Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia yang lahir di dunia ini, pasti membawa naluri yang mirip
dengan hewan, letak perbedaannya karena naluri manusia disertai dengan akal.
Sedangkan naluri hewan tidak demikian halnya. Oleh karena itu naluri
manusia dapat menentukan tujuan yang dikehendakinya. Segala sesuatu itu
dinilai baik atau buruknya, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara (al-
Quran dan Sunnah) hati nurani atau fitrah dalam bahasa al Quran memang
dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia di ciptakan oleh Allah
Swt memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaannya (QS. Ar-Rum: 30-30).
Hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt. Namun fitrah manusia tidak selalu
terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar misalnya
pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga pergaulan. Masyarakat
yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal fikiran sudah di kotori oleh sikap
dan perilaku yang tidak terpuji. Namun bukan Cuma perilaku yang harus
diperbaiki asupan dalam tubuhpun harus dijaga agar tetap halal. Karena itulah
diperlukan adanya suatu jaminan dan kepastian akan kehalalan produk pangan
yang dikonsumsi umat Islam.
Segala perbuatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari konsep
akhlak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup akhlak sangat
luas. Kata akhlak memiliki kemiripan makna dengan etika, moral, dan budi
pekerti, sehingga makna akhlak sering disamakan dengan etika, moral, dan
budi pekerti.
Ruang lingkup akhlak dalam pandangan syariat Islam sangat luas. Akhlak
tidak hanya membahas masalah etika pergaulan dan sopan santun saja, tetapi
meliputi pola pikir, selera, pandangan, sikap, perilaku, kecenderungan, dan
keinginan yang ada pada seseorang.

1
Dalam Islam, akhlak mempunyai ruang lingkup yang lebih luas. Selain
terkait dengan muamalah, akhlak dalam Islam juga meliputi masalah ibadah,
sosial, hukum, dan lain-lain. Salah satu contohnya, yaitu akhlak terhadap
Allah swt dan Rosul. Misalnya, adanya kewajiban menjalankan rukun Islam
dan rukun iman. Ketika sudah melaksanakan syahadat, salat, dan puasa,
berarti kita dikatakan berakhlak terhadap Allah swt

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akhlak kepada Allah SWT dan Rosul ?
2. Bagaimana Akhlak kepada Allah : Taqwa, Cinta dan Ridha, Ikhlas, Khauf
dan Raja, Tawakal, Syukur Muqarabbah dan Taubat ?
3. Bagaimana akhlak kepada Rosul ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian akhlak kepada Allah SWT dan Rosul ?
2. Mengetahui Akhlak kepada Allah : Taqwa, Cinta dan Ridha, Ikhlas, Khauf
dan Raja, Tawakal, Syukur Muqarabbah dan Taubat ?
3. Mengetahui akhlak kepada Rosul ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKHLAK KEPADA ALLAH SWT


1. PENGERTIAN
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,
kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri
perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut dalam latar belakang tadi.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah SWT.
a. Pertama, karena Allah SWT lah yang menciptakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung
dan tulang rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam
surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut :

b. Kedua, karena Allah SWT lah yang telah member perlengkapan


panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati
sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada
manusia. Firman Allah SWT dalam syrat An-Nahl ayat 78 :

3
c. Ketiga, karena Allah SWT lah yang menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-
Jasiyah ayat 12-13 :

d. Keempat, Allah SWT lah yang memuliakan manusia dengan


diberikannya kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT
dalam surat Al-Israa ayat 70 :

4
2. MACAM-MACAM AHKLAK KEPADA ALLAH SWT
1. Taat Terhadap Perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika
kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah
Nya., padahal Allah SWT lah yang telah memberikan segala-galanya
pada dirinya. Allah SWT berfirman dala Al-Quran surat An-Nisa ayat
65 :
Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum
mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada
rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Kendati demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi


keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan,
maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam
Sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas
dengan bersabda :

5
Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya
(keinginannya) mengikuti apa yang telah dating dariku (Al-Quran dan
Sunnah). (HR. Abi Ashim Al-Syaibani)

2. Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat
Al-Mulk ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di
muka bumi utuk mecari rizki dengan berdagang, bertani dan lain
sebagainya. Sahl At-Tusturi mengatakan, Barang siapa mencela usaha
(meninggalkan sebab) maka dia telah melncela sunatullah (ketetentuan
yang Allah SWT ciptakan). Barang siapa mencela tawakal (tidak mau
bersandar pada Allah SWT) maka dia telah meninggalkan keimanan.

3. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas Amnanah Yang Di Embankan


Padanya
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah
SWT, adalah memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang
diberikan padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan ini-pun
merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin
senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT berikan padanya, maka
itu meruakan amanah yang kelak akan diminta pertanggung jawaban
dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda.

Dari Umar R.A, Rasulullah SAW bersabda :


Setia kalian adalah peminpin, dan setiap kalian bertanggung jawab
terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang Amir (presiden/imam/ketua)
atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas
apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia
bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian

6
adalah pemimpin, dan bertanggujng jawab atas aa yang dipimpinnya.
(HR. Muslim).

4. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT


Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap
Allah SWT, adala ridla terhadap segala ketentuan yang telah Allah
SWT berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh
keluarga yang berada maupun keluarga yang kurang mampu, bentuk
fisik yang Allah SWT berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena
pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin terhadap
apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan,
atau berupa keburukan. Rasulullah SAW bersabda :
Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan
kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan
hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar,
karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.
(HR. Bukhari).

Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau


pendangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi,
sesuatu yang kita anggap baik, justru buruk, sementara sesuatu yang
dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.

5. Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya


Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari
sifat lalai dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia.
Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang
terjerumus kedalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan kepada
Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-
Quran Allah SWT berfirman :

7
Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat
mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.

6. Obsesinya Adalah Keridloan Illahi


Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan
memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktifitasnya, hanya kepada
Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktifitas untuk mencari
keridloan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang,
untuk mencapai keridloan Allah SWT tersebut, terpaksa harus
mendapatkan ketidaksukaan dari para manusia lainnya. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita :
Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan adanya
kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridloan manusia
juga. Dan barang siapa mencari keridloan manusia dengnan cara
kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada
manusia. (HR. Tirmidzi Al-Qodloi dan Ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang
terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki
kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya tentulah hanya keridloan
manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah menyukai tindakannya
atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

7. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya


Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim
terhadap Allah SWT adalah merealisasikan ibadah kepada Allah SWT.
Baik ibadah yang bersifat mahdloh, ataupun ibadah yang ghairu
mahdloh. Karena, pada hakekatnya seluruh aktivitas sehari-hari adalah
ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :

8
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.
Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan
lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim
terhadap Allah SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup
mahdloh saja, seperti puasa, shalat, haji dan lain sebagainya.
Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini
adalah beraktifitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak
hukum Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi
pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat islam pada
khhususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

8. Banyak Membaca Al-Quran


Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang
muslim terhadap Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca
dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman Nya.
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mecintai Allah
SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut asma Nya dan juga
senantiasa akan membaca firman-firman Nya. Apalagi manakala kita
mengetahui keutamaan membaca Al-Quran yang demikian besarnya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada kita :
Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran itu dapat
memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya. (HR.
Muslim)
Adapun bagi mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam
membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga
dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-
bata dalam membaca Al-Quran tersebut, maka Allah SWT pun akan
memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain
Rasulullah SAW bersabda :

9
Orang (mumin) yang membaca Al-Quran dan ia lancar dalam
membacanya, maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci.
Adapun orang mumin yang membaca Al-Quran sedang ia terbata-
bata membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia
akan mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR. Bukhori Muslim).

B. AKHLAK KEPADA ROSULULLAH SAW


1. PENGERTIAN
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di
haruskan untuk berakhlak kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah kita
banyak mendapatkan warisan yang bisa kita warikan lagi turun-menurun
ke anak cucu kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua warisan yang
berharga, yakni Al-Quran dan As-Sunnah. Orang yang berpegang teguh
pada keduanya dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Saat ini, tidak
sedikit orang yang melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau. Tidak
hanya itu, mereka kemudian malah beralih pada tradisi dan adat istiadat
yang justru tidak sesuai dengan syariat.

2. MACAM-MACAM AKHLAK KEPADA ROSULULLAH SAW


a. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang
menerangkan bahwa, kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk
menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan. Barangsiapa
yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian
diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti
pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi
pahala mereka sedikit pun. (HR Ibnu Majah)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi :
Barang siapa menghidupkan salah satu sunnahku yang telah
dimatikan, sesudahku (sesudah aku meninggal dunia), maka bagi orang

10
tersebut pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya, tanpa
dikurangi sedikit pun dari pahala mereka. (HR. At-Tirmidzi).

b. Taat
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg beriman dengan seruan
Hai orang-orang yg beriman sebagai suatu pemuliaan bagi mereka
karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi
larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap
menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan
kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -
Nya serta larangan-larangan -Nya.
Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri apabila dalam
memerintah mereka menyeru kepada yg maruf dan mencegah yg
munkar. Akan tetapi jika mereka menyuruh kepada hal-hal yg dapat
melalaikan kewajiban untuk taat kepada Allah SWT atau bahkan
menyuruh perbuatan yang melanggar aturan Allah SWT maka tiap kita
kaum muslimin tidak boleh menaatinya. Rasulullah SAW telah
bersabda yg artinya Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yg
maruf dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam maksiat
terhadap sang Khaliq.
Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum muslimin atau
antara mereka dengan Ulil Amri atau sesama Ulil Amri maka wajib
baginya mengembalikan persoalan itu kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya yaitu dgn merujuk kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Jika benar-benar beriman seseorang hanya akan kembali kepada
kitabullah dan unnah Rasul-Nya dalam menyelesaikan segala perkara
dan tidak akan berhukum kepada selain keduanya. Jika tidak maka
iman seseorang dapat diragukan dari ketulusannya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia
akan taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar
bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik

11
yang nampak maupun yang tersembunyi. Iman kepada hari akhir akan
membuat seseorang berpikir akan akibat segala perbuatannya yg
dilakukannya di dunia. Pada hari akhir seluruh amal anak Adam akan
dibalas, jika baik maka baik pula balasannya, namun jika buruk maka
buruk pula balasannya. Boleh jadi seseorang dapat menghindari
hukuman di dunia namun tidak akan dapat seseorang menghindar dari
hukuman akhirat.
Dalam hal taat dan mengembalikan segala perselisihan kepada
Allah dan Rasul-Nya terdapat kebaikan bagi orang-orang mukmin baik
di dunia maupun di akhirat. Akibatnya lebih baik bagi mereka dari pada
bermaksiat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya atau kembali kepada
selain-Nya.

c. Membaca Shalawat dan Salam


Selawat atau Shalawat (bahasa Arab: )adalah bentuk jamak
dari kata salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah SWT.
Membaca shalawat untuk Nabi SAW, memiliki maksud mendoakan
atau memohonkan berkah kepada Allah SWT untuk Nabi SAW dengan
ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (Nabi SAW)
sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik
dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat
seorang muslim membaca selawat untuk Nabi SAW, dimaksudkan
mendoakan beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan
selalu mendapatkan keselamatan.
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap
hormat kepada Nabi SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi
SAW hendaknya disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada
beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau.
Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa
apabila seseorang membaca shalawat tidak disertai dengan niat dan

12
perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka timbangannya tidak lebih
berat ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : Sesungguhnya
sahnya amal itu tergantung niatnya.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada
selembar sayap, yaitu :
1. Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal
orang yang hatinya tidak sadar.
3. Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai
dengan niat dan rasa hormat.

Nabi SAW bersabda : Dan kalau kamu membaca shalawat, maka


bacalah dengan penuh penghormatan untuk ku.
Membaca shalawat untuk mencintai dan memuliakan Nabi SAW. Siti
Aisyah ra. berkata : Barangsiapa cinta kepada Allah SWT, maka dia
banyak menyebutnya dan buahnya ialah Allah SWT akan mengingat
dia, juga memberi rahmat dan ampunan kepadanya, serta
memasukannya ke surga bersama para Nabi dan para Wali. Dan Allah
SWT memberi kehormatan pula kepadanya dengan melihat keindahan-
Nya. Dan barang siapa cinta kepada Nabi SAW maka hendaklah ia
banyak membaca shalawat untuk Nabi SAW dan buahnya ialah ia akan
mendapat syafaat dan akan bersama beliau di surga.

Selanjutnya Nabi SAW bersabda : Barang siapa membaca selawat


untukku karena memuliakanku, maka Allah SWT menciptakan dari
kalimat (shalawat) itu satu malaikat yang mempunyai dua sayap, yang
satu di timur dan satunya lagi di barat. Sedangkan kedua kakinya di
bawah bumi sedangkan lehernya memanjang sampai ke Arasy. Allah
SWT berfirman kepadanya : Bacalah selawat untuk hamba-Ku,
sebagaimana dia telah membaca selawat untuk Nabi-Ku. Maka
Malaikat pun membaca selawat untuknya sampai hari kiamat.

