Vous êtes sur la page 1sur 3

Nama : Inez saraswati 1018011066

Jarmiati 1018011068

Nama keluarga binaan: Keluarga bapak kusen

ASPEK KOMPETENSI BUDAYA FOME 2013

I. ILUSTRASI KELUARGA BINAAN


Aspek budaya,suku,adat istiadat,kepercayaan,cara pandang terhadap kesehatan:
Keluarga bapak kusein dalam berkomunikasi sehari-hari antar keluarga
menggunakan bahasa jawa,begitu pula berkomunikasi dengan tetangga,sebagian
besar menggunakan bahasa jawa tetapi jika ada tetangga atau orang lain yang
tidak bisa berbahasa jawa,mereka juga mengikuti dengan berbahasa indonesia.
Tetapi Ada salah satu anggota keluarga yang hanya bisa berkomunikasi dengan
bahasa jawa,dan sulit berbahasa Indonesia yaitu ibu ratinem.
Keluarga tersebut mempunyai ketrampilan dalam beradaptasi yang cukup baik,hal
tersebut terlihat dari aktivitas keluarga bapak kusen yang aktif dalam kegiatan
yang diadakan di lingkunganya seperti arisan RT/RW. Selain itu hubungan
dengan tetangga juga cukup akrab dan masyarakat di daerah itu cukup
ramah,terlihat ketika kami melakukan kunjngan FOME ada beberapa tetangga
yang dating kerumah tersebut untuk ikut bertemu dengan kami dan bersenda
gurau,sembari menanyakan tentang beberapa hal yang berkaitan tentang
kesehatan. Maka dapat disimpulkan dalam keseharianya,keluarga bapak kusen
tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
Keluarga ini adalah seluruhnya suku jawa,dan keluarga ini menganut adat istiadat
sebagaimana sukunya. Keluarga bapak Kusen adalah keluarga beragama Islam.
Untuk cara pandang terhadap kesehatan, meraka cenderung memanfaatkan
layanan kesehatan untuk kuratif saja,artinya,hanya dating ke tempat pelayanan
kesehatan jika sudah merasa sakit.
II. IDENTIFIKASI ADANYA PERBEDAN BUDAYA
Nama saya Inez Saraswati, saya berasal dari keluarga yang seluruhnya bersuku jawa.
Kedua orangtua saya asli dari Yogyakarta namun saya dibesarkan di Tangerang, dari
kecil kurang bisa berbahasa jawa namun saya paham jika ada seseorang yang
berbicara dengan bahasa jawa. Dalam keluarga saya masih cukup kental dengan adat
jawa seperti penentuan hari pernikahan menggunakan perhitungan tanggal jawa
(melihat weton/hari kelahiran), terutama untuk anak perempuan kedua orangtua saya
mengutamakan unggah ungguh (kesopanan) dalam bertingkah laku, perayaan tujuh
bulanan kehamilan, temu keluarga besar saat perayaan hari raya islam menggunakan
kebaya. Untuk cara pandang terhadap kesehatan di keluarga saya adalah nomer satu.
Mengutamakan tindakan preventif seperti rutin periksa gigi dalam empat bulan sekali.
Dalam keseharian, ibu saya selalu masak sehingga saya dan anggota keluarga
berkumpul di meja makan untuk makan bersama dan ini selalu kami lakukan. Selalu
ada sharing antar anggota keluarga untuk saling bertukar cerita hingga pengambilan
keputusan atas suatu masalah. Di hari minggu biasanya kami seringkali olahraga
bersama di wilayah komplek sekitar rumah.

Nama saya Jarmiati,saya dibesarkan dalam keluarga dengan suku jawa,ayah dan ibu
saya berasal dari jawa timur,tepatnya ponorogo. Adat istiadat yang dipakai hingga
saat ini masih kental dengan budaya jawa. Dalam komunikasi sehari-hari antar
keluarga,kami menggunakan bahasa jawa,seluruh keluarga besar bisa berbahasa jawa.
Dalam kehidupan sehari-hari masih mengadopsi budaya jawa seperti sopan santun
dengan orang yang lebih tua (berbahasa jawa alus jika berkomunikasi dengan orang
yang lebih tua),aturan bertingkah laku (tidak boleh menyapu di malam hari untuk
wanita yang belum menikah,tidak boleh makan sambil berbicara,dll). Keluarga saya
selalu menggunakan adat jawa dalam beberapa acara seperti pernikahan,tujuh bulanan
kehamilan,tujuh bulanan bayi/mitoni,dll. Cara pandang terhadap kesehatan pada
keluarga kami cukup intens,tidak hanya untuk kuratif,tetapi juga preventif,keluarga
kami menganggap imunisasi itu sangat penting,dan kegiatan posyandu rutin untuk
anak-anak juga harus diikuti.
Jika dibandingkan dengan keluarga binaan,tidak terlalu banyak perbedaan yang ada
dengan keluarga kami. Suku keluarga binaan sama dengan kami,yaitu suku jawa,dan
dari segi bahasa sama dengan saya (Jarmiati). Namun ada hal yang berbeda seperti
cara pandang terhadap kesehatan,keluarga binaan menggunakan sarana kesehatan
sering hanya untuk promotif, mereka menganggap jika belum ada keluhan belum
perlu pergi berobat.

Vous aimerez peut-être aussi