Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang perawatan professional dalam merawat lanjut usia yang tidak ada
harapan hidup harus mempunyai ketrampilan yang multi komplek. sesuai dengan
peran yang dimiliki, perawatan harus mampu memberikan pelayanan keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan-perasaan
hidup dan mati. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang
sedang menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan
memberikan reaksi-reaksi yang berbeda beda, bergantung kepada kepribadian dan
cara klien lanjut usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan
kondisinya perawat harus dapat menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien
lanjut usia. Biasanya, anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan
perhatian perawatan karena kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai
cara, dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadang
kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia ke hilangan kesadarannya terlebih dahulu.

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO


yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya . Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal
mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan
oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul
maut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud keadaan paliatif/terminal ?

2. Apa saja penyakit terminal?

3. Apa saja Manifestasi klinis dari pasien menjelang ajal ?

4. Bagaimana fase fase kehilangan?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia menjelang ajal ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien terminal
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu memahami pengertian hospice
b) Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis penyakit terminal
c) Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik
d) Mahasiswa mampu memahami fase-fase kehilangan
e) Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Penyakit Terminal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lansia Kritis

a. pengertian
lansia mengalami kritis artinya lansia mengalami perubahan dalam fugsi
tubuhnya yang sifatnya progresif, irreversibel dan kompleks.
Progresif artinya Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih
parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang
kehidupan atau dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan kronis, mungkin
terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah parahnya
penyakit atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan kronis progresif
adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya dan tidak
dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang tidak terelakkan. Penyakit
paru obstruktif menahun/kronis ditandai dengan penurunan kapasitas paru yang
progresif secara perlahan. Periode gagal jantung kronis meliputi periode diam dan
kontrol terhadap pola serangan akut gagal jantung. Diabetes melitus, terutama tipe
DM bergantung-insulin, menjadi progresif sehingga lebih sulit ditanggulangi.
Ireversibel artinya kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan
kronis dapat menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi.
Contohnya adalah kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan klien untuk
memproduksi enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi. Penyakit Paru
Obstruktif Kronis dapat menyebabkan penurunan fungsi paru, yang tidak dapat
kembali normal/ireversibel.
Kompleks artinya kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem.
Pengaruh dari kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas
dibandingkan pada saat permulaan proses. Penderita asma tidak hanya mengalami
manifestasi fisik, tetapi mereka sering kali membatasi aktivitas dalam cara-cara
tertentu yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat memengaruhi kesehatan
mental dan rekreasional mereka. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung,
stroke, dan gagal ginjal.

b. Etiologi

Beberapa penyebab kondisi kritis pada lansia :


1. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik, mental,
sosial)
2. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
seperti :
a. kecelakaan lalu lintas
b. kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c. kecelakaan di lingkungan pekerjaan
e. kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi,
perbelanjaan, di arena olah raga dan lain-lain.
3. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta
benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dan salah satu sistem/organ.

2.2 Dying (Sekarat/Menjelang Ajal)


Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju kematian.
Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, meningkat pula jumlah
penderita penyakit kronis, yang pada suatu saat mengalami keadaan dimana tidak ada
sesuatu yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas
sehari hari .
Sedangkan Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang
vital, akhir dari kehidupan manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik : 435).
Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi denyut nadinya
tidak bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan segala refleks, serta
tidak ada kegiatan otak.(Nugroho: 153)..

2.6 Death (Kematian)


Kematian adalah kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap. Meninggal dunia adalah keadaan insane yang
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan
denyut jantung seseorang telah terhenti . Kematian adalah satu fase kehidupan yang
terakhir bagi manusia. Persepsi seseorang tentang kematian berbeda-beda.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lansia tidak
dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian/mati adalah
apabila seorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak bernapas selama beberapa
menit, dan tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak.
Penyebab kematian diantara lain adalah sebagai berikut :
1. Penyakit

a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae)

b. Penyakit kronis, misalnya:

CVD (cerebrovaskuler disease), CRF (chronic renal failure (gagal Ginjal),


Diabetes Melitus (gangguan endokrin), MCI (myocard infark (gangguan
kardiovaskular), COPD (chronic obstruction pulmonary disease).

2. Kecelakaan (hematoma epidural)


2.7 Ciri / tanda klien lansia menjelang kematian:
1. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya
dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.

2. Gerakan peristaltik usus menurun.

3. Tubuh klien tampak mengembung.

4. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya.

