Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan
Kneisl, 1988, hlm. 786), dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri
antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundeen, 1987, hlm. 487). Pada
usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 1987, hlm. 79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk.
Lebih lanjut Stuart dan Sundeen (1987, him. 488), mengidentifikasikan faktor yang
menyebabkan bunuh diri antara lain perceraian, pengangguran, isolasi sosial. Tishler's 1981
(dikutip oleh Leahey dan Wright, 1987, hlm. 81) melalui penelitiannya telah mengidentifikasi
motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51 persen masalah dengan orangtua, tiga
puluh persen dengan lawan jenis, tiga puluh persen masalah sekolah dan enam belas persen
masalah dengan saudara.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres
yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Selain itu, bunuh diri merupakan tindakan
merusak integritas diri atau mengakhiri kehidupan. Situasi gawat pada bunuh did adalah saat ide
bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu,
perawat memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang dapat mencegah terjadinya bunuh diri.
Sekali individu berhasil bunuh diri, maka asuhan keperawatan sudah terlambat dan tidak
diperlukan.
Pada kenyataan, klien yang melakukan tindakan bunuh diri mendapat pertolongan untuk
menyelamatkan hidupnya di unit gawat darurat. Asuhan keperawatan jarang berfokus pada
masalah yang menyebabkan klien melakukan bunuh diri. Diharapkan uraian pada bagian berikut
akan membantu perawat dalam peningkatan kualitas praktek keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan.
2. Tingkah Laku Bunuh Diri
Rentang sehat-sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif sampai respons
maladaptif pada bunuh diri (lihat Gambar 1).
Menghargai diri Berani ambil risiko dalam Merusak diri sendiri secara Bunuh diri
mengembangkan diri tidak langsung
Gambar 1. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 1987, hlm.484).
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor. Respons individu
terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stres yang
dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif dan jika gagal ia berespons
secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri.
Beck, Rawlins, dan Williams (1984, hlm. 499) mengemukakan bahwa individu
berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif (lihat Gambar
2).
Respon adaptif <= = = = = = = = = = = => Respon maladaptive
Harapan Putus Harapan
Yakin Tidak berdaya
Percaya Putus asa
Inspirasi Apatis
Tetap hati Gagal dan kehilangan
Ragu-ragu
Sedih
Depresi
Bunuh diri
Gambar 2. Rentang harapan-putus harapan. (Beck, dkk., 1984, hlm. 499)
Individu putus harapan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya, putus asa, apatis,
kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi, serta yang paling berat adalah bunuh diri.
Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. Individu yang tidak berhasil memecahkan
masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa
bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
Kehilangan, ragu-ragu. Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dart tidak
realistis akan me rasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Demikian pula jika
individu kehilangan sesuatu yang sudah dimiliki misalnya kehilangan pekerjaan dan kesehatan,
perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal, kecewa, rendah diri yang semua dapat
berakhir dengan bunuh diri.
Depresi. Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Banyak teori yang menjelaskan ten- tang depresi, dan semua sepakat
keadaan depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Individu berpikir tentang bunuh diri
pada waktu depresi berat, namun tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya. Biasanya bunuh
diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
Bunuh diri. Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptif yang telah disebutkan
sebelumnya. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
3. Faktor Risiko Tingkah Laku Bunuh Diri
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak pendapat tentang
penyebab atau alasan, termasuk berikut:
a. Kegagalan untuk adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres,
b. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersohal atau
gagal melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
e. Tangisan minta tolong.
Stuart dan Sundeen (1987,hlm. 488), mengemukakan faktor risiko tingkah laku bunuh diri (lihat
Tabel 1).
Tabel 1. Faktor Risiko Tingkah Laku Bunuh Diri
(Stuart dan Sundeen, 1987, hlm: 488)
Tabel 6. (lanjutan)
Intensitas Risiko
Perilaku atau gejala
Rendah Sedang Tinggi
6. Strategi koping Umumnya Sebagian konstruktif Sebagian besar
7. Orang penting/ konstruktif Sedikit atau hanya destruktif
dekat Beberapa satu Tidak ada
8. Pelayanan psikiatri
yang lalu Ya, umumya
9. Pola hidup Tidak, sikap positif memuaskan Bersikap negatif
terhadap pertolongan
10. Pemakai alkohol Stabil Sedang (stabil tak Tidak stabil
dan obat stabil)
11. Percobaan bunuh Tidak sering Sering Terus menerus
diri sebelumnya
12. Disorientasi dan
disorga-nisasi Tidak, atau yang Dari tidak sampai Dari tidak, sampai
13. Bermusuhan tidak fatal dengan cedera yang berbagai cara yang
agak fatal fatal
14. Rencana bunuh diri Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
*)
Sumber : Hatton, Valente, dan Rink 1977, dikutip oleh Shiver, 1986, hlm.472.
Kedua pengkajian yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen (1988, hlm. 496 497) yang
mengkaji 10 faktor dan masing-masing diberi nilai, dan nilai akhir akan menentukan tingkat
potensialitas dari bunuh diri tersebut.
Ketiga pengkajian yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1977, dikutip oleh
Shivers, 1988, him. 475) mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (Suicidal Intertion
Rating Scale), dengan skor 0 4.
b) Perencanaan
Perencanaan meliputi penentuan diagnosis keperawatan, tujuan dan intervensi
keperawatan.
Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan pada keadaan gawat darurat adalah
sebagai berikut :
1) Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresi
2) Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan menangani stres,
perasaan bersalah
3) Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai
pemecahan masalah
4) Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba (di
rumah, komuniti)
5) Isolasi sosial sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun
6) Gangguan konsep diri : perasaan tidak berharga sehubungan dengan kegagalan
(sekolah, hubungan interpersonal)
Tujuan utama asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri pada keadaan darurat
adalah melindungi keselamatan klien atau mencegah terjadinya bunuh diri dan membantu
klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang konstruktif. Secara terinci dapat
dilihat pada aplikasi asuhan keperawatan pada bagian berikut.
d) Evaluasi
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang
tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi
perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat
membantu pencapaian tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat
melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat
mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri.
