensi dari manufacture dengan metode
pengujian thermal sensitivity, diketahui adanya Kecendemngan bahwa penyebab vibrasi ting!
rotor generator adalah fenomena Thermal Sensitivrty
Untuk menghilangkan fenomena tersebut perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam guna
mencari akar masaieh dan diambil langkah-langkah perbaikannya agar unjuk kerja STG 1.0
handal.
Dengan pengalaman operasi dan pemeliharaan yang telah lalu, diharapkan kedepan kejadian
sejenis dapat diminimalkan.
PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui akar_masalzh penyebab
terjadinya vibrasi rotor generator pada STG
4.0 PLTGU Muara Kareng, untuk
selanjutnya dapat dijadikan —referensi
apabila_menemui kasus yang sejenis
khususnya mesin-mesin pembangkit milik
PT Pembangkitzn Jawa Bali pada
khususnya dan PT PLN (Persero) pada
umumnya,
Latar Belakang Masalah
Kondisi saat ini rotor generator STG 1.0
PLTGU Blok 1 mengalami vibrasi tinggi
untuk pertama kalinya sej2k dioperasikan
secara Komersial_ tahun pada tahun 1994.
Fenomena vibrasi_ tinggi pada rotor
generator STG 1.0 muncul pada saat
generator dibebani “aya reaklif (MVAR)
dengan menaikkan arus eksitasi generator,
berdasarkan data pembacaan di ruang
kontrol terlihat bahwa vibrasi tinggi terletak
pada bearing nomor 6.
Dengan terjadinya vibrasi tinggi pada
bearing nomor 5 tersebut _ berdampak
pada unjuk kerja generator, sehingga
generator tidak mampu dibebani_sesuai
dengan karakteristik design seperti pada
kurva kapabilitasnya (capability curve)
Generator Dan Gejala_ Thermal
Generator adalah’ mesin listrik yang
berfungsi merubah energi mekanik yang
berasal dari turbin sebagai penggerak mula
{prime mover) menjadi energi__listrik.
Generator pada pembangkit listrik yang
terinterkoneksi pada sistem —_jaringan
tegangan tinggi atau ekstra tinggi termasuk
jenis mesin synoron, dengan putaran 1.500
sampai dengan 3.000 putaran per menit,
pada frekuensi 60 hz. Generator beroperasi
pada temperatur tinggi yaitu berkisar pada
266°F-311°F (130°C-155°C) pada belitan
‘stator dan rofor, untuk menjaga agar
temperatur tidak melampaui_batasan
tersebut —dilengkapi dengan sistem
pendingin dengan media udara atau gas
hydrogen. Untuk mensuplai arus medan
pada rotor generator dilengkapi dengan
generator exciter yang dikendalikan oleh
sistem kontrol eksitasi
ar‘Studi Kasus Vibras! Rotor Generator STG 1.0 PLTGU Muare Karang PLTGU Mura Kerang (Mustari Lamma, etal)
‘Gambar 1 Komponen Utama Generator
Generator dapat dioperasikan secara aman
mensuplai energi listrik ke sistem jaringan
transmisi harus berpedoman pada data
desain. Untuk memudahkan operator pada
umumnya setiap generator _dilengkapi
dengan Capability Curve, kurva ini berupa
korelasi batasan operasi_pembebanan
generator berupa daya aktif (MW) dan
reaktif (MVAR), faktor daya (Cos @), dan
tekanan gas H2 tnycrogen) di dalam casing
generator.
Gambar 2 Generator Curve Capabiliy
Vibrasi adalah pergerakan dari rotor
generator atau komponennya yang keluar
dari tik netrainya. Vibrasi_ pada rotor
generator dapat disebabkan antara lain
unbalance, misalignment, thermal
sensitivity, damaged bearing, oil wip,
rubbing, bent overhang, out of jurnal of
collector dan stiffness dissymmetry.
Sensitivitas logam terhadap panes menjadi
hal yang tak dapat diabaikan pada mesin
thermal, termasuk pada rotor generator.
Kejadian vibrasi pada mesin pembangkit
selalu dilihat dari sudut pandang mekanis,
dimana vibrasi selalu dianggap sebagai
8
permasalehan ketidakseimbangan
(unbatance) ai rotor.
