Vous êtes sur la page 1sur 20

LAPORAN KASUS

ABSES PREAURIKULA SINISTRA ET CAUSA FISTULA


PREAURIKULA SINITRA

Meita Religia Putri


H1A 011 044

Pembimbing :
dr. I Gusti Ayu Trisna Aryani, Sp.THT-KL

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Fistula preaurikula pada umumnya banyak terdapat pada kelompok usia


anak-anak yang terjadi akibat kegagalan penyatuan atau penutupan dari tonjolan-
tonjolan (hilloks) pada masing-masing arkus brakialis pertama dan kedua yang
membentuk daun telinga pada masa pertumbuhan embrional. Biasanya terdapat
pada bagian anterior tragus atau cruss helicis, tetapi jarang ditemukan di bagian
superior atau inferior perlekatan telinga.1
Keadaan ini sering kurang mendapat perhatian dari penderita karena pada
umumnya tidak menimbulkan gejala karena ukuran lubangnya yang kecil (< 1
mm). Pada keadaan tenang, tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong,
berukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari
kelenjar sebasea dan bila infeksi dapat mengeluarkan sekret yang berbau busuk.
Penderita sering datang pertama kali ke dokter karena obstruksi satu infeksi fistula
sehingga terjadi pioderma atu selulitis fasial. Kelainan ini dapat terjadi unilateral
atau bilateral.2
Diagnosa fistula preaurikula dapat ditegakkan dengan menemukan muara
fistula. Hal ini diterapi dengan antibiotika dan dialukan pengangkatan fistula itu
seluruhnya oleh karena bila tidak bersih akan menyebabkan kekambuhan.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Fistula preaurikula merupakan kelainan kongenital berupa adanya lubang
kecil pada telinga luar yang biasanya terdapat di anterior dari heliks asendens.1

2.2. Anatomi Aurikular


Secara garis besar telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar dimulai dari daun telinga (aurikula),
meatus akustikus eksterna, hingga membran timpani. Telinga tengah meliputi
cavum timpani yang didalamnya terdapat ossikula auditorik. Telinga dalam terdiri
dari labirin cochlea dan labirin vestibularis.4

Gambar 1. Potongan coronal telinga. Telinga terbagi menjadi 3 bagian yaitu: (1)
telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksterna, (2) telinga tengah
yang terdiri dari cavum timpani dan ossikula auditorik, dan (3) telinga dalam yang
terdiri dari labirin cochlear dan labirin vestibular. 4

3
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dari
arkus brankialis pertama dan kedua. Daun telinga disarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan
oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis. Liang telinga berasal
dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili membran
penutup celah tersebut.5
Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang di liputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).5

Gambar 2. Anatomi daun telinga4

2.3. Patogenesis Fistula Preaurikula


Aurikula berkembang saat kehamilan berumur enam bulan. Aurikula
terbentuk dari enam proliferasi mesenkim di ujung dorsal arkus faring pertama
dan kedua, yang mengelilingi celah faring pertama. Penebalan ini (auricular
hillocks), tiga di masing-masing sisi meatus akustikus eksternus, kemudian
menyatu dan membentuk aurikula defenitif. Karena penyatuan tonjolan aurikula
adalah suatu proses yang rumit, sering terjadi kelainan perkembangan aurikula.6

4
Adanya lubang preaurikula menunjukkan kelainan perkembangan tonjolan
aurikula. Teori yang paling sering dikutip dan diterima mengenai terbentuknya
fistula preaurikula yaitu teori yang mengungkapkan bahwa fistula preaurikula
terbentuk akibat defek dan tidak lengkapnya penyatuan dari enam auditory
hillocks pada saat pembentukan aurikula.6

