Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH
Asri Karima
NIM : 1110101000069
2014
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Asri Karima
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juli 2014
ii
dengan kemampuan pekerja dan memperkaya pekerjaan yang harus dilakukan
pekerja untuk mencegah kebosanan. Adapun saran bagi pekerja yaitu menyampaikan
ketidaknyamanan suhu di lingkungan kerja kepada Departemen HSE serta berpikir
positif terhadap kemampuan diri dan menjalin relasi untuk mempermudah mencari
lowongan kerja.
Kata Kunci : Stress kerja, Pekerja, Jumlah beban kerja, Kurangnya Kesempatan
Kerja
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduate Thesis, July 2014
ABSTRACT
This study was an descriptive analytical study with cross sectional design.
Samples numbered 69 out of a total population of 113 people. Sampling was done by
systematic random sampling method. Bivariate analysis were performed by Pearson
correlation test and independent t-test and multivariate analysis was performed by
multiple linear regression.
The result from this study showed that there were five factors that included to
the final multivariate models such as the quantitative of workload, lack of
employment opportunities, interpersonal conflict, temperature, and variations in
workload. While the most influence factor associated with job stress was the
quantitative of workload.
iv
with the ability of workers and to enrich the variation of workers job to prevent
boredom. Suggestions for the workers are telling to the HSE Department about the
discomfort of workplace temperature, be positive thinking to yourself ability, and
building a relation to help you in finding a job.
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
E-mail : riikarima.asri@live.com
Pendidikan Formal
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, puji dan syukur saya ucapkan kepada Ilahi Rabbi yang selalu
memberikan kenikmatan tak terhingga kepada kita. Atas segala kekuatan dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Stress Kerja pada Pekerja di PT X Tahun 2014. Sholawat
serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw yang telah menuntun
umatnya dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.
1. Keluarga saya (ibu, bapak, kakak, dan adik) terima kasih atas segala doa dan
dukungan selama penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin Sp. And., selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ir. Febrianti M.Si selaku kepala program studi kesehatan masyarakat
yang senantiasa menjadikan program studi ini menjadi lebih baik.
4. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar
dan keikhlasannya memberikan bimbingannya. Terima kasih ibu atas waktu,
doa dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Yuli Amran SKM, MKM selaku dosen pembimbing II yang selalu siap
memberikan bimbingannya dan arahan yang positif sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Fase Badriah Ph.D selaku dosen penguji sidang skripsi, terima kasih atas
kesediaan ibu menjadi penguji dan memberikan sarannya yang positif untuk
perbaikan skripsi penulis.
ix
7. Ibu Raihana Nadra Alkaff MMA selaku dosen penguji sidang skripsi, terima
kasih atas kesediaan ibu menjadi penguji dan memberikan saran yang positif
untuk perbaikan skripsi penulis.
8. Ibu Meilani Anwar M.Epid selaku dosen penguji sidang skripsi, terima kasih
atas kesediaan ibu menjadi penguji dan memberikan saran yang positif untuk
perbaikan skripsi penulis.
9. Untuk kak Moch. Noval Mauludi terima kasih atas bimbingan, motivasi, dan
pertolongannya selama penyusunan skripsi. Thanks dear for helping me
wholeheartedly.
10. Bapak Ruri selaku manajer HRGA yang sudah mengijinkan penulis
melaksanakan penelitian ini.
11. Ibu Niken, Pak Himawan, Pak Cecep, Pak Jamal dan seluruh pekerja di PT X
yang telah bersedia membantu penelitian ini.
12. Untuk teman-teman K3 2010, Kiki, Dewi, Sinta, Evi, Dini, Mono, Agung,
Ajis, Dian, Randi, Dika, Dani, Iqbal, Zaki, dan Sony semoga silaturahmi kita
tetap terjaga meski sudah jarang berjumpa. Semoga kita dapat meraih
kesuksesan dengan jalan yang diridhoi Allah Swt.
13. Teman-teman di masa lalu, Kebabers dan Kesmas UIN angkatan 2010 yang
sudah membantu selama perkuliahan dan penyusunan skripsi penulis.
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Tujuan......................................................................................................... 7
BAB V HASIL
5.3.1 Hubungan Antara Faktor Individual dengan Stress Kerja .............. 102
5.3.2 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan dengan Stress Kerja............... 105
5.3.5 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stress Kerja .............. 113
BAB VI PEMBAHASAN
6.3 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Stress Kerja ............................ 122
6.5 Hubungan Antara Status Pernikahan dengan Stress Kerja ...................... 126
6.7 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Stress Kerja ................................ 129
6.8 Hubungan Antara Kepribadian Tipe A dengan Stress Kerja ................... 130
6.9 Hubungan Antara Penilaian Diri dengan Stress Kerja ............................ 132
6.14 Hubungan Antara Konflik Peran dengan Stress Kerja .......................... 141
6.15 Hubungan Antara Ketaksaan Peran dengan Stress Kerja ...................... 144
6.16 Hubungan Antara Konflik Interpersonal dengan Stress Kerja .............. 147
6.17 Hubungan Antara Ketidakpastian Pekerjaan dengan Stress Kerja ........ 149
6.19 Hubungan Antara Kurangnya Kesempatan Kerja dengan Stress Kerja 154
6.20 Hubungan Antara Jumlah Beban Kerja dengan Stress Kerja ................ 157
6.21 Hubungan Antara Variasi Beban Kerja dengan Stress Kerja ................ 160
6.22 Hubungan Antara Tanggung Jawab terhadap Pekerja Lain dengan Stress
6.24 Hubungan Antara Tuntutan Mental dengan Stress Kerja ...................... 166
6.25 Hubungan Antara Shift Kerja dengan Stress Kerja ............................... 168
6.26 Hubungan Antara Aktivitas di Luar Pekerjaan dengan Stress Kerja ..... 170
6.27 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stress Kerja ..................... 171
LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Skroing Instrumen NIOSH Generic Job Stress Questionnaire ................. 74
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Stress Kerja Pada Pekerja di PT X Tahun 2014 ....... 91
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Pada Pekerja di
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur, Jumlah Anak, Masa Kerja, Kepribadian
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kebisingan, Pencahayaan, Suhu, Ventilasi dan Shift
Tabel 5.5 Hasil Pengukuran Kebisingan, Pencahayaan, Suhu, Kadar Debu dan
Tabel 5.9 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Status Pernikahan dengan Stress
Tabel 5.11 Hubungan Antara Kebisingan, Pencahayaan, Suhu, Ventilasi, dan Shift
Kerja dengan Stress Kerja Pada Pekerja di PT X Tahun 2014 ................ 106
Tabel 5.12 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan dengan Stress Kerja Pada Pekerja di
Tabel 5.13 Hubungan Antara Aktivitas di Luar Pekerjaan dengan Stress Kerja Pada
Tabel 5.14 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stress Kerja Pada Pekerja di
Tabel 5.16 Hasil Analisis Variabel Kandidat Model Multivariat ............................ 117
Tabel 5.17 Hasil Analisis Model Akhir Variabel Multivariat ................................. 118
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
timbulnya penyakit akibat kerja baik secara fisik, psikis, peracunan, infeksi dan
penularan. Penyakit akibat kerja sendiri terjadi akibat paparan faktor risiko yang
terdapat di tempat kerja, seperti kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material
yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi
(NIOSH, 1999b). Dampak yang timbul jika terjadi penyakit akibat kerja
hasil produksi.
terjadinya stress karena beban kerja yang tidak sesuai, buruknya lingkungan
sosial, konflik yang terjadi, lingkungan kerja yang berbahaya. Kondisi tempat
kerja yang tidak nyaman tersebut menjadi peranan yang penting dalam
menyebabkan terjadinya stress kerja. Padahal stress kerja secara langsung dapat
kerja.
1
Menurut NIOSH, stress akibat kerja merupakan masalah umum yang saat
National Life, satu dari empat pekerja di Amerika berpendapat bahwa pekerjaan
merupakan penyebab stress nomor satu dalam hidup mereka. Dalam sebuah
tiga dari empat orang di Amerika mengatakan bahwa pekerja pada saat ini
memiliki tingkat stress kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi
tingginya tentunya memaksa pekerja untuk dapat bekerja secara cepat. Hal ini
pekerjaan merupakan salah satu sumber stress yang seringkali terjadi dalam
kehidupan mereka.
Selain itu, berdasarkan data CDC , jumlah kasus stress kerja yang terjadi
di dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 4409 kasus pada
tahun 1998 menjadi 5659 kasus pada tahun 2001. Jumlah kasus ini bertambah
khususnya pada pekerja yang berusia muda. Dampak yang ditimbulkan akibat
terjadinya stress kerja tidak dapat dipandang sebelah mata. Stress kerja dapat
stress kerja pun tidak sedikit. Setiap tahunnya industri di Amerika Serikat
mengalami kerugian lebih dari US 300 miliar sebagai akibat dari kecelakaan,
absenteisme, turnover pekerja, dan kompensasi asuransi akibat stress kerja yang
2
Di Indonesia, berdasarkan data Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
menyatakan bahwa dari jumlah populasi orang dewasa di Indonesia sebesar 150
juta jiwa sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental
Meskipun data tersebut bukan merupakan data khusus mengenai stress akibat
mental yang saat ini terjadi di Indonesia. Adapun penelitian yang pernah
dilakukan oleh program studi Magister Kedokteran Kerja FKUI sekitar tahun
di tempat kerja mulai dari keluhan ringan sampai berat. Data ini menunjukkan
bahwa kejadian stress kerja pada era saat ini bisa jadi semakin mengalami
dari total penduduk di Indonesia. Total kejadian tersebut sekitar 10-15 persennya
merupakan gejala insomnia kronis. Kejadian ini dapat disebabkan situasi masalah
dan kaca di Indonesia. PT X merupakan anak perusahaan dari regional Asia yang
pasir silika dan feldspar. PT X memiliki dua unit pengolahan yang terletak di
Cikarang dan Cikupa serta satu unit pengolahan dalam tahap pembangunan yang
dan Belitung.
3
Dalam kegiatan proses produksi, PT X memiliki lebih dari 100 pekerja
yang terbagi dalam beberapa unit departemen. Setiap unit departemen memiliki
dilakukan pada bagian plant. Para pekerja baik di kantor maupun plant memiliki
tingkat paparan sumber stress yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi dan
dan risiko lingkungan fisik yang diterima oleh para pekerja pun berbeda di setiap
lokasi pekerjaan terutama paparan bising dan debu yang memiliki intensitas
paparan cukup tinggi. Selain itu, pekerja pada bagian kantor tidak memiliki shift
kerja sedangkan pekerja pada bagian plant sebagian besar memiliki shift kerja
yang cukup tinggi. Sedangkan tujuh pekerja lainnya (63,6 %) juga merasakan
adanya gejala stress tetapi dalam intensitas yang jarang dan dalam tingkat yang
lebih ringan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat permasalahan stress kerja yang
Stress kerja yang dialami para pekerja memiliki efek yang beragam baik
sosial. Efek stress kerja yang mereka alami bisa terjadi dalam jangka waktu yang
singkat maupun lama. Dalam jangka waktu yang lama menurut Hardy et al
neurosis bahkan bunuh diri. Sedangkan menurut Sauter et al (1990), stress dapat
4
berdampak pada perpecahan rumah tangga dan isolasi terhadap kehidupan sosial
Menurut Stranks (2005), stress kerja yang dialami pekerja tidak hanya
merugikan bagi pekerja tetapi juga perusahaan. Dampak stress kerja yang
perusahaan. Selain itu, menurut WHO, organisasi yang tidak sehat tidak akan
mendapatkan usaha terbaik yang diberikan para pekerjanya. Hal ini tidak hanya
depannya. Kerugian akibat stress kerja yang dapat dirasakan perusahaan, antara
kecelakaan kerja. Bahkan dalam tingkat yang lebih serius, stress kerja juga dapat
tingkat stress kerja yang dialami oleh para pekerja. Sehingga perusahaan dapat
Pengukuran ini juga dapat digunakan sebagai langkah antisipasi untuk mencegah
dan mengendalikan stress kerja yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti ingin
yang terbagi dalam beberapa unit departemen. Setiap unit departemen memiliki
5
tugas dan fungsi yang berbeda serta lokasi kerja yang berbeda juga. Selain itu,
pekerja pada bagian kantor maupun plant memiliki paparan sumber stress yang
yang cukup tinggi. Sedangkan tujuh pekerja lainnya (63,6 %) juga merasakan
adanya gejala stress tetapi dalam intensitas yang jarang dan dalam tingkat yang
lebih ringan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat permasalahan stress kerja yang
pernikahan, jumlah anak, masa kerja, kepribadian tipe A, dan penilaian diri)
jumlah beban kerja, variasi beban kerja, tanggung jawab terhadap pekerja
lain, kemampuan yang tidak digunakan, tuntutan mental dan shift kerja) pada
tahun 2014?
6
5. Bagaimana gambaran faktor dukungan sosial pada pekerja di PT X tahun
2014?
6. Apakah ada hubungan antara faktor individual (jenis kelamin, umur, status
pernikahan, jumlah anak, masa kerja, kepribadian tipe A, dan penilaian diri)
jumlah beban kerja, variasi beban kerja, tanggung jawab terhadap pekerja
lain, kemampuan yang tidak digunakan, tuntutan mental dan shift kerja)
8. Apakah ada hubungan antara aktivitas di luar pekerjaan dengan stress kerja
9. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan stress kerja pada
10. Faktor apakah yang paling dominan berhubungan dengan stress kerja pada
1.4 Tujuan
di PT X tahun 2014.
7
2. Diketahuinya gambaran faktor individual (jenis kelamin, umur, status
kerja, jumlah beban kerja, variasi beban kerja, tanggung jawab terhadap
pekerja lain, kemampuan yang tidak digunakan, tuntutan mental dan shift
tahun 2014
2014
mental dan shift kerja) dengan stress kerja pada pekerja di PT X tahun
2014
8
8. Diketahuinya hubungan antara aktivitas di luar pekerjaan dengan stress
1.5 Manfaat
perusahaan
2. Sebagai bahan evaluasi diri untuk dapat mengukur tingkat stress yang
dialami pekerja
9
2. Pengukuran stress kerja menggunakan kuesioner yang berbeda dari
Job Questionnaire
penelitian ini adalah seluruh pekerja di PT X. Penelitian ini akan dilakukan pada
Questionnaire yang telah disalin ke dalam bahasa Indonesia. Jenis penelitian ini
adalah penelitian analitik. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional. Pemilihan sampel penelitian akan dilakukan dengan cara
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata stress pertama kali diperkenalkan oleh Selye pada dunia psikologi
dan kedokteran sekitar tahun 1930-an. Menurut Selye, stress merupakan reaksi
stress dihasilkan dari reaksi rantai hormon neuroendokrin yang terjadi di dalam
tubuh. Hal ini terjadi dengan diawalinya eksitasi pada jaringan otak yang diikuti
tekanan darah. Reaksi dalam tubuh ini biasa disebut dengan pengaturan
terakhir telah mendorong munculnya beragam definisi stress baik dari segi
psikologi, fisiologi, sosial dan ilmu perilaku. Berikut ini adalah definisi stress
tersedia.
coping.
