Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PNEUMONIA
Disusun oleh :
Kelompok 1 :
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena ats rahmat dan
hidayah-Nya,
Definisi
Pneumonia adalah proses inflamatori paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Smeltzer
& Bare, 2001 : 571)
Pneumonia adalah penyakit infeksius dan peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
maupun jamur (Medicastore)
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga
alveoli oleh eksudat (Askep pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan)
Pneumonia adalah radang paru paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing (Kapita selekta kedokteran)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim baru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Ilmu penyakit dalam, jilid 2 edisi ketiga).
Etiologi
1. Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan oleh virus. Virus yang gtersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Pada umumnya sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat, namun jika
bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian
(Misnadianly, 2008).
2. Bakteri pada pneumonia adalah streptococus pneumonial sudah ada di kerongkongan manusia
sehat, namun ketika imun manusia menurun, ia dengan mudah memperbanyak sehingga
menyebabkan kerusakan. Klien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat,
nafas terengah-engah dan denyut jantung meningkat dengan cepat (Misnadianly, 2008).
Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalen mikroba kedalam tubuh manusia melalui udara,
aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran
paru-paru meradang dan berlubang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual
muntah serta nyeri pluaritis. Selanjutnya RBC,WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi edema dan bronkuspasma yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe,
sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya pantial oklusi yang akan membuat
darah paru menjadi padat (konsolidai) konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal itu dapat menyebabkan
kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu resiko kekurangan volume cairan,
nyeri (Akut), hipertermi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas
tidak efektif, gangguan pola tidur, pola nafas tidak efektif dan intoleransi aktivitas.
Ada 4 rute masuknya mikroba masuk kesaluran nafas bagian bawah yaitu :
1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis
dan lanjut usia
2. Inhalasi misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu nafas yang digunakan pasien
3. Hematogenik
4. Penyebab langsung
D. manifestasi klinik
Pneumonia baleterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil timbul dengan
cepat (39,5c 40,5c) dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan
batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25-45x/menit) disertai dengan mendengkur,
pernafasan dengan cuping hidung dan penggunaan otot-otot akseozi pernafasan.
Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Banyak
pasien mengalami infeksi saluran nafas atas (kongestinasal, sakit tenggorokan) dan ini bertahap.
Gejala menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pluiritis, mialgia, ruam dan
fasingitis setelah beberapa hari sputum mukojal atau muko purulen dikeluarkan. Nadi cepat
(bounding) sekitar 10x/menit untuk setiap kenaikan C. Bradikardia relatif untuk suatu demam
tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi myeoplasma, atau infeksi dengan spesies
legionella.
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna merah, warna mata menjadi lebih terang, dan
bibir serta kuku sianotik, pasien lebih suka duduk tegak dan tidur kearah lebih condong kedepan
untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat. Sputum berbusa bersemu darah dihasilkan oleh
pneumonia pneunokokus, stafilokokus, klebsiella, streptokokus.
-. Batuk berdahak
-. Demam
-. Gianosis
-. Sakit kepala
-. Sesak nafas
-. Menggigil
E. Penatalaksanaan Pneumonia
1. kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan penunjuk penemuan kuman penyebab
infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila
penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila diberikan secara
parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka
harus di ingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis
(Hasasawa, 1989).
2. Pengobatan umum
1. Terapi oksigen (PaO2 80-100 mmHg / satusasi 95-96%
2. Hidiasi
Bila ringan hidiasi oral, tetapi jika berat hidiasi dilakukan secara parental
3. Fisioterapi dada
Penderita tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari
pneumonia hipografik, kelemahan dan dikubitus
4. Humidifikasi
Nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
5. Pengaturan cairan
6. Ventilasi mekanis
Pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten : gagal nafas
disertai peningkatan respiratory distress dan respiratory arrest
7. Drainase empiema bila ada
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.E DENGAN DIAGNOSA PNEUMONIA
Ruang : E1
No.RM : 366.447.17
Pukul : 15.05
1. Data pasien
A. Identitas pasien
Nama : Ny.E
Usia : 58 th
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat rumah :
Sumber biaya : BPJS
Tanggal masuk RS : 23 07 -2017 (16.04)
Diagnosa : Pneumonia, TB Relaps
D. Lingkungan
1. Rumah
Lingkungan rumah klien rapih dan cukup bersih namun kurang ventilasi udara jadi
rumah klien kurang untuk melakukan pertukaran udara, jalan didepan rumah klien
cenderung berdebu dan suami klien perokok jadi klien terbiasa menghirup asap rokok
atau perokok pasif
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan sudah terbiasa dengan debu dan asap kendaraan yang melintas
didepan tempat klien berdagang
E. Pola kebiasaan sehari hari
1. Pola nutrisi (BB klien : 60kg menjadi 58kg)
Klien mengatakan sebelum sakit klien memliki nafsu makan baik dengan frekuensi
3x sehari bahkan disertai banyak makan makanan ringan, dan tidak pantangan dalam
makanan. Namun saat sakit nafsu makan klien berkurang 1 sampai 2x sehari,
mengaku tidak memiliki nafsu makan dirumah sakit
2. Pola cairan
Klien mengatakan minum 3 gelas/hari, 1 gelas sekitar 100 ml. Klien tampak
terpasang infus RL + aminofillin 15 TPM. Klien tampak lemas sebelum sakit klien
minum 8 gelas/hari jadi sekitar 800 ml/hari.
