Vous êtes sur la page 1sur 7

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013

Vol. 3 No. 3. Hal 163-170


ISSN: 2087-7706

HUBUNGAN KEKERABATAN AKSESI PISANG KEPOK


(Musa paradisiaca Formatypica) DI KABUPATEN MUNA
BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD

Genetic Relationship of Kepok Banana


(Musa paradisiaca Formatypica) Accessions in Muna Regency Based
on Morphological Characters and RAPD Markers
TEGUH WIJAYANTO *), DIRVAMENA BOER, LA ENTE
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari

ABSTRACT
Twenty-four accessions that belong to four groups of kepok banana in Muna Regency
have been analyzed for their genetic diversity based on morphological characters
(qualitative and quantitative characters), and a few accessions based on RAPD markers. This
study aimed to determine the genetic diversity and phylogenetic relationship of accessions
of kepok bananas based on 52 qualitative and 12 quantitative morphological characteristics
and DNA characteristics. Results of clustering analysis showed the euclidian values ranged
between 0.50 to 1.00 for the qualitative data, 0.01 to 0.50 for quantitative data, and 0.83 to
0.88 for DNA profile data. Combined qualitative and quantitative data had similarity
coefficient ranged from 0.00 to 2.50. Dendogram of each character produced 2 main groups.
The main group 1 formed subgroups. Although the qualitative and quantitative characters
resulted in different accession groupings, the combined data analysis of quantitative and
qualitative data showed that kepok banana in Muna regency was classified into 4 sub
groups namely banana Manuru, Bugisi, Jiwaka and Manuru Lakabu.
Keywords: cluster analysis, kepok banana, qualitative and quantitative characters,
morphology, RAPD markers.

1PENDAHULUAN menjadi tidak optimal, sehingga tampilan


tanaman juga tidak optimal dan seringkali
Indonesia merupakan salah satu pusat mengacaukan data karakteristik varietas atau
keragaman genetik tanaman dunia, termasuk klon (Sukartini, 2006).
tanaman pisang. Untuk mengetahui lebih jauh Keragaman pisang kepok secara umum dan
besarnya keragaman genetik tersebut maka secara khusus di Kabupaten Muna belum
perlu dilakukan identifikasi dan analisis teridentifikasi dengan baik, baik secara
keragaman genetik. Kegiatan identifikasi morfologi maupun genetik. Identifikasi
keragaman genetik juga penting untuk genetik suatu populasi plasma nutfah adalah
keperluan perbaikan sifat genetik tanaman suatu kegiatan untuk memeriksa keragaman
dalam upaya menghasilkan varietas atau klon- aksesi berdasarkan sejumlah karakter penciri
klon baru masa depan yang lebih baik untuk (Darmono, 1996; IPGRI, 1996; Lengkong,
dibudidayakan (Prihatman, 2000). 2008). Identifikasi morfologi yang dilakukan
Kegiatan eksplorasi, inventarisasi dan dapat digunakan untuk melakukan analisis
pelestarian plasma nutfah pisang di Indonesia kekerabatan antara aksesi. Berkaitan dengan
masih terbatas. Hal ini disebabkan karena hal tersebut, banyak sedikitnya jumlah
koleksi tanaman pisang saat ini berada di karakter morfologi yang mempunyai
tempat yang terpencar-pencar. Keadaan ini heritabilitas atau repeatabilitas tinggi akan
menyebabkan pengelolaan tanaman koleksi menentukan keakuratan pengelompokan
aksesi-aksesi (Sukartini, 2006).
*) Alamat Korespondensi:
E-mail:: wijayanto_teguh@yahoo.com
164 WIJAYANTO ET AL. J. AGROTEKNOS

Keragaman populasi tanaman pisang suhu 650C selama 30 menit.Campuran ini


sangat diperlukan dalam penyusunan strategi disentrifugasi pada 10.000 rpm selama 10
pemuliaan guna mencapai perbaikan varietas menit. Suprenatant dipindahkan kedalam
pisang secara efesien di masa yang akan tabung steril baru dan ditambahkan 1 x
datang. Dengan dasar inilah maka dilakukan volume PCI (Phenol-Chalorofom-Isoamil
penelitian analisis keragaman genetik Alcohol). Pemisahan fraksi di dalam campuran
berbagai aksesi pisang kepok di Kabupaten dilakukan dengan mengambil fase cair dan
Muna. Tujuan penelitian ini adalah untuk memindahkannya ke dalam tabung eppendorff
mengetahui keragaman genetik dan hubungan baru dan disetrifugasi pada 10.000 rpm
kekerabatan antar aksesi pisang kepok yang selama 10 menit dengan suhu 40C.
ada di Kabupaten Muna, berdasarkan karakter Supernatant hasil pemurnian dipindahkan ke
morfologi dan penanda RAPD. dalam tabung baru ditambahkan 1 x volume
etanol absolut, diinkubasi dalam suhu 40C
BAHAN DAN METODE selama 2 jam, selanjutnya disetrifugasi
kembali pada 10.000 rpm selama 10 menit
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan
dengan suhu 4 menit. Gumpalan DNA yang
pada pengamatan karakter morfologi adalah terbentuk (pelet) dicuci dengan 0,5 l etanol
anakan pisang kepok yang dikoleksi dari 10
70%, kemudian dikering anginkan dan
Kecamatan di Kabupaten Muna. Alat yang diinkubasi selama 12 jam pada suhu 370C.
digunakan berupa cangkul. Sabit, ember,
Uji kualitas dan kuantitas DNA dilakukan
timbangan, meteran, mistar, kamera digital melalui elektroforesis dan spektrofotometer.
dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan
Uji kuantitats DNA melalui elektroforesis pada
pada pengamatan penanda RAPD adalah prinsipnya dilakukan dengan memigrasikan
Buffer CTAB, pasir kuarsa, larutan PCI, dH 2O,
DNA hasil isolasi dalam gel agaros dan
etanol 70 %, aquades, RNAse, primer, master dirunning dalam bak elektroforesis pada
mix, TAE, Enzim taq polymerase, agaros, tegangan 100 volt selama 30 menit. Pita hasil
ethidium bromida, loadyng dye dan buffer TE. isolasi dapat dilihat dengan manggunakan alat
Alat yang digunakan berupa : mikropipet, tip, photoforesis. Uji kuantitas melalui
sentrifugator, spin, vorteks, sel elektroforesis, spektrofotometer pada prinsipnya adalah
mesin PCR, waterbath, tabung eppendorff, melihat densitas DNA secara optik (Optical
inkubator, timbangan analitik, photoforesis, Density) pada gelombang 260 nm dan
cetakan agaros, hotplate, spektrofotometer, disetarakan dengan 50 g/mL setiap 1 nilai
alu dan mortal, spatula, kuvet dan OD pada absorbansi UV gelombang tersebut.
kulkas/refrigerator. Pengamatan profil DNA Kualitas DNA diketahui dengan
dilakukan di Laboratorium Genetika Fakultas membandingkan hasil OD pada absorbansi
MIPA Universitas Halu Oleo Kendari. 260 nm terhadap 280 nm.
Analisis Karakter Morfologi. Eksplorasi Seleksi primer dilakukan untuk
aksesi pisang kepok dilakukan pada 10 mendapatkan primer yang dapat
kecamatan di Kabupaten Muna, diambil menghasilkan produk amplifikasi dan
anakannya selanjutnya ditanam pada lokasi mempunyai tingkat keragaman genetik yang
penelitian. Sebanyak 24 aksesi anakan pisang
tinggi. Beberapa primer yang akan diseleksi,
kepok diperoleh, dan dilakukan karakterisasi yaitu: OPA-12, OPA-18, OPD-10, OPB-10 dan
morfologi berdasarkan panduan deskripsi
OPH-07. Seleksi primer menggunakan 5
pisang INIBAB (2001), berupa 52 karakter sampel DNA pisang kepok yang memiliki
kualitatif dan 12 karakter kuantitatif.
perbedaan struktur secara morfologi, yaitu,
Analisis Penanda RAPD. Isolasi DNA K20-H2, K06-C1, K11-D4, K05-B2 dan K10-D3.
dilakukan dengan memodifikasi metode yang
Proses amplifikasi DNA dilakukan dengan
digunakan oleh Rabiah (2005). Bahan isolasi menggunakan mesin PCR. Metode dan
adalah 0,1 - 0,2 g daun muda pisang kepok,
prosedur PCR ini mengacu pada prosedur
digerus dengan menggunakan pasir kuarsa hasil modifikasi Rabiah (2005). Bahan
sampai membentuk serbuk halus, lalu campuran untuk satu tabung reaksi PCR
dimasukan ke dalam tabung eppendorff dan terdiri atas dNTPs (gabungan dari dATP,
ditambahkan sekitar 600 l buffer ekastraksi. dCTP, dGTPdan dTTP), satu macam primer
Kemudian diinkubasi dalam waterbath pada RAPD, buffer PCR, DNA template hasil isolasi,
Vol. 3 No.3, 2013 Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok 165