11
c. McGrath mendefinisikan stress sebagai hasil dari permintaan
mengatasi stress kerja yang dihadapinya. Hal ini bersifat subjektif dan selalu ada
pada setiap individu yang tidak mampu mengatasi tuntutan yang terdapat di
lingkungan kerja (Kroemer & Grandjeai, 1997). Stress yang diterima setiap
dengan pengetahuan dan kemampuan. Situasi seperti ini tidak hanya berkaitan
12
tetapi juga dapat berdampak pada fisiologi individu. Faktor yang dapat
dukungan dari rekan kerja dan manajemen. Reaksi setiap individu dalam
yang mungkin untuk mengatasi permintaan pekerjaan yang tinggi tetapi hal ini
belum tentu dapat terjadi pada individu lainnya. Sehingga kemampuan untuk
kerja dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki individu, kemampuan
dapat menimbulkan terjadinya kondisi stress yang merugikan baik bagi pekerja
maupun perusahaan. Di Eropa, stress berada pada urutan kedua sebagai masalah
bahwa sekitar 22 persen pekerja di Eropa terkena dampak stress akibat kerja dan
(2000) bahwa stress kerja memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian
masalah kesehatan. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara bahaya fisik
maupun level organisasi. Pada individu, bahaya fisik dan psikososial dapat
13
berdampak pada fisik, mental, dan kesehatan sosial. Sedangkan pada level
produktivitas, rendahnya kepuasan kerja dan turnover pekerja. Selain itu, bahaya
paparan fisik dan psikososial juga dapat berdampak pada kondisi psikologis
individu baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO, 2010). Berikut ini
adalah mekanisme terjadinya stress kerja menurut Cox, Griffiths dan Rial-
Gonzales (2000).
Pengalaman dengan
Kondisi Stress
Bahaya bagi kesehatan pekerja baik secara fisik, psikologis, dan sosial
Sumber: Adaptasi dari Cox, Griffiths & Rial-Gonzales (2000) dalam WHO (2010)
14
2.2.1 Stress Akut
cepat menghilang. Stress akut bisa berdampak positif jika terjadi dalam
pajanan yang rendah dan ditanggapi sebagai suatu hal yang menantang
oleh individu yang menerimanya. Akan tetapi, apabila stress akut ini
terjadi dalam pajanan yang tinggi maka akan berdampak negatif bagi
Stress akut biasanya tidak terjadi dalam jangka waktu yang panjang
Stress akut biasanya hanya berupa reaksi singkat tubuh terhadap sumber
akibat stress akut tersebut masih dapat diatasi apabila dikontrol dengan
stress akut:
15
Tabel 2.1 Gejala Stress Akut
Sumber: NIOSH
stress. Hal ini dapat terjadi apabila stress akut tersebut terjadi dalam jangka
Stress kronis merupakan salah satu bentuk stress yang terjadi dalam
jangka waktu yang lama dan sulit dikendalikan. Stress kronis ini terjadi
bagi tubuh, pikiran dan kehidupan individu yang merasakannya (Olpin &
Hesson, 2010) .
bahwa stress merupakan permasalahan yang saat ini dihadapi oleh para
perlahan akan merusak kesehatan tubuhnya. Ketika hal ini terjadi maka
17
Menurut NIOSH, beberapa penyakit yang berkaitan dengan stress kronis,
dan alergi.
dalam jangka waktu yang panjang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak
mudah menemukan hubungan antara stress akut dengan stress kronis. Hal
dari stress kronis tersebut dimana stress akut yang menyebabkan terjadinya
stress kronis atau kondisi lain yang menyebabkan terjadinya stress kronis
terhadap keadaan terancam yang dihadapi oleh individu. Menurut Watts (1990)
dalam (Casper, 2014) respon tubuh terhadap stress terdiri dari lima tahapan,
yaitu:
a. Tahap alarm
Tahapan awal ini merupakan tahap reaksi alarm dalam tubuh berupa
18
kortikoid aldosterone dan antidiuretic hormone (ADH) dalam tubuh.
Sekresi ini menghasilkan retensi natrium dan air di dalam tubuh yang
artritis, dll.
Pada tahapan ini juga terjadi peningkatan hormon stress, denyut jantung,
insulin, perasaan stress, takut, cemas, dan depresi. Tahap alarm ini juga
seperti C, D, E, B1, B6, dan B12 serta kalsium, tembaga, kobalt, natrium,
akan sulit dilakukan. Sisi positif dari tahapan ini adanya peningkatan
refleks dan fokus mental. Hal ini dapat menjadikan tubuh merespon
b. Tahap resisten
Tahap ini terdiri dari tahapan lanjutan dari stimulasi saraf simpatik yang
terjadi pada tahap alarm. Pada tahap ini tubuh berusaha mempertahankan
19
individu tidak dapat melewati tahapan ini maka katabolisme yang terjadi
c. Tahap pemulihan
Pada tahap ini stress mulai dapat dikendalikan, perbaikan jaringan terjadi
dan fungsi tubuh kembali normal. Dalam keadaan ini, sistem pencernaan,
d. Tahap adaptasi
Jika tubuh tidak mampu melalui tahap pemulihan, keadaan stress akan
hilangnya motivasi.
e. Tahap kelelahan
Pada tahap ini tubuh semakin kehilangan kemampuannya untuk pulih dari
maka kelenjar tiroid dan adrenal mulai merasa kehilangan sumber energi
dari dalam tubuh. Individu akan berusaha mencari sumber energi dari luar
20
tahap ini kadar kolesterol mengalami peningkatan sehingga berbagai
a. Kebisingan
21
Berdasarkan hasil penelitian Evans dan Johnson (1999)
dampak yang besar terhadap pekerja. Akan tetapi, dalam waktu pajanan
penelitian Evans dan Johnson ini juga sejalan dengan penelitian sejenis
darah dan beberapa penyakit lain yang berujung pada penyakit jantung
b. Pencahayaan
22
pekerjaannya sehingga akan menghabiskan lebih banyak waktu (Rout
matahari pada siang hari yang terang. Cahaya matahari pada siang hari
(Schroeder, 2013).
c. Suhu
keputusan dan performa kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang terlalu
23
pada lingkungan kerja yang dingin, dimana menurut Fox (1967) dan
teraklimatisasi jika terpajan dalam durasi waktu yang lama (Perrewe &
Ganster, 2010).
d. Ventilasi
sirkulasi udara, atau kurangnya ventilasi. Selain itu, faktor lain yang
24
ruangan, ionisasi akibat peralatan elektronik, terlalu banyak orang di
(Ajala, 2012).
e. Konflik Peran
25
4. Banyaknya peran yang harus dilakukan
f. Ketaksaan Peran
bagi pekerja untuk mencapai kepuasan dalam bekerja. Hasil survei yang
26
berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan stress kerja.
semakin tinggi juga tingkat stress kerja yang dialami. Hal ini kemudian
stress kerja yang dialami (Ram, Khoso, Shah, Chandio, & Shaikih,
2011).
g. Konflik Interpersonal
berinteraksi dengan orang lain, misalnya dengan rekan kerja, klien, atau
27
menghadiri sebuah pertemuan yang dianggap penting. Sehingga dapat
h. Ketidakpastian Pekerjaan
direspon berbeda oleh setiap pekerja. Di satu sisi, pekerja akan semakin
28
sangat berhubungan dengan ketidakpuasan kerja, kecemasan dan
(Robbins, 2009).
i. Kurangnya Kontrol
lebih sedikit memiliki risiko empat kali lebih besar terkena serangan
29
terhadap pekerjaannya. Hasil penelitian tersebut kemudian
30
Kekhawatiran yang terjadi terus menerus ini dapat
31
bekerja, gangguan emosional, tingkat depresi yang tinggi, dan
stress bagi pekerja. Akan tetapi, beban kerja yang terlalu sedikit juga
32
kerja yang tinggi berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan
menjadi dua, yaitu tanggung jawab terhadap benda dan tanggung jawab
tekanan.
yang mereka lakukan didapatkan hasil bahwa stress secara fisik yang
mereka alami disebabkan oleh faktor umur dan tingkat tanggung jawab
dalam pekerjaan. Semakin tua dan tinggi tanggung jawab mereka maka
33
akan semakin besar kemungkinan munculnya gejala penyakit jantung
munculnya rasa cemas. Hal ini dapat terjadi pada berbagai profesi yang
tidak terbatas hanya pada seorang manajer tetapi juga guru, petugas
stress bagi pekerja tersebut. Kondisi seperti ini seringkali terjadi ketika
karena sudah menggunakan alat bantu atau adanya pekerja lain yang
2000).
34
yang tidak digunakan dengan baik berhubungan secara signifikan
terhadap kejadian stress kerja pada level manager dan pekerja buruh
o. Tuntutan Mental
dihadapi. Akan tetapi, hal ini bukanlah suatu perkara yang mudah untuk
menghadapi emosi negatif yang berasal dari klien yang dihadapi. Tetapi
p. Shift Kerja
35
produksi hormon, dan gangguan irama sirkadian. Shift kerja terutama
bukan suatu hal yang mudah. Hal ini dikarenakan penyesuaian yang
tekanan yang besar bagi tubuh. Tubuh akan merasa lebih lelah sehingga
lama sebaiknya juga dihindari. Urutan shift kerja yang baik yaitu shift
pagi- siang malam dan setiap shift tersebut diselesaikan tubuh akan
pekerja shift merasakan kelelahan dan malaise lebih tinggi tetapi tidak
(1977) juga menemukan hal yang serupa yaitu pekerjaan shift tidak
36
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perawat shift
malam menunjukkan bahwa stress kerja yang dialami oleh perawat shift
mereka hadapi (Klau, 2010). Hubungan antara stress kerja dan shift
Nusa Tenggara (Firmana, Firmana, & Hariyono, 2011). Selain itu, pada
setiap shiftnya dimana pekerja pada shift malam memiliki tingkat stress
a. Jenis Kelamin
laki-laki.
37
3. Semakin banyaknya perempuan yang menduduki jabatan penting
kerja tinggi
senior
(Bickford, 2005).
2005). Dalam penelitian lainnya juga ditemukan hasil yang sama bahwa
38
dilakukan pada pekerja di Thailand menemukan bahwa tingkat stress
b. Umur
lebih rendah. Individu yang berumur tua mengalami stress yang lebih
2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada
lebih tua maka pekerja akan memiliki pengalaman yang lebih banyak
39
lebih rendah. Pada penelitian tersebut umur yang lebih tua berada pada
c. Status Pernikahan
dengan baik.
individu yang bercerai dan individu yang menikah tetapi tidak bahagia
(Sukmono, 2013).
d. Jumlah Anak
penyatu hubungan antara suami dan istri. Akan tetapi, di lain pihak
40
kehadiran anak dalam sebuah pernikahan dapat mengakibatkan
kemarahan, kecemasan hingga perasaan stress yang cukup berat. Hal ini
dapat dirasakan lebih berat ketika jumlah anak yang dimiliki semakin
banyak dan apabila terdapat anak yang memiliki perilaku sulit diatur
(CMHA, 2014).
bahwa orang tua yang memiliki anak lebih dari dua akan memiliki
akan lebih baik dalam mengelola stress sehingga tingkat stress yang
dirasakan oleh orang tua cenderung lebih rendah. Jumlah anak yang
lebih sedikit dalam penelitian ini yaitu berjumlah kurang dari tiga orang
41
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah
e. Masa Kerja
yang telah bekerja lebih dari lima tahun biasanya memiliki tingkat
masa kerja dengan stress kerja. Pada pekerja yang memiliki masa kerja
lebih dari 18 tahun memiliki tingkat stress kerja yang lebih tinggi
f. Kepribadian Tipe A
42
yang memiliki tipe kepribadian ini cenderung bereaksi secara
(McLeod, 2011).
tujuan, sangat suka bekerja sehingga pola ini dapat memprediksi infark
miokardial (Matthews, Deary, & Whiteman, 2003). Selain itu, hasil dari
berdampak pada timbulnya rasa gelisah, stress yang tinggi, dan depresi
g. Penilaian Diri
43
dirinya dapat mempengaruhi perilaku. Berdasarkan hasil penelitian
dapat berubah setiap waktu dan dapat dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari luar diri individu tersebut. Selain itu, stress kerja kronis
(Koslowsky, 1998).
stress kerja, aktivitas di luar pekerjaan diakui sebagai salah satu sumber
kehidupan sosial, anak, dsb. Sumber stress yang berasal dari aktivitas di
44
2.4.4 Faktor Pendukung
a. Dukungan Sosial
dll.
45
mengatasi sumber stress tersebut sehingga tingkat stress menjadi rendah
absenteisme dan rendahnya performa kerja. Selain itu, efek jangka panjang
a. Efek psikologis
antara lain
1. Sulitnya berkonsentrasi
46
4. Gangguan somatik, seperti sakit kepala, sesak napas, dan pusing
47
(Dollard, Winefield, & Winefield, 2003). Adapun efek jangka panjang
kerjadian sakit pada leher dan limbik bagian atas. Hal ini terjadi
48
sekresi hormon stress dalam tubuh akan meningkatkan risiko
memiliki stress kerja kronis memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk
mengalami stress kerja. Hasil penelitian ini juga memberi bukti bahwa
c. Efek perilaku
dalam jangka waktu yang panjang, efek perilaku ini dapat juga
49
seperti konsumsi alkohol dan rokok berlebih, diet yang rendah dan
perilaku seks yang tidak sehat, diet lemak yang tinggi, rendahnya
akibat beban kerja yang dialaminya maka pilihan yang dihadapinya yaitu
dijadikan bahan evaluasi terhadap stress kerja yang dialami para pekerja.
para pekerja. Hal ini dikarenakan stress yang dialami pekerja dapat
50
d. Meningkatnya angka turnover pekerja
e. Meningkatnya absenteisme
a. Pencegahan primer
yang baik.
51
Tabel 2.2 Cara Mendesain Tempat Kerja yang Baik
stress.
52
Deskripsi kerja Deskripsi kerja tergantung dari
dihadapinya.
telah ditentukan.
53
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
pencegahan ini.
dengan dua cara pendekatan, yaitu pendekatan dalam manajemen stress dan
perubahan organisasi.
a. Manajemen stress
manajemen stress bagi para pekerja mereka. Program manajemen stress ini
mengabaikannya.
b. Perubahan organisasi
ini cara langsung yang dapat digunakan untuk mengurangi stress di tempat
stress kerja yang terdapat di tempat kerja, seperti beban kerja berlebih,
55
dan manajemen stress marupakan pendekatan yang paling sesuai untuk
b. Physiological Measure
ketegangan otot bahu, leher, dan pundak. Cara ini dianggap memiliki
reliabilitas paling tinggi akan tetapi sebenarnya tergantung pada alat yang
c. Biochemical Measure
56
ini dikarenakan kandungan dalam rokok, alkohol, dan kopi dapat
Dari ketiga cara di atas pengukuran life event scale paling sering
mudah serta biaya yang relatif mudah meskipun tidak dapat dihindari adanya
keterbatasan tertentu.
Saat ini telah berkembang banyak penelitian mengenai stress kerja yang
macam instrument pengukuran yang telah distandarisasi dan teruji baik validitas
57
Tabel 2.3 Perbandingan Instrumen Pengukuran
Job Content Questionnaire Karasek, 1985 a. Dapat digunakan untuk mengukur a. Hanya berfokus pada penilaian
stress yang berhubungan dengan
situasi psikologi dan sosial di
kondisi lingkungan kerja terutama yang
lingkungan kerja
berkaitan dengan kejadian penyakit
jantung koroner
b. Tidak ada penilaian kepribadian
b. Relevan untuk digunakan dalam
dan faktor di luar pekerjaan
mengukur motivasi pekerja, kepuasan
kerja, absenteisme dan turnover
pekerja
54
Nama Instrumen Penyusun Kelebihan Kekurangan
AnOrganizational Stress Cartwright dan Cooper, a. Faktor sumber stress yang dinilai
Quality of Worklife NIOSH dan Institute for a. Digunakan untuk mengevaluasi faktor a. Hanya mengukur efek stress pada
Questionnaire The Social Research yang berhubungan dengan stress kerja kesehatan fisik
55
Nama Instrumen Penyusun Kelebihan Kekurangan
Job Stress Survey (JSS) Spielberg, 1994 a. Dapat digunakan untuk menilai tingkat a. Fokus penilaian hanya pada faktor
56
Nama Instrumen Penyusun Kelebihan Kekurangan
NIOSH Generic Job Stress Hurrell dan McLaney, a. Mengukur sumber stress yang berasal a. Pengukuran stress kronis
dari dalam maupun luar lingkungan
Questionnaire 1988 dibutuhkan konsultasi bersama
pekerjaan serta faktor pendukung
petugas medis
lainnya
The Hassles and Uplifts Kanner, Coyne, Schaefer a. Dapat digunakan untuk mengukur a. Menyediakan informasi yang
kondisi stress yang terjadi dalam
Scales dan Lazarus, 1981 sedikit untuk melakukan
kehidupan sehari-hari
intervensi pencegahan stress kerja
b. Sumber stress yang diukur berasal dari
dalam maupun luar lingkungan kerja
57
Nama Instrumen Penyusun Kelebihan Kekurangan
HSE Indicator Tool (HSE) Health and Safety a. Dapat digunakan untuk menanggulangi a. Hanya dapat digunakan untuk
mengukur sumber stress yang
Executive faktor risiko stress yang berhubungan
terdapat di lingkungan kerja
dengan pekerjaan
b. Hasil temuan dalam instrumen ini
b. Penggunaannya dapat dipakai sebagai harus didiskusikan lagi bersama
dengan para pekerja serta
instrument tunggal atau digabungkan
dilengkapi dengan data
dengan instrumen lainnya
pendukung, seperti data turnover
pekerja, tingkat absenteisme, dll.