3. Pola BAK (pola eliminasi)
Klien mengatakan frekuensi BAK 5x/hari, urin berwarna kuning jernih, tidak
berbau, jumlah urin 600 ml, tidak ada keluhan saat BAK
4. Pola BAB (pola eliminasi)
Klien mengatakan sebelum sakit rutin tiap pagi BAB namun saat sakit ini belum BAB
sama sekali dari kemarin dan terahir klien BAB disertai dengan darah
G. Pengkajian fisik
1. Pemeriksaan umum
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 82x/menit, RR : 28x/menit, S : 37c, TB BB : 168 cm
58 kg
2. Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan mata normal, konjungtiva
tidak anemis, ukuran pupil normal, memakai alat bantu penglihatan karna
hipermitropi atau (rabun dekat).
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik, tidak memakai alat bantu, telinga simetris, tidak ada
tanda-tanda radang.
c. Sistem wicara
Sistem wicara baik tidak ada kendala dalam berkomunikasi
d. Sistem pernafasan (Thorax / paru)
-. Inspeksi : RR : 28x/menit, penggunaan otot bantu pernafasan (+), takipnea (+),
dipsnea (+), pernafasan dangkal dan retrasi dada tidak ada
-. Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
-. Perkusi : redup
-. Auskultrasi : bunyi nafas bronkhial, ronkhi (+)
-. Vaskuler periver : akral dingin, kapileri revil kembali dalam 5 detik
e. Sistem pencernaan
Tidak ada kesulitan dalam menelan, terkadang muntah pagi hari atau malam hari
dan mual
f. Sistem neurologi
GCS E=4 M=6 V=5, tidak ada tanda peningkatan intrakranial, tidak terdapat
iritasi, namun terkadang nyeri pada otot kaki ketika akan tidur, kekuatan otot
motorik normal
g. Sistem imunologi
Pada saat pengkajian tidak ditemukan pembesaran getah bening, imun
kemungkinan menurun dan klien akan mudah tertular penyakit lain
H. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil photo rontgen : menunjukkan adanya infiltratlobaris (sebagian lobus pada
kedua paru).
b. AGD : menunjukkan asidosis respiratorik (PH turun : <7,4)
(PCO2 tinggi : lebih 38 42 mmHg)
(HCO3 normal : 22 28 miliekuivalen/lt klien tinggi)
c. Hematologi
-. Leukosit : 13.000 (normal : 4000 10000/l)
-. Neutrofil : 80% (normal : 50 70%)
-. Monosit : 7% (normal : 0 10%)
-. Nitrosit : 4.190.000 normal : P = 3,8 5.010/l)
-. Hemoglobin : 12,1 gr/dL (normal : P= >12,0 15,00 gr/dl)
-. Limfosit : 13% (normal : 15 45%)
-. Trombosit : 300.000 (normal : 150.000 450.000/l)
I. Penatalaksanaan
1. Medis
-. Chest therapy
-. Infus RL + aminofilin ampul/12 jam
-. Ciprofloxacin IV 2x1
-. Metil prednisolan 2x62,5
-. Sucralfat 3x1
-. Furosemid 1x1
-. Aspa K 1x1
-. Combivent : Pulmicozt 4x1 hari
-. Nebu : Ventolin (Pagi), Flexotide (siang), dan ventolin (malam).
2. keperawatan
-. Monitor TTV
-. Mengajarkan tehnik batuk efektif
-. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
-. Pemasangan nebu dan oksigen ketika dibutuhkan sesuai dengan keterangan
-. Pastikan klien tidur atau istirahat dengan posisi nyaman (anjurkan semifowler)
J. Data fokus
DS : klien mengatakan sesak nafas
: klien mengatakan batuk disertai dahak kental yang sulit keluar
: klien mengatakan sulit beraktivitas
: klien mengatakan perdarahan pada fesesnya
: klien mengatakan kurang nafsu makan
: klien mengatakan pusing
DO : TTV : 130/80 mmHg, Nadi : 83x/menit, RR : 28x/menit, S : 37c
: klien nampak lemas
: klien nampak pucat
: klien nampak kesulitan bernafas
: berat badan klien turun 2 kg
: klien kesulitas dalam BAB
: klien tampak terpasang O2 nasal kanul
: klien sering memakai nebu untuk meringankan dahaknya
: terdengar suara nafas klien ronkhi
: klien tampak cemas
: klien nampak menggunakan otot bantu nafas (dyspnea).
III. Analisa Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : klien Sekresi mukus Ketidakefektifan
mengatakan sesak jalan nafas
nafas dan batuk
berdahak tetapi
dahak sulit keluar
DO : RR :
28x/menit, terdengar
suara ronkhi,
terpasang O2 nasal
kanul 3 lt/menit,
Leukosit : 13.000 H
/ l
2. DS : klien Perubahan membran Gangguan pertukaran
mengatakan sesak alveolar kapiler gas
nafas dan lemas dan (efek inflamasi)
pusing
DO : pernafasan
cepat, penggunaan
otot bantu nafas :
Dyspnea
AGD : asidosis
respiratorik (PH
(turun) : <7,4)
(PCO2 tinggi : lebih
38 42 mmHg)
(HCO3 normal : 22
28 miliekuivalen /
: klien tinggi)
3. DS : klien Gangguan X Intoleransi aktivitas
mengatakan sulit pertukaran gas
melakukan aktivitas
karena akan sesak
nafas
DO : pasien nampak
lemah tidak
melakukan kegiatan
seperti mandi,
beribadah dan hanya
diatas tempat
tidurnya saja.