Vous êtes sur la page 1sur 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA An. M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS)
DI BANGSAL IRNA II RUANG AN-NUR RSU ASSALAM GEMOLONG

Disusun oleh:

1. Ahmad Anwarrullah (P 13003)


2. Desi Ratnasari (P 13013)
3. Siti Fathimah (P 13050)
4. Woro Louh S. (P 13058)
5. Lisa Ernawati (P 13096)

PRODI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA An.M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS)

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38C ) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranial (Mansjoer, 2005).
Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat
menahan serangan demam pada suhu tertentu (Hardiono, 2007 : 11).
Kejang (konfulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang
tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktivas motorik
dan atau atas gangguan fenomena sensori (Doenges, 2005 : 476).

2. KLASIFIKASI
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana
(simple febrile seizure), kejang demam komplek (complec febrile
seizure).
a.) Kejang demam sederhana
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang
demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang
dari 15 menit, sifat bangkitan dapat berbentuk teknik,klinik,
tonik dan kronik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa
gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
b.) Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit,
kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali/lebih dalam 1 hari, diantara 2
bangkitan kejang anak sadar.
3. ETIOLOGI
a. Gangguan vaskuler
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat
terjadi intraserbal atau antraventrikel, sedangkan perdarahan akibat
trauma langsung yaitu berupa perdarahan disubaraknoidal atau
subdural, terjadi Trombosit, adanya penyakit perdarahan seperti
defisiensi vitamin K, sindrom hiperviskostas disebabkan oleh
meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari peninggian
kadar hematokrit. Isiensi dan ketergantunagn akan piridoksin,
Gejala klinisnya antara lain pletora, sianosis, letargi dan kejang.
b. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme meliputi hipokalsemia, hipomagnesia,
hipoglikemia, defisiensi dan ketergantaungan akan piridoksi,
aminoasiduria, hiponatremia, hiperbilirubinemia.
c. Infeksi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi: meningitis sapsis,
ensefalitis, tokoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic
inclusion.
d. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital meliputi: parensitalis, hidransefali, agnesis
(sebagian dari otak).
e. Lain-lain
Disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma
(dr. Rusepto, 2005:1141)

4. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi


dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf
pusat misalnya tonsilitis, otitis adeakut, bronkitis, furunkoloris dan
lain-lain. (Ngastiyah, 2005:231).

5. PATOFISOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
adalah oksidasi degan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskular. Glukosa melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang
terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
ionic. Dalam keadaan normal membran sel dapat dilalui dengan mudah
oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi
K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar
sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial mambran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial mambrane ini dapat diubah
oleh perubahan konsentrasi ion diruang ekstravaskuler, rangsangan
yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologis dari mambran sendiri
karena penyakit atau keturunan. Dalam keadaan demam kenaikan suhu
1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahunsirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat eluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sebab
anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu
mencapai 40C atau lebih. Kejang demam yang berlangsung singkat
pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) bisanya
seperti apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis lakta disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
makin meningkat yang disebaban makin meningkatnya aktivitas otot,
dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting dalam gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeablitas kapiler
dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron
otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
(Ngastiyah, 2007).
6. PATHWAY

Peningkatan suhu tubuh (demam)

Peningkatan metabolisme basal 10-15%


Peningkatan ebutuhan oksigen 20%

Pada anak 3 tahun

Sirkulasi ke otak 65%

Perubahan keseimbangan dari


membrane sel neutron

difusi ion K+ dan Na+


Resiko ketidakefektifan
lepas muatan listrik yang besar
perfusi jaringan otak
neurotransmitter

meluas keseluruh tubuh

kejang demam

penurunan kondisi tubuh lebih dari 15 menit kelemahan

rawat inap rumah sakit peningkatan aktivitas otot kesulitan keseimbangan


peningkatan suhu tubuh keterbatasan
hospitalisasi
kognitif/perubahan
kesadaran
Hipertermia
Ansietas
kehilangan koordinasi
otot besar dan kecil