Life Event Scale Thomas Holmes dan a. Digunakan untuk memprediksi a. Penggunaannya harus dilakukan
hubungan antara kejadian yang dialami
Richard Rahe, 1967 dengan disertai konsultasi pada
6 bulan terakhir dengan munculnya
dokter atau data medis
penyakit
Dari hasil perbandingan di atas, peneliti memilih menggunakan kuesioner NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. Hal ini
dikarenakan kuesioner tersebut memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kuesioner lainnya terutama faktor sumber stress yang
58
diukur lebih bersifat komprehensif. Selain itu, kuesioner ini merupakan instrumen baku pengukuran stress kerja yang disahkan oleh
NIOSH. Reliabilitas dan validitas kuesioner juga dapat dipercaya karena sudah diuji dan sering digunakan dalam penelitian
59
2.10 Kerangka Teori
Faktor Individual
a. Jenis Kelamin
b. Umur
c. Status Pernikahan
d. Jumlah dan Umur Anak
e. Masa Kerja
f. Kepribadian Tipe A
g. Penilaian Diri
Faktor Pekerjaan
a. Kebisingan
b. Pencahayaan
c. Suhu
d. Ventilasi
e. Konflik Peran
f. Ketaksaan Peran
g. Konflik Interpersonal
h. Ketidakpastian Pekerjaan
i. Kurangnya Kontrol
j. Kurangnya Kesempatan Stress Kerja Stress Kerja
Kerja Akut Kronis
k. Jumlah Beban Kerja
l. Variasi Beban Kerja
m. Tanggung Jawab terhadap
Pekerja Lain
n. Kemampuan yang Tidak
Digunakan
o. Tuntutan Mental
p. Shift Kerja
Faktor Pendukung
Dukungan Sosial
Sumber: Caplan, Cobb, French, Harrison, dan Pinneau (1975), Cooper dan Marshal
(1976), dan House (1974) dalam (Murphy & Hurrell, 1992)
Bagan 2.2 Kerangka Teori
60
BAB III
pada kerangka teori pada bab sebelumnya, maka variabel yang akan diteliti pada
penelitian ini, yaitu variabel independen yang terdiri dari faktor individual,
Sedangkan variabel dependen yang akan diukur yaitu stress kerja akut. Adapun
penentuan tingkat stress kerja kronis. Berikut ini adalah gambaran kerangka
61
Variabel Independen
Faktor Individual
a. Jenis Kelamin
b. Umur
c. Status Pernikahan
d. Jumlah Anak
e. Masa Kerja
f. Kepribadian Tipe A
g. Penilaian Diri
Faktor Pekerjaan
a. Kebisingan Variabel Dependen
b. Pencahayaan
c. Suhu
d. Ventilasi
e. Konflik Peran
f. Ketaksaan Peran
g. Konflik Interpersonal
h. Ketidakpastian Pekerjaan Stress Kerja
i. Kurangnya Kontrol
Akut
j. Kurangnya Kesempatan
Kerja
k. Jumlah Beban Kerja
l. Variasi Beban Kerja
m. Tanggung Jawab terhadap
Pekerja Lain
n. Kemampuan yang Tidak
Digunakan
o. Tuntutan Mental
p. Shift Kerja
Faktor Pendukung
Dukungan Sosial
62
3.2 Definisi Operasional
1 Stress Kerja Akut Keluhan stress yang dialami NIOSH Generic Menyebarkan
responden berdasarkan perubahan Job Stress kuesioner kepada
Rata-rata skor Rasio
fisiologis dan psikologis yang Questionnaire responden
dialaminya
63
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
6 Masa Kerja Jumlah waktu yang telah dilalui NIOSH Generic Menyebarkan Lama kerja (dalam Rasio
pekerja sejak bekerja di PT X Job Stress kuesioner kepada bulan)
Questionnaire responden
9 Kebisingan Persepsi pekerja terhadap tingkat NIOSH Generic Menyebarkan 1. Bising Ordinal
kebisingan yang terdapat di sekitar Job Stress kuesioner kepada
lingkungan kerja yang disertai Questionnaire responden 2. Tidak bising
dengan hasil pengukuran dan Data Hasil
kebisingan di lingkungan kerja Pengukuran
sebagai data pendukung Kebisingan
64
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
65
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
66
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
67
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
24 Shift Kerja Kerja bergilir yang dilakukan di NIOSH Generic Menyebarkan 1. Shift
luar waktu kerja yang normal Job Stress kuesioner kepada 2. Tidak Shift
Questionnaire responden Ordinal
68
3.3 Hipotesis
jumlah beban kerja, variasi beban kerja, tanggung jawab terhadap pekerja
lain, kemampuan yang tidak digunakan, tuntutan mental dan shift kerja)
3. Ada hubungan antara aktivitas di luar pekerjaan dengan stress kerja pada
4. Ada hubungan antara dukungan sosial dengan stress kerja pada pekerja di
PT X tahun 2014
69
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
yang dilakukan untuk menguji kausal atau determinan suatu fenomena. Desain
studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini
4.3.1 Populasi
masing-masing departemen.
70
Tabel 4.1 Data Pekerja PT X
4.3.2 Sampel
Dimana :
Dengan demikian,
71
Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban responden
sebagai berikut:
72
Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapatkan interval antar sampel
Pemilihan kuesioner ini karena kuesioner ini memiliki variabel stress kerja yang
kuesioner tersebut terdiri dari 25 variabel penyebab stress dan 2 indikator stress
perilaku tidak digunakan dalam penelitian ini dikarenakan tidak sesuai untuk
ada yang menggunakan 5 skala Likert ada juga yang menggunakan 7 skala
Likert. Berikut ini adalah contoh pemberian skoring untuk 5 skala Likert seperti
73
Tabel 4.2 Skoring Instrumen NIOSH Generic Job Stress
Questionnaire
Sangat
Contoh Tidak Sangat
Tidak Biasa Saja Setuju
Item Setuju Setuju
Setuju
Skor Item 1 2 3 4 5
Positif
Skor Item 5 4 3 2 1
Negatif
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6 + A7/7
membagi antara skor total jawaban dengan jumlah pertanyaan yaitu sebesar 7.
2. Maka total rata-rata populasi adalah : (2,67 + 2,33 + 2,44 + 2,56 + 2,67)/5 =
2,53
74
4. Kemudian rata-rata tersebut nilainya akan dibandingkan dengan nilai
median dari setiap total rata-rata minimum dan maksimum untuk tiap
variabelnya.
penelitian ini adalah alat luxmeter, termohigrometer, dan alat ukur meteran. Alat
kerja. Alat ukur meteran digunakan untuk mengukur panjang dan lebar ventilasi.
4.5.1 Validitas
ukur dapat mengukur objek secara tepat atau tidak. Pengujian validitas
tidak valid. Item kuesioner yang tidak valid tidak dapat digunakan untuk
statistik > tabel r kritis product moment dan begitu juga sebaliknya
untuk mengukur spesifik stressor dan efek stress yang timbul. Kuesioner
ini diadaptasi dari berbagai skala yang memiliki reliabilitas dan validitas
75
mengukur stress kerja pada berbagai jenis pekerjaan (Stroh, Northcraft, &
Neale, 2008).
4.5.2 Reliabilitas
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat terlihat konsisten bila dilakukan
dengan tabel r kritis product moment. Apabila hasil perhitungan statistik >
nilai tabel r kritis product moment maka alat ukur yang digunakan
lebih dari 0,68 (Yasuaki, Takeji, & Yoshihiro, 2012). Berdasarkan hasil uji
0,804. Jika dibandingkan dengan nilai r kritis sebesar 0,6 maka kuesioner
76
4.6 Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Pengisian kuesioner
kepada pekerja yang menjadi sampel penelitian ini dan terlebih dahulu
kuesioner.
dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap meja dan hasil akhirnya merupakan
77
3. Laboratorium : 500 lux
4. Plant : 200lux
pekerja dan didiamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit maka alat akan
d. Pengukuran ventilasi
2. Data Sekunder
78
a. Pengukuran kebisingan
HSE PT X pada bulan Mei 2014. Pengukuran kadar debu ini dilakukan
sebagai wadah penampung debu. Setelah itu, alat tersebut akan diletakkan
79
4.7 Pengolahan Data
kuesioner, yaitu:
80
No Variabel Kode dan Skoring Keterangan
81
No Variabel Kode dan Skoring Keterangan
82
2. Menyunting data (data editing)
jawaban kuesioner.
Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah diberikan kode pada
dilakukan menggunakan dua jenis uji yaitu uji Korelasi Pearson untuk
T-Test Independen karena jenis data yang akan diuji berupa data kategorik
83
Adapun rumus uji korelasi adalah sebagai berikut:
84
estimasi yaitu untuk mengkuantifikasi hubungan sebuah atau beberapa
asumsi analisis multivariat yang terdiri dari lima tahap, antara lain:
1. Asumsi Eksistensi
2. Asumsi Independensi
independensi terpenuhi.
3. Asumsi Liniearitas
X1, X2, X3, Xk yang terletak pada garis yang dibentuk dari
diketahui dari uji Anova bila hasilnya signifikan Pvalue < alpha
85
4. Asumsi Homoscedascity
heteroscedascity.
5. Asumsi Normalitas
diketahui dari nilai normal P-P plot residual. Bila data menyebar
variabel yang memiliki nilai Pvalue < 0,25. Selanjutnya setelah dianalisis
pengeluaran variabel yang memiliki Pvalue > 0,05 dilakukan satu persatu
86
uji asumsi. Kemudian dilanjutkan model matematis untuk memprediksi
Y = a + bnxn
Keterangan:
disajikan dalam bentuk tabel disertai uraian mengenai isi tabel tersebut.
87
BAB V
HASIL
dalam anggota regional Asia yang merupakan hasil kerja sama antara
liat) dan Belitung (April 2005) sebagai tempat penambangan silika. Untuk
88
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja baru didapatkan pada
1. Visi
kebanggaan).
2. Misi
3. Nilai
daya mineral)
kami.
5.1.3 Kebijakan K3
89
karyawan untuk menerapkan perilaku selamat dimulai dari diri sendiri. PT
sekitarnya.
pelayanan
90
5.2 Analisis Univariat
Pada penelitian ini stress kerja yang diteliti yaitu stress kerja akut
di PT X Tahun 2014
tingkat stress kerja yang dialami responden, yaitu sebesar 1,42 dengan
terdiri dari tujuh variabel, antara lain jenis kelamin, umur, status
diri. Berikut ini adalah hasil analisis distribusi frekuensi faktor individual
pada pekerja di PT X:
91
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan Status Pernikahan
Variabel Kategori n %
Perempuan 9 13
Jenis Kelamin
Laki-laki 60 87
di PT X Tahun 2014
1. Jenis Kelamin
dari 69 responden.
92
2. Status Pernikahan
responden.
3. Umur
4. Jumlah Anak
5. Masa Kerja
Rata-rata masa kerja yang telah dilalui oleh responden, yaitu sebesar
57,72 85,56.
6. Kepribadian Tipe A
7. Penilaian Diri
Rata-rata skor penilaian diri terhadap diri responden, yaitu sebesar 3,59
terdiri dari enam belas variabel, antara lain kebisingan, pencahayaan, suhu,
93
ventilasi, konflik peran, ketaksaan peran, konflik interpersonal,
jumlah beban kerja, variasi beban kerja, tanggung jawab terhadap pekerja
lain, kemampuan yang tidak digunakan, dan shift kerja. Berikut ini adalah
Tahun 2014
Variabel Kategori n %
Bising 32 46,4
Kebisingan
Tidak Bising 37 53,6
Buruk 17 24,6
Pencahayaan
Baik 52 75,4
Buruk 48 69,6
Ventilasi
Baik 21 30,4
Shift 30 43,5
Shift Kerja
Tidak Shift 39 56,5
94
Tabel 5.5 Hasil Pengukuran Kebisingan, Pencahayaan, Suhu, Kadar
Jenis
Hasil Pengukuran n %
Pengukuran
95
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Faktor Pekerjaan Pada Pekerja
di PT X Tahun 2014
Konflik
3,56 0,83 1 - 5,62 3,36 3,76 69
Peran
Ketaksaan
2,48 0,73 1 5,33 2,3 2,66 69
Peran
Konflik
2,27 0,63 1 3,94 2,12 2,42 69
Interpersonal
Ketidakpastia
2,7 0,91 1-5 2,48 2,92 69
n Pekerjaan
Kurangnya
2,93 0,75 1 4,88 2,75 3,11 69
Kontrol
Kurangnya
Kesempatan 3,29 0,8 1-5 3,09 3,48 69
Kerja
Jumlah
3,26 0,38 2,55 4,45 3,17 3,35 69
Beban Kerja
Variasi
3,62 0,59 2-5 3,48 3,76 69
Beban Kerja
Tanggung
Jawab
2,96 1,06 1-5 2,7 3,21 69
terhadap
Pekerja Lain
Kemampuan
yang Tidak 2,55 0,81 1-5 2,36 2,74 69
Digunakan
Tuntutan
3,09 0,4 2,2 - 4 2,99 3,19 69
Mental
96
1. Kebisingan
2. Pencahayaan
3. Suhu
berpendapat bahwa suhu udara di area kerja mereka tidak nyaman, yaitu
suhu udara pada tabel 5.5 didapatkan hasil bahwa jumlah responden
yang bekerja di area kerja dengan suhu udara yang sesuai standar
4. Ventilasi
97
debu pada tabel 5.5 didapatkan bahwa seluruh responden (100%)
bekerja pada area kerja yang memiliki kadar debu pada tingkat yang
5. Shift Kerja
(56,5 %).
6. Konflik Peran
peran yang dimiliki oleh responden, yaitu sebesar 3,56 dengan tingkat
7. Ketaksaan Peran
8. Konflik Interpersonal
98
9. Ketidakpastian Pekerjaan
kontrol yang dimiliki oleh responden, yaitu sebesar 2,93 dengan tingkat
beban kerja yang dimiliki oleh responden, yaitu sebesar 3,26 dengan
beban kerja yang dimiliki oleh responden, yaitu sebesar 3,62 dengan
99
sebesar 2,96 dengan tingkat kepercayaan 95 % pada rentang skor 2,7
3,21.
2,74.
100
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas di Luar Pekerjaan Pada
yang baik dapat berdampak positif bagi kesehatan pekerja. Hal ini dapat
faktor yang dapat menyebabkan stress. Berikut ini adalah hasil analisis
di PT X Tahun 2014
101
Berdasarkan tabel 5.8, didapatkan hasil bahwa rata-rata skor dukungan
sosial yang dimiliki oleh responden, yaitu sebesar 3,87 dengan tingkat
tipe A, dan penilaian diri. Berikut ini adalah hasil analisis bivariat
Tidak
Status 1,39 0,32 15
Menikah -0,170,26 0,726
Pernikahan
Menikah 1,43 0,38 54
102
Tabel 5.10 Hubungan Antara Umur, Jumlah Anak, Masa Kerja,
Variabel r Pvalue
laki yang mengalami stress kerja lebih besar yaitu 1,43 dengan nilai
yang mengalami stress kerja hanya sebesar 1,34 dengan standar deviasi
berstatus menikah yang mengalami stress kerja lebih besar yaitu 1,43
103
sebesar 1,39 dengan standar deviasi 0,32. Dari hasil uji statistik
tingkat stress kerja yang dialami. Hasil uji statistik menunjukkan nilai
104
6. Hubungan Antara Kepribadian Tipe A Dengan Stress Kerja
jumlah beban kerja, variasi beban kerja, tanggung jawab terhadap pekerja
lain, kemampuan yang tidak digunakan, tuntutan mental, dan shift kerja.
105
pekerjaan dengan stress kerja pada pekerja di PT X seperti pada tabel 5.11
dan 5.12
Tahun 2014
Suhu Tidak
1,5 0,43 38 -0,35- -
Nyaman 0,046
0,003
Nyaman 1,32 0,26 31
106
Tabel 5.12 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Stress
Kerja Pada Pekerja di PT X
Tahun 2014
Variabel r Pvalue
mengalami stress kerja karena area kerja yang bising lebih besar yaitu
pekerja yang mengalami stress kerja karena area kerja yang tidak
bising hanya sebesar 1,38 dengan standar deviasi 0,32. Dari hasil uji
107
2. Hubungan Antara Pencahayaan Dengan Stress Kerja
mengalami stress kerja akibat pencahayaan area kerja yang baik lebih
besar yaitu 1,42 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,34. Sedangkan
kerja yang tidak baik hanya sebesar 1,41 dengan standar deviasi
mengalami stress kerja akibat suhu area kerja yang tidak nyaman lebih
besar yaitu 1,5 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,43. Sedangkan
rata-rata pekerja yang mengalami stress kerja akibat suhu area kerja
yang nyaman hanya sebesar 1,32 dengan standar deviasi sebesar 0,26.
mengalami stress kerja akibat ventilasi di area kerja yang buruk lebih
besar yaitu 1,47 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,39. Sedangkan
yang baik hanya sebesar 1,3 dengan standar deviasi 0,28. Dari hasil uji
108
statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,09 sehingga pada
mengalami stress kerja akibat bekerja tidak shift lebih besar yaitu 1,42
yang mengalami stress kerja akibat bekerja secara shift hanya sebesar
1,41 dengan standar deviasi 0,39. Dari hasil uji statistik didapatkan
berarti tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan stress kerja.
akan semakin meningkat stress kerja yang dialami. Hasil uji statistik
stress kerja.
maka akan semakin meningkat tingkat stress kerja yang dialami. Hasil
109
uji statistik menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,043 artinya pada
110
sebesar 0,085 artinya pada tingkat kepercayaan 5 % tidak terdapat
Kerja
kesempatan kerja maka akan semakin tinggi tingkat stress kerja yang
sedang dan berpola positif artinya semakin banyak jumlah beban kerja
maka akan semakin tinggi stress kerja yang dialami. Hasil uji statistik
stress kerja.
lemah dan berpola positif artinya semakin banyak variasi beban kerja
maka akan semakin tinggi stress kerja yang dialami. Hasil uji statistik
111
menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,19 artinya pada tingkat
stress kerja.
Stress Kerja
stress kerja.
maka akan semakin tinggi stress kerja yang dialami. Hasil uji statistik
112
menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,428 artinya pada tingkat
pekerjaan dengan stress kerja pada pekerja di PT X seperti pada tabel 5.13
Tahun 2014
Variabel r Pvalue
maka akan semakin meningkatkan stress kerja yang dialami. Hasil uji
sosial dengan stress kerja pada pekerja di PT X seperti pada tabel 5.14
113
Tabel 5.14 Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Stress Kerja
Variabel r Pvalue
sosial dengan stress kerja menunjukkan hubungan yang berpola negatif. Hasil
uji statistik menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,056 artinya pada tingkat
stress kerja.
stress kerja maka dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi linier
ganda. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan dalam analisis multivariat
terhadap stress kerja, yaitu faktor individual (jenis kelamin, umur, status
yang tidak digunakan, tuntutan mental, dan shift kerja), faktor aktivitas di
114
luar pekerjaan, dan faktor dukungan sosial. Untuk pemilihan kandidat
variabel yang akan dimasukkan ke dalam model prediksi uji regresi linier
variabel yang memiliki Pvalue < 0,25 akan menjadi variabel kandidat yang
variabel independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 5.1
Pekerja di PT X
Tahun 2014
No Variabel Pvalue
1 Faktor Individual
Jenis Kelamin 0,479
Umur 0,784
Status Pernikahan 0,726
Jumlah Anak 0,607
Masa Kerja 0,946
Kepribadian Tipe A 0,461
Penilaian Diri 0,007
2 Faktor Pekerjaan
Kebisingan 0,392
Pencahayaan 0,95
Suhu 0,046
Ventilasi 0,09
Konflik Peran 0,007
Ketaksaan Peran 0,043
Konflik Interpersonal 0,01
115
Ketidakpastian Pekerjaan 0,004
Kurangnya Kontrol 0,085
Kurangnya Kesempatan Kerja 0,208
Jumlah Beban Kerja 0,001
Variasi Beban Kerja 0,19
Tanggung Jawab terhadap Pekerja Lain 0,801
Kemampuan yang Tidak Digunakan 0,617
Tuntutan Mental 0,428
Shift Kerja 0,92
3 Aktivitas di Luar Pekerjaan 0,297
4 Dukungan Sosial 0,056
0,25, yaitu penilaian diri, suhu, ventilasi, konflik peran, ketaksaan peran,
kurangnya kesempatan kerja, jumlah beban kerja, variasi beban kerja, dan
pvalue > 0,05 dikeluarkan dari model. Pengeluaran model akan dilakukan
secara bertahap mulai dari variabel yang memiliki pvalue paling besar.
Berikut adalah hasil pembuatan model faktor penentu pada tabel 5.16
116
Tabel 5.16 Hasil Analisis Variabel Kandidat Model Multivariat
Pvalue
Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8
Penilaian Diri 0,125 0,118 0,117 0,118 0,125 0,143 0,071 -
Suhu 0,106 0,103 0,1 0,102 0,097 0,102 0,05 0,026
Ventilasi 0,75 0,748 0,715 0,672 - - - -
Konflik Peran 0,73 0,727 0,746 - - - - -
Ketaksaan Peran 0,979 - - - - - - -
Konflik
0,08 0,068 0,054 0,038 0,033 0,036 0,049 0,011
Interpersonal
Ketidakpastian
0,622 0,616 0,588 0,6 0,618 - - -
Pekerjaan
Kurangnya
0,167 0,161 0,16 0,167 0,184 0,211 - -
Kontrol
Kurangnya
Kesempatan 0,011 0,01 0,006 0,006 0,006 0,005 0,008 0,001
Kerja
Jumlah Beban
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Kerja
Variasi Beban
0,052 0,049 0,044 0,042 0,04 0,044 0,047 0,038
Kerja
Dukungan
0,875 0,873 - - - - - -
Sosial
117
Tabel 5.17 Hasil Analisis Model Akhir Variabel Multivariat
R Partial
Variabel R Pvalue
Square Correlation
Konflik
0,156 0,315
Interpersonal
Kurangnya
Kesempatan 0,171 0,404
0,621 0,386 0,000 -1,117
Kerja
Jumlah Beban
0,623 0,482
Kerja
Variasi Beban
-0,188 -0,258
Kerja
yang kuat dan berpola positif sehingga semakin tinggi suhu, konflik
beban kerja maka akan semakin meningkatkan stress kerja yang dialami para
pekerja.
2. Nilai koefisien determinannya adalah 0,386 yang berarti model regresi yang
3. Pvalue yang didapatkan dari hasil analisis di atas yaitu sebesar 0,000 artinya
118
4. Persamaan garis yang diperoleh dari hasil analisis ini adalah sebagai berikut:
Y = + x
a. Setiap kenaikan suhu sebesar 1oC maka stress kerja akan lebih besar
stress kerja yang terjadi akan lebih besar sebesar 0,623 kali.
e. Setiap penurunan variasi beban kerja maka stress kerja yang dialami
119
BAB VI
PEMBAHASAN
kelelahan sehingga tidak fokus dalam mengisi kuesioner tersebut tetapi hal ini
aktual.
dependen yang tidak normal seharusnya menggunakan uji analisis yang lain.
terjadinya bias recall terhadap persepsi pekerja mengenai suhu udara saat
musim hujan.
kerja baik berupa faktor individual, faktor pekerjaan, faktor di luar pekerjaan
dirasakan oleh responden terhadap berbagai faktor yang mereka hadapi selama
bekerja.
120
Secara umum, gejala stress kerja yang dialami seseorang dapat terlihat
tahun 2014 berada pada tingkat yang tidak terlalu tinggi. Berdasarkan hasil
distribusi frekuensi stress kerja yang dialami responden, nilai rata-rata skor
stress kerja dari seluruh responden yaitu sebesar 1,42 dengan nilai minimum
sebesar 0,71 dan nilai maksimum sebesar 2,6. Jika rata-rata skor stress kerja
maka rata-rata skor yang didapatkan dalam penelitian ini masih di bawah nilai
rata-rata total skor. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan tingkat stress
dengan faktor pekerjaan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat lima
Stress kerja yang dialami para pekerja dapat berdampak jangka panjang
baik (Perlmutter & Villoldo, 2011). Berdasarkan hasil studi kohort yang
121
pekerja sehat yang mengalami paparan stress di tempat kerja secara signifikan
dua kali lebih besar. Selain itu, dari penelitian ini juga ditemukan bahwa stress
akibat kerja dapat memicu dampak psikologis yang berbahaya, seperti depresi,
gangguan tidur, dan berbagai perilaku tidak sehat lainnya (Emeny, 2013).
Selain berdampak bagi kesehatan pekerja, stress kerja yang dialami oleh
stress kerja yang dialami para pekerja dapat berdampak besar pada kepuasan
kerja yang dirasakan para pekerja. Selain itu, kepuasan kerja ini yang kemudian
perusahaan (Yahaya, Yahaya, Amat, Bon, & Zakariya, 2010). Pada penelitian
lainnya yang dilakukan pada pekerja sektor swasta dan negeri di Yunani
Hal ini dapat terjadi ketika pekerjaan yang mereka miliki sudah mulai
mengganggu kehidupan pribadi pekerja maka hal ini akan berdampak negatif
mengalami stress yang dapat berdampak pada timbulnya penyakit akibat stress
122
perempuan dan laki-laki dalam menghadapi stress juga cenderung berbeda
(Bickford, 2005).
responden laki-laki (87 %). Pekerja perempuan biasanya mengalami stress kerja
yang lebih besar dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Hal ini terjadi
konflik pernikahan maupun di tempat kerja (Crandall & Perrewe, 1995). Selain
itu, menurut Almeida et al (2003), efek stress kerja pada pekerja perempuan
2007).
Hal ini dapat terjadi dikarenakan rata-rata stress kerja yang dialami pekerja laki-
laki (1,43) dan perempuan (1,34) tidak begitu signifikan sehingga hal ini dapat
berdasarkan jenis kelamin. Perbedaan yang tidak signifikan ini dapat disebabkan
tidak terdapatnya perbedaan jumlah beban kerja antara kedua jenis kelamin
tersebut sehingga jenis kelamin tidak mempengaruhi stress kerja yang mereka
alami. Padahal menurut ILO (2001), perempuan lebih berisiko mengalami stress
yang dapat berdampak pada timbulnya penyakit akibat stress serta tingginya
123
merawat keluarga, kemampuan mengontrol pekerjaan yang rendah, semakin
yang seringkali sulit mendapatkan sampel seimbang baik dari segi jumlah
kedua jenis kelamin tersebut. Pada penelitian ini terjadi hal yang demikian,
dimana jumlah pekerja laki-laki dengan pekerja perempuan berada pada jumlah
yang sangat berbeda. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan stress kerja
Selama ini bukti mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap gejala stress
kerja yang terjadi di tempat kerja sangat sedikit. Perbedaan yang terlihat dari
sebaiknya berusaha mengatur stress yang mereka alami dengan cara mengatur
waktu yang baik dalam menyelesaikan tugas dan mengontrol situasi antara
stress kerja khususnya bagi pekerja perempuan yang memiliki risiko lebih tinggi.
Dengan melakukan langkah pencegahan ini diharapkan tidak akan terjadi stress
124
6.4 Hubungan Antara Umur Dengan Stress Kerja
pengaruh umur terhadap tingkat stress kerja masih belum jelas dan hasilnya
umur dengan gejala stress akut (Rauschenbach, Krumm, Thielgen, & Hertel,
bahwa pekerja yang berusia tua berhubungan secara signifikan dengan terjadinya
Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata umur pekerja adalah sebesar
(2011), hubungan antara umur dengan tingkat stress kerja membentuk kurva U
terbalik. Tingkat stress yang dialami pekerja muda (< 35 tahun ) cenderung
rendah dan mulai mengalami peningkatan hingga mencapai puncak stress kerja
stress ketika pekerja memasuki golongan usia tua (> 50 tahun). Perbedaan
tingkat stress ini dipengaruhi oleh tuntutan kerja yang cenderung berbeda pada
berhubungan lemah dan positif dengan stress kerja. Hal ini berarti bahwa
yang dialami para pekerja. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
125
dilakukan oleh Hansson et al (2001) yang menemukan bahwa tingkat stress kerja
yang dialami oleh pekerja berumur tua biasanya cenderung rendah. Hal ini
dikarenakan pada pekerja berusia tua, mereka sudah cenderung lebih matang
berhubungan signifikan dengan variabel stress kerja. Hal ini dapat terjadi karena
faktor umur tidak mempengaruhi tingkat stress kerja yang dialami para pekerja
secara signifikan. Pekerja berumur tua cenderung mengalami stress yang lebih
tinggi akibat beban kerja dan tanggung jawab yang besar (Juneja, 2004). Pada
penelitian ini, faktor tanggung jawab dan beban kerja yang harus diemban oleh
pekerja tidak dipengaruhi oleh umur. Baik pekerja yang berusia muda maupun
tua memiliki beban kerja yang tidak berbeda sehingga variabel umur tidak
Individu yang berstatus menikah biasanya memiliki tingkat stress yang lebih
rendah dibandingkan dengan individu yang tidak menikah. Hal ini terjadi
maka stress kerja yang dialaminya akan cenderung karena adanya dukungan dari
pasangan (Fink, 2010). Akan tetapi, pengaruh status pernikahan terhadap stress
baik.
126
Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil bahwa pekerja yang berstatus
tidak menikah (21,7 %). Status sebuah hubungan terhadap kesehatan merupakan
suatu hal yang penting. Akan tetapi, kualitas hubungan tersebut juga
dapat dikatakan bahwa pernikahan yang tidak bahagia akan menyebabkan stress
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak menikah (Ogden,
2012).
hubungan antara status pernikahan dengan stress kerja yang dialami para pekerja
kerja baik pada pekerja yang sudah menikah (1,43) maupun belum menikah
(1,39) juga tidak berbeda secara signifikan. Tingkat stress kerja yang cenderung
tidak berbeda ini dapat terjadi karena sama tingginya faktor pekerjaan baik pada
pekerja yang sudah menikah maupun belum menikah sehingga membuat kedua
kelompok pekerja tersebut memiliki tingkat stress kerja yang tidak jauh berbeda.
Hal ini yang kemudian mengakibatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
dengan stress kerja. Pekerja yang berstatus menikah cenderung mengalami stress
lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang tidak menikah. Hal ini terjadi
127
dari pasangannya yang tidak didapatkan oleh pekerja yang tidak menikah
sehingga stress kerja yang dialami cenderung lebih rendah (Olatunji & Mokuolu,
2014).
dengan stress kerja juga dapat disebabkan pada pekerja yang sudah menikah
terhadap stress yang dialami akibat pekerjaannya. Sehingga tingkat stress kerja
baik pada pekerja yang berstatus menikah maupun tidak menikah tidak terlalu
hubungan antara suami dan istri. Akan tetapi, di lain pihak kehadiran anak dalam
pasangan orang tua sehingga dapat menimbulkan perasaan stress. Hal ini
Dari hasil penelitian ini, rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh para
pekerja berjumlah satu orang. Memiliki anak berarti bahwa pekerja memiliki
128
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapatkan hasil bahwa jumlah anak
berhubungan negatif dan tidak signifikan dengan stress kerja yang dialami oleh
Twenge et al (2005) menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak lebih
dari dua akan memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang rendah serta tingginya
dengan stress kerja dapat terjadi dikarenakan jumlah anak yang dimiliki rata-rata
dalam jumlah yang sedikit, yaitu satu orang. Sehingga apabila terdapat efek
stress yang timbul akibat jumlah anak maka tingkat stress yang terjadi tidak
terlalu signifikan berbeda dengan pekerja yang belum memiliki anak. Adapun
stress yang dialami para pekerja lebih mungkin berasal dari faktor pekerjaan
permasalahan di tempat kerja. Masa kerja yang berhubungan dengan stress kerja
bekerja lebih dari lima tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan kerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja baru. Kejenuhan ini yang kemudian
Dari hasil penelitian ini, rata-rata pekerja memiliki masa kerja selama
71,64 bulan. Semakin lama masa kerja akan menyebabkan tingkat stress kerja
yang dialami seseorang semakin tinggi. Pekerja yang memiliki masa kerja lebih
129
dengan pekerja dengan masa kerja yang masih sedikit sehingga pekerja yang
memiliki masa kerja lebih lama akan mengalami stress yang lebih tinggi
(Harigopal, 1995).
kerja berhubungan negatif dengan stress kerja. Hasil penelitian ini berlawanan
dengan penelitian Frone (1998) yang menemukan bahwa semakin lama masa
kerja seseorang maka semakin tinggi stress kerja yang dialami seseorang. Hal ini
pengalaman kerja yang baik sehingga memiliki tanggung jawab pekerjaan yang
lebih besar (Barling et al., 2005). Sedangkan pada penelitian ini, masa kerja
tanggung jawab yang diberikan kepada pekerja tidak tergantung pada masa
kerja. Pekerja baru maupun lama tidak memiliki perbedaan beban kerja yang
signifikan. Oleh karena itu, lama atau baru masa kerja pekerja tidak dapat
ambisius, tidak sabar, agresif dan sangat kritis. Individu dengan tipe kepribadian
bahagia dalam diri mereka. Individu yang memiliki tipe kepribadian ini
tinggi. Selain itu, kepribadian tipe A juga membuat individu mudah marah
(McLeod, 2011).
130
Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata skor sebesar 3,24 dengan
nilai minimum sebesar 2,65 dan nilai maksimum sebesar 4. Jika dibandingkan
dengan total skor sebesar 1 5 maka rata-rata tersebut sudah melebihi nilai
median sebesar 2,5 sehingga rata-rata skor ini memiliki kecenderungan yang
untuk berprestasi dan berkompetisi, dan tidak sabar yang terlihat melalui sifat
terjadinya stress kerja yang tinggi ketika kontrol terhadap pekerjaan rendah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan guru sekola
terjadinya burnout (Kumari, 2008). Selain itu dalam penelitian lainnya yang
131
penelitian ini tidak terdapatnya hubungan antara kepribadian tipe A dengan
stress kerja bisa terjadi dikarenakan baik pekerja yang memiliki kepribadian tipe
A maupun tidak memiliki tingkat stress kerja yang hampir sama sehingga stress
Ketika penilaian seseorang terhadap dirinya baik maka orang tersebut akan
sehingga tingkat stress yang dialaminya cenderung rendah dan begitu juga
Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata skor sebesar 3,59 dengan
nilai minimum sebesaar 2,7 dan nilai maksimum sebesar 4,8. Jika dibandingkan
dengan total skor sebesar 1-5 maka rata-rata skor tersebut sudah melebihi nilai
median sebesar 2,5 sehingga rata-rata skor pada variabel ini memiliki
pekerjaan dan konflik yang dimiliki cukup tinggi (Lundberg & Cooper, 2011).
132
dilakukan juga dapat mempengaruhi penilaian diri seseorang (Aneshensel,
negatif dengan stress kerja yang dialami oleh para pekerja. Hasil penelitian ini
bukti bahwa penilaian diri yang baik dapat membantu mengatasi stress dan
mereka memiliki kemampuan diri yang baik tetapi penilaian diri tersebut tidak
mampu mengurangi perasaan stress yang dialami pekerja faktor pekerjaan yang
tinggi. Sehingga hal ini mengakibatkan penilaian diri tidak berhubungan secara
Penilaian diri yang dimiliki para pekerja sudah cenderung baik. Oleh
karena itu, sebaiknya para pekerja tetap berusaha mempertahankan penilaian diri
yang baik ini. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penurunan penilaian terhadap
kerja. Tingkat kebisingan yang tinggi diklaim sebagai penyebab stress paling
(ILO, 2003).
133
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa jumlah pekerja yang
dengan pekerja yang merasakan bahwa tempat kerja mereka tidak bising (53,6
tempat kerja didapatkan hasil bahwa jumlah pekerja yang terpapar kebisingan
kerja mereka bising biasanya memiliki perasaan yang mudah gelisah. Meskipun
demikian, kebisingan dapat diartikan berbeda pada setiap orang baik dari segi
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan stress kerja yang dialami para
pekerja yang menganggap tempat kerja mereka tidak bising. Sehingga tidak
kerja yang terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya pihak manajemen terus berupaya
134
6.11 Hubungan Antara Pencahayaan Dengan Stress Kerja
dapat memicu terjadinya ketegangan otot mata, kelelahan mata, sakit kepala,
pekerjaannya sehingga akan menghabiskan lebih banyak waktu (Rout & Rout,
2002).
dengan pencahayaan baik hanya sebesar 46,37 %. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak baik dapat memicu terjadinya ketegangan pada otot mata, kerusakan
mata, kelelahan mata, sakit kepala, dan frustasi (Sutherland & Cooper, 2010).
Oleh karena itu, tingkat pencahayaan yang efektif harus diterapkan karena
135
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan stress kerja yang dialami
para pekerja di PT X. Hal ini terjadi dikarenakan tidak terdapat perbedaan rata-
tempat kerja mereka buruk (1,41). Sehingga tingkat stress kerja yang dialami
pencahayaan di tempat kerja mereka cenderung baik. Akan tetapi, jika melihat
minimal pencahayaan untuk tempat kerja. Oleh karena itu, sebaiknya pihak
dengan batas minimal pencahayaan baik untuk lobby 100 lux, ruang kerja 350
lus, laboratorium 500 lux, dan plant 200 lux dengan menggunakan
ini dilakukan untuk mencegah efek jangka panjang bagi kesehatan pekerja
Meskipun pada saat ini suhu di tempat kerja cenderung bisa dikendalikan tetapi
136
lingkungan kerja yang terlalu dingin juga dapat menurunkan tingkat
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa pekerja yang merasakan
suhu di tempat kerja tidak nyaman (55,1 %) lebih banyak dibandingkan dengan
pekerja yang merasakan suhu di tempat kerja mereka nyaman (44,9 %).
59,4 % pekerja bekerja pada ruangan dengan suhu udara yang nyaman. Hal ini
yang bekerja di area plant. Hal ini dapat terjadi dikarenakan suhu udara di area
bagi pekerja. Efek suhu udara yang dirasakan seseorang tergantung pada jenis
dihabiskan pada suhu udara yang terlalu dingin atau panas (Barling et al.,
2005). Hal ini yang kemudian dapat menyebabkan perbedaan persepsi pekerja
Dampak umum ketika bekerja dengan kondisi yang terlalu panas dapat
membuat pekerja merasa lebih sulit untuk mengatasi stressor lain yang terdapat
137
karena itu, persepsi subjektif pekerja terhadap kondisi suhu udara di tempat
timbulnya persepsi suhu udara yang tidak nyaman (Sutherland & Cooper,
2010).
merupakan salah satu variabel yang masuk ke dalam model multivariat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada perawat di
rumah sakit di Iran bahwa suhu udara yang nyaman berhubungan dengan
kualitas tidur yang baik (Azmoon, Dehghan, Akbari, & Souri, 2012). Penelitian
penurunan suhu udara dan penyesuaian kualitas seragam. Bagi lokasi plant,
Ventilasi dilusi ini berfungsi untuk menyuplai dan mengeluarkan udara dalam
jumlah yang besar dalam suatu area bangunan yang biasanya menggunakan
bantuan fan. Selain itu, ventilasi dilusi ini juga dapat digunakan untuk
antara volume ruangan dengan kecepatan udara yang akan dialirkan (CCOHS,
2008). Dengan demikian suhu udara akan menurun serta dapat memberikan
138
dampak yang positif bagi kenyamanan pekerja dalam bekerja. Adapun
tetapi tidak terlalu longgar karena juga dapat membahayakan pekerja. Selain
itu, bahan seragam sebaiknya terbuat dari bahan alami, seperti katun dan wool
lanjut dari Departemen HSE kepada pihak manajemen untuk dapat melakukan
Rendahnya kualitas udara ini dapat disebabkan beberapa hal, seperi tingginya
ventilasi. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi kualitas udara yaitu
terlalu banyak orang di ruangan yang kecil, dan adanya bahan kimia
(Schroeder, 2013).
Dari hasil penelitian ini, pekerja yang merasakan ventilasi di tempat kerja
menganggap bahwa ventilasi di tempat kerja mereka baik (30,4 %). Padahal
139
berdasarkan hasil pengukuran kadar debu, seluruh responden sebenarnya
berada pada lokasi kerja dengan kadar debu pada tingkat yang aman.
1405 Tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kadar debu dan
ukuran ventilasi yang terdapat di tempat kerja mereka telah sesuai dengan
tempat kerja mereka tidak sesuai dengan kondisi aktual. Hal ini bisa terjadi
produktivitas kerja dan kesehatan (Ajala, 2012). Selain itu, berdasarkan hasil
udara dan ventilasi memiliki pengaruh yang paling besar dengan kepuasan
kerja dan stress kerja (Awbi, 2008). Polusi udara juga dapat mempengaruhi
hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan stress kerja yang dialami
140
para pekerja di PT X. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak terdapatnya
ventilasi di tempat kerja baik (1,3) maupun buruk (1,47). Sehingga pekerja
yang menganggap ventilasi baik maupun buruk tidak memiliki tingkat stress
bahwa ruang kerja yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan
membuka seluruh pintu atau jendela atau dengan menggunakan kipas angin.
dilakukan secara periodik minimal satu tahun sekali. Hal ini dilakukan agar
mereka. Dengan demikian, sirkulasi udara akan berjalan dengan baik serta
dapat mencegah timbulnya stress kerja akibat kondisi ventilasi yang buruk.
fisik. Terdapat lima bentuk konflik peran yang biasa terjadi di lingkungan
kerja, yaitu:
141
1. Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik
Dalam penelitian ini, rata-rata skor konflik peran yang dialami para
responden yaitu sebesar 3,56 dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum
5,62. Jika dibandingkan dengan nilai median rata-rata total skor variabel
konflik peran yaitu sebesar 3,5 maka skor pada variabel ini sudah cenderung
tinggi karena sudah melebihi nilai median. Selain itu, nilai maksimum yang
dicapai pun sudah cenderung sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa
konflik peran berperan dalam meningkatkan stress kerja yang dialami para
pekerja. Hal ini dapat terjadi ketika pekerja diharuskan memenuhi tuntutan
membentuk harapan yang berlebihan sehingga sangat sulit untuk dicapai dan
berujung pada munculnya stress yang dialami para pekerja (Vanishree, 2014b).
performa kerja (Barling et al., 2005). Selain itu, dari hasil penelitian lainnya
142
kerja dan komitmen tetapi berhubungan secara signifikan dan positif terhadap
berhubungan positif dengan stress kerja. Hal ini berarti peningkatan konflik
peran yang dirasakan para pekerja dapat meningkatkan tingkat stress kerja
yang mereka alami. Apabila konflik peran terjadi secara terus menerus dan
dari konflik peran, yaitu pengasingan diri, rendahnya privasi , frustasi, dan
tinggi, tetapi variabel ini tidak berhubungan signifikan dengan stress kerja yang
perbedaan karakteristik sampel yang dapat dipengaruhi oleh budaya kerja yang
diimplementasikan di suatu negara. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
Ganster, 2011).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel konflik peran
143
hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi mengenai
konflik peran yang dirasakan para pekerja. Oleh karena itu, sebaiknya pihak
pekerja. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik
tantangan dan kesempatan kerja maka dapat mengurangi konflik peran yang
konflik peran (H. Singh, 2009). Dengan tingkat stress yang rendah maka
perilaku yang diharapkan dari perusahaan. Informasi yang tidak jelas mengenai
harapan yang harus dipenuhi membuat pekerja harus menjalankan peran yang
baru dalam organisasi, perubahan pekerjaan, supervisor baru, atau tempat kerja
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil nilai rata-rata skor sebesar 2,48
dengan nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum 5,33. Jika dibandingkan
dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 3,5 maka rata-rata skor tersebut
144
masih cenderung rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketaksaan peran
yang dirasakan para pekerja cukup rendah. Rendahnya ketaksaan peran yang
dirasakan para pekerja dapat dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial yang
baik dari supervisor maupun rekan kerja (Sutherland & Cooper, 2010). Dengan
adanya dukungan sosial yang baik dari lingkungan di sekitarnya sehingga para
ketaksaan peran tidak berhubungan signifikan dengan stress kerja yang dialami
apabila terjadi peningkatan ketaksaan peran yang dirasakan para pekerja maka
akan semakin meningkatkan stress kerja yang dialami para pekerja. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para
semakin tinggi ketaksaan peran yang dirasakan maka akan semakin tinggi juga
tingkat stress kerja yang dialami. Hal ini kemudian berdampak pada
konflik peran dan ketaksaan peran berdampak pada timbulnya stress kerja yang
2014a) dan (Anton, 2009)). Selain itu, konflik peran dan ketaksaan peran dapat
145
berpengaruh secara tidak langsung terhadap turnover pekerja melalui variabel
stress kerja pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan
kerja pada para pekerja frontline di bidang jasa. Tetapi, dalam penelitian Lord
peran dengan stress kerja pada pekerja clerical, polisi, dan professor (Sams,
2005).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketaksaan peran tidak
komunikasi yang efektif (H. Singh, 2009). Komunikasi efektif ini dapat
aspirasi mereka mengenai pekerjaan yang mereka lakukan dan atasan dapat
pekerja juga dapat mengetahui peran dan tanggung jawabnya secara jelas.
146
6.16 Hubungan Antara Konflik Interpersonal Dengan Stress Kerja
ketidaksepakatan tersebut memicu terjadinya perasaan sakit hati maka hal ini
(Edelmann, 2000). Hubungan sosial yang baik antar sesama pekerja memang
dapat mengurangi perasaan stress di tempat kerja tetapi apabila yang terjadi
tidak demikian maka hal ini dapat menyebabkan timbulnya tekanan dalam
Dalam penelitian ini, nilai rata-rata skor yang didapatkan untuk variabel
ini yaitu sebesar 2,27 dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 3,94. Jika
dibandingkan dengan nilai total skor antara 1-5 maka skor tersebut telah masih
kecenderungan skor dari variabel ini tidak tinggi tetapi dampak adanya konflik
nyata terutama dalam jangka waktu yang panjang. Dampak yang paling
147
tantangan di masa depan. Sehingga apabila seseorang pernah mengalami
lama untuk merenungkan masalah yang pernah dialaminya dan lebih merasa
kerja yang dialami para pekerja berarti semakin tinggi konflik interpersonal
yang dialami para pekerja maka akan semakin meningkatkan stress kerja yang
mereka alami. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya konflik yang dirasakan
oleh para pekerja baik dengan sesama anggota departemen maupun dengan
bentuk aktif maupun pasif. Konflik interpersonal secara aktif dapat terjadi
merupakan salah satu variabel penting yang dapat berdampak kompleks bagi
merupakan salah satu variabel yang masuk ke dalam model multivariat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja di
148
manufaktur skala kecil dan sedang di Jepang menunjukkan bahwa tingginya
efektif ini dilakukan dengan cara melakukan komunikasi dua arah yang
1998). Ketidakpastian pekerjaan ini dapat direspon berbeda oleh setiap pekerja.
149
dapat tetap bekerja. Akan tetapi, di sisi lainnya secara tidak langsung dapat
menimbulkan kondisi stress atau ketidakpuasan dalam diri pekerja yang dapat
Dalam penelitian ini, didapatkan nilai rata-rata skor sebesar 2,7 dengan
dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 2,5 maka skor tersebut sudah
melebih nilai median dan memiliki kecenderungan cukup tinggi. Selain itu,
cenderung lebih tinggi pada pekerja yang berstatus pekerja tetap (2,77)
dibandingkan dengan pekerja tidak tetap (2,43). Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun pekerja telah berstatus sebagai pekerja tetap tetapi keyakinan para
pekerja terhadap masa depan karir mereka di perusahaan ini cenderung rendah.
2011). Bagi para pekerja, ketidakpastian pekerjaan mereka di masa depan dapat
dinilai sebagai ancaman karena hal ini memiliki konsekuensi yang serius yaitu
dapat mengubah kehidupan seseorang secara drastis dan merubah gaya hidup
secara positif yang berarti apabila terjadi ketidakpastian pekerjaan yang terjadi
semakin tinggi maka akan menghasilkan tingkat stress kerja yang lebih tinggi
150
juga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada
& Areni, 2005). Selain itu, hasil penelitian pada pekerja di rumah sakit juga
munculnya gangguan secara psikologis dan fisik. Selain itu, kekhawatiran ini
Inggris (Perrewe & Ganster, 2011). Selain itu, ketidakpastian pekerjaan yang
dirasakan pekerja memang cenderung tinggi tetapi variabel ini tidak terlalu
151
Meskipun tidak berhubungan secara signifikan, tetapi harus diperhatikan
bahwa ketidakpastian pekerjaan ini lebih banyak dirasakan oleh para pekerja
tetap. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun telah memiliki status pekerjaan
mereka saat ini. Untuk itu, sebaiknya pihak manajemen berupaya untuk
yang dapat dilakukan berupa meningkatkan upaya kerja yang stabil baik dari
pihak manajemen dan pekerja melalui diskusi, kontrak kerja yang jelas
mengenai status pekerja, masa kontrak dan upah yang diberikan, menetapkan
Stress terjadi ketika adanya permintaan dari lingkungan yang tidak sesuai
lingkungan tersebut tidak mampu dipenuhi maka individu tersebut akan merasa
diri sendiri dapat menimbulkan terjadinya stress. Hal ini dikarenakan individu
tersebut tidak mampu mengatur dirinya sendiri (Cardwell & Flanagan, 2005).
Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata skor sebesar 2,93
dengan nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 4,88. Jika
dibandingkan total skor sebesar 1-5 maka rata-rata skor tersebut sudah
152
melewati nilai median sebesar 2,5. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ini
kepada para pekerja untuk melakukan kontrol terhadap pekerjaan yang mereka
miliki.
lakukan maka hal ini akan membantu mengurangi stress yang berkaitan dengan
mengurangi perasaan frustasi dan stress di tempat kerja (Lewin, Kaufman, &
Gollan, 2011). Selain itu, menurut Logan dan Ganster (2007), kesempatan
mereka alami. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan lebih tingginya jumlah
153
beban kerja yang membebani para pekerja sehingga kesempatan para pekerja
untuk mengontrol pekerjaan yang mereka miliki saat ini masih belum mampu
Pekerja yang memiliki beban kerja tinggi yang tidak disertai kemampuan untuk
dilakukan dengan baik maka hal ini dapat mencegah terjadinya stress kerja
besar bagi individu. Hal ini dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan yang
154
kehilangan pekerjaan dan sulitnya mencari pekerjaan kembali (Bizymoms,
2013).
Dalam penelitian ini didapat nilai rata-rata skor untuk variabel kurangnya
kesempatan kerja sebesar 3,29 dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5.
Jika dibandingkan dengan total skor antara 1-5 maka nilai rata-rata tersebut
sudah melebihi nilai median untuk skor variabel ini yaitu 2,5. Hal ini
menunjukkan bahwa skor yang didapatkan dalam variabel ini sudah memiliki
yang dirasakan oleh para pekerja bukan disebabkan faktor internal perusahaan
antara variabel kurangnya kesempatan kerja dengan stress kerja. Hal ini berarti
kerja akan semakin meningkatkan stress kerja yang dialami mereka. Dalam
penelitian yang dilakukan selama tahun 1997 hingga 2001 pada pekerja di
155
meningkatkan perilaku konsumsi alkohol dan rokok, serta depresi dan stress
(Eurofound, 2010).
kesempatan kerja merupakan salah satu variabel yang masuk ke dalam model
multivariat. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya keyakinan para pekerja
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Warr (1983)
emosi, dan kecemasan. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Cobb dan
berdampak pada munculnya stress kronis jika terjadi secara terus menerus
(Heaney, Israel, & House, 1994). Menurut Vuuren (1990), perasaan khawatir
156
pekerja dapat menyebabkan menurunnya komitmen mereka terhadap
yang dapat yaitu berupa manajemen stress. Manajemen stress yang dapat
mereka lakukan yaitu dengan selalu berpikir positif terhadap kemampuan yang
membangun relasi dengan rekan kerja di perusahaan saat ini maupun di tempat
sejumlah pekerjaan yang banyak yang harus diselesaikan dalam waktu yang
kerja yang dihadapinya (Rahim, 2011). Stress yang diakibatkan jumlah beban
kerja dapat terjadi akibat beban kerja yang berlebih maupun beban kerja yang
terlalu sedikit. Jumlah beban kerja yang terlalu banyak terjadi ketika beban
kerja yang ada sangat banyak atau ketika pekerja diharuskan bekerja di bawah
yang menyebabkan munculnya stress kerja yang dialami oleh para pekerja di
157
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata skor sebesar
3,26 dengan nilai minimum sebesar 2,55 dan nilai maksimum 4,45. Jika
dibandingkan dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 2,5 maka skor
Berdasarkan rata-rata skor jumlah beban kerja terdapat tiga departemen yang
skor jumlah beban kerja pada penelitian ini berkaitan dengan banyaknya
jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang terbatas.
Menurut Claessens, Van Eerde, Rutte dan Roe (2004), beban kerja yang tinggi
berpola positif sehingga peningkatan jumlah beban kerja yang dialami para
fisik yang cukup serius. Hasil penelitian Buell dan Breslow (1960) menemukan
bahwa pekerja yang memiliki jumlah beban kerja yang tinggi dua kali lebih
berisiko mengalami kematian akibat penyakit jantung. Selain itu, menurut Rau
darah selama bekerja. Tetapi, tekanan darah tersebut akan kembali pada kadar
158
yang normal ketika seseorang memiliki kesempatan untuk mengontrol
pekerjaan yang mereka lakukan (Jex & Britt, 2008). Dari hasil penelitian ini,
yang lebih rendah sehingga pekerja tidak dapat mengatur beban kerja yang
mereka miliki.
dominan berpengaruh terhadap stress kerja yang dialami para pekerja. Hasil
absenteisme, serta perilaku minum alkohol (Rose, 1994). Selain itu, dalam
secara umum, hasil penelitian ini sejalan dengan teori stress kerja dan
penelitian terdahulunya.
statistik, peningkatan beban kerja ini akan semakin meningkatkan stress kerja.
Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pengendalian stress kerja yang saat
ini dialami oleh para pekerja. Langkah pengendalian ini dapat dilakukan
dengan cara mendesain ulang pekerjaan. Desain ulang pekerjaan ini dilakukan
159
untuk mengatur jumlah beban kerja yang diberikan kepada para pekerja serta
Selain itu, melalui desain ulang pekerjaan ini juga dapat memberi kesempatan
mereka lakukan. Dengan melakukan desain ulang pekerjaan ini maka bisa
tercipta prosedur dan ekspektasi yang jelas antara atasan dengan bawahannya
(Borkowski, 2011). Pengaturan jumlah beban kerja juga harus disertai dengan
perencanaan deadline yang bersifat realistis untuk dicapai dan baik bagi
kerja ini harus dilakukan saat perencanaan pekerjaan oleh atasan terhadap
pekerja.
Variasi beban kerja yang beragam dapat menimbulkan stress bagi pekerja
kerja yang biasa terjadi yaitu ketika seorang pekerja dipromosikan pada jabatan
yang lebih tinggi dengan setumpuk perfoma kerja yang harus dicapai tetapi
dibandingkan dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 2,5 maka skor
160
yang didapatkan pada variabel ini sudah cenderung tinggi karena melebihi nilai
menyelesaikan beban kerja tersebut dengan baik. Variasi beban kerja sebagai
salah satu sumber stress juga berhubungan signifikan terhadap penilaian diri
berhubungan positif dan signifikan terhadap stress kerja. Hasil penelitian ini
yang sama bahwa variasi beban kerja yang tinggi berhubungan secara
merupakan salah satu variabel yang masuk ke dalam model multivariat. Hasil
beban kerja dapat menurunkan tingkat stress kerja yang dialami para pekerja.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya kebosanan yang dirasakan oleh para
161
pekerja akibat beban kerja yang kurang beragam. Kebosanan merupakan salah
satu potensi stress yang dapat menyebabkan ketidakpuasan bekerja. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebosanan yaitu dengan mengubah
Pengaturan jumlah beban kerja ini harus dilakukan saat perencanaan pekerjaan
yang baru nantinya dapat meningkatkan motivasi dan tantangan terhadap tugas
yang dihadapi sehingga pekerja memiliki tingkat variasi beban kerja yang
6.22 Hubungan Antara Tanggung Jawab Terhadap Pekerja Lain Dengan Stress
Kerja
dalam organisasi. Tanggung jawab dalam pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu
tanggung jawab terhadap benda dan tanggung jawab terhadap orang lain.
162
memicu terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan memegang tanggung
jawab terhadap benda. Peningkatan tanggung jawab terhadap orang lain berarti
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil nilai rata-rata skor sebesar 2,96
dibandingkan dengan nilai total skor sebesar 1 5 maka skor pada variabel ini
sudah lebih tinggi dari nilai median total skor sebesar 2,5. Hal ini menunjukkan
bahwa tanggung jawab terhadap pekerja lain yang dimiliki oleh para pekerja di
Sehingga semakin tinggi tanggung jawab seseorang terhadap orang lain maka
pekerja yang memiliki tanggung jawab dalam mengatur orang lain akan
terhadap orang lain juga dapat menyebabkan munculnya rasa cemas. Hal ini
dapat terjadi pada berbagai profesi yang tidak terbatas hanya pada seorang
manajer tetapi juga guru, petugas kesehatan, pelaksana hukum (Gatchel &
Schultz, 2012).
orang lain berhubungan negatif dengan stress kerja yang dialami oleh para
163
diemban oleh pekerja tidak mempengaruhi peningkatan stress kerja yang
dialami oleh para pekerja. Menurut Karasek dan Theorell (1990), tanggung
yang dialami para pekerja (Aldwin, 2007). Pada penelitian ini, keduanya telah
berjalan beriringan tetapi tingginya beban kerja yang dimiliki para pekerja
dengan baik tetapi jumlah beban kerja tetap tinggi maka pekerja tetap akan
orang lain yang dirasakan para pekerja. Langkah pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu dengan mendesain ulang pekerjaan. Desain ulang pekerjaan ini
terhadap pihak lain yang memiliki pekerjaan lebih sedikit sebaiknya dilakukan
agar pekerjaan dan tanggung jawab tersebut tidak menumpuk pada pekerja
tertentu saja.
Kerja
bagi pekerja tersebut. Kondisi seperti ini seringkali terjadi ketika pekerja
164
memiliki kemampuan yang banyak untuk melakukan suatu pekerjaan. Akan
alat bantu atau adanya pekerja lain yang melakukan tugas tersebut. Kondisi
pekerjaan yang demikian dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
ketidakpuasan bagi pekerja sehingga berdampak pada timbulnya stress (Ross &
Altmaier, 2000).
Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata skor sebesar 2,55 dengan
nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5. Jika dibandingkan dengan total skor
antara 1 5 maka rata-rata skor tersebut sudah melebihi nilai media sebesar 2,5
pekerja yang tidak digunakan dapat terjadi ketika kemampuan yang dimiliki
Vlydegger, & Paludi, 2006). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kemampuan
yang tidak digunakan berhubungan negatif dengan stress kerja. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan penelitian Watari yang
prevalensi tekanan darah tinggi pada populasi pekerja (Konno & Munakata,
2014). Pada penelitian ini tidak terdapatnya hubungan antara kedua variabel
165
dengan baik tetapi hal ini bukan merupakan suatu hal yang menyebabkan
terjadinya stress. Akan tetapi, terdapat faktor pekerjaan lainnya yang dapat
orang lain memiliki banyak sumber emosi yang bersifat negatif, seperti
kesedihan, mudah marah, tidak sabar, dll. Secara umum, standar yang
terhadap klien yang dihadapi. Akan tetapi, hal ini bukanlah suatu perkara yang
dirasakan pekerja yaitu sebesar 3,09 dengan nilai minimum 2,2 dan nilai
maksimum 4. Jika dibandingkan dengan nilai total skor antara 1 4 maka rata-
rata skor tersebut sudah melewati nilai median sebesar 2. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa rata-rata skor pada variabel ini memiliki kecenderungan
yang tinggi. Beban kerja berlebih yang dimiliki pekerja dapat menyebabkan
kurangnya waktu kerja serta sulitnya bagi pekerja untuk mencapai sasaran
dihadapi pekerja dalam jumlah yang besar maka mereka akan mengalami
166
menurunnya kapasitas kerja seseorang dan menyebabkan menumpuknya beban
positif dan sedang antara variabel tuntutan mental dengan stress kerja. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi tuntutan mental yang dihadapi pekerja maka akan
dengan tuntutan mental yang baik seharusnya berada pada level tuntutan
mental yang nyaman bagi pekerja sehingga sesuai dengan kemampuan yang
memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pekerja
tidak menganggap tuntutan mental sebagai penyebab utama stress yang mereka
rasakan akibat pekerjaan. Stress yang dialami pekerja bisa saja lebih
dipengaruhi faktor pekerjaan lainnya, seperti jumlah beban kerja yang lebih
banyak dibandingkan tuntutan kerja secara mental. Sehingga variabel ini tidak
mental berhubungan positif terhadap stress kerja. Oleh karena itu, pihak
167
mengenai jumlah pekerjaan dengan kapasitas pekerja, rotasi tingkat kesulitan
Gangguan yang dapat dialami pekerja shift berupa gangguan pernapasan, detak
jantung, tekanan darah, eksresi urin, mitosis sel, produksi hormon, dan
gangguan irama sirkadian. Shift kerja terutama pada malam hari akan
menyebabkan perubahan kerja dimana para pekerja diharuskan lebih aktif pada
penyesuaian diri terhadap shift bukan suatu hal yang mudah. Hal ini
aktivitas yang akan dilakukan tetapi juga berkaitan dengan proses sirkadian di
Dari hasil penelitian ini didapatkan jumlah pekerja yang bekerja secara
tidak shift (56,5 %) lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang bekerja
secara shift (43,5 %). Pekerja yang bekerja secara shift merupakan subjek yang
rentan mengalami stress kerja, seperti kelelahan, mudah marah, depresi dan
kurang minat bekerja (Speegle, 2013). Menurut hasil penelitian Riber dan
adalah gangguan tidur dan kelelahan. Menurut Akerstedt (1998) tiga dari
empat pekerja shift mengalami masalah kesehatan dan mengalami kurang tidur
168
Berdasarkan hasil analisis bivariat, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara shift kerja sengan stress kerja. Hasil penelitian ini sejalan
shift merasakan kelelahan dan malaise lebih tinggi tetapi tidak ditemukan
yang serupa yaitu pekerjaan shift tidak memiliki dampak yang signifikan
Pada penelitian ini, tidak terdapatnya hubungan antara shift kerja dengan
stress kerja dapat terjadi karena pekerja shift sudah beradaptasi dengan baik
dengan jadwal kerja mereka yang harus bergilir sehingga rata-rata tingkat
stress pekerja baik shift (1,41) maupun tidak shift (1,42) tidak berbeda jauh.
Selain itu, pengaruh pekerjaan terhadap pekerja yang berbeda shift bisa saja
tidak berbeda sehingga stress yang dialami para pekerja tidak dipengaruhi oleh
faktor shift kerja tetapi faktor pekerjaan lainnya, seperti beban kerja. Dengan
demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat stress kerja
terang, menyediakan diet makanan yang sehat serta penentuan jam makan yang
169
sesuai, pelarangan konsumsi alkohol dan obat terlarang (Stranks, 2005), serta
diupayakan agar pekerja berusia tua tidak bekerja secara shift lagi karena
kondisi stress bagi seorang pekerja. Pada semua model stress kerja, aktivitas di
luar pekerjaan diakui sebagai salah satu sumber stress bagi pekerja. Aktivitas di
luar pekerjaan yang dapat mempengaruhi kondisi stress sangat beragam, seperti
yang berasal dari aktivitas di luar pekerjaan dapat memperburuk kondisi stress
Dari hasil penelitian ini, rata-rata skor aktivitas di luar pekerjaan sebesar
2,19 dengan nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum sebesar 5. Jika
dibandingkan dengan total skor antara 0 -7 maka rata-rata skor pada variabel
ini belum melebihi nilai median sebesar 3,5 sehingga memiliki kecenderungan
yang rendah. Stress yang terjadi di tempat kerja juga dapat dipengaruhi oleh
170
luar pekerjaan juga dapat mempengaruhi kehidupan di lingkungan pekerjaan
(Nelson & Quick, 2013). Konflik yang berasal dari luar pekerjaan dapat
dalam kehidupan, dan kesehatan mental yang rendah (Ivancevich & Ganster,
2014).
berhubungan dengan positif dengan stress kerja. Hal ini berarti bahwa
dialami para pekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Allen
signifikan pada kedua variabel tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
stress kerja yang dialami. Stress kerja yang dialami para pekerja dapat terjadi
daripada faktor aktivitas di luar pekerjaan sehingga hal ini yang mengakibatkan
kerja.
pekerja. Hal ini dikarenakan lingkungan yang baik dapat mencegah timbulnya
faktor yang dapat menyebabkan stress. Dalam lingkungan kerja yang rukun
171
maka pekerja tidak akan mungkin mendapatkan tindakan yang tidak adil.
Selain itu, jika dalam lingkungan kerja banyak terdapat sumber stress,
dukungan sosial bisa menjadi penahan dampak negatif sumber stress yang
Dalam penelitian ini, rata-rata skor dukungan sosial yang didapatkan oleh
para responden, yaitu sebesar 3,87 dengan nilai minimum sebesar 2,12 dan
nilai maksimum sebesar 5. Jika dibandingkan dengan nilai total skor sebesar 1-
5 maka skor yang didapatkan dalam penelitian ini sudah melebihi nilai median
total skor. Sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan sosial yang didapatkan
kerja yang tinggi. Selain itu, deukungan sosial sangat membantu seseorang
bekerja dengan dua cara, yaitu seseorang yang terpapar stress kerja tinggi tetapi
memiliki dukungan sosial baik maka akan lebih menganggap keadaan stress
yang dialaminya sebagai suatu hal yang biasa saja dibandingkan dengan orang
lain yang hanya memiliki dukungan sosial yang rendah. Cara yang kedua, yaitu
yang dialaminya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh House (1981) yang mengukur mengenai jumlah dukungan sosial yang
diterima dari supervisor, rekan kerja, keluarga, dan teman. House menemukan
bahwa pekerja yang mendapat dukungan sosial dari supervisor dan rekan kerja
172
akan merasakan stress yang lebih rendah. Sedangkan dukungan sosial dari
keluarga atau teman hanya memiliki dampak yang kecil atau bahkan tidak
memiliki dampak sama sekali (Rout, 2002). Selain itu, dalam mengatasi stress
yang dialami seseorang, dukungan sosial dapat berfungsi sebagai tiga hal, yaitu
efek pencegahan, efek penyembuhan, dan efek moderating (Rossi, Perrewe, &
Sauter, 2006).
Meskipun rata-rata skor yang didapatkan pada variabel ini sudah cukup
memiliki hubungan yang signifikan dengan stress kerja yang dialami oleh para
pekerja di PT X. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa beban kerja yang tinggi jika disertai
dengan dukungan sosial yang baik maka mampu mencegah dampak stress yang
dialami oleh seseorang (Kato, 2008). Hal ini dapat terjadi dikarenakan
dukungan sosial yang dimiliki oleh para pekerja tidak mampu mengurangi
lainnya, seperti konflik peran, ketaksaan peran dan rendahnya partisipasi. Akan
tetapi dalam penelitian ini, dukungan sosial yang baik sekalipun tidak mampu
menurunkan stress kerja yang dialami para pekerja akibat tingginya faktor
pemicu stress yang berasal dari faktor pekerjaan. Selain itu, berdasarkan
173
terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stress kerja. Selain itu, pada
sosial dengan stress kerja khususnya ketika dilakukan analisis regresi pada
dukungan sosial yang tercipta di lingkungan kerja sudah baik. Oleh karena itu,
lingkungan sosial yang baik ini sebaiknya tetap terjaga untuk mencegah
timbulnya stress kerja. Dukungan sosial yang baik dapat berupa hubungan
terhadap sesama pekerja, serta meningkatkan aktivitas sosial dan rekreasi untuk
174
BAB VII
7.1 Simpulan
disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata tingkat stress kerja yang dialami oleh responden, yaitu sebesar
1,42.
e. Rata-rata masa kerja yang telah dilalui responden yaitu selama 71,64
bulan ( 6 tahun).
sebesar 3,24.
3,59
175
b. Responden yang memiliki persepsi pencahayaan tempat kerja baik
2,27.
sebesar 2,7.
2,93.
sebesar 3,29.
3,26.
3,62.
176
o. Rata-rata tuntutan mental yang dirasakan respoden yaitu sebesar 3,09.
p. Responden yang bekerja secara tidak shift lebih besar yaitu berjumlah
2,19.
berikut:
jumlah anak, masa kerja dan kepribadian tipe A dengan stress kerja
b. Ada hubungan antara penilaian diri dengan stress kerja pada pekerja di
PT X tahun 2014.
berikut:
tahun 2014.
177
8. Tidak ada hubungan antara faktor aktivitas di luar pekerjaan dengan stress
9. Tidak ada hubungan antara faktor dukungan sosial dengan stress kerja
10. Faktor yang masuk model akhir multivariat, yaitu jumlah beban kerja,
beban kerja dengan faktor yang paling dominan berhubungan yaitu faktor
7.2 Saran
beragam dan pekerja terhindar dari kebosanan kerja. Desain ulang ini
178
3. Menurunkan suhu udara di area plant dengan menggunakan ventilasi
dilusi hingga mencapai suhu udara yang nyaman bagi pekerja (18-
material alami, seperti katun dan wool dan ukuran yang longgar untuk
bising
baik sesuai dengan lokasi kerja (lobby 100 lux, ruang kerja 350 lux,
179
9. Meningkatkan upaya kerja yang stabil, pembuatan kontrak kerja yang
bekerja.
serta membangun relasi dengan rekan kerja di perusahaan saat ini atau
180
3. Mengatur waktu dengan baik antara menyelesaikan pekerjaan dengan
181
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, R., Widyahening, I. S., Amri, Z., & Kusumawardhani, A. (2011). Stressor
Aghaei, M., Asadollahi, A., Moezzi, A. D., Beigi, M., & Parvinnejad, F. (2013). The
Jakarta.
Aneshensel, C. S., Phelan, J. C., & Bierman, A. (2013). Handbook of the Sociology
182
Anton. (2009). The Impact of Role Stress on Workers Behavior Through Job
Antoniou, Polychroni, F., & Vlachakis, A. N. (2006). Gender and Age Differences in
http://www.av.se/dokument/inenglish/themes/stress.pdf.
Azmoon, H., Dehghan, H., Akbari, J., & Souri, S. (2012). The Relationship bertween
Thermal Comfort and Light Intensity with Sleep Quality and Eye Tiredness
Barling, J., Kelloway, E. K., & Frone, M. R. (2005). Handbook of Work Stress.
Bickford, M. (2005).
Stress in the Workplace: A General Overview of the Causes, the Effects, and
career/lack-of-job-opportunities.html
183
Burgard, S. A., Kalousova, L., & Seefeldt, K. S. (2012). Perceived Job Insecurity and
Byrne, D. G., & Rosenman, R. H. (1990). Anxiety and the Heart. United States of
http://nutritionalbalancing.org/center/htma/conditions/articles/distress.php
http://www.ccohs.ca/oshanswers/prevention/ventilation/introduction.html
Human Services.
Chirumbolo, A., & Areni, A. (2005). The Influence of Job Insecurity on Job
http://www.cmha.ca/mental_health/the-stress-of-parenting/#.U15CD_mSxnY
Desy. (2002). Tingkat Stress Kerja dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
184
Dewe, P. J., O'Driscoll, M. P., & Cooper, C. L. (2010). Coping wth Work Stress: A
Review and Critique. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Emeny, R. (2013). Workplace Stress Poses Risk to Health. Brain, Behavior, and
Firmana, A. S., Firmana, W. H., & Hariyono, W. (2011). Hubungan Shift Kerja
Flin, R. H., O'Connor, P., & Crichton, M. (2008). Safety at the Sharp End: A Guide
Limited.
185
Forbes. (2012). The Key to Economic Growth: Reduce The Unemployment Rate.
http://www.forbes.com/sites/mikepatton/2012/08/27/the-key-to-economic-
growth-reduce-the-unemployment-rate/
Golubic, R., Milosevic, M., Knezevic, B., & Mustajbegovic, J. (2009). Work-related
Halkos, G., & Bousinakis, D. (2010). The Effct of Stress and Satisfaction on
Hansson, R., Robson, S., & Limas, M. (2001). Stress and Coping Among Older
Hardy, S., Carson, J., & Thomas, B. (1998). Occupational Stress: Personal and
Heaney, C. A., Israel, B. A., & House, J. S. (1994). Chronic Job Insecurity Among
Heery, E., & Salmon, J. (1998). The Insecure Workforce: Cardiff University.
Hess, J. (2008). Marital Satisfaction and Parental Stress. (Magister), Utah State
186
http://books.google.co.id/books?id=t-
aT34ocDf8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
http://eprints.undip.ac.id/33160/10/Artikel_HUBUNGAN_TINGKAT_STRE
S_DENGAN_KEJADIAN_INSOMNIA.pdf
Organization
of America: NIOSH.
Ivancevich, J. M., & Ganster, D. C. (2014). Job Stress From Theory to Suggestion.
Jamal, M., & Ahmed, S. W. (2009). Job Stress, Stress-Prone Type A Behavior, and
187
Jex, S. M., & Britt, T. W. (2008). Organizational Psychology: A Scientist-
Juneja, N. (2004). How Principals Manage Stress: Strategies for Successful Coping.
http://books.google.co.id/books?id=AGNsKc11JuIC&pg=PA11&dq=qualitat
ive+workload&hl=id&sa=X&ei=0C6hU9DaBo6UuATpvoKACw&ved=0CF
IQ6AEwCA#v=onepage&q=qualitative%20workload&f=false
Kazronian, S., Zakerian, S., Saraji, J., & Hosseini, M. (2013). Reliability and
Klau, I. C. T. (2010). Hubungan Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Dengan
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/ike%20christine.pd
188
Koslowsky, M. (1998). Modelling the Stress-Strain Relationship in Work Settings.
London: Routledge.
Krantz, G., Burntson, L., & Lundberg, U. (2005). Total Workload, Work Stress and
Kroemer, K. H. E., & Grandjeai, E. (1997). Fitting The Task to The Human (Fifth
Labour. (2010). Pencegahan Terhadap Serangan Hawa Panas Pada Saat Bekerja di
http://www.labour.gov.hk/eng/public/oh/HeatStroke_Indo.pdf
Leavitt, J., & Leavitt, F. (2011). Improving Medical Outcomes: The Psychology of
Inc.
Lewin, D., Kaufman, B. E., & Gollan, P. J. (2011). Advances in Industrial and Labor
Lundberg, U., & Cooper, C. L. (2011). The Science of Occupational Health: Stress,
Publishing.
http://www.simplypsychology.org/personality-a.html
189
Mroczek, D. K., & Almeida, D. M. (2004). The Effect of Daily Stress, Personality,
Mruk, C. J. (2006). Self Esteem Research, Theory, and Practice. United States of
http://www.cdc.gov/niosh/pdfs/87-111-c.pdf
Nelson, D., & Quick, J. (2013). Organizational Behavior: Science, The Real World
NIOSH. (1999a). Stress At Work. What Can Be Done About Job Stress?
http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/pdfs/99-101.pdf
Nishitani, N., Sakakibara, H., & Akiyama, I. (2013). Short Sleeping Time and Job
109.
Nuryati, K. (2007). Tingkat Stress Kerja Pada Karyawan SPBU Bagian Operator
O'Rourke, J., & Collins, S. (2009). Managing Conflict and Workplace Relationships
Olatunji, & Mokuolu, B. (2014). The Influence of Sex, Marital Status, and Tneure of
190
Federal Health Institution. International Multidisciplinary Journal, 8(1), 126-
133.
Olpin, M., & Hesson, M. (2010). Stress Management for Life. United States of
https://osha.europa.eu/en/topics/stress/definitions_and_causes
Praeger Publishers.
University Press.
Publishing Limited.
Pestonjee, D., & Pandey, S. (2013). Stress and Work: Perspective in Understanding
Praag, H. V., Kloet, E. d., & Os, J. v. (2004). Stress, the Brain and Depression. New
191
Quah, J., & Campbell, K. M. (1994). Role Conflict and Role Ambiguity as Factors in
2.
Ram, N., Khoso, I., Shah, A. A., Chandio, F. R., & Shaikih, F. M. (2011). Role
Rauschenbach, C., Krumm, S., Thielgen, M., & Hertel, G. (2013). Age and Work
Resnick, B. (2004). Restorative Care Nursing for Older Adults: A Guide for All Care
Pearson Education.
Rose, A. H. (1994). Human Stress and The Environment (Vol. 5). Swiss: Gordon and
Rossi, A. M., Perrewe, P. L., & Sauter, S. L. (2006). Stress and Quality of Working
Rout, U. R., & Rout, J. K. (2002). Stress Management for Primary Health Care
192
Sams, D. (2005). An Empirical Examination of Job Stress and Management of
from
http://books.google.co.id/books?id=_5qVD8WjLvkC&pg=PA35&dq=role+c
onflict+to+job+stress&hl=id&sa=X&ei=-
XKiU_XPPMmfugSL6YHYCg&ved=0CDIQ6AEwAw#v=onepage&q=role
%20conflict%20to%20job%20stress&f=false
Sarwono, & Purwono. (2006). Hubungan Masa Kerja Dengan Stres Kerja Pada
Schabracq, M. J., Winnubst, J. A., & Cooper, C. L. (2003). The Handbook of Work
and Health Psychology. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Schlick, C. M., Frieling, E., & Wegge, J. (2013). Age Differentiated Work Systems.
www.familyserviceseap.com
http://health.usnews.com/health-news/blogs/on-parenting/2009/04/13/having-
children-adds-stress-to-marriage
193
Sonnentag, S., Perrewe, P. L., & Ganster, D. C. (2009). Current Perspective on Job
Speegle, M. (2013). Safety, Health, and Environmental Concepts for the Process
ILO.