Tetapi akhirakhir ini banyak penelitian
yang membuktkan bahwa vibrasi tidak
hanya ditimbulkan oleh _permasalahan
mekanis saja, akan tetapi vibrasi juga bisa
disebabkan oleh permasalahan elektrik.
Termal sensitivitas pada rotor generator
adalah sebuah fenomena yang terjadi pada
sebuah rotor generator yang menyebabkan
Perubehan vibrasi pada rotor generator
seiring dengan perubahan arus medan.
Pada dasamya termal sensitivitas dapat
disebabkan oleh distribusi temperatur yang
tidak sama disekitar permukaan rotor atau
akibat gaya aksial yang terdistribusi tidak
merata pada rotor dikarenakan perbedaan
koofisien termal ekspansi yang besar
antara winding yang terbuat dari tembaga
dan inti rotor yang terbuat dari campuran
baja.
Jika ada ketidak seragaman pada area
seputar winding rotor balk secara mekenik
maupun —elektrik, generator akan
terbebankan secara tidak merata yang
akan menyebabkan rotor bengkok (bowing)
dan menyebabkan perubahan _besaran
vibrasi, Dalam — banyak asus termal
sensitiftas tidak menyebabkan generator
tidak —beroperasi, melainkan hanya
membaiasi operasi_ pada MVAR (arus
eksitasi) yang rendansaja__untuk
‘menghindari peningkatan vibrasi
Dari grafk kurva kapabiltas gambar
haleman berikut terihat ada 3 daerah
operasi. Daerah A-B dibatasi oleh
temperature winding kuriparan medan, B-C
dibatasi oleh temperature winding
kumparan jangkar, dan C-D dibatasi oleh
temperatur core kumparan jangker. Secara
‘umum termal sensitvitas tidak dipengaruhi
pola operasi B-C dan C-D, hal ini Karena
pada kedua kurva pola operasi B-C dan C-
D diatas arus medan tidak besar.
rade Pert Kilora-oLag
See.
Gambar 3 Capability CurveJumal ish SINERGI (Volume 16 Nomor 1 Oktober 2010)
ISSN: 1410-2334
Ada__banyek sebab yang dapat
menimbulkan vibrast tinggi pada rotor
generator, seperti mechanical unbalance,
thermal’ sensitivity, misalignment dan
bearing degradation. Masing masing sebab
diatas dapat dianalisa dengan melihat
spectrum frekuensi yang ditimbutkannya
Secara_umum ada dua jenis termal
sensitivitas yaitu reversible dan irreversible,
keduanya tergantung pada perubahan arus
eksitasi. Tipe reversible mengikuti
perubahan arus eksitasi dimana perubahan
vibrasi_sejain dengan perubahan arus
eksitasi, sedangkan pada tipe ineversible
perubahan arus eksitasi tidak berpengaruh
pada perubahan besaran vibrasi_ yang
ditimbutkannya
eta
Patent hoe
Gambar 4 Irreversible Thermal Sensitivity
Untuk mengetahui apakah generator
mengalami fenemena thermal sensitivity,
dapat dilakukan dengan test thermal
sensitivily seperti pada kurva berikut ini
Lead -ogaars—+Lag
Gambar 5 Kurva test thermal sensitivity
‘Ada beberapa penyebab fenomena thermal
sensitivity diantaranya short tum,
‘unsymmetrical cooling, insulation variation,
wedge fit, distence block _ fitting,
relaining/centering ring movement dan tight
slot
PENGUJIAN THERMAL SENSITIVITY
Untuk memperoleh data primer dilakukan
simulasi pembebanan generator dengan
variasi MW, MVAR, Arus Eksitasi dan
tekanan gas H2 diperoleh data sbb :
Grafik 1 Arus eksitasi terhadap vibrasi
Dari grafk 11 diatas terllhat bahwa
Peningkatan arus eksitasi dirotor generator
dengan cara mengatur tegangan_eksitasi
mengakibatkan —peningkatan vibrasi_ di
bearing 5. Hal ini dikarenakan peningkatan
arus mengakibatkan peningkatan pada
temperature metal dan temperature winding
rotor yang tidak = merata__sehingga
menimbulkan —efek bowing yang
mengakibatkan vibrasi_ pada rotor
generator.
Grafik 2 MW terhadap vibrasi
Dari grafik 2 terlinat bahwa peningkatan
beban (MW) generator tidak mempengaruhi
vibrasi secara significant di bearing 5. Dati
grafik terlihat ketika di ewalawal
Penambahan MW akan menyebabkan
kenaikan vibrasi, akan tetapi di tik tertentu
Penambahan MW justru menurunkan
vibrasi. Hal ini berarti perubahan vibrasi di
rotor generator tidak sebanding dengan
perubahan beban atau bisa dikatakan tidak
ada keitannya vibrasi pada bearing 5
dengan panas yang ditimbulkan pada
‘winding stator akibat Kenaikan beban (MW)
49‘Stud Kesus Vibrasi Rotor Generator STG 1.0 PLTGU Muara Karang PLTGU Muara Karang (Mustari Lamma, etal)
Grafik 3 Tekanan H2 terhadep vibrast
Dari grafik 3 perubahan H2 pressure dan
vibrasi terlinat bahwa penambahan tekenan
hidrogen sangat efektif dalam menurunkan
dan menjaga vibrasi agar tetap berada di
level yang dijinkan. Hal ini sesual dengan
kurva kapabilitas generator yang dibahas di
bab 2 bahwa untuk tekanan hidrogen yang
lebin besar, generator yang sama akan
mempunyal Kemampuan daya yang lebih
tinggi
Grafik 4 MVAR terhadap vibrasi
Dari grafik 4 terlihat bahwa, penirigkatan
vibrasi sejalan dengan peningkatan MVAR.
Jika grafk tersebut_diekstrapolasi, pada
saat Kapasitas MVAR sebesar 30 MVAR,
vibrasi sudah mencapai batas alarm yaitu
125 ym. Kondist itu tercapai pada saat
beban MW sebesar + 93 MW den tekanan
hydrogen mencapai 30 Psi, Melihat data di
alas, Kapasitas MVAR maksimum yang ada
jauh’ di bawah kondisi idealnya, dimana
dalam kondisi ideal, dengan _tekanan
sebesar 30 Psi dan beban sebesar 93 MW,
seharusnya MVAR bisa mencapai sekitar
160. Jedi dari sini terlihat vibrasi rotor
generator yang disebabkan oleh thermal
‘sensitivity membuat penurunan kapasites
maksimum MVAR yang bisa _dihasikan,
dikerenaken jika NVAR dinaikkan lagi,
maka vibrasinya akan melebihi limit yang
Giikan
Grafik § Reversible Thermal Sensitivity
Dari grafk § di atas terlihat ketka arus
eksitasi dinalkkan pelan-pelan, maka
vibrasi juga ikut naik pelan-pelan, akan
tetapi ketka arus eksitasi langsung
diturunkan sampai ke titk awal, vibrasinya
juga ikut turun sampai ke posisi awal
Karena itu vibrasi di rotor generator adalah
tipe reversible thermal sensitive.
PENYEBAB REVERSIBLE THERMAL
SENSITIVITY
Short Tum
Short turn terjadi karena adanya breakdown
pada isolasi diantara turns, Short tum
merupakan faktor utama dari terjadin
thermal sensitivity. Kelayakan dari operasi
generator itu sendiri sangat_bergantung
pada penyebaran dan jumiah dari short
turn. Dalam proses start’stop unit yang
berulang-ulang, gesekan akan lebih sering
terjadi antara belitan dengan belitan atau
belitan dengan forging akibatnya akan
mengikis isotasi antar belitan atau isolasi
belitan dengan forging. Short tums juga
terjadi karena beroperasinya generator ST
1.0 dengan fekanan H2 minimum dalam
Jangka waktu yang sangat lama (12 tahun)
sehingga dapat menurunkankekuatan
isolasi winding.
Menurut Mr Albrights, pada generator yang
mengalami short turns akan membutuhken
anus eksitasi yang lebih tinggi dari
sebelumnya pada beban-beban tertentu.
Dengan hubungan rumus
Ag Ta Ts. Ase aru extasi stot»
Amar east normal , SEdANGKAN Tox sian eaitn
‘kif ncemad Ts = duriah bettan, aki shor|
|