Vous êtes sur la page 1sur 12

-->

ABOUT
CONTACT
SITEMAP
PRIVACY POLICY

Search

ACEP DODI
A blog about info

Advertisement

HOME
Berita
Opini
Feature
Foto
Video
PPMS
Kode Etik

Recent Posts
Home Tugas Kuliah Makalah Wawancara/Intervew

Makalah Wawancara/Intervew
Posted by Acep Dodi on Thursday, August 20, 2015 Labels: Tugas Kuliah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai
pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya.
Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan kata-
kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali
keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan probing (rangsangan, dorongan).
Pihak intervieweediharap mau memberikan keterangan serta penjelasan, dan menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pula. Hubungan antara interviewer dengan interviewee itu disebut sebagai
a face to face non-reciprocal relation (relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka
interview ini dapat dipandang sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak,
yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980: 171).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara (Krida, 1996). Sedangkan menurut Imami dalam (Holloway &
Wheeler, 1996). Wawancara adalah Suatu percakapan langsung dengan tujuan tertentu dengan
menggunakan format tanya jawab
Melalui kegiatan wawancara, siswa berlatih berbicara dan mengembangkan keterampilannya.
Mereka dapat berlatih mewawancarai pedagang atau penjaga di sekitar sekolah. Kemudian, mereka
melaporkan
hasil pekerjaannya secara berkelompok maupun individu.
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan
pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik. Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73)
wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 771) wawancara (interview) adalah
situasi peran antar-pribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang
relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai, atau informan.
2.2 Tujuan wawancara
1. Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dankondisi tertentu
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orangtertentu.
4. Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi serta
memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota.
2.3 Bentuk-bentuk wawancara
1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat,
seniman, olahragawan dan sebagainya.
2.4 Fungsi-fungsi
1. Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap orang-
orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka
2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara
untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan
telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal
3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari
responden.
2.5 Jenis-jenis wawancara
Peneliti harus memutuskan besarnya struktur dalam wawancara. Struktur wawancara dapat berada
pada rentang tidak berstruktur sampai berstruktur. Penelitian kualitatif umumnya menggunakan
wawancara tidak berstruktur atau semi berstruktur (Holloway & Wheeler, 1996)
a. Wawancara berstruktur atau berstandard
Untuk wawancara berstruktur bisa berisi pertanyaan terbuka, namun peneliti harus diingatkan
terhadap hal ini sebagai isyu metodologis yang akan mengacaukan dan akan jadi menyulitkan
analisisnya. Beberapa keterbatasan pada wawancara jenis ini membuat data yang diperoleh tidak
kaya. Jadwal wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Tiap
partisipan ditanyakan pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini
menyerupai kuesioner survei yang tertulis. Wawancara ini menghemat waktu dan membatasi efek
pewawancara bila sejumlah pewawancara yang berbeda terlibat dalam penelitian. Analisis data
tampak lebih mudah sebagaimana jawaban yang dapat ditemukan dengan cepat. Namun jenis
wawancara ini mengarahkan respon partisipan dan oleh karena itu tidak tepat digunakan
b. Wawancara Semi Berstruktur
Wawancara ini dimulai dari isyu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara
bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuensi pertanyaan tidaklah sama pada tiap
partisipan bergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap individu. Namun pedoman
wawancara menjamin bahwa peneliti mengumpulkan jenis data yang sama dari para partisipan.
Peneliti dapat menghemat waktu melalui cara ini. Dross rate lebih rendah daripada wawancara tidak
berstruktur. Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan dan memutuskan sendiri mana isyu yang
dimunculkan. Pedoman wawancara berfokus pada subyek area tertentu yang diteliti, tetapi dapat
direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul belakangan. Walaupun pewawancara
bertujuan mendapatkan perspektif partisipan, mereka harus ingat bahwa mereka perlu
mengendalikan diri sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dan topik penelitian tergali.
c. Wawancara tidak berstruktur, tidak berstandard, informal, atau berfokus
Wawancara ini biasanya diikuti oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar topik yang akan dicakup
dalam wawancara. Namun tidak ada pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya kecuali dalam
wawancara yang awal sekali. Jenis wawancara ini bersifat fleksibel dan memungkinkan peneliti
mengikuti minat dan pemikiran partisipan. Pewawancara dengan bebas menanyakan berbagai
pertanyaan kepada partisipan dalam urutan manapun bergantung pada jawaban. Hal ini dapat
ditindaklanjuti, tetapi peneliti juga mempunyai agenda sendiri yaitu tujuan penelitian yang dimiliki
dalam pikirannya dan isyu tertentu yang akan digali. Namun pengarahan dan pengendalian