enzim Taq DNA polymerase dan air bebas ion. bentuk pangkal daun, bentuk membuka
Eletroforesis dan visualisasi hasil amplifikasi pangkal daun, lilin bawah daun, simetris
PCR menggunakan alat photophoresis, untuk pangkal daun, warna belakang daun
melihat karakteristik pita DNA yang menggulung, warna permukaan atas daun,
teramplifikasi. warna permukaan bawah daun, warna tepi
Data hasil pengamatan morfologi berupa daun, warna tulang daun atas dan warna
data kualitatif disajikan dalam bentuk data tulang daun bawah. Variasi yang terdapat
biner dan dianalisis hubungan pada tangkai daun (petiola) adalah: bentuk
kekerabatannya dengan menggunakan jarak tepian petiola, lilin petiola, warna petiola dan
genetik Match Maching, selanjutnya data warna tepian petiola. Variasi pada batang
kuantitatif distandarisasi terlebih dahulu muda yang diamati adalah keadaan bercak
selanjunya dianalisis hubungan batang, warna pigmentasi batang bagian
kekerabatannya dengan menggunakan jarak dalam, warna pigmentasi batang bagian luar,
genetik euclidian. Selanjutnya data tersebut warna bercak batang, warna dasar batang
dianalisis gerombol dengan menggunakan bagian dalam, warna dasar batang bagian luar
program NTSYS (Numerical Taxonomy and dan lilin pada batang. Variasi pada anakan
Multivariate). adalah: warna daun anakan, warna tepian
Data hasil RAPD juga disajikan dalam daun anakan, warna tulang daun atas, warna
bentuk data biner berdasarkan ada tidaknya tulang daun bawah, keadaan lilin permukaan
pita DNA. Analisis kemiripan antar aksesi bawah daun, warna petiola daun anakan,
dilakukan dengan menggunakan prosedur warna tepian petiola anakan, warna tepi
SIMQUAL (Similarity for Qualitative). petiola,warna tunas anakan dan bercak batang
anakan. Variasi yang nampak pada karakter
HASIL DAN PEMBAHASAN buah adalah keadaan permukaan kulit buah,
warna daging buah masak dan bentuk ujung
Analisis Hubungan Kekerabatan Pisang
buah.
Kepok Berdasarkan Data Kualitatif. Hasil
Hasil analisis gerombol terhadap seluruh
pengamatan terhadap 52 karakter kualitatif
data kualitatif pisang kepok menghasilkan
menunjukkan adanya penampilan yang
dendogram dengan koefisien kemiripan
beragam pada beberapa aksesi, namun ada
sebesar 0,501,00 seperti tampak pada
beberapa aksesi yang memiliki penampilan
Gambar 1.
sama. Secara visual, keragaman karakter
kualitatif yang diamati pada daun adalah

Gambar 1. Dendogram hubungan kekerabatan 24 aksesi pisang kepok berdasarkan data 52 karakter
kualitatif
166 WIJAYANTO ET AL. J. AGROTEKNOS

Berdasarkan dendogram pada Gambar 1 semakin besar nilai koefisien kemiripan


terlihat bahwa terdapat hubungan (mendekai satu), maka hubungan
kekerabatan yang signifikan dengan nilai kekerabatannya semakin dekat. Hasil
koefisien kemiripan antara 0,511,00. pengelompokan aksesi berdasarkan
Semakin kecil nilai koefisien kemiripan dendogram data kualitatif disajikan pada
(mendekati nol), maka hubungan Tabel 1.
kekerabatannya semakin jauh dan sebaliknya
Tabel 1. Kelompok aksesi pisang kepok berdasarkan dendogram data kualitatif
Kelompok utama Sub
Aksesi Nama Lokal
Kelompok
K01-A1, K04-B1, K06-C1, K08-D1,
a1 K12-E1, K14-F1, K16-G1, K19-H1, Manuru
K21-I1, dan K23-J1
1 a2 K03-A3, K10-D3 dan K18-G3 Jiwaka
K02-A2, K05-B2, K07-C2, K09-D2,
B K13-E2, K15-F2, K17-G2, K20-H2, Bugisi
K22-I2, dan K24-J2
2 C K11-D4 Manuru Lakabu