5. Klien tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.

6. Denyut nadi mulai tidak beraturan.

7. Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya


lendir pada saluran pernapasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh lansia.

8. Tekanan darah menurun.

9. Terjadi gangguan kessadaran (ingatan menjadi kabur)

Tanda dan gejala beberapa saat akan meninggal dalam 48 jam


Anorexia/Dehydrasi
Lemah dan lelah
Nyeri
Sesak napas
Kegagalan multi sistem
Terminal delirium : bingung,cemas,agitasi atau gelisah
Penurunan kesadaran
Disfungsi bowel eliminasi

Tanda-tanda kematian:
Tidak bernapas
Denyut Jantung berhenti
Tidak ada respon

Mata terbuka sedikit dan pupil melebar

Mata tertuju Satu arah

Mulut terbuka

Kaku

2.8 Pemenuhan Kebutuhan Klien Menjelang Kematian


a. Kebutuhan jasmaniah.
Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan
yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( mis., sering mengubah
posisi tidur, perawatan fisik, dan sebagainya ).
b.Kebutuhan fisisologis.
a) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit
terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai
dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik
diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena
kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti:
turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk
menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat
diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi
tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair
atau Intra Vena atau Invus.
f) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi.
Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus
diberikan salep.
g) Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau
menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus
bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
c. Kebutuhan emosi.
Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usiadalam
menghadapi kematian.
a) Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat ( ketakutan yang
timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian ).
b) Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya,
lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan kemudian
hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak.
c) Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.
d. Kebutuhan sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien
dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota
keluarga lain.
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-
teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan
merapikan diri.
d) Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.
e. Kebutuhan spiritual
a) Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-
rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.

2.7 Tahapan Menjelang Ajal dan Fase-Fase Kehilangan


Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-mati
mengamcam dan mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang
kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh
keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit
terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek, ia tiak akan bisa menerima
begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang.
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien
dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat
untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1. Tahap penolakan atau denial
Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau
mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap
denial yaitu:
a) Tidak percaya diri
b) Shock
c) Mengingkari kenyataan akan kehilangan
d) Selalu membantah dengan perkataan baik
e) Diam terpaku
f) Binggung, gelisah
g) Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar
h) Nyeri tubuh, mual
2. Tahap anger atau marah
Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu:
a) Klien marah-marah
b) Nada bicara kasar
c) Suara tinggi
3. Tahap tawar menawar atau bergaining
Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan
menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.
b) Seirng berjanji pada Tuhan.
c) Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.
d) Merasa bersalah terus menerus.
e) Kemarahan mereda.
4. Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Klien tidak banyak bicara.
b) Sering menanggis.
c) Putus asa.
5. Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran
pada tahap ini yaitu:
a) Tenang/damai.
b) Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c) Berpartisipasi aktif.
d) Tidak mau banyak bicara.
e) Siap menerima maut.

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Menjelang Ajal-Keadaan Terminal

A Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan
holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien, bukan hanya pada
penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek
psikososial lainnya.
. Sebelum perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang
tidak ada harapan sembuh, perawat harus mengidentifikasi dan menetapkan masalah
pasien terlebih dahulu. Tujuan pengkajian adalah memberi gambaran yang terus
menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk
merencanakan asuhan keperawatannya secara perseorangan.
Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan
keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan
jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah di laksanakan ? tindakan apa saja yang
telah diberikan ? adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya dan pada
proses kematian yang mana pasien berada? Apakah ia menderita rasa nyeri? Apakah
anggota keluarganya mengetahui prognosisnya,dan bagaimana reaksi mereka?
Filsafat apa yang dianut pasien dan keluarganya mengenai hidup dan mati,
pengkajian kebutuhan,keadaan, dan masalah kesehatan/keperawatan pasien
khususnya. Sikap pasien terghadap penyakitnya,antara lain apakah pasien tabah
terhadap penyakitnya, apakah menyadari tentang keadaannya?