Butterworth-Heinemann.
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-
gdl-trisukmono-7019
Swapana, C., Singh, A., & Demen, J. (2008). Type A Behavior Pattern, Stress and
Tawatsupa, B., Lim, L. L., Kjellstrom, T., Seubsman, S.-a., & Sleigh, A. (2010). The
194
Occupational Heat Stress Among a Large National Cohort of 40,913 Thai
Publishing.
Vanishree, P. (2014a). Impact of Role Ambiguity, Role Conflict and Role Overload
Vanishree, P. (2014b). Impact of Role Ambiguity, Role Conflict and Role Overload
Yahaya, A., Yahaya, N., Amat, F., Bon, A. T., & Zakariya, Z. (2010). The Effect of
195
Yasuaki, S., Takeji, U., & Yoshihiro, H. (2012). Post Traumatic Stress Disorder and
Zyl, L. V., Eeden, C. V., & Rothmann, S. (2013). Job Insecurity and The Emotional
196
No. Responden (Diisi Oleh Peneliti):
Kuesioner Penelitian
Saya Asri Karima mahasiswa semester 8 peminatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya akan melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Stress Kerja Pada Pekerja di PT X Tahun 2014. Dalam rangka penelitian
tersebut, saya meminta kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini. Sebelum anda mengisinya,
silahkan membaca dengan seksama petunjuk pengisian. Jawablah setiap pertanyaan sesuai kondisi
yang anda alami. Jawaban yang anda tulis akan sangat membantu saya. Penelitian ini tidak akan
mencapai sasaran jika anda tidak menjawabnya sesuai dengan kondisi yang anda alami. Semua data
dalam kuesioner ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian. Sebelum
mengembalikan kuesioner ini, mohon periksa jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewat. Atas
bantuan dan kerja sama yang Anda berikan, saya ucapkan terima kasih.
Responden Peneliti
Asri Karima
PETUNJUK PENGISIAN
2. Isilah setiap pertanyaan pada kolom jawaban yang tersedia di bagian kanan
3. Beri tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia untuk tipe pertanyaan dengan
skala Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju / Sangat Mudah Sulit / Tidak Pernah - Sangat
Sering, dsb
4. Tuliskan angka yang merupakan jawaban anda pada kolom jawaban yang tersedia untuk tipe
pertanyaan dengan skala 0 3 / 1 5 / 1 7 . Sesuaikan jawaban anda dengan pilihan skala
yang tersedia di masing-masing pertanyaan.
IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap
No. Handphone
Departemen
A. INFORMASI PRIBADI
No Pertanyaan Jawaban
A1 Jenis Kelamin
1. Perempuan
2. Laki-laki
A2 Tanggal lahir
A3 Status Pernikahan
1. Tidak Menikah
2. Menikah
A4 Berapa jumlah anak anda Orang
Tuliskan angka yang merupakan jawaban anda pada kolom jawaban yang tersedia!
Pilihan Jawaban
1 = Sangat tidak tepat sekali; 4 = Tidak tepat; 7 = Sangat tepat sekali
2 = Sangat tidak tepat; 5 = Tepat;
3 = Kurang tepat; 6 = Sangat tepat;
No Pernyataan Jawaban
D1 Saya mengetahui hak saya sebagai pekerja
D2 Saya mengetahui dengan jelas rencana, sasaran dan tujuan pekerjaan saya
D3 Saya harus menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang berbeda atau tidak biasa
D4 Saya membagi waktu dengan baik selama bekerja
D5 Saya mendapat tugas tanpa adanya bantuan padahal saya membutuhkannya
D6 Saya mengetahui tanggung jawab kerja saya
D7 Saya harus melanggar peraturan atau kebijakan untuk menyelesaikan tugas
saya
D8 Saya bekerja dengan dua departemen atau lebih yang memiliki cara bekerja
berbeda dengan departemen saya
D9 Saya mengetahui apa yang diharapkan perusahaan dari hasil kerja saya
D10 Saya mendapat permintaan kerja yang bertentangan dari dua orang atau lebih
D11 Cara saya menyelesaikan pekerjaan tidak dapat diterima orang lain
D12 Saya menerima tugas tanpa sumber daya dan material yang cukup untuk
menyelesaikannya
D13 Saya mengetahui tugas yang harus saya selesaikan selama bekerja
D14 Saya mengerjakan hal yang tidak penting
E. KONFLIK INTERPERSONAL
Sangat
Tidak Sangat
No. Pernyataan Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Adanya kerukunan antar anggota departemen
E1.
saya
Dalam departemen saya, kami sering berselisih
E2.
mengenai pekerjaan
Adanya perbedaan pendapat di antara anggota
E3.
departemen saya
E4. Adanya perselisihan di departemen saya
Setiap anggota departemen saya saling
E5.
mendukung ide anggota lainnya
Adanya perselisihan antar tim kerja di dalam
E6.
departemen saya
Adanya keramahan di antara anggota
E7.
departemen
Adanya rasa kebersamaan di dalam departemen
E8.
saya
Adanya perselisihan antara departemen saya
E9.
dengan departemen lain
Adanya kesepakatan kerja antara departemen
E10.
saya dengan departemen lain
Departemen lain menyembunyikan informasi
E11.
penting yang dibutuhkan departemen saya
Hubungan antara departemen saya dengan
E12. departemen lain berjalan rukun dalam
mencapai tujuan organisasi
Kurangnya rasa tolong menolong antara
E13.
departemen saya dengan departemen lain
Adanya kerjasama antara departemen saya
E14.
dengan departemen lain
Adanya perselisihan antara departemen saya
E15.
dengan departemen lain
Departemen lain membuat masalah dengan
E16.
departemen saya
F. KETIDAKPASTIAN PEKERJAAN
Sangat
Tidak Cukup Sangat
No Pertanyaan Tidak Yakin
Yakin Yakin Yakin
Yakin
F1 Apakah anda yakin dengan masa depan
pekerjaan anda?
F2 Seberapa yakin anda akan mendapat kesempatan
kenaikan jabatan beberapa tahun ke depan?
F3 Seberapa yakin keterampilan kerja anda akan
berguna dan bernilai lima tahun mendatang?
F4 Seberapa yakin diri anda mengenai tanggung
jawab pekerjaan yang akan anda dapatkan
selama enam bulan ke depan?
Tuliskan angka yang merupakan jawaban anda pada kolom jawaban yang tersedia! Pernyataan di
bawah ini berkaitan dengan pengaruh anda dalam mengatur pekerjaan di departemen anda.
Pilihan Jawaban
H. KESEMPATAN KERJA
I. TUNTUTAN KERJA
Tuliskan angka yang merupakan jawaban anda pada kolom jawaban yang tersedia! Pertanyaan di
bawah ini berkaitan dengan beban kerja anda sehari-hari.
Tidak
Tidak Agak Sangat
No Pertanyaan terlalu Banyak
ada banyak banyak
banyak
J1 Berapa banyak beban kerja yang
memperlambat anda?
J2 Selama bekerja, berapa banyak waktu yang
anda gunakan untuk berpikir dan merenung?
J3 Berapa banyak beban kerja anda?
J4 Berapa banyak pekerjaan yang harus anda
selesaikan?
J5 Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan?
J6 Berapa banyak proyek dan tugas yang anda
dalam bekerja?
J7 Berapa banyak ketenangan yang anda rasakan
di antara beban kerja yang berat?
J8 Berapa besar tanggung jawab anda terhadap
masa depan orang lain?
J9 Berapa besar tanggung jawab anda terhadap
keamanan kerja orang lain?
Tidak
Tidak Agak Sangat
No Pertanyaan terlalu Banyak
ada banyak banyak
banyak
J10 Berapa besar tanggung jawab anda terhadap
moral orang lain?
J11 Berapa besar tanggung jawab anda terhadap
kesejahteraan dan kehidupan orang lain?
K. TUNTUTAN MENTAL
Agak Sangat
Sangat Agak
No Pernyataan Tidak Tidak
Setuju Setuju
Setuju Setuju
K1 Pekerjaan saya membutuhkan konsentrasi yang tinggi
K2 Pekerjaan saya mengharuskan saya mengingatkan banyak
hal
K3 Saya harus fokus dalam bekerja setiap waktu
K4 Saya selalu bekerja dengan santai tetapi pekerjaan saya
tetap selesai dengan baik
K5 Saya tetap dapat bekerja meskipun pikiran saya sedang
tidak fokus
L. PENILAIAN DIRI
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
L1 Secara keseluruhan, saya merasa puas dengan
diri saya
L2 Saya merasa saya tidak cukup untuk
dibanggakan
L3 Terkadang saya merasa tidak berguna
L4 Saya merasa bahwa saya berharga dan setara
dengan orang lain
L5 Saya merasa saya memiliki kualitas diri yang
baik
L6 Saya cenderung merasa bahwa diri saya gagal
L7 Saya berharap bisa lebih peduli terhadap diri
saya
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
No Pertanyaan Ya Tidak
M1 Apakah anda memiliki pekerjaan lain?
M2 Apakah anda memiliki anak di rumah?
M3 Apakah anda memiliki tanggung jawab utama dalam mengurus anak?
M4 Apakah anda memiliki tanggung jawab utama dalam membersihkan rumah?
M5 Apakah anda memiliki tanggung jawab utama dalam merawat orang yang lanjut
usia atau orang memiliki kelainan fisik/mental?
M6 Apakah anda sedang sekolah dan mengambil kursus untuk mendapat gelar?
M7 Apakah anda mengikuti organisasi keagamaan yang menghabiskan waktu
sekitar 5-10 jam per minggu?
N. DUKUNGAN SOSIAL
Tuliskan angka yang merupakan jawaban anda pada kolom jawaban yang tersedia!
Pilihan Jawaban
2 = Tidak membantu;
3 = Jarang membantu;
4 = Kadang membantu;
5 = Sangat membantu/mudah
No Pertanyaan Jawaban
N1 Apakah keberadaan atasan anda membuat pekerjaan anda lebih mudah?
N2 Apakah rekan kerja anda membuat pekerjaan anda lebih mudah?
N3 Apakah mudah berdiskusi mengenai pekerjaan dengan atasan anda?
N4 Apakah mudah berdiskusi mengenai pekerjaan dengan rekan kerja anda?
N5 Apakah atasan anda mau membantu anda ketika terjadi kesulitan saat bekerja?
Apakah rekan kerja anda mau membantu anda ketika terjadi kesulitan saat
N6
bekerja?
N7 Apakah atasan anda mau mendengarkan masalah pribadi anda?
N8 Apakah rekan kerja anda mau mendengarkan masalah pribadi anda?
O. KEPRIBADIAN TIPE A
Sangat
Tidak Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Tepat
Tepat Tahu Tepat
Tepat
O1 Saya sering merasa gelisah
O2 Saya bekerja dengan cepat dan
energik
O3 Saya sangat lambat ketika berbicara
di telepon
O4 Saya sering terburu-buru ketika
mengerjakan apapun
O5 Saya sering menggerakkan tangan
dan kepala ketika berbicara
O6 Saya jarang mengebut ketika
berkendara
O7 Saya suka pekerjaan yang berpindah-
pindah tempat
O8 Orang-orang mengganggap saya lebih
diam dari biasanya
O9 Gaya berbicara saya lembut
dibandingkan orang lain
O10 Saya selalu menulis dengan cepat
O11 Saya lambat dan hati-hati dalam
bekerja
O12 Cara makan saya lambat
O13 Saya senang mengebut ketika
berkendara
O14 Saya senang bekerja dengan lambat
dan hati-hati
O15 Cara berbicara saya lambat
O16 Saya membiarkan masalah selesai
dengan sendirinya
O17 Saya senang mempengaruhi orang
lain
O18 Cara berjalan saya lambat
O19 Cara makan saya cepat
O20 Saya biasa bekerja dengan cepat
P. PERUBAHAN FISIOLOGIS
Pernyataan di bawah ini berkaitan dengan perubahan kesehatan yang anda rasakan selama
beberapa bulan terakhir.
Tuliskan angka yang merupakan jawaban anda pada kolom jawaban yang tersedia! Pernyataan di
bawah ini berkaitan dengan perasaan anda selama beberapa minggu terakhir.
Pilihan Jawaban
0 = Hampir tidak pernah (kurang dari 1 hari);
1 = Jarang terjadi (sekitar 1-2 hari);
2 = Kadang-kadang terjadi (sekitar 3-4 hari);
3 = Hampir terjadi setiap waktu (sekitar 5-7 hari)
No Pernyataan Jawaban
Q1 Saya merasa terganggu dengan hal yang biasanya tidak mengganggu
Q2 Nafsu makan saya menurun
Q3 Saya tidak dapat menghilangkan rasa sedih meskipun telah dibantu teman
atau keluarga saya
Q4 Saya merasa diri saya sebaik orang lain
Q5 Saya sulit berkonsentrasi dalam bekerja
Q6 Saya merasa tertekan atau depresi
Q7 Saya merasa semua yang saya lakukan adalah sebuah usaha
Q8 Saya merasa optimis terhadap masa depan saya
Q9 Saya merasa hidup saya merupakan sebuah kegagalan
Q10 Saya merasa ketakutan
Q11 Saya merasa gelisah ketika tidur
Q12 Saya merasa senang
Q13 Saya berbicara lebih sedikit daripada biasanya
Q14 Saya merasa kesepian
Q15 Saya merasa orang-orang tidak ramah
Q16 Saya menikmati hidup saya
Q17 Saya mudah menangis
Q18 Saya merasa sedih
Q19 Saya merasa orang-orang tidak menyukai saya
Q20 Saya sulit mengalihkan perhatian saya
Tingkat
Lokasi Urutan
No Pencahayaan Keterangan
Pengukuran Tempat
(dalam Lux)
1 Office Lobby 36,05 Tidak Sesuai
Meja 1 441
Meja 2 390
Sesuai
Meja 3 442,3
2 Laboratorium
Meja 4 392,5
Meja 5 243,9
Tidak Sesuai
Meja 6 275,6
Meja 1 43,07
Meja 2 42,65
Meja 3 60,37
Dept. Supply Meja 4 62,34
3 Tidak Sesuai
Chain Meja 5 65,4
Meja 6 66,2
Meja 7 64,58
Meja 8 64,43
Meja 1 131,87
4 Dept. Sales Tidak Sesuai
Meja 2 128,45
5 Dept. General Meja 1 246,8 Tidak Sesuai
Tingkat
Lokasi Urutan
No Pencahayaan Keterangan
Pengukuran Tempat
(dalam Lux)
Resource Meja 2 246,46
Meja 3 246, 57
Meja 1 215,37
Meja 2 214,79
6 Dept. Finance Meja 3 216,25 Tidak Sesuai
Meja 4 215,57
Meja 5 215,47
Meja 1 179,37
Meja 2 181,24
7 Dept. HRGA Meja 3 181,56 Tidak Sesuai
Meja 4 179,53
Meja 5 178,67
Meja 1 94,1
Ruang Meja 2 90
8 Tidak Sesuai
Workshop Meja 3 91,4
Meja 4 97,28
Meja 1 124,3
9 Control Room Meja 2 143,3 Tidak Sesuai
Meja 3 155,4
Mesin 1 1601,67
Sesuai
Mesin 2 843
10 Warehouse
Mesin 3 202,57
Tidak Sesuai
Mesin 4 290,43
Hasil Pengukuran Suhu
Cronbach's
Alpha N of Items
.804 117