wawancara oleh peneliti sifatnya minimal Wawancara jenis ini terutama cocok bila peneliti
mewawancarai partispan lebih dari satu kali. Wawancara ini menghasilkan data yang paling kaya,
tetapi juga memiliki dross rate paling tinggi, terutama apabila pewawancaranya tidak
berpengalaman. Dross rate adalah jumlah materi atau informasi yang tidak berguna dalam
penelitian.
d. Wawancara kelompo
Wawancara kelompok merupakan instrumen yang berharga untuk peneliti yang berfokus pada
normalitas kelompok atau dinamika seputar isyu yang ingin diteliti.
2.6 Sikap Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku
sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap
yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang
diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden,
baik yang menyenangkan atau tidak.
Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.
Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai
responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan
pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara
harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara (interviewers) meliputi
pedoman-pedoman sebagai berikut:
a. Tidak pernah terjebak dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan penjelasan
standar yang diberikan pengawas. (Never get involved in long explanations of the study; use
standard explanation provided by supervisor).
b. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan pertanyaan.
(Never deviate from the study introduction, sequence of questions, or question wording).
c. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan membiarkan
individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran, atau pandangannya pada
pertanyaan itu. (Never let another person interupt the interview; do not let another person answer
for the respondent or offer his or her opinions on the questions).
d. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan suatu jawaban.
Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan pribadi anda pada topik dari
pertanyaan atau survey. (Never suggest an answer or agree or disagree with an answer. Do not
give the repondent any idea of your personal views on the topic of questions or survey).
e. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi pertanyaan dan
memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas.
(Never interpret the meaning of a question; just repeat the questions and give instructions or
clarifications that are provided in training or by supervisors).
f. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban, atau membuat
perubahan susunan kata-kata. (Never improvise, such as by adding answer categories, or make
wording changes) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).
2.6 Prosedur Wawancara
Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur wawancara seperti tahapan berikut ini:
1) Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut
outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan
orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
2) Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara
tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat,
adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat
pelaksanaan wawancara.
3) Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi
sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan
pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada
bertanya, alias jangan terkesan membantah.
4) Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal
yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban narasumber.
5) Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain
untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna
ucapan si pewawancara.
6) Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita
sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang
didengarnya.
7) Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber.
Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-
ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber
yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber
hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
8) Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber,
dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua
belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna
untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk
hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
9) Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu,
bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian.
Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala
terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses
untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses,
diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah
rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak
mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa
saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita
yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk
keperluan, misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan
obrolan. Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal yang
membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan pewawancara, tata
krama, dan batasan waktunya.
3.2 Saran
Sebaiknya pertanyanyaan yang diajukan untuk narasumber disusun secara baik , rapi dan
menggunakan bahasa yang sopan, tidak menyinggung perasaan narasumber dan harus sesuai
prosedur dan tepat sasaran. Pewawancara dan narasumber sebaiknya harus bersikap terbuka
dalam pelaksanaan wawancara.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200836-tujuan-wawancara/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2170427-pengertian-dan-fungsi-wawancara/

