Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
SELEKSI DAN URAIAN PROSES
Pada proses vacuum pan biasanya digunakan saturated brine atau leburan garam kasar
yang berasal dari dalam tanah atau laut. Saturated brine dapat juga diperoleh dari hasil
samping produksi sodium carbonate (Na2CO3) dengan proses Solvay.
II-1
Pertama-tama, saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah memiliki kadar H2S
yang terlarut dalam garam NaCl dengan kadar maksimum 0,015%. Perlakuan pendahuluan
dari bahan baku brine adalah dengan aerasi untuk menghilangkan kandungan hidrogen
sulfide. Penambahan sedikit chlorine dimaksudkan untuk mempercepat penghilangan H2S
dalam brine. Brine setelah proses aerasi kemudian diumpankan dalam tangki pengendap
untuk mengendapkan lumpur atau solid yang tidak diinginkan.
Proses pengendapan dibantu dengan penambahan campuran caustic soda, soda ash dan
barium chloride sehingga didapatkan larutan garam. Setelah proses pengendapan, kemudian
larutan garam dipekatkan dengan evaporator multi efek (multiple effect evaporator). Larutan
garam pekat kemudian dicuci dengan brine untuk memurnikan garam. Larutan garam
kemudian difiltrasi pada filter untuk proses pemisahan garam dan larutan brine. Garam yang
terpisah kemudian ditambahkan kalium yodat untuk penambahan kandungan yodium pada
garam. Garam yang telah dimurnikan kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian
disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Garam (sodium chloride) kemudian siap
dikemas dan dipasarkan.
Pembuatan garam dengan proses open pan menggunakan bahan baku brine yang
berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses Grainer, dimana air laut
dijenuhkan dengan cara memanaskan pada heater pada suhu 230oF (110oC). Larutan brine
panas kemudian diumpankan pada graveller yang memiliki fungsi untuk memisakhan
II-2
calcium sulfate pada larutan brine. Larutan brine kemudian didinginkan pada flasher dengan
suhu yang dijaga agar garam (NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air. Larutan brine
dingin kemudian diumpankan ke open pan yang berfungsi untuk menguapkan air dengan
suhu operasi 205oF (96oC) sehingga dihasilkan kristal garam yang kemudian dipisahkan dari
mother liquor pada centrifuge. Mother liquor kemudian direcycle kembali pada open pan,
sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian ditambahkan kalium yodat untuk
penambahan kandungan yodium pada garam. Garam (sodium chloride) kemudian
dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam.
Garam (sodium chloride) kemudian siap dikemas dan dipasarkan.
Pada zaman kuno, sumber utama garam adalah batuan garam yang merupakan batuan
kristal yang ditambang seperti batu bara serta endapan garam kering yang ditemukan di area
dekat laut. Batuan garam didapatkan dari hasil penggalian yang tidak begitu dalam. Cadangan
terbesar batuan garam ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Eropa Timur dan
China. Pengolahan batuan garam secara umum terdiri dari beberapa tahap, mulai dari
penggalian batuan dan dilanjutkan dengan proses crushing, grinding, screening lalu
dihasilkan garam.
II-3
lebih besar akan hancur dalam silinder berputar di antara rahang dengan logam berduri.
Garam tersebut kemudian diangkut ke luar tambang menuju ke area proses penghancuran
sekunder
Pada proses penghancuran sekunder, grizzly yang lebih kecil dan crusher yang lebih
kecil akan mengurangi ukuran partikel garam menjadi sekitar 3,2 inci (8 cm). Pada proses ini,
benda asing seperti kotoran, akan dihilangkan dari garam. Proses penghilangan kotoran ini
dikenal sebagai picking. Logam akan dihilangkan oleh magnet dan bahan-bahan lain dengan
tangan. Material batuan-batuan juga dapat dihilangkan dalam Penghancur Bradford yang
merupakan drum metal yang berputar dengan lubang kecil di bagian bawah. Garam
dimasukkan ke drum, lalu dipecah ketika bertubrukan di bagian bawah dan melewati lubang.