Analisis Hubungan Kekerabatan Pisang kepok umur 10 bulan diperoleh nilai


Kepok Berdasarkan Data Kuantitatif. maksimal dan minimal serta rata-rata setiap
Berdasarkan data karakter kuantitatif pisang karakter seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai minimal, maksimal dan rata-rata karakter kuntitatif pisang kepok
Nilai
Karakter yang diamati Minimal Maksimal
Rata-rata
Ukuran Aksesi Ukuran Akasesi
Lebar daun 55,23 cm K11-D4 85,93 cm K08-D1 70,74
Panjang daun 160,00 cm K18-G3 280,33 cm K04-B1 218,56
Rasio panjang dan lebar daun 2,40 K01-A1 3,63 K04-B1 3,08
Jumlah daun 6,33 lbr K14-F1 9,67 lbr K11-D4 7,97
Dalam kanal petiola 1,73 cm K11-D4 2,60 cm K08-D1 2,14
Keliling petiola 11,77 cm K11-D4 17,37 cm K06-C1 13,86
Lebar kanal petiola 1,10 cm K04-B1 2,20 cm K18-G3 1,73
Lebar tepian petiola 0,30 cm K11-D4 1,55 cm K17-G2 0,79
Panjang petiola 32,70 cm K01-A1 46,50 cm K21-I1 40,90
Keliling batang 44,63 cm K11-D4 85,57 cm K14-E1 60,87
Tinggi batang semu 215,33 cm K07-C2 291,67 cm K19-H1 256,00
Jumlah anakan 0 anakan K01A1, 1,76 anakan K06-C1 0,80
K04-B1,
K12-E1,
K16-G1

Berdasarkan analisis gerombol dihasilkan (euclidian) berkisar antara 0,01 - 0,50


dendogram dengan koefisien kemiripan seperti tampak pada Gambar 2.
Vol. 3 No.3, 2013 Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok 167

Gambar 2. Dendogram hubungan kekerabatan 24 aksesi pisang kepok berdasarkan data 12 karakter
kuanlitatif
Pola hubungan kekerabatan dari 12 lingkungan yang dapat mempengaruhi
karakter kuantitatif yang diamati pada 24 perbedaan karakter morfologi tanaman pisang
aksesi menunjukan keragaman dengan antara lain kondisi fisiologis individu tanaman,
pengelompokan tertentu. Pengelompokan terutama kemampuan menyerap unsur hara
aksesi secara kuantitatif dari 24 aksesi pisang tanaman dan serangan hama dan penyakit
kepok di Kabupaten Muna tidak terlalu tegas (Robiah, 2005).
seperti pada pengelompokan aksesi secara Pengelompokan aksesi pisang kepok
kualitatif. Hal ini disebabkan karena karakter berdasarkan dendogram data kuantitatif
kuantitatif sangat rentang dengan pengaruh disajikan pada Tabel 3.
faktor lingkungan. Beberapa faktor
Tabel 3. Kelompok aksesi pisang kapok berdasarkan dendogram data kuantitatif

Kelompok Sub Aksesi


utama Kelompok
A K01-A1, K19-H1, K20-H2, K24-J2, K21-I1, K09-D2, K14-
F1, K02-A2, K08-D1, K05-B2, K12-E1, K13-E2, K22-I2,
1
K15-F2, K23-J1 dan K10-D3.
B K03-A3, K18-G3, K16-G1 dan K11-D4
2 C K04-B1, K06-C1, K07-C2 dan K17-G2.

Analisis Hubungan Kekerabatan Pisang Pengelompokan aksesi pisang kepok


Kepok Berdasarkan Data Gabungan berdasarkan hasil dendogram tersebut
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif. menunjukkan hal yang sama seperti pada
Berdasarkan analisis gerombol terhadap gambar dendogram data kualitatif. Semakin
seluruh data gabungan karakter kualitatif dan kecil jarak genetik antara dua aksesi yang
kuantitatif pisang kepok di Kabupaten Muna, dibandingkan, maka hubungan
dihasilkan dendogram dengan koefisien kekerabatannya semakin dekat dan semakin
kemiripan (similariti) berkisar antara 0,00 - besar jarak genetik antara dua aksesi yang
2,50 seperti tampak pada Gambar 3. dibandingkan, maka hubungan kekera-
batannya semakin jauh.
168 WIJAYANTO ET AL. J. AGROTEKNOS