6. Aplikasi Asuhan Keperawatan Tingkah Laku Bunuh Diri
Berikut ini akan diuraikan proses keperawatan dari diagnosis yang mungkin ditemukan
pada tingkah laku bunuh diri.
a) Diagnosis : potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba
(di rumah, di masyarakat).
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak melukai/membunuh diri
Tujuan jangka pendek :
1) Klien tetap aman dan selamat
2) Klien berperan serta dalam mengontrol perilaku
Intervensi:
1) Temani klien terus-menerus sampai ia dapat dipindahkan ke tempat yang aman
2) Mendapatkan orang yang dapat segera membawa klien ke rumah sakit untuk
pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
3) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, gelas, silet, tali
pinggang)
4) Cek keberadaan klien setiap 10 15 menit dengan observasi yang tidak teratur
5) Dengan lembut jelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi sampai tidak ada
keinginan bunuh diri
6) Yakin bahwa klien menelan obatnya
b) Diagnosis : potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan menangani
stres dan perasaan bersalah.
Tujuan jangka panjang:
Klien dapat mengontrol tingkah laku bunuh diri.
Tujuan jangka pendek
1) Klien terlindungi dari merusak diri sendiri
2) Klien dapat mengungkapkan dan menerima perasaannya
3) Klien dapat mengidentifikasi dan mengembangkan koping yang sehat
Intervensi:
1) Tentukan tingkat intensitas bunuh diri klien:
a. Menggali percobaan bunuh diri sebelumnya
b. Mengidentifikasi ide, pikiran, rencana bunuh diri
2) Lakukan tindakan perlindungan (pencegahan) bunuh diri :
a. Ciptakan lingkungan yang aman
b. Observasi perilaku klien (lihat pedoman observasi Tabel 8)
c. Pertahankan supervisi melekat
3) Terangkan semua tindakan pada klien
4) Lakukan kontrak tentang penanganan bunuh diri dengan klien dan lokasi staf jika
ide, pikiran dan atau rencana bunuh diri muncul
5) Lakukan pendekatan individual (perseorangan) untuk mendorong klien menyadari,
mengungkapkan dan menerima perasaannya
6) Kuatkan koping yang sehat
7) Gali dan kembangkan koping yang baru
8) Diskusikan alternatif pemecahan selain bunuh diri
Menarik diri
Gangguan orientasi
realita
Hiperaktif
c) Diagnosis : potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresi
Tujuan jangka panjang klien dapat :
1) Mengembangkan konsep diri yang lebih realistik dan positif
2) Membina hubungan yang berguna dengan orang yang berarti (keluarga atau
teman)
d) Diagnosis : koping yang efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai
pemecahan masalah.
Tujuan jangka panjang :
Klien menggunakan koping konstruktif dalam pemecahan masalah
Tujuan jangka pendek :
1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2) Klien belajar, pendekatan pemecahan masalah
3) Klien menggunakan koping yang konstruktif
Intervensi:
1) Dengarkan dengan penuh perhatian dan serius pada semua pembicaraan tentang
bunuh diri
2) Jangan bicara di luar bunuh diri
3) Pakai pendekatan pemecahan masalah untuk memecahkan keinginan bunuh diri:
a. Dorong klien meneliti alasan untuk hidup dan untuk mati
b. Dorong klien menguraikan tujuan yang ingin dicapai
c. Mengingatkan bahwa bunuh diri hanya satu dari banyak alternatif
d. Diskusikan kemungkinan akibat dari bunuh diri
e. Diskusikan kemungkinan hasil dari alternatif lain
4) Kuatkan koping klien yang sehat;
a. Bantu klien mengenali koping yang maladaptive
b. Identifikasi alternatif koping yang lain
c. Beri pujian atau pengakuan atas perilaku koping yang sehat
e) Diagnosis : isolasi sosial sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun
Tujuan jangka panjang klien dapat:
Mempertahankan hubungan sosial dengan orang lain
Tujuan jangka pendek klien dapat:
1) Membina hubungan dengan perawat dan klien di bangsal
2) Menerima dukungan dari keluarga dan sistem sosial lain di masyarakat
Intervensi:
1) Memperlihatkan penerimaan, minat dan perhatian
2) Beri kesempatan pada klien untuk kontak dengan orang lain (staf, klien, lain) untuk
waktu yang singkat
3) Kaji respons klien pada hubungan individual dan tingkatkan peran serta dalam
aktivitas kelompok
4) Kaji sistem pendukung yang tersedia
5) Bantu orang yang dekat berkomunikasi dengan klien
6) Tingkatkan hubungan yang sehat dalam keluarga
7) Lakukan rujukan pada sumber di masyarakat
f) Diagnosis : gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan kegagalan.
Tujuan jangka panjang klien dapat:
Menerima dirinya dan mempunyai harga diri
Tujuan jangka pendek klien dapat:
1) Mengungkapkan perasaannya
2) Mengidentifikasi hal positif dari darinya
3) Mendemonstrasikan kemampuannya
Intervensi:
1) Terima klien seadanya
2) Perlihatkan sikap yang memperhatikan
3) Dorong untuk mengungkapkan perasaan
4) Tekankan dan refleksikan hal positif yang dimiliki (pekerjaan, keluarga, hasil yang
dicapai)
5) Dorong untuk melakukan pekerjaan yang disukai dan dapat ia lakukan
6) Beri pujian pada pencapaian dan hindari tindakan perilaku yang negative