Batuan-batuan umumnya lebih keras dari garam, sehingga tidak pecah dan tidak akan
melewati alat tersebut. Garam yang lolos kemudian dipindahkan ke area penghancuran
tersier.
Di dalam proses penghancuran tersier, grizzly paling kecil dan crusher akan
menghasilkan ukuran partikel sekitar 1,0 inci (2,5 cm). Jika diinginkan partikel garam yang
lebih kecil, maka garam akan dilewatkan melalui penggiling yang terdiri dari dua silinder
logam yang bergulir terhadap satu sama lain. Jika diinginkan garam murni, maka garam
dilarutkan dalam air untuk membentuk air garam untuk diproses labih lanjut. Biasanya garam
dihancurkan atau ditumbuk, lalu dilewatkan melalui penyaring untuk dipisahkan berdasarkan
ukuran. Garam hasil tambang memiliki kemurnian yang berbeda-beda dalam komposisinya,
bergantung pada lokasi, namun biasanya mengandung 95-99,5%. Selanjutnya garam hasil ini
dituangkan ke dalam bag packing dan dikirim ke konsumen.
II-4
II.1.4 Proses Penguapan Air Laut (Solar Evaporation)
a) Pengeringan Lahan
Tahapan pengeringan lahan untuk pembuatan garam secara solar evaporation meliputi:
1) Pengeringan Lahan Peminihan dan
2) Pengeringan Lahan Kristalisasi.
Lahan pembuatan garam dibuar secara berpetak-petak dan bertingkat, sehingga
dengan gaya gravitasi, air dapat mengalir ke hilir kapan saya dikehendaki. Kalsium dan
magnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut. Selain itu, NaCl juga
perlu diendapkan agar didapatkan kadar NaCl yang lebih besar. Kalsium dan magnesium
dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat. Dalam proses
pengendapan atau kristalisasi, garam karbonat dan oksalat akan mengendap terlebih dahulu,
disusul dengan garam sulfat, dan yang terakhir adalah bentuk garam kloridanya.
II-5
4) Pengeluaran air garam ke meja kristal dan setelah hasis dikeringkan selama satu
minggu,
5) Pengeluaran brine dari peminihan tertua melalui Brine Tank, dan
6) Apabila air peminihan cukup untuk memenuhi meja kristal, selebihnya dipompa
kembali ke waduk.
d) Proses Pencucian
Berikut beberapa uraian tentang proses pencucian:
1) Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan mengurangi unsur
impurities seperti Mg, Ca, SO4 dan kotoran-kotoran lainnya,
2) Kandungan Mg 10gr/Liter.
Untuk mengurangi impuritis dalam garam, dapat dilakukan dengan kombinasi dari
peroses pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan untuk
penghilangan impuritis dari produk garam, dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu
dengan mereaksiakannya dengan Na2CO3 dan NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan
Mg(OH)2. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
II-6
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 (putih) + Na2SO4
Kondisi proses produksi garam dilakukan pada T = 30oC dan tekanan 1 atm, hal ini
dikarenakan proses evaporasi air laut menggunakan tenaga surya dan dilakukan di ruang
terbuka. Air laut yang diuapkan sampai kering mengandung sejumlah 7 mineral seperti
CaSO4, MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan berat total 1.025,68 gram untuk
setiap liter air laut. Setelah dikristalkan pada proses elanjutnya, akan diperoleh garam dengan
kepekatan 16,75-28,5oBe yang setara dengan 23,3576 gram. Kemurnian garam yang dibuat
dengan penguapan air laut biasanya lebih dari 90%.
Pencucian garam dilakukan dengan menggunakan larutan garam jenuh (brine) yang
digunakan berulang kali. Tujuannya adalah menghilangkan kotoran dari permukaan garam.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nelson Saksono, menunjukkan bahwa zat
yang bersifat pereduksi dan higroskopis pada garam adalah yang paling bertanggung jawab
terhadap hilangnya Iodium pada garam melalui proses redoks dalam suasana asam karena zat
tersebut terbentuk bersamaan dengan pembentukan garam.
II-7
II.2 Pemilihan Proses
Berdasarkan uraian proses yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan perbandingan
dari masing-masing proses seperti pada tabel berikut:
Macam Proses
Parameter Pencucian
Vacuum Rock Salt Solar
Open Pan dengan
Pan Mining Evaporation
Brine
Garam Garam
Bahan Baku Batuan Air Laut / Garam
rakyat / rakyat /
Utama Garam Brine rakyat
Brine Brine
Soda Ash,
Bahan Baku Air, Na2CO3,
Caustic Air - Air / Brine
Pembantu NaOH
Soda, Air
Yields Produk 99-99,8% 98,5-99,4 % 98,5-99,4 % 90 % 94,7 %
Peralatan Mahal Mahal Mahal Murah Murah
Utilitas Mahal Mahal Ekonomis Ekonomis Ekonomis
Instrumentasi Mahal Mahal Sederhana Sederhana Sederhana
Dari uraian diatas, maka dipilih pembuatan garam farmasi dari garam rakyat/brine
dengan proses vacuum pan. Keuntungan dari proses pemurnian garam dengan vacuum pan
adalah bahan baku yang digunakan dapat dengan mudah diperoleh dari dalam negeri yang
berupa garam rakyat atau brine. Yield produk yang dihasilkan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan proses lainnya, yaitu sebesar 99-99,8% yang telah memenuhi standar
garam farmasi dari Farmakope Indonesia, dimana garam farmasi harus memiliki kadar NaCl
minimal 99,0% dan paling tinggi 101,0%, sehingga produk yang dihasilkan dengan proses ini
memenuhi standar pasar yang telah di tetapkan di Indonesia.
II-8
Pusat produksi garam di Indonesia tersebar di beberapa daerah dan terkonsentrasi di
Jawa dan Madura serta beberapa lokasi di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Lahan nominatif
pusat produksi garam di Indonesia sebesar 32.343 Ha, sedangkan untuk lahan produktif
sebesar 14.467 Ha. Dari semua lahan tersebut, 25.542 Ha diantaranya dikelila secara
tradisional oleh rakyat dengan kapasitas produksi hanya mencapai 40 ton/Ha/tahun,
sedangkan PT. Garam selaku BUMN, memproduksi garam sebesar 310.000 ton (2009) dan
pangsa pasay yang dikuasai juga minim (sekitar 20 persen).
II-10
3. Barium Klorida
Rumus Molekul : BaCl2
Bentuk : Kristal hidrat dan anhidrat
Warna : Putih
Berat Molekul : 208,23 gram/mol
Densitas : 3856 kg/m3
Tititk Didih : 1560 oC
Titik Leleh : 963 oC
Kelarutan : Mudah terlarut dalam air dingin, air panas (275 gram/Liter air
pada 20oC. Larut dalam methanol. Tidak larut dalam HCl)
Bau / Rasa : Sedikit bau / saline
Keamanan : Berbahaya bila terhirup, beracun jika tertelan dan butuh
penanganan yang teliti.
Penggunaan : Digunakan untuk menghilangkan ion sulfat dari brine dengan
mengendapkan barium sulfat.
4. Air
Rumus Molekul : H2O
Bentuk : Liquid
Warna : Tidak berwarna
Berat Molekul : 18 gram/mol
Densitas : 1000 kg/m3
Titik Didih : 100 oC
Titik Lebur : 0 oC
Penggunaan : Digunakan untuk melarutkan komponen-komponen pengotor
II-11
Perhitungan kapasitas pabrik garam farmasi ini mempertimbangan data impor garam
farmasi yang pada tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan
pembuat obat-obatan. Berikut data impor garam farmasi dari tahun 2011-2013.
Dari tabel menunjukkan bahwa impor garam farmasi pada tahun 2013 sebesar 3.152 ton
dan seluruhnya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Kenaikan volume impor garam
farmasi pada rentang tahun 2011-2012 dan 2012-2013 masing-masing adalah 25% dan 35%.
Dari data data diatas dapat dilakukan perhitungan untuk memprediksi nilai kebutuhan garam
farmasi pada tahun 2020 dengan persamaan:
= (1 + )
Dimana:
n : tahun, dan
i : pertumbuhan
II-12
II.5 Basis Perhitungan
Untuk menentukan perhitungan neraca massa, dibutuhkan basis perhitungan. Dalam
pengerjaan Pra-Desain Pabrik Pembuatan Garam Farmasi dari Garam Rakyat ini dugunakan
basis perhitungan sebagai berikut:
II-13
tenaga kerja dengan penyerapan tenaga kerja dari sekitar lokasi pabrik, maka taraf hidup
penduduk di sekitar lokasi pabrik akan meningkat.
4) Ketersediaan Air dan Listrik
Dalam perencanaan pabrik ini, air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan selama berlangsungnya proses produksi. Air akan dipergunakan sebagai air proses
maupun air sanitasi.
Penyediaan kebutuhan listrik direncanakan akan disuplai secara eksternal dan
internal. Untuk penyediaan listrik secara eksternal dari PLN Sampang. Sedangkan secara
internal digunakan generator listrik yang digerakkan oleh turbin uap.
Kondisi wilayah suatu daerah juga merupakan hal yang cukup penting dalam
menentukan lokasi pendirian pabrik. Berikut ini merupakan kondisi wilayah Kabupaten
Sampang, Madura berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Timur
pada tahun 2015. Data ini nantinya dapat dijadikan basis desain pabrik garam farmasi yang
akan direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2020.
Suhu Udara : 24 oC 33 oC
Tekanan : 1 atm
Kelembaban Udara : 45% - 81%
Curah Hujan : 165 mm/tahun
Kecepatan Angin : 35 km/jam
Gempa :-
(www.bmkg.go.id)
II-14
II.7.1 Unit Pemurnian Bahan Baku
Garam rakyat dengan kadar NaCl sebesar 85,6% dilarutkan dalam Tangki Pelarut
(Mixer) (M-110) dengan penambahan air proses dari utilitas menjadi larutan brine dan
komponen-komponen pengotor juga terlarutkan. Pelarutan garam dilakukan pada suhu 30 oC
dengan tekanan 1 atm. Setelah itum larutan brine dipompa ke dalam reaktor (R-120) untuk
direaksikan dengan caustic soda, bariun chloride dan soda ash. Reaksi yang terjadi adalah:
Kondisi operasi yang digunakan pada reaktor (R-120) adalah 1 atm dengan suhu
operasi 25oC. Reaksi yang berlangsung selama 1 jam bersifat eksotermis namun tidak
digunakan air pendingin untuk menjaga kondisi operasi, karena diharapkan suhu larutan naik
sehingga mengurangi beban Evaporator (V-210). Produk yang keluar dari reaktor (R-120)
memiliki kadar air 88,29%.
Produk reaktor kemudian dialirkan ke dalam tangki flokulator (R-130). Suhu operasi di
dalam tangki flokulator (R-130) adalah 30oC dengan tekanan 1 atm. Dalam tangki flokulator
(R-130) terjadi proses penghilangan impuritis dengan penambahan flokulan. Fungsi dari
flokulan adalah untuk membentuk flok-flok dari impuritis dan tidak terlarut sehingga lebih
mudah untuk diendapkan. Flokulan yang ditambahkan ke dalam tangki sebanyak 3 ppm/jam
sehingga dibutuhkan 0,57 ton/tahun.
Keluaran dari flokulator (R-130) kemudian dialirkan ke dalam settler (H-140). Suhu
operasi di dalam settler (H-140) berkisar 30oC dengan tekanan 1 atm. Di dalam settler (H-
140) terjadi proses pemisahan sludge dan filtrat dengan proses sedimentasi. Sludge berupa
limbah padat yang terdiri dari CaCO3, Mg(OH)2, dan BaSO4 kemudian dialirkan ke unit
waste water treatment, sedangkan filtrat berupa larutan brine dipompa menuju tangki
netralisasi (R-150) yang sebelumnya filtrat dialirkan pada tangki penampung I (F-142).
Larutan brine yang masuk ke dalam tangki netralisasi (R-150) direaksikan dengan HCl
untuk menghilangkan kandungan NaOH dalam brine serta menghasilkan NaCl yang lebih
banyak. Reaksi yang terjadi adalah:
II-15
NaOH(Aq) + HCl(Aq) NaCl(Aq) + H2O(S)
Hasil dari proses netrasilasi berupa larutan brine bebas NaOH ditampung terlebih
dahulu di dalam tangki penampung II (F-153) sebelum menuju evaporator (V-210) untuk
proses selanjutnya. Selain sebagai penampung, tangki penampung (F-153) juga berfungsi
untuk mengatur rate masuk ke proses berikutnya.
Larutan brine yang telah mecapai kondisi jenuh akan dialirkan menuju Vacuum Pan
Crystallizer. Saturated brine tersebut dipekatkan kembali hingga mencapai konsentrasi 50%
agar terbentuk kristal-kristal garam. Vacuum Pan Crystallizer (V-220) beroperasi pada
kondisi vakum dengan tekanan 0,7 atm dengan suhu 90oC. Slurry (campuran kristal garam
dan mother liquor) kemudian di pompa menuju ke centrifuge (H-230) untuk dipisahkan
antara padatan kristal garam dengan mother liquor.
Di dalam centrifuge (H-230), campuran kristal garam dengan mother liquor dipisahkan
satu sama lain dan filtrat yang dihasilkan (mother liquor) dikembalikan ke dalam tangki
penampung II (F-153). Produk keluar dari centrifuge memiliki konsentrasi NaCl diatas 98%.
Kristal garam yang telah dipisahkan dari mother liquor kemudian disalurkan melewati
Belt Conveyor I (J-311) menuju Rotary Dryer (B-310) untuk dikeringkan. Pada Rotary Dryer,
terjadi proses pengeringan kristal garam pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm dengan bantuan
panas secara berlawanan arah. Bahan yang keluar Rotary Dryer (B-310) memiliki konsentrasi
NaCl sebesar 99,93%.
Padatan yang terbawa udara panas dialirkan menuju Cyclone I (H-312) sebesar 1%
yang diumpankan secara bersamaan dengan produk bawah Rotary Dryer (B-310) menuju ke
Belt Conveyor II (J-321) untuk proses pendinginan sampai suhu 45oC dengan Rotary Cooler
(B-320).
II-16
Pada Rotary Cooler (B-320) terjadi proses pengeringan kristal garam dengan udara
kering pada suhu 45oC dan tekanan 1 atm dengan arah alir udara kering berlawanan arah.
Bahan yang keluar dari Rotary Cooler (B-320) memiliki konsentrasi NaCl sebesar 99,93%
Padatan yang terbawa udara panas dialirkan menuju Cyclone II (H-322) sebesar 1%
yang diumpankan secara bersamaan dengan produk bawah Rotary Cooler (B-320) menuju ke
Bucket Elevator (J-411) untuk proses berikutnya. Sementara udara yang berasal dari Cyclone
I (H-312) dan Cyclone II (H-322)dikeluarkan untuk kemudian menjadi gas buang.
II-17