Gambar 3. Embriologi aurikula6

Hillock 1 dan 6 adalah yang paling pertama dapat diidentifikasikan secara


terpisah, namun pada minggu ke enam semua hillock ini sudah terpisah. Pada saat
minggu ke delapan aurikula telah mempunyai struktur yang jelas, dan bagian-
bagian dari hillock tersebut yaitu: hillock 1, tragus; hillock 2, crus helix; hillock 3,
ascending helix; hillock 4, horizontal helix, bagian atas scapha, dan antihelix;
hillock 5, descending helix, bagian tengah scapha dan antihelix; dan hillock 6, anti
tragus dan bagian dalam dari helix. Saat mendekati usia kehamilan 18 minggu,
aurikula mencapai bentuk dewasa aslinya, meskipun ia tetap tumbuh pada masa
kanak-kanak dengan perubahan yang tetap berlanjut hingga usia dewasa.6,7
Choi dkk., menemukan beberapa tipe varian dari fistula preaurikula dan
membaginya ke dalam tipe klasik dan tipe varian, yaitu8 :
a. Tipe klasik : fistula preaurikua mempunyai pit di anterior garis imajiner
yang menghubungkan tragus dengan sisi posterior heliks ascenden
b. Tipe varian : fistula preaurikula dimana pit berada di bagian posterior dari

5
garis imajiner yang menghubungkan tragus dengan sisi posterior heliks
ascenden, terbagi menjadi tiga tipe yaitu tipe 1 dengan lokasi pit di daerah
tengah krus, tipe 2 lokasi pit pada daerah superior krus, dan tipe 3 lokasi
pit pada simba konka.

Gambar 4. Skematik lokasi fistula preaurikula8

2.4. Epidemiologi Fistula Preaurikula


Prevalensi fistula preaurikula bervasiasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi
fistula preaurikula di Amerika Serikat adalah 0,1-0,9%, Inggris 0,9%, Taiwan 1,6-
2,5%, negara-negara di Asia adalah 4-6% dari populasi dan beberapa negara
bagian Afrika adalah 4-10%. Suatu penelitian di China didapatkan insiden fistula
preaurikula > 1,1 % pada bangsa China dan Caucassians, tertinggi pada ras kulit
hitam. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa lokus untuk fistula preaurikula
terletak pada kromosom 8q11.1-q13.3.9 Di RSUP H. Adam Malik Medan dari
bulan Januari 200 hingga Februari 2004 ditemukan 12 kasus fistula preaurikula.10
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang sering menyebabkan infeksi ini
adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31 %),
Streptococcus viridans (15%), Peptococcus species (15%), dan Proteus sp. (8%).10

6
2.5. Manifestasi Klinis
Fistula preaurikula biasanya asimptomatik sehingga terjadinya proses
inflamasi akibat infeksi seperti5 :
Eritem atau kemerahan, bengkak dan nyeri di daerah fistula preaurikula
Adanya sekret purulen dan berbau keluar dari lobang fistula. Jika terjadi
obstruksi kronis, sekret dapat keluar melalui jaringan yang terbuka di
daerah fistula. Sekret dapat hilang timbul atau intermitten.
Gejala lain; demam, rasa gatal

Gambar 4. Fistula preaurikula yang terinfeksi.12

Lubang yang terlihat dapat mewakili derajat deformitas atau menandai


adanya saluran fistula yang bervariasi panjangnya serta bercabang dan untuk
mengikuti fistula yang berliku-liku. Fistula preauricular dapat menyebabkan
pembentukan kista subkutan yang dekat dengan tulang rawan tragus dan anterior
crus helix. Pada kondisi lanjut dapat terjadi komplikasi seperti pioderma, selulitis
fasial atau ulserasi di daerah depan telinga.11

7
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Anamnesis akan ditemukan riwayat keluarya cairan dari
fistula preaurikula yang hilang timbul, bengkak yang semakin membesar dan
keluhan nyeri di daerah depan telinga. Pemeriksaan fisik didapatkan eritem di
daerah depan telinga, keluar secret dari lubang fistula preaurikula yang terinfeksi,
gejala sisa dari infeksi sebelumnya yang berupa scarring dan juga kemungkinan
adanya anomali telinga luar lainnya.11
Pemeriksaan penunjang untuk fistula preaurikula antara lain; pemeriksaan
laboratorium seperti kultur sekret untuk mengetahui kuman penyebab dan
pemilihan antibiotik sesuai. Pemeriksaan radiologi seperti fistulografi dengan
kontras untuk melihat fistula preaurikula dan muaranya. Ultrasonografi juga dapat
melihat hubungannya dengan jaringan sekitar seperti kartilago, arteri temporal
superficial dan membedakan massa padat atau kista.11

2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fistula preaurikula ini tidak di perlukan kecuali pencegahan
terjadinya infeksi yaitu dengan menghindari manipulasi dan membersihkan
muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin.10
Apabila fistula preaurikula ini terinfeksi maka pemberian antibiotik yang sesuai
diperlukan untuk melawan kuman patogen, dan apabila terdapat manifestasi abses
biasanya akan diperlukan tindakan insisi abses dan drainase.7
a. Medikamentosa
Antibiotik dapat diberikan per oral atau intravena jika ditemukan infeksi.
Kuman penyebab infeksi yang paling sering adalah Staphylococcus Aureus.
Jika terdapat abses, abses tersebut harus diinsisi dan didrainase dan eksudat
harus dikirim untuk dilakukan pemeriksaan gram dan kultur untuk memilih
antibiotik yang lebih sensitif. Antibiotik golongan penicilin seperti
amoxicillin, erithromycin dapat diberikan pada pasien dengan komplikasi
selulitis.7

8
b. Drainase
Tindakan insisi abses dan drainase dilakukan untuk mengeluarkan abses. Ada
beberapa teknik drainase yaitu aspirasi lansung dengan menggunakan spuit
dan kedua, menggunakan lacrimal probe. Drainase dengan teknik lacrimal
probe ini memerlukan anestetik topikal di kulit dan prosedur ini dapat diulang
jika perlu.7
c. Operasi
Jika terjadi infeksi berulang, dapat dianjurkan untuk tindakan operasi diseksi
dan insisi komplit dari fistula dan salurannya. Operasi ini dilakukan apabila
inflamasi sudah sembuh dan berada dalam masa tenang. Diseksi dilakukan
sampai ke periosteum dari tulang temporal, dan semua cabang-cabang dari
salurannya harus di angkat untuk mencegah infeksi berulang. Pengangkatan
yang tidak lengkap menimbulkan fistula yang mengeluarkan cairan sehingga
membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan lebih radikal kedepannya.12

2.8. Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang dapat terjadi antara lain seperti; perdarahan, infeksi yang
berulang dengan pembentukan abses, parase fasialis, pembentukan jaringan
fibrotik disekitar depan telinga dan kekambuhan dapat terjadi pada operasi eksisi
saluran fistula atau sinectomy yang tidak sempurna. Fistula preaurikula yang
terinfeksi umumnya memiliki prognosis yang baik jika belum terjadi komplikasi
dan ditangani dengan cepat dan benar.13

9
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama pasien : Nn. R
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Monjok
No. Rekam Medis : 135062
Tanggal Pemeriksaan : 25 Januari 2017

3.2. Subyektif
Keluhan utama : keluar cairan dari depan telinga kiri
RPS :
Pasien mengeluhkan keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 hari yang lalu.
Cairan yang keluar berupa darah bercampur nanah. Pasien juga merasakan
adanya nyeri dan bengkak pada telinga kiri sejak 10 hari yang lalu. Pasien
kemudian pergi ke dokter spesialis dan didapatkan adanya lubang kecil di
depan telinga kiri pasien. Pasien tidak menyadari adanya lubang kecil tersebut
selama ini hingga muncul keluhan yang dirasakan pasien. Pasien juga
mengaku jika telinga kirinya sering terasa gatal. Pasien tidak pernah
merasakan telinga terasa penuh ataupun berdenging. Pendengaran menurun
juga disangkal pasien. Riwayat batuk pilek (+) sejak 1 minggu yang lalu,
demam (+), hilang timbul. Keluhan pada tenggorokam seperti nyeri dan rasa
mengganjal disangkal oleh pasien.
RPD : Riwayat sakit telinga (-), riwayat HT (-), riwayat DM (-), riwayat
asma (-), riwayat penyakit ginjal (-).
RPK : keluhan serupa (-),riwayat HT (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-)
RPO : Pasien telah berobat ke dokter spesialis sebelumnya dan diberikan