Gambar 3. Dendogram aksesi pisang kapok berdasarkan gabungan data kualitatif dan kuantitatif
Analisis Hubungan Kekerabatan Pisang PCR, yaitu aksesi K20-H2, K06-C1 dan K11-D4.
Kepok Berdasarkan Penanda RAPD Sebanyak Hasil amplifikasi DNA-PCR ditampilkan pada
5 aksesi pisang kepok yang diisolasi DNA nya, Gambar 4.
hanya 3 aksesi yang teramplifikasi dengan

Gambar 4. Profil pita DNA pisang kepok hasil PCR. Primer OPA-18 untuk sumur 1,2 dan 3, primer
OPH-07 untuk sumur 5, 6 dan 7, dan primer OPD-10 untuk sumur 9,10 dan 11. Sumur 4 dan
8 adalah DNA Phage Lamda PstI. Sumur 1, 5 dan 9 untuk aksesi K20-H2, sumur 2, 6 dan 10
untuk aksesi K06-C1 dan sumur 3, 7 dan 11 untuk aksesi K11-D4. M adalah ukuran
(Ladder) Phage Lambda DNA PstI.
Berdasarkan analisis clustering penanda dengan koefisien kemiripan 0,88, sehingga
RAPD nampak bahwa secara genetik dari 3 tergabung dalam satu kelompok, sedangkan
aksesi yang teramplifikasi dalam PCR memiliki aksesi K11-D4 sedikit berbeda dengan aksesi
keragaman dengan nilai koefisien kemiripan K20-H2 dan K06-C1 dengan nilai koefisien
antara 0,83 - 0,88. Aksesi K20-H2 dan K06-C1 kemiripan sebesar 0,83. Hal ini tampak
memiliki kekerabatan yang sangat dekat seperti pada Gambar 5.
Vol. 3 No.3, 2013 Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok 169

Gambar 5. Dendogram aksesi pisang kapok berdasarkan data RAPD

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan data hasil penelitian dan
Darmono, T.W., 1996. Ulas balik analisis
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
keragaman tanaman dengan teknik
kesimpulan sebagai berikut:
molekuler (Analysis of plant genetic
1. Aksesi pisang kepok di Kabupaten Muna
variation with molecular technique).
berdasarkan karakteristik kualitatif
Hayati, 3(1): 7-11.
memiliki hubungan kekerabatan dengan
INIBAP, 2001. Banana diversity.
koefisien kemiripan antara 0,51 s.d 1,00,
International network for the
dan terkelompok dalam 4 (empat) grup,
improvement of Banana and plantain.
yaitu pisang Manuru, pisang Bugisi, pisang
IPGRI, 1996. Discriptors for banana (Musa
Jiwaka dan pisang Manuru Lakabu.
spp ). International plant genetic,
Berdasarkan karakter kuantitatif, aksesi
Resources Institute Rome Monllier, 55 pp.
pisang kepok tersebut tidak terkelompok
Lengkong, E., 2008. Keragaman genetic
secara tegas seperti pada karakteristik
plasma nutfah pisang (Musa sp) di
kualitatif. Secara kuantitatif mereka
Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa
memiliki hubungan kekerabatan dengan
Tenggara. Jurnal Formas, hal. 302-310.
koefisien kemiripan antara 0,01 sampai
Prihatman, K., 2000. Pisang (Musa spp).
0,50.
http://www. Ristek.go.id
2. Aksesi pisang kepok di Kabupaten Muna
Robiah R.H., 2005. Analisis keanekaragaman
berdasarkan karakteristik gabungan data
genetik pisang introduksi (Musa spp)
kualitatif dan kuantitatif memiliki
berdasarkan penanda fenotipik dengan
pengelompokan yang sama dengan
penanda RAPD. Pascasarjana Institut
pengelompokan secara kualitatif, dan
Pertanian Bogor. Bogor.
memiliki hubungan kekerabatan dengan
Sukartini, 2006. Pengelompokan aksesi
koefisien kemiripan antara 0,00 sampai
pisang menggunakan karakter morfologi.
2,50.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropik.
3. Dari 3 (tiga) aksesi pisang kepok yang
J.Hort, 17(11): 26 -33.
berhasil diamplifikasi secara PCR-RAPD
(aksesi K20-H2, K06-C1 dan K11-D4),
maka diketahui bahwa mereka memiliki
hubungan kekerabatan dengan koefisien
kemiripan antara 0,83 sampai 0,88.

Vous aimerez peut-être aussi