Resiko trauma

(Ngastiyah, 2007)
7. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah
resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, suhu yang
meningkat diatas suhu normal, resiko terjadi bahaya/komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
- Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
Kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah, sehingga
aliran tidak lancar dan peredaran O2 terganggu. Kurang O2
(anoksia) pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak
dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila
rusaknya berat. Oleh karena itu, kejang harus segera dihentikan
dan apnea dihindarlan.
- Suhu yang meningkat diatas normal
Jika sudah diketahui suhu anak diatas normal anak akan
menderita kejang, maka anak akan menderita piretik
(pemberian antipiretik dan petunjuk bahwa anak menderita
kejang demam didapat setelah berobat ke dokter dan kejang
sudah lebih dari 1 kali).
- Resiko terjadi bahaya / komplikasi
Seperti pasien lain yang kejang akibatnya terjadi perlukaan
misal lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, oleh
karena itu setiap anak mendapat serangan kejang harus ada
yang mendampinginya. Selain bahaya akibat kejang, risiko
akibat komplikasi karena pemberian obat antikonvulsan (dapat
terjadi dirumah sakit), bila memberikan diazepam IV harus
pelan sekali 1 ml selama 1 menit, karena memberikan
diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
- Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan ini terjadi akibat penyakitnya sendiri dan tindakan
pertolongan selama kejang
- Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit
Jika pasien didiagnosis kejang demam, orang tuanya perlu
dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama berhubungan
dengan suhu tubuh, kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan
oleh infeksi. Yang perlu dijelaskan adalah: harus selalu tersedia
obat penurun panas dari resep dokter yang mengandung
antikonvulsan, agar anak segera diberikan obat antipiretik bila
orangtua mengetahui anak mulai demam. Apaila terjadi
berulang atau lama segera bawa pasien kerumah sakit.
b. Non Keperawatan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu: memberantas kejang secepat mungkin,
pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat dan
mencari mengobati penyebab.
- Memberantas kejang secepat mungkin
Obat pilihan utama adalah diazepamyang diberikan secara
intravena keberhasilan menekan kejang 80 90 %, dosis sesuai
dengan berat badan : kurang dari 10 kg 0,5 0,75 mg/ kg
BB,diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Biasanya dosis rata rata
dipakai 0,3 mg/kg BB/ kali dengan maksimum 5 mg pada anak
berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anka yang lebih
besar.
Pngobatan penunjang
Fungsivital seperti kesadaran suhu, tekanan darah, pernapasan
dan fungsi jantung diaawasi secara ketat, jika suhu meningkat
sampai hiperpireksia dilakukan hipernasi denan kompres
alkohol dan es. Obat hibernasi adalah klorpromazin,
prometazon. Mencegah edema otak diberikan kortikosterooid.
Pengobatan Rumat
Obat fenobarbital sebagai dosis rumat, diberikan langsung
setelah kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal neonatus
30mg, umur 1 bulan sampai 1 tahun 50mg dan umur 1 tahun
keatas 75 mg, cara pemberian melalui IM.
Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovikasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang
adekuatperlu untuk mengobati penyakit tersebut.
Secara akademispasien kejang demam yang datang untuk
pertama kali sebaliknya dilakukan fungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi otak. Pada
pasien kejang lama pemeriksaan lebih itensif seperti fungsi
lumbal, darah lengkap, gula darah, kalium, magnesium,
kalsium, natrium dan faal hati. Bla perlu rongen foto tengkorak,
ekg, ensefalografi, dan lain lain.