10
obat cefixime, metronidazole, dan paracetamol.
Riwayat Alergi : Alergi obat (-), alergi makanan (-)

3.3. Obyektif
Status Generalis
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Temperatur : 36,8 oC

Status Lokalis
Pemeriksaan Telinga

No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri


1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), nyeri tarik normal, hematoma (-), nyeri tarik
aurikula (-) aurikula (-), tampak massa di
preaurikular konsistensi lunak,
tepi hiperemis (+), hangat (+),
3 cm, tampak fistula preaurikula
(+)

11
3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), othorea (-) furunkel (-), edema (-), othorea (-)

4. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-), (-), edema (-), perforasi (-),
kolesteatom (-), cone of light (+) kolesteatom (-), cone of light (+)

Fistula Preaurikular

Abses preaurikular

12
Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri


Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi (-), Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-) nyeri tekan (-), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa pucat Bentuk (normal), mukosa
(-), hiperemia (-) pucat (-), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa normal, sekret (-), Mukosa normal, sekret (-),
massa berwara putih mengkilat massa berwara putih
(-). mengkilat (-).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-) Edema (-), mukosa hiperemi
(-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus Deviasi (-), perdarahan (-),
(-) ulkus (-)

Pemeriksaan Tenggorok

13
Bibir & mulut Mukosa bibir & mulut basah, berwarna merah muda (N)
Geligi Karies (+), lubang (-),
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-)
Tonsila palatina Kanan: T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)
Kiri: T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)

3.4. Assessment
Abses preaurikula sinistra ec fistula preaurikula sinistra

3.5. Planning
Diagnostik :
- Cek darah lengkap
- Cek LED, CRP
- Kultur dan Uji resitensi kuman dari pus
- Fistulografi
Terapi :
- Cefixime tab 100 mg 2x1
- Metronidazole tab 500 mg 3x1
- Paracetamol tab 500 mg 3x1 (K/P)
- Cetirizine tab 10 mg 1x1 (K/P)
- Pro insisi drainase abses preaurikula Sx
- Pro Fistulektomi fistula preaurikula Sx
KIE :
- Pasien dianjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan untuk
mencegah komplikasi dan rekurensi
- Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan telinga dan mengurangi
manipulasi pada telinga

14
- Pasien dianjurkan untuk rutin kontrol dan di follow up yang baik
untuk mencegah rekurensi abses preaurikula

3.6. Prognosis
Dubia ad Bonam

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien wanita usia 29 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari lubang
di depan telinga kiri sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku sebelumnya
mengalami nyeri di telinga, dan merasakan adanya pembengkakan di daerah
depan telinga kiri. Pasien tidak menyadari selama ini adanya lubang kecil di dekat
telinga kirinya. Adanya lubang kecil di telinga kiri ini merupakan tanda khas dari
kelainan telinga luar yaitu fistula preaurikula. Fistula preaurikula ini merupakan
kelainan kongenital yang sudah ada semenjak lahir. Kelainan ini hampir tidak
disadari oleh penderita hingga munculnya keluhan oleh karena infeksi pada fistula
preaurikula ini.1
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kelainan ini asimptomatik. Penderita
dengan fistula preaurikula kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah
terjadi obstruksi dan infeksi fistula baik infeksi yang pertama ataupun berulang
dengan keluhan rasa sakit dan bengkak di depan telinga serta demam. Akibat
infeksi tersering adalah manipulasi penderita terhadap muara fistula karena
timbulnya rasa gatal atau keluarnya sekret. Sekret yang tidak dapat dikeluarkan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri sehingga akan timbul
suatu infeksi bakteri dan selanjutnya menjadi abses. Dapat pula terjadi pioderma
dan selulitis fasial.2
Fistula preaurikula merupakan kelainan kongenital akibat defek dan tidak
lengkapnya penyatuan dari enam auditory hillocks pada saat pembentukan
aurikula. Berdasarkan tipe dari fistula preaurikula, pada pasien ini termasuk pada
tipe klasik dimana pit fistula berada di anterior dari garis imajiner yang membagi
tragus dengan heliks ascenden.8 Huang dkk.,14 mengatakan bahwa hampir
sepertiga pasien mengeluhkan gejala dari fistula preaurikula setalah usia 16 tahun.
Selain itu, banyak pasien tidak menyadari bahwa mereka mengalami malforasi.
Berdasarkan penelitian dari Goel dkk.,12 ditemukan gejala tersering dari fistula
preaurikla adalah keluarnya discharge berwarna kekuningan dari lubang fistula,
diikuti adanya pembengkakan dan nyeri di daerah sekitar fistula.

16
Fistula preaurikula dapat berkaitan dengan kelainan pendengaran dan
kelainan pada ginjal. Beberapa peneliti merekomendasikan bahwa tes
pendengaran dan USG ginjal perlu dilakukan pada anak-anak dengan fistula
preaurikula.3 Wang dkk,.15 merekomendasikan bahwa USG ginjal harus
dilakukan pada pasien fistula preaurikula yang dengan satu atau lebih kelainan
berikut, yaitu :
1. Adanya malforasi lainnya
2. Riwayat keluarga tuli
3. Malforasi aurikula dan atau malforasi ginjal
4. Riwayat DM gestasional
Pada pasien ini tidak dilakukan tes pendengaran dan USG ginjal karena tidak ada
gejala penurunan pendengaran dan gejala penyakit ginjal, tidak ada malforasi pada
telinga dan ginjal, tidak ada riwayat keluarga tuli, serta tidak ada riwayat ibu
dengan diabetes gestasional.
Fistula preaurikula dapat diturunkan namun sangat jarang. Jika diturunkan,
fistula akan tampak pola inkomplit autosomal dominan. Fistula preaurikula
bilateral ditemukan pada 25-50% kasus dan biasanya diturunkan.3 Pada pasien ini
ditemukan fistula preaurikula unilateral dan tidak diturunkan. Diagnosis dibuat
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga, hidung, dan tenggorok pada
pasien. Jika keluhan asimptomatik, maka tidak diperlukan pengobatan. Namun,
jika terinfeksi dan menyebabkan nyeri, edema, dan terbentuk abses maka
pengobatan sangat diperlukan. Terapi untuk infeksi akut dan abses pada fistula
preaurikula adalah dengan drainase abses dan memberikan antibiotik berdasarkan
kultur pus dari abses yang diberikan hingga infeksi sembuh.12 Antibiotik empiris
dapat juga diberikan yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas seperti
golongan sefalosporin dan antibiotik untuk bakteri anaerob seperti metronidazole.
Jika gejala rekuren atau persisten, fistulektomi merupakan pilihan
terapi.Tujuan operasi adalah untuk mengekstirpasi epitel skuamosa yang melapisi
fistula.7 Goel dkk.,12 menyarankan bahwa eksisi fistula preaurikula harus
dilakukan pada fase tenang. Adanya infeksi aktif dapat menyulitkan eradikasi
kuman dan meningkatkan rekurensi serta scar yang jelek.

17
Fistula preaurikula dengan riwayat infeksi aktif selama operasi definitif dapat
meningkatkan kecendreungan terjadinya rekurensi. Faktor-faktor yang dapat
menurunkan angka rekurensi setelah operasi adalah (1) ketelitian dan pengalaman
operator dalam diseksi fistula dalam anastesi umum; (2) penggunaan insisi
extended preauricular; (3) pembersihan pada fasia temporalis untuk memastikan
kelengkapan pembuangan komponen epitel; (4) menghindari rupturnya fistula;
dan (5) memastikan tidak adanya dead space saat penutupan luka.13

18
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien wanita 29 tahun dengan keluhan keluar cairan dari
lubang kecil di depan telinga kiri sejak 1 hari yang lalu. Lubang di depan telinga
kiri ini baru disadari pasien sejak keluhan muncul. Pasien juga mengeluhkan
adanya rasa nyeri dan bengkak di depan telinga kiri sejak 10 hari yang lalu.
Pasien juga ada merasakan gatal di telinga. Keluhan batuk-pilek sering dialami
pasien. Sebelum keluhan muncul pasien juga merasa demam. Keluhan
pendengaran menurun disangkal pasien. Tidak ada keluhan nyeri tenggorokan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, status
lokalis telinga kanan dalam batas normal, telinga kiri ditemukan fistula
preaurikula, massa preaurikular 3 cm, hiperemis (+), hangat (+), sekret (-).
Pemeriksaan hidung dan tenggorokan dalam batas normal, tidak ditemukan
pembesaran KGB di daerah kepala dan leher. Pasien kemudian didiagnosis
dengan abses preaurikula sinistra ec fistula preaurikula sinistra. Pasien mendapat
terapi cefixime 2x10 mg, metronidazole 3x500 mg, Paracetamol 3x500 mg (K/P),
dan cetirizine 1x10 mg (K/P). Terapi definitif pada pasien ini adalah insisi
drainase abses dan dilakukan fistulektomi aurikula sinistra untuk mencegah
rekurensi dan keparahan penyakit. Prognosis pada pasien umumnya baik apabila
dilakukan fistulektomi pada fistula preaurikula namun perlu KIE pada pasien
bahwa tetap kemungkinan terjadi rekurensi setelah operasi oleh karena itu pasien
diminta kontrol dengan rajin.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Kroon DF, Strasnick B. Disease of The Auricle, External Auditory Canal,


and Tympanic Membrane. In: Glasscock ME, Gulya AJ, Ed. Glasscock-
Shambaugh Surgery of the Ear. 5th ed. Hamilton : BC Decker Inc. 2003:
345-348
2. Sosialisman H, Hafil AF. Kelainan Telinga luar. Dalam : Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Cetakan ke-4.
Jakarta : FKUI. 2010: 44-45
3. Scheinfeld NS. Preauricular sinuse. Available from :
http://www.emedicine,com.derm/byname/preauricular-sinuses.htm
4. Voll M, Wesker K. Ear and vestibular apparatus.In: Voll M, Wesker K.
Atlas of Anatomy Head and Neuroanatomy. Stuttgart : Thieme publishing
group; 2007: 140-143
5. Boies Jr, LR. Penyakit Telinga Luar. Dalam : Adams GL, Boies Jr., LR,
Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan
THT Edisi 6. 1997;57-9.
6. Dunham B, Guttenberg M, Morrison W, Tom L. The Histologic
Relationship of Preauricular Sinuses to Auricular cartilage. Arch
otolaryngol Head Neck Surg 2009; 135(12): 1262-5
7. Tan T, Constantinides H, Mitchell TE. The preauricular sinus: A review of
its aetiology, clinical presentation and management. Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology. 2005; 69:1469-1474.
8. Choi SJ, Choung YH, Park K, Ba J, Park HY. The Variant type of
preauriculer sinus: postauriculer sinus. Laryngoscope 2007;117:1798-
1802.
9. Zou F. Et al. A locus for congenital preauricular fistulamaps to
chromosom 8q11.1-q13.3. Available from :
http://www.ncbi.nlm,nih.gov/enterez/queri.fcgi
10. Mardhiah A. Fistula preauricular kongenital. Majalah Kedokteran
Nusantara 2005 38 (4):328-332
11. Scheinfeld NS, Silverberg NB, Weinberg JM, Nozad V. The preauricular
sinus: a review of its clinical presentation, treatment, and associations.
2004,Pediatr Dermatol; 21:191-6.
12. Goel AK, Slonia SC, Garg A, Rattan K. Preauricular sinus : When to
operate?. Indian Journal of Otology.2011;17: 63-65
13. Yeo S, Jun B, Park S, Lee J, Song C, et al. The Preauricular Sinus : factors
contributing to recurrence after surgery. Am J Otolaryngol 2006 :27:396-
400
14. Huang XY, Tay GS, Wansaicheong GKL, Low WK. Preauricular sinus.
Arch Otolaryngol Head Neck Surg.2007;133:65-68.
15. Wang RY, Earl DL, Ruder RO, Graham JM. Syndromic Ear Anomalies
and Renal Ultrasounds. Pediatrics. 2001;108(2):1-8

20

Vous aimerez peut-être aussi