13
d. Mencintai Keluarga Nabi SAW
Rasulullah SAW bersabda, Wahai manusia sesungguhnya aku
tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah
Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati (Keturunan)
Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya,
maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku di
telaga al-Haudh. (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz. 2, Tirmidzi,
Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam
kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).
Marilah kita letakkan segala bentuk fanatisme yang ada di pundak kita
selama ini. Tidak dipungkiri lagi bahwa keluarga Nabi SAW yang
terkenal dengan sebutan Ahlulbait adalah manusia-manusia yang
mempunyai kelebihan dan keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki
oleh manusia lainnya setelah Rasulullah SAW. Akan tetapi sangat
disayangkan sekali bahwa banyak sekali kaum Muslimin yang
melupakan dan bahkan tidak mengetahui eksistensi mereka (keluarga
Nabi SAW).
Hadits di atas adalah salah satu dari puluhan bukti otentik yang sangat
jelas yang mengisyaratkan kepada kita semua bahwa begitu besar
keutamaan mereka hingga Nabi SAW berwasiat kepada para
sahabatnya dan kita khususnya sebagai umat Islam agar selalu
berpegang teguh kepadanya (Al-Quran & Ahlulbait), jika tidak maka
akan tersesatlah mereka yang berpaling dari dua perkara besar tersebut
(Ats-Tsaqalain).

Allah SWT berfirman :


Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
(QS. An-Najm: 3-5)

14
e. Ziarah
Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu ziaroh, yang berarti
masuk atau mengunjungi. Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh orang
islam ketempat tertentu yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah.
Namun sering kali kata ziarah disebut oleh kebanyakan orang adalah
berkunjung ke makam dan dan mendoakannya sambil mengingat akan
diri sendiri dan mengambil pelajaran tentang kematian. Kegiatan
berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni beerziarah menurut
syariat dan berziarah yang berbentuk bidah.
Pada awal sejarah islam, yang namanya ziarah itu diharamkan
bagi laki-laki maupun perempuan, dikarenakan hawatir akan
goncangnya keimanan. Namun, ketika aqidah umat islam sudah
demikian mantapdan telah diketahui hukum berziarah serta tujuannya,
maka dibolehkan karena pula ada hadits yang membolehkannya.
Madzhab syafii berpendapat bahwa ziarah kubur hukumnya sunnah,
sedangkan kaum wahabi mengatakan bahwa ziarah kubur hukumnya
mubah.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik. empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah
SWT. Pertama, karena Allah SWT lah yang menciptakan manusia. Kedua,
karena Allah SWT lah yang telah member perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karena Allah SWT
lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah SWT lah yang memuliakan
manusia dengan diberikannya kemampuan daratan dan lautan.
Macam-macam akhlak kepada Allah : Taat Terhadap Perintah-Nya,
Tawakal, Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas Amnanah Yang Di Embankan
Padanya, Ridho terhadap ketentuan Allah SWT, Senantiasa Bertaubat Kepada-
Nya, Obsesinya Adalah Keridloan Illahi, Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya,
banyak membaca Al-quran.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di
haruskan untuk berakhlak kepada Nabi SAW.
Macam-macam akhlak kepada Rosul : Menghidupkan Sunnah, Taat,
Sholawat, Mencintai keluarga Rosul, Ziarah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/chain/selection_of_etiquettes_share
eah/id_01_etiquettes_shareeah0.pdf ( Di akses Pada Sabtu, 15 April 2017 )

Http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560420198
3011-SOFYAN_SAURI/BUKU_PAI_REVISI/BAB_X.pdf ( Di akses Pada
Sabtu, 15 April 2017 )

Https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/18/makalah-akhlak-akhlak-kepada-
rasulullah/( Di akses Pada Sabtu, 15 April 2017 )

Https://www.academia.edu/14634468/_MAKALAH_AKHLAK_TERHADAP_A
LLAH_SWT( Di akses Pada Sabtu, 15 April 2017 )

Http://unjalu.blogspot.co.id/2011/03/al-islam-kemuhammadiyahan-aik-i.html( Di
akses Pada Sabtu, 15 April 2017 )

Http://aik.umm.ac.id/files/file/Pedoman%20Pendidikan%20AIK.pdf( Di akses
Pada Sabtu, 15 April 2017 )

Ilyas, Yunahar.2007.Kuliah Akhlaq.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset

17

Vous aimerez peut-être aussi