8. KOMPLIKASI
a. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel ataupun ke membran sel yang yang
menyebabkan kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobur temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi matang dikemudian hari shingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan.
c. Kelainan anatomis di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yng lebih banyak terjadi pada
anak baru berumur 4 bulan sampai 5 th.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejng
yang disertai demam,
e. Kemungkinan mengalami kematian.
(PP.IDAI,2005;6)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatna pengkajian merupakan dasar
utama dua hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali
masuk Rumah Sakit maupun selama klien dalam masa perawatn.
1.) Data Dasar
a.) Pola nutrisi dan motabolik
Data yang perlu dikaji meliputi:
Gejala : penurunan nafsu makan, mual, muntah, haus
Tanda : BB turun, mata cekung, turgor lambat, bibir kering.
b.) Pola Eliminasi
Gejala : sering defekasi
Tanda : penurunan berkemih, iritasi rektal
c.) Pola Istirahat dan Tidur
Gejala : kelemahan, sulit tidur
Pemeriksaan fisik
o Keadaan umum pasien : lemah
o Kesadaran : komposmentis, apatis, samnolen, soporo,
koma, reflek, sensibilitas, nilai garglow coma scale
(GCS)
o Tanda- tanda vital : tekanan darah (hipertensi), suhu
(meningkat), nadi (takikardi).
o Kesadran : mata cekung, mulut (mukosa kering)
o Abdomen : bentuk cembung, kembung.
2.) Data Khusus
Data khusus digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Data subjetif : lemah, panas, demam, anoreksia, tidak nafsu
makan, mual, muntah, defekasi.
b. Data objektif : suhu tinggi, mukosa kering, BB turun, urinn
kurang, mata cekung.
Pemeriksaan Penunjang
a. Uji laboratorium
- Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrosppinal,
terutama dipakai untuk menyingkir kemungkinan infeksi.
- Hitung darah lengkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai
penyebab dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma,
dapat mengevaluasi hematokrit dan jumlah trombosit.
- Panel elektrolit senenm eektroli, ca total magnesium serum
sering diperiksa pada saat pertama kali terjadi kejang.
- Skining toksik dari serum dan urin digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan keracunan.
- Pemantauan kadar obat ntipileptik digunakan pada fase awal
penatalaksanaan.
b. Elekttroensefalografi
Membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang atau
memperlihatkan gambaran interektal EEG, pemeriksaan EEG segera
setelah kejang dalam 24-48 jam atau sleep deprivtion dapat
memperlihatkan bebegai macam tekanan.
c. Neuroimaging
- Pemeriksaan fotorongen kepala
- Magnetik resonange imaging (MRC)
(Erny, Darto, 2007:6)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi atau
inflamasi)
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
faktor fisiologis (kejang)
c. Resiko trauma berhubungan dengan kesulitan keseimbangan
kognitif
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan
sumbu informasi
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan perilaku
(mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a.) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau
inflamasi)
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5C) dan klien
bebas dari demam.
Intervensi :
- Monitor tanda & gejala adanya peningkatan suhu tubuh dan
penyebabnya.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien
- Monitor TTV, suhu tiap 4 jam sekali
Rasional : untuk acuan mengetahui kesadaran umum pasien.
- Anjurkan pasien banyak minum 2-2,5 liter / 24 jam
Rasional : menurunkan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak
- Kolaborasi pemberian obat demam sesuai indikasi
Rasional : memberikan terapi untuk menurunkan panas
- Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional : memkai baju tipis untuk pemberian obat
antiperiet,untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara solusi
kolaborasi dokter dengan obat antipiretik.
b.) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
faktor fisiologis (kejang)
tujuan : kerusakan sel otak tidak terjadi, tidak ada tanda kejang.
Intervensi :
- letakan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan
kepala selama kejang.
Rasional : meningktkan aliran darah agar tidak terjadi cidera
kepala atau komplikasi lain.
- Longgarkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.
Rasional : untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspasi
dada
- Masukan spatel kelidah atau jalan nafas buatanan gulungan
benda lunak sesuai denngan indikasi.
Rasional : masuknya di awal untuk membuka rahang alat ini
dapat mencegah tergigitnya lidah
- Kolaborasi pemberian obat pada klien.
Rasional : memberikan terapi obat untuk mengatasi kejang.

4, EVALUASI
Dx I : hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi
atau inflamasi)
S: ibu klien mengatakan bahwa suhu tubuh anaknya sudah
normal, dan tidak panas lagi
O: pasien tampak aktif dan hasil TTV suhu 37,4 oC rr
24x/menit nadi 130/menit
A: masalah sudah teratasi
P: tetap lanjutkan intrvensi
-monitor TTV
- anjurkan banyak minum
DX II: resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan faktor fisiologis (kejang)
S: keluarga klien mengatakan anaknya sudah tidak ada tanda
tanda kejang lagi
O: pasien sudah tidak lemas lagi dan sedang bermain dengan
ayahnya
A: masalah sudah teratasi
P: tetap lanjutkan intervensi
o Letakan klien pada posisi miring, permukaan datar, dan
miringkan kepala intik antisipasi kejang.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marillyn E, dkk (2005). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan. EGC:Jakarta

Erny, Darto, (2007). Penatalaksanaan Kejang Demam pada Anak Jilid 1, FKUI:
media Aeseulapius:Jakarta

Hardiono, D (2007). Konsesus. Penatalaksanaan Kejang Demam (Jurnal). Unt


Kerja Koordinasi Neurologi :Ikatan Anak Indonesia

Mansjoer, Arief, dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2,
FKUI, media Aeseulapius, Jakarta

Ngastiyah, (2007). Perawatan Anak Sakit. ECG:Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi