Vous êtes sur la page 1sur 20

1

LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS A

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A adalah
hepatitis yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis AVirus. Infeksi virus
hepatitis A dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, diantaranya
adalah hepatitis fulminant, autoimun hepatitis, kolestatik hepatitis, hepatitis
relaps, dan sindroma pasca hepatitis (sindroma kelelahan kronik). Hepatitis
A tidak pernah menyebabkan penyakit hati kronik. Biasanya penyakit ini
disebarkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kotoran
penderita hepatitis A.

1.2 Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini termasuk virus RNA,
serat tunggal, dengan berat molekul 2,25-2,28x106 dalton, simetri ikosahedral,
diameter 27-32 cm dan tidak mempunyai selubung yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase pra ikterik. Mempunyai protein
terminal VPg pada ujung 5nya dan poli (A) pada ujung 3nya. Panjang
genom HAV:7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus dapat diklasifikasikan
dalam family picornavirus dangenus hepatovirus.
Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral
(jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-
45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko
penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna
obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda
dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.

1.3 Tanda dan Gejala


Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan
anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat
kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastrium,

1
2

mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase
ikterus.
Gejala klinis pada umumnya ringan, terutama pada anak-anak bahkan sering
tanpa gejala. Gejala hepatitis A dan hepatitis akut pada umumnya sama
(spiritia, 2005):
1. Kulit dan putih mata menjadi kuning (ikterus)
2. Kelelahan
3. Sakit perut kanan-atas
4. Hilang nafsu makan
5. Berat badan menurun
6. Demam
7. Mual
8. Mencret atau diare
9. Muntah
10. Air seni seperti teh dan/atau kotoran berwarna dempul
11. Sakit sendi
12. Infeksi HAV juga dapat meningkatkan jumlah enzim yang dibuat oleh hati
menjadi berlebihan dalam darah. Sistem kekebalan tubuh membutuhkan
sampai delapan minggu untuk mengeluarkan HAV dari tubuh. Bila timbul
gejala, umumnya dialami dua sampai empat minggu setelah terinfeksi. Gejala
hepatitis A umumnya hanya satu minggu, akan tetapi dapat lebih dari satu
bulan. Kurang lebih 15 persen orang dengan hepatitis A mengalami gejala
dari enam sampai sembilan bulan. Kurang lebih satu dari 100 orang terinfeksi
HAV dapat mengalami infeksi cepat dan parah yang disebut fulminant yang
sangat jarang dan dapat hati dan kematian.

1.4 Patofisiologi
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan, kemudian
masuk ke aliran darah menuju hati (vena porta), lalu menginvasi ke sel
parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang
menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar
dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris
yang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan
merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag,
pembesaran sel kupfer yang akan menekan ductus biliaris sehinnga aliran
bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin ke
3

usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan


ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses
konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan
menyebabkan reflux(aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan
bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklera kadang disertai
rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk
berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui
urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan
dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan
lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup
lama) yang menyebabkan regangan pada lambung sehingga merangsang saraf
simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah
yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual,
muntah dan menurun nya nafsu makan.

Salah satu gejala dari hepatitis adalah ikterik. Ikterik dapat terjadi karena
gangguan dari metabolisme bilirubin. Berikut adalah beberapa penjelasan
patofisiologi mengenai ikterik.
1. Gangguan pada prehepatik
Pada ikterik prehepatik, penyakit dan kondisi tertentu, seperti reaksi
transfuse dananemia sel sabit, menyebabkan hemolysis massif. Sel darah
merah pecah lebih cepat,sebelum hati mengonjugasi bilirubin, sehingga
sejumlah besar bilirubin yang takterkonjugasi masuk ke dalam darah,
menyebabkan peningkatan konversi bilirubin diusus menjadi urobilinogen
yang larut dalam air untuk diekskresikan melalui urin dan feses. (Bilirubin
tak terkonjugasi tidak larut dalam air, sehingga tidak bias diekskresikan
melalui urin).
2. Gangguan pada hepatik
Terjadi akibat ketidakmampuan hati untuk mengonjugasi atau mengekresi
bilirubin, meningkatkan kadar bilirubin terkonjugasi dan tak terkonjugasi
di dalam darah. Hal initerjadi pada beberapa kelainan seperti hepatitis,
sirosis, dan metastasis kanker, dan penggunaan obat yang dimetabolisme di
hati dalam jangka panjang.
4

3. Gangguan pada pasca hepatik


Terjadi pada kelainan biliar dan pancreas, bilirubin terbentuk dengan laju
yang normal, tetapi inflamasi, jaringan parut, tumor, batu empedu
menyumbat aliran empedu kedalam usus. Hal ini menyebabkan akumulasi
bilirubin terkonjugasi di dalam darah. Bilirubin terkonjugasi yang larut
dalam air diekskresikan melalui air. Penimbunan pigmen empedu karena
produksi lebih banyak daripada pengeluaran jaringan menjadi kuning
Ikterus pada kulit, urin, sclera (Price, 2006).

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi,
petanda virologi, biokimiawi dan histologi.
1. Pemeriksaan serologi
Adanya HBsAg dalam serum merupakan pertanda serologis infeksi
hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan
menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap
HBsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses
infeksi.
Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif
virus di dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV
DNA.Namun tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya
replikasi virus, keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV
yang mengalami mutasi (precore atau core mutant).
2. Pemeriksaan virologi
Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus.
3. Pemeriksaan biokimiawi
Salah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan
keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktifitas nekroinflamasi. Oleh karena itu
pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.
Pasien dengan kadar ALT yang meningkat menunjukkan proses
nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Menurut
Price dan Wilson (1995) bahwa kadar normal AST adalah 5-40 unit/ml,
sedangkan kadar normal ALT adalah 5-35 unit/ml.
5

4. Pemeriksaan histologi (biopsi)


Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan
manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah
1-3 cm (ukuran panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik
menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian
biopsi yang sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index
score(JB Suharjo, B Cahyono, 2006).

1.6 Komplikasi
a) Sirosis hepatis
b) Hepatomegali

1.7 Penatalaksanaan
1. Non-Farmakologi
Tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama
yang dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila
gejala sudah mulai berkurang. Pada penderita anak-anak atau orang yang tua
seringkali harus dirawat di rumah sakit untuk dilakukan monitoring yang ketat
terhadap nutrisi dan cairan sehingga tidak sampai terjadi perburukan dari
penyakit (Nusi et al, 2007).

Pengaturan diet yang tepat dapat mempercepat pemulihan fungsi


hati.Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin dapat mempercepat
pemulihan dari sel-sel hati yang mengalami kerusakan seperti Aminoleban
mengandung AARC / BCAA ( Branch Chain Amino Acids) kadar tinggi serta
diperkaya dengan asam amino penting lain seperti arginin, histidin, vitamin,
dan mineral. Nutrisi khusus hati ini akan menjaga kecukupan kebutuhan
protein dan mempertahankan kadar albumin darah tanpa meningkatkan risiko
terjadinya hiperamonia. Dosis Dewasa 500-1000 ml/dosis dengan infus drip
intravena 25-40 tetes/menit
Namun perlu diingat bahwa pemberian protein harus disesuaikan dengan
toleransi tubuh penderita karena bila berlebih dapat menyebabkan kadar
ammonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang sehingga timbullah
berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan suatu pengaturan
6

diet yang tepat untuk penderita hepatitis agar diperoleh pemulihan yang
maksimal.
Tujuan pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan
makanan cukup untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat
kerja hati. Syaratnya adalah sebagai berikut :
1. Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein
disesuaikan dengan keadaan penderita.
2. Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan dan
toleransi pendeita.
3. Cukup vitamin dan mineral.
4. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
5. Mudah dicerna dan tidak merangsang.
6. Bahan makanan yang mengandung gas dihindarkan
Macam - Macam Diet Untuk Penderita Penyakit Hati
a. Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma. Biasanya
diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana
misalnya sari buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya
dihindarkan. Bila terjadi penimbunan cairan atau sulit kencing maka
pemberian cairan maksimum 1 liter perhari. Diet ini sebaiknya diberikan lebih
dari 3 hari.
b. Diet 2
Diberikan bila keadan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai timbul
nafsu makan. Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan
penderita. Asupan protein dibatasi hingga 30 gram perhari, dan lemak
diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
c. Diet 3
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik. Bentuk makanan lunak atau biasa,
tergantung keadaan penderita. Kandungan protein bisa sampai 1 g/kg berat
badan, lemak sedang dalam bentuk yang mudah dicerna.