No comments:
Newer Post Older Post Home
Powered by Blogger.

Facebook

Arquivo do blog
2017 (4)
April (3)
March (1)
2016 (16)
November (1)
February (1)
January (14)
2015 (53)
September (11)
August (24)
KORDA
Photo Collection
First Time For Job Trainning
Sekilas Info
Sistem Ekonomi Indonesia Saat Ini
Analisis Partai yang ada di Indonesia
Konflik akibat keanekaragaman di Indonesia
Media Sosial, Senjata Ampuh Para Politikus
Tajuk Rencana : Politik Uang dalam Kampanye Politi...
Budaya Massa dan Budaya Populer
Hadits Dlaif Berdasarkan Cacat Rawinya
Makalah Penerapan Ekonomi Syari'ah di Indonesia
Makalah Wawancara/Intervew
Makalah Fotografi
Resume Filsafat Islam
Sistem Sosial Budaya Indonesia
Makalah Difusi Inovasi
Makalah Perencanaan Audiens
Makalah Rapat
Makalah Negosiasi dalam Organisasi
UTS Komunikasi Massa
Makalah Filsafat Islam
Makalah Ayat Sajdah
Pengembangan Metode Dakwah Respons Dai Terhadap...
May (2)
March (6)
February (10)

Categories
Berita
Culinary
Foto
Kampus
Opini
Resensi
Story
tugas berita online
Tugas Kuliah
Video

Home Ads

Tags
Berita
Culinary
Foto
Kampus
Opini
Resensi
Story
tugas berita online
Tugas Kuliah
Video

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Instagram

Popular Posts

Daftar Tempat Magang Stasiun Televisi Swasta Indonesia
1. Net TV Syarat: Surat pengantar magang dari kampus, CV, Surat Lamaran. Lalu serahkan
ke bagian HRD. Alamat: PT. Net Mediatama Indon...
Makalah Rapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, rapat merupakan kegiatan
komunikasi. Rapat merupakan salah satu bentuk komunikasi ke...
Makalah Penerapan Ekonomi Syari'ah di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang sistem ekononomi di Indonesia mengalamai
beberapa kali perubahan dari sistem ekonomi komando yang ...
Sistem Ekonomi Indonesia Saat Ini
Nama : Acep Dodi NIM : 1124050001 Jur/Smt/Kls : Jurnalistik/4/A Mata Kuliah : Komunikasi
Sosial Pembangunan SISTEM EKONOMI INDO...
Budaya Massa dan Budaya Populer
Budaya Massa Budaya Massa adalah dianggap sebagai milik mayoritas masyarakat tak
berbudaya dan tak berpendidikan. Dalam sosiologi, istilah...
Makalah Filsafat Komunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filsafat sebagai induk berbagai kajian ilmu
menjadi hal yang tak terpisahkan dari kajian itu s...
Makalah Fotografi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kini fotografi telah menjadi bagian tak terelakkan
dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Bahkan...
Makalah Manajemen Media Massa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radio merupakan salah satu media
komunikasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam...
Makalah Negosiasi dalam Organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negosiasi merupakan suatu proses komunikasi
antara dua pihak, yang masing-masing mempunyai t...
Hadits Dlaif Berdasarkan Cacat Rawinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh umat islam telah menerima paham,
bahwa hadits Rasulullah saw, itu sebagai pedoman hidup set...

About Me

Popular Posts


Daftar Tempat Magang Stasiun Televisi Swasta Indonesia
1. Net TV Syarat: Surat pengantar magang dari kampus, CV, Surat Lamaran. Lalu serahkan
ke bagian HRD. Alamat: PT. Net Mediatama Indon...
Makalah Rapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, rapat merupakan kegiatan
komunikasi. Rapat merupakan salah satu bentuk komunikasi ke...
Sistem Ekonomi Indonesia Saat Ini
Nama : Acep Dodi NIM : 1124050001 Jur/Smt/Kls : Jurnalistik/4/A Mata Kuliah : Komunikasi
Sosial Pembangunan SISTEM EKONOMI INDO...

About me
About Me

AC E P D O D I
V I EW M Y C O MP L E T E P R O F I L E

Facebook

Header Ads

Fashion
GET FREE UPDATES

AcepDodi en_US Subscribe Now !

Copyright Acep Dodi. All Rights Reserved. Jurnalistik Theme by RT Media. Original Theme Simple Blogger
Template

J-Theme

Vous aimerez peut-être aussi