Vous êtes sur la page 1sur 3

Nama: Dimmy Faturrahman

NIM: 155020301111065

Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

1. Deep Ecology

Jurnal Pertama

Judul: Konsep Deep Ecology Dalam Pengaturan Lingkungan Hidup

Penulis: Edra Satmaidi / Universitas Bengkulu

Kesimpulan jurnal:

Konsep deep ecology yang menjadikan teori ekosentrisme sebagai basis nilai-nilai dan moral gerakannya
telah membawa perubahan yang radikal terhadap cara pandang manusia terhadap alam dan
memperlakukan alam sebagai sesuatu yang mempunyai nilai instrinsik yang perlu dihormati dan dijaga
oleh manusia sebagai bagian dari alam dalam rangka terselenggaranya kehidupan dalam suatu tatanan
ekologis. Keberadaan hukum lingkungan menjadi instrumen untuk memelihara keberlanjutan ekologis
tersebut dengan kaidah-kaidah pengaturannya yang berorientasi pada lingkungan sebagai suatu kesatuan
ekosistem.

Jurnal Kedua

Judul: Deep Ecology as a framework for student eco-philosophical thinking

Penulis: William Smith / RMIT University, Australia

Kesimpulan Jurnal:

Ekologi dalam adalah sebuah filosofi ekologi yang mempromosikan gaya hidup ekosentris untuk
memperbaiki masalah sumber daya dan degradasi planet yang menipis. Bagian integral dari ekosofi ini
adalah proses pembentukan koneksi metafisik ke bumi, yang disebut sebagai realisasi diri; sebuah
terbukanya diri ke alam untuk mencapai keadaan transendental dan non-egois. Temuan dari penelitian
kami menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah di lingkungan klub sejajar dengan prinsip ekologi yang
mendalam, dan menunjukkan kemampuan untuk menjadi filsuf eko mahasiswa, dan mereka melaporkan
empati untuk menjadi makhluk ekosentris. Studi ini mengeksplorasi kemampuan siswa untuk terlibat
dalam filsafat lingkungan.

2. Shallow Ecology
Jurnal Pertama

Judul: Ecological Economic

Penulis: Clive L. Spash

Kesimpulan:

Ekonomi ekologis dan rekomendasi kebijakannya telah diliputi oleh valuasi ekonomi, penetapan harga
bayangan, langkah-langkah keberlanjutan, dan memeras Alam ke dalam kotak komoditi barang, jasa dan
modal untuk memanfaatkannya sebagai bagian dari wacana ekonomi, keuangan dan perbankan
mainstream. Ada kekhawatiran yang lebih dalam yang menyentuh pemahaman manusia dalam berbagai
aspek sosial, psikologis, politik dan etisnya. Hubungan dengan Alam yang diajukan oleh gerakan ekonomi
ekologis berpotensi untuk dicapai. Namun, ini bukan gambaran yang digambarkan dengan mensurvei
artikel artikel yang dikumpulkan dari jurnal ini atau oleh banyak afiliasi yang mengklaiminya. Sebuah
dangkal, bersekutu dengan bisnis seperti biasa politik dan ekonomi, telah menjadi dominan dan
memaksakan keasyikannya dengan konsep dan nilai ekonomi mainstream. Sebaliknya, jika ekonom
ekologis memilih jalan yang jauh ke dalam dunia usaha interdisipliner, mereka harus siap untuk mengubah
diri dan masyarakat. Implikasinya jauh melampaui penggunaan angka ajaib pragmatis untuk meyakinkan
politisi dan publik bahwa ekologi masih memiliki sesuatu yang relevan untuk dikatakan di abad ke-21.

Jurnal Kedua

Judul: Eco-Philosophy dan Implikasinya Dalam Politik Hukum Lingkungan Di Indonesia

Penulis: Eko Nur Ardiansyah / Parahyangan Catholic University

Kesimpulan:

Perubahan cara pandang (worldview) kita terhadap lingkungan dimulai dari etika dan moral lingkungan
hidup. Etika lingkungan merupakan suatu arahan yang menjadi dasar manusia dalam berinteraksi dan
berinterelasi dengan alam dan lingkungan. Etika lingkungan memberikan harapan yang nyata dalam
menangani berbagai krisis dan permasalahan lingkungan yang terjadi pada dunia modern saat ini. Etika
lingkungan ini mengakui bahwa kita merupakan bagian dari jaring-jaring kehidupan, etika yang
memusatkan pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak yang secara ekologis saling
terkait satu sama lain.Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas
ekologis. Etika ekosentris ini berakar dalam cara berpikir yang holistik, dan bukannya mekanistik, tentang
seluruh kenyataan. Paradigma baru di bidang etika lingkungan yang menentukan pola perilaku manusia
dalam kaitannya dengan lingkungan hidup yaitu ekosentrisme (ecocentrism). Etika adalah filsafat moral,
atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang
bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. Filsafat, seperti kehidupan, adalah suatu proses
pemeriksaan kembali yang terus-menerus, karena filsafat adalah suatu penyulingan khas bagian sadar dari
kehidupan kita. Filsafat adalah suatu bagian penting dari citra diri kita, yang kita bentuk dalam interaksi
dengan dunia luar, dengan sejarah masa lampau kita, dengan mimpi-mimpi masa depan kita.
Henryk Skolimowski mengajukan satu garis besar filsafat baru, yaitu filsafat lingkungan(eco-philosophy),
yang mempertimbangkan hubungan antara satu individu dengan yang lain dan juga dengan lingkungan
mereka. Jika diterima dan dijadikan landasan bertindak, filsafat lingkungan akan mengarah pada
pemuasan dan penyelesaian yang lebih benar-benar mengembalikan makna yang hilang pada keberadaan
manusia. Filsafat lingkungan berusaha membawa kembali koherensi antara sistem nilai manusia dengan
pandangannya atas alam semesta supaya masing-masing akan menjadi aspek yang satu bagi yang lainnya,
sebagaimana di dalam kebudayaan-kebudayaan tradisional.

Pemikiran ekosentrisme merupakan konsekuensi logis akibat perubahan global dari pemikiran yang
semula semata-mata menekankan anthroposentrisme/homosentrisme. Lewat pandangan ekosentris,
maka akan membawa perubahan besar terhadap tata hukum lingkungan internasional dan doktrin
manusia sebagai makhluk penguasa satusatunya di bumi yang mempunyai partner sejajar, yaitu alam
lingkungan/ lingkungan hidup.85 Teori ini dikembangkan berdasarkan tesis yang menetapkan lingkungan
sebagai subjek hukum, baik sebagai perluasan doktrin hukum lingkungan klasik maupun berdasarkan
teori-teori hukum

baru yang mendasarkan kepada pendekatan ekologi daripada pendekatan homosentris. Lewat pemikiran
tersebut, ajaran ilmu hukum mengalami kemajuan, sekaligus tantangan yang beriringan dengan kemajuan
ilmu-ilmu lainnya. Kemajuan tersebut dibarengi dengan langkah-langkah mendasar dan konkret. Adanya
peraturan yang jelas/tegas ditambah aparat yang jujur, tegas dalam bertindak, dan memiliki tangan yang
kuat (strong arms) merupakan keharusan hukum.

Vous aimerez peut-être aussi