d. Diet 4
Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima
protein dan tidak menunjukan sirosis aktif. Bentuk makanan lunak atau biasa,
7

tergantung kesanggupan penderita. Kalori, kandungan protein dan hidrat


arang tinggi, lemak, vitamin dan mineral cukup.
2. Farmakologi
Pada pasien yang diidentifikasi sebagai kandidat yang sesuai untuk mendapat
terapi antivirus, tujuan terapi adalah untuk menekan replikasi HBV dan
mencegah progresi penyakit hati. Respon terapi antivirus dapat
diklasifikasikan menjadi biokimia (menormalkan ALT), virologis
(pembersihan DNA HBV), serologis (menghilangkan HBeAg, serokonversi
HBeAg, menghilangkan HBsAg), atau histologis (perbaikan histologihati).
Penting untuk menilai respon virologis tidak saja selama terapi antivirus
namun juga setelah terapi dihentikan, dan menilai apakah muncul resistensi
pada pasien yang melanjutkan terapi untuk jangka panjang.
8

1.8 Pathway
9

II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Sindrom Nefrotik


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
- Biodata
- Alasan dirawat di rumah sakit
- Riwayat kesehatan sebelum
- Riwayat kesehatan sesudah
- Riwayat kesehatan keluaarga
- Data Bio-Psiko-Sosio-Spiritual
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. KU (Keadaan Umum)
1) Kesadaran
2) Bentuk tubuh
3) Postur tubuh
4) Warna kulit
5) Turgor kulit
b. Tanda-Tanda Vital
a.Suhu
b.Nadi
c.Tekanan darah
d.Respirasi
c. Keadaan Fisik (head to toe)
1. Kepala : Bentuk simetris, distribusi rambut merata,
kebersihan rambutdan kulit kepala baik, tidak
ada nyeri saat ditekan.
2. Mata : Posisi mata simetris, konjungtiva pucat,
penglihatan kabur, sklera ikterus.
3. Telinga : Bentuk simetris, pendengaran baik, telinga
tampak bersih, dan tidak ada sekret.
4. Hidung : lubang hidung simetris, tidak terdapat sekret,
tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
5. Mulut dan gigi : keadaan bibir normal, gigi lengkap, tidak
menggunakan gigi palsu.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri
tekan.
10

7. Thorax : Bentuk thorax simetris, respirasi normal (16-


20 kali/menit)
8. Abdomen : Permukaan asimetris, terdapat nyeri tekan dan
bising normal.
9. Ekstremitas : - Atas : keadaan baik, lemah.
- Bawah : keadaan baik, lemah.
10. Genitalia : Tidak dikaji.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
2. Darah Lengkap (DL)
3. Leukopenia
4. Diferensia Darah Lengkap
5. Feses
6. Albumin Serum
7. Gula Darah
8. Anti HAVIgM
9. HbsAG
10. Masa Protrombin
11. Bilirubin serum
12. Biopsi Hati
13. Skan Hati
14. Urinalisa

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan Pembekakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.(00132)

2.2.1 Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang


muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang di gambarkan sebagai kerusakan (internasional
association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi.
11

2.2.2 Batasan Karakteristik


Bukti nyeri dengan mengunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (mis., neonatal infant
pain scale, pain assessment check list for senior with limited
abilitd to comunicate)
Diforesis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
Fokus menyempit (mis., persepsi waktu, proses berpikir, interaksi
dengan orang dengan lingkungan)
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis.,
skala Wong-Baker FACES skala analog visual, skala penilaian
numerik)
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis., McGill Paint Questionnaire, Brief Paint
Infentory)
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis., anggota
keluarga, pemberi asuhan)
Mengekspresikan perilaku (mis., gelisa, merengek, menangis,
waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan pada parameter fisiologis (mis., tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, end/tidal
karbondioksida (C02)
Perubahan sisi untuk menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Purtus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Agen cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma).
Agen cedera fisik (mis., apses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, konsedur bedah, trauma, olaragah berlebihan).
12

Agen cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,


agen mustard).

Diagnosa 2 : Hipertermi berhubungan dengan Invasi agent dalam sirkulasi


darah sekunder terhadap inflamasi hepar.(00007)
2.2.4 Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena
kegagalan termoregulasi.
2.2.5 Batasan Karakteristik
- Apnea
- Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
- Gelisah
- Hipotensi
- Kejang
- Koma
- Kulit kemerahan
- Kulit terasa hangat
- Letargi
- Postur abnormal
- Stupor
- Takikardi
- Takipnea
- Vasodilatasi
2.2.6 Faktor yang Berhubungan
- Agen farmaseutikal
- Aktivitas berlebihan
- Dehidrasi
- Iskemia
- Pakaian yang tidak sesuai
- Peningkatan laju metabolism
- Penurunan persepsi
- Penyakit
- Sepsis
- Suhu lingkungan tinggi
- Trauma
13

Diagnosa 3 : Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Gangguan absorsi dan metabolisme pencernaan
makanan.(00002)

2.2.7 Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolik.

2.2.8 Batasan Karakteristik

- Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
untuk tinggi badan dan rangka tubuh.
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolic, baik kalori
total maupun zat gizi tertentu
- Kehilangan berat baan dengan asupan makanan yang adekuat
- Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari
RDA.
Subjektif:

- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menolak makan
- Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makan
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- Melaporkan kurangnya makanan
- Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan.

Objektif:

- Pembuluh kapiler rapuh


- Diare atau steatore
- Bukti kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi/informasi yang salah
- Kurangnya minat terhadap makanan
- Rongga mulut terluka
- Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mnengunyah
14

2.2.9 Faktor yang Berhubungan

- Ketidak mampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau


menyerap nutrient akibat factor biologis, psikologis atau ekonomi.
- Ketergantungan zat kimia
- Penyakit kronis
- Kesulitan mengunyah atau menelan
- Factor ekonomi
- Intoleransi makanan
- Kebutuhan metabolic tinggi
- Reflek mengisap pada bayi tidak efektif
- Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
- Akses terhadap makanan terbatas
- Hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
- Pengabaian oleh orang tua
- Gangguan psikologis.

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum.(00092).
2.2.10 Definisi : Ketidak cukupan energi secara fisiologis untuk meneruskan
atau menyelesaikan aktivitas yang diminta atau aktifitas
sehari-hari.
2.2.11 Batasan Karakteristik
- Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
- Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
- Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
- Adanya dispneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas
2.2.12 Faktor yang Berhubungan
- Gaya hidup kurang gerak
- Imobilitas
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Tirah baring
15

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan Pembekakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.(00132)

2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :

a.adanya penurunan intensitas nyeri


b. ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
c.tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut
2.3.2 Intervensi :
- Kaji nyeri
Rasional : mengetahui daerah nyeri,kualitas,kapan nyeri
dirasakan,faktor pencetus,berat ringannya nyeri yang dirasakan.
- Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
Rasional : untuk mengajarkan pasien apa bila nyeri timbul
- Berikan analgetik sesuai program
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
- Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Diagnosa 2 :Hipertermi berhubungan dengan Invasi agent dalam sirkulasi


darah sekunder terhadap inflamasi hepar.(00007)
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
2.3.4 Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umumpasien.
b. Anjurkan klien minum 6-8 gelas/hari setiap kenaikan suhu tubuh
1Cdengan menambahkan minum 1 gelas.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuhmeningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yangbanyak/adekuat.
16

c. Libatkan keluarga untuk tindakan kompres hangat


Rasional : pemindahan panas secara konduksi.
d. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
Rasional : dapat membantu menurunkan panas

Diagnosa 3 : Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Gangguan absorsi dan metabolisme pencernaan
makanan.(00002)

2.3.5 Tujuan Kriteria hasil


Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:

1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat

Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian makanan
lewat selang, atau nutrisi
parenteral total
Asupan cairan oral atau IV

Mempertahankan berat badan ataubertambah.


Menjelaskan komponen gizi adekuat
Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
Menoleransi diet yang dianjurkan
Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
Melaporkan tingkat energy yang adekuat

2.3.6 Intervensi dan Rasional


Kaji intake pasien.
R : Sebagai informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data
Tingkatkan intake makan melalui :
17

Kurangi gangguan dari luar


Jaga privasi px
Sajikan makanan dalam kondisi hangat
R : Cara khusus tingkatakan nafsu makan
Selingi makan dengan minum
R : Memudahkan makanan masuk
Jaga kebersihan mulut pasien
R : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
Berikan makan sedikit tapi sering
R : Meningkatkan intake makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
R : Memberikan asupan diet yang tepat.

2.3.7 Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam
pasien tidak mengalami injury.
Kriteria Hasil:
Pasien mampu mengidentifikasikan faktor-faktor resiko dan
kekuatan individu yang mempengaruhi toleransi terhadap aktivitas
Berpartisipasi dalam progam rehabilitasi untuk meningkatkan
kemampuan untuk beraktivitas
Mampu memilih beberapa alternatif untuk mempertahankan tingkat
aktivitas

2.3.8 Intervensi dan Rasional


Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan gerak
R/ sebagai dasar untuk memberikan alternativ dan latian gerak yang
sesuai dengan kemampuannya
Rencanakan tentang pemberian progam latihan sesuai kemampuan
pasien
R/ latihan pergerakan dapat meningkatkan otot dan stimulasi
sirkulasi darah
Berikan diet tinggi kalsium
R/ membantu mengganti kalsium yang hilang
18

Ajarkan klien tentang bagaimana melakukan aktivitas sehari-hari


R/ untuk meningkatkan pergerakan dan melakukan pergerakan
yang aman
Libatkan keluarga untuk melatih mobilitas pasien
R/ untuk mendukung pasien
Konsultasikan dengan ahli teapi fisik
R/ bermanfaat dalam mengembangkan progam latihan individual
dan mengidentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme
otot, meningkatkan fungsi motorik, mencegah / menurunkan atrofi
dan kontraktur pada sistem muscular.

Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan diare,gangguan
proses pembekuan ditandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnosa aktual.

Tujuan : Volume cairan meningkat dengan kriteria hasil mual, muntah dan
diare tidak ada.

Intervensi :
a. Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan berat badan harian.
Rasional : Memberakan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek
terapi.
b. Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa.
Rasional : Indikator volume sirkulasi / perkusi.
c. Periksa asites atau pembentukan odem.
Rasional : Menurunkan kemungkinan pendarahan ke dalam jaringan.
d. Biarkan pasien menggunakan lap katun / spon dan pembersih
mulutbuntuk sikat gigi.
Rasional : Menghindari trauma dan pendarahan gusi.
e. Observasi tanda perdarahan, contoh : hematuria / melena ekimosis,
pendarahan terus menerus dari gusi.
Rasional : Menghindari trauma dan pendarahan gisi.
19

f. Kolaborasi dengan dokter, awasi nilai laboratorium, contoh : Hb / Ht,Na


albumin dan waktu pembekuan..
Rasional : Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium /
kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan odem.
g. Kolaborasi dengan dokter. Berikan cairan IV ( biasanya glukosa )
,elektrolit, protein hidrolisat.
Rasional : Memberikan cairan dan panggantian elektrolit.

Implementasi :
a. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran, bandingkan dengan berat badan
harian.
b. Mengkaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa.
c. Memeriksa adanya asietas atau pembentukan odem.
d. Membiarkan pasien menggunakan lap katunispon dan pembersih mulut
untuk sikat gigi.
e. Mengobservasi tanda-tanda perdarahan, contoh : hematuria dan melena,
ekimosis, pendarahan terus menerus.
f. kolaborasi dengan dokter.Mengawasi nilai laboratorium contoh : Hb /
Ht,Na albumin dan waktu pembekuan.
g. Kolaborasi dengandokter. Memberikan cairan IV biasanya glucosa,
elektrolit, protein hidrolisat.

Evaluasi :
a. Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor
kulit baik, pengisian kapiler.
b. Haluaran individu sesuai.
20

Pelaihari, April 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(........) (.....)

Vous aimerez peut-être aussi