1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien.
2. pengkajian umum
a. Perasaan Takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak
terkendalikan yang begitu sering di asosiakan dengan keadaan sakit terminal,
terutama bila keadaan tersebut di sebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat
harus menggunakan pertimbnagan yang sehat apabila sedang merawat orang
yang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan
cara yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri,
walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang
rasa nyeri,seperti aspirin,dehidrokodein dan dektromororamid. Apabila orang
berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut, respons mereka
secara tipikal mencakup perasaan yang takut terhadap hal yang tidak
jelas,takut meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan
yang belum selesai dan sebagainya. Kematian merupakan berhentinya
kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian tersebut. Dalam
menghadapi kematian ini, pada umumnya orang akan merasa takut dan cemas.
Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang
dan stress.
b. Emosi.
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian ,antara lain
mencela dan mudah marah.

c. Tanda vital.
Perubahan fungsi tubuh sering tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernafasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan
satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal
dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan
seseorang.

d. Kesadaran.
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat
yaitu tepat dan sesuai

e. Fungsi tubuh.
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai fungsi
khusus. Maka lakukan Pemeriksaan Head To To Perubahan fisik saat kematian
mendekat
a. Pasien kurang responsif terhadap sentuhan
b. Fungsi tubuh melambat
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cenderung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
1.Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial
berhubungan dengan kondisi sakit terminal
Tujuan :
Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit terminal
Intervensi :
a) Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon jika
dIbutuhkan klien dan gali perasaan klien.
b) Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.
c) Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan
menjelang.
d) Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di dekatnya.
e) Perhatikan kenyamanan fisik klien.

2.Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan fungsi


Tujuan :
Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri dan martabat klien
Intervensi :
a) Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.
b) Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang lain.
c) Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain hygiene, eliminasi.
d) Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling berkunjung dan melakukan
hal hal yang disenangi klien.
e) Beri klien support dan biarkan klien memutuskan sesuatu untuk dirinya,
misalnya dalam hal perawatan.

3.Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan


terminal
Tujuan :
Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian
Intervensi :
a) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan lain lain.
b) Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut merasakan apa yang
dirasakan klien.
c) Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari teman dekat,
keluarga ataupun keyakinan klien.
d) Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti penderitaan,
kematian dan sekarat.
e) Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih, takut ataupun
depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap membantu.
f) Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi tentag
pengalaman pengalaman klien yang menyenangkan.

4.Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti, ditandai


dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah perubahan atau tidak
(fisik), raut muka klien yang cemas
Tujuan :
Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan klien.
b) Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.
c) Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan harapan
hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan dan pengobatan.
d) Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
e) Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama dengan
klien.
f) Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan
mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal dengan
menarik nafas dalam.
g) Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.
h) Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.

5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan


kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya,
menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya, menghindari kontak sosial
dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain maupun perawat
Tujuan :
Koping individu positif
Intervensi :
a) Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien.
b) Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami suatu
kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.
c) Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
d) Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan
mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.
e) Hindari barang barang yang mungkin dapat membahayakan klien.
f) Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup.
g) Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum
menjelang ajal.
h) Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.
6.Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam
melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan
klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat
Tujuan :
Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan
sakit
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.
b) Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.
c) Ajarkan tata cara tayamum.
d) Ajarkan kepada klien untuk berzikir.
e) Datangkan seorang ahli agama.

7.Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan


Tujuan :
Membantu individu menangani kesedihan secara efektif
Intervensi :
a) Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan perasaan antara lain :
sedih, marah dan lain lain.
b) Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan perasaan anggota keluarga.
c) Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari hari yang dapat
dilakukan.
d) Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang realistis.
e) Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan cara duduk disamping
keluarga, mendengarkan keluhan dengan tetap menghormati klien serta keluarga.
f) Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara keagamaan
menjelang saat saat kematian.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia, yang menjadi obyek
adalah pasien lanjut usia (core), disusul dengan aspek pengobatan medis (cure), dan
yang terakhir, perawatan dalam arti yang luas (care),. Core,cure,care merupakan tiga
aspek yang saling berkaitan dan saling berpengaruh. Kapanpun ajal menjemput,
semua orang harus siap. Namun ternyata semua orang termasuk lanjut usia akan
merasa syok berat saat dokter memvonis bahwa penyakit yang dideritanya tidak bisa
disembuhkan.

BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
A. Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan
terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan meringankan
penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-
sosial-spiritual.
B. Jenis-Jenis Penyakit Terminal
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah: Penyakit-
penyakit kanker, Penyakit-penyakit infeksi, Congestif Renal Falure (CRF), Stroke
Multiple Sklerosis, Akibat kecelakaan fatal, AIDS.
3. Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam
menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk
memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu: tahap peningkatan atau denial, tahap
anger atau marah, tahap tawar menawar atau bergaining, tahap depresi, tahap
acceptance atau menerima

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kelompok kami meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Maryam,R.Siti. dkk.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:


Salemba Medika.
Mass,Meridean.2011.Asuhan Keperawatan Geriatrik.EGC:Jakarta.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Stanley,mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerotik edisi 2.EGC:Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi