Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan


yang tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam
rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas
bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15%-20%.

Kejadian pneumonia di ICU lebih sering daripada pneumonia diruangan


umun, yaitu dijumpai pada hamper 25% dari semua infeksi pada 9-27% dari pasien
yang diintubasi. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan iminitas
yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep medis tentang Pneumonia?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien pneumonia?

C. Tujuan Masalah
1. Agar mampu mengerti konsep dasar medik dari gangguan system pernafasan:
pneumonia
2. Agar mampu memahami dan melakukan proses keperawatan pada pasien dengan
gangguan system pernafasan: pneumonia
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP MEDIK PNEUMONIA


A. DEFINSI
Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang dapat bersifat local atau
sistemik pada parenkim paru. Kelainan patensi saluran napas serta ventilasi alveolar
dan perfusi sering terjadi karena berbagai mekanisme. Keadaan ini secara signifikan
dapat mengubah pertukaran gas dan metabolisme sel yang menyokong banyak
jaringan dan organ dan berkontribusi terhadap kualitas hidup seseorang.

Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-


macam mikro organisme, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

B. ETIOLOGI
Penyebab utamanya yakni:
1. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.
3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
ryptococosis, pneumocytis carini.
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
1. Virus sinsisial pernafasan
2. Adenovirus
3. Virus parainfluenza
4. Virus influenza.

C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel
bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami
aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak
tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru
melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat
menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas
bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke
orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis
dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes
simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear
di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek
ret fiat yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu
noglobulin A (IgA).
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun,
misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen
seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan antibiotika yang
tidak sempurna.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tandanya berupa:
Batuk nonproduktif, suara napas lemah, retraksi intercosta, penggunaan otot
bantu nafas, demam, ronchii, cyanosis, leukositosis, thorax photo menunjukkan
infiltrasi melebar, sakit kepala, kekakuan dan nyeri otot, sesak nafas, menggigil,
berkeringat, lelah.
Gejala yang ditemukan adalah:
1. kulit yang lembab
2. mual dan muntah
3. kekakuan sendi.

E. PEMERIKSAAN FISIK

Pada stadium awal sukar dibuat diagnosa dengan pemeriksaan fisik. Tapi

dengan adanya napas cepat dan dangkal, pernapasan cuping hidung, serta

sianosis sekitar hidung dan mulut. Harus dipikirkan kemungkinan pneumonia.

Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah yang terkena. Pada

perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi suara napas

vesikuler dan lemah. Terdapat ronchi basah halus dan nyaring. Jika sering
bronchopneumonia menjadi satu (confluens) mungkin pada perkusi terdengar

keredupan dan suara napas mengeras.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium: ditemukan lekositosis, biasanya 15.000-40.000/m


dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi.
2. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat
langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari
etiologinya. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan
kuman dari luar.
3. Foto rontgen dilakukan untuk melihat :
Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
Luas daerah paru yang terkena.
Evaluasi pengobatan

G. PENATALAKSANAAN
1. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata
dalam 24 jam.
2. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75
mg /kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis.
3. Terapi supportif umum:
a. Terapi oksigen
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
f. Drainase empiema
g. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

A. Pengkajian
I. Biodata
1) Identitas klien
1. Nama : An.R
2. Umur : 7 bulan
3. Jenis kelamin :
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl R.A. Kartini
6. Tanggal MRS : 28 Oktober 2016
7. Jam MRS : 09.00 WIB
8. Tgl pengkajian : 28 Oktoer 2016
9. Jam pengkajian : 10.00 WIB
10. Diagnosa medis : Pneumonia
11. No. Registrasi : 7544
2) Identitas orang tua
a. Ayah
1. Nama : Tn.N
2. Umur : 28 Thn
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Supir mobil
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl R.A. Kartini
b. Ibu
1. Nama : Ny.M
2. Umur : 24 Thn
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl R.A. Kartini
3) Identitas saudara kandung
Klien adalah anak tunggal (tidak mempunyai saudara kandung)
II. Keluhan utama
1. Keluhan utama : Sesak nafas
2. Alasan keluhan utama : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang
dialami sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan
demam tinggi.

III. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang : Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak


nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan
demam yang tinggi.
2. Riwayat kesehatan masa lalu :
a. Prenatal care
1) Pemeriksaan kehamilan : 5kali
2) Keluhan selama hamil : tidak ada keluhan
3) Riwayat terkena sinar dan terapi obat : tidak ada
4) Kenaikan berat badan selama hamil : lupa
5) Imunisasi TT : 2kali
6) Golongan darah ayah : tidak tahu
7) Golongan darah ibu :
b. Natal
1) Tempat melahirkan : di rumah
2) Lama dan jenis persalinan : spontan
3) Penolong persalinan : bidan
4) Cara memudahkan persalinan : tidak ada
5) Obat perangsang : tidak ada
6) Komplikasi waktu lahir:tidak ada
c. Post natal
1) Kondisi bayi BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm
2) Bayi kemerahan setelah lahir, tidak ada cianosis untuk semua usia
d. Penyakit yang pernah dialami : demam
e. Kecelakaan yamg pernah dialami : tidak ada
f. Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya
g. Alergi makanan obat-obatan tidak ada
h. Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit : tidak pernah
i. Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah,
yaitu nenek yang tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus.

IV. Riwayat Imunisasi

No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah


Pemberian
1 BCG 1bulan Demam

2 DPT(I,II.III) 2bln,3bln.4bln Tidak ada

3 POLIO(I.II.III.IV) 2bln.3bln.4bln,6bln Tidak ada

4 CAMPAK 9bulan (belum dilakukan) Tiak ada

5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln

V. Riwayat tumbuh kembang

1. Pertumbuhan fisik

a. Berat badan baru lahir : 2,8 kg

b. Panjang badan : 50 cm

2. Perkembangan tiap tahap


a. Berguling : 4bulan
b. duduk : 6bulan
c. merangkak : 7bulan
d. senyum kepada orang lain pertama kali : 2bulan
e. bicara pertama kali : 1bulan
f. berpakaian tanpa bantuan orang lain : belum bisa

VI. Riwayat nutrisi

1. Pemberian asi

a. Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir

b. cara pemberian:setiap kali bayi menangis

2. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini

a. usia 0 6 bulan: ASI

b. usia 7 bulan : ASI + bubur beras merah

VII. Riwayat psikososial

1. Anak tunggal
2. lingkungan berada di kota
3. rumah dekat dengan masjid
4. tidak ada tempat bermain
5. tidak punya kamar sendiri
6. ada tangga yang berbahaya
7. anak tidak punya ruang bermain
8. hubungan antara anggota keluarga harmonis
9. pengasuh anak adalah ibunya sendiri

VIII. Riwayat spiritual

Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat
sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.

IX. Reaksi hospitalisasi

1. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap

a) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya

b) Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya


c) Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir

2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien


hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.

X. Aktivitas sehari-hari

Pola makan dan Minum


Pola Makan:

No Pols makan Kondisi sebelum sakit Kondisi selama sakit


1. Selera makan Nafsu makan baik Nafsu makan menurun

2. Menu makanan ASI+ bubur beras merah sesuai diet

3. Frekuensi makan 3x sehari 2x sehari

4. Makanan pantangan tidak ada makanan berminyak

5. Pembatasan pola makan tidak ada tidak ada

6. Cara makan disuapin disuapin

Pola minum:

Pola minum Sebelum sakit Selama sakit


Minuman minum ASI + air putih, minum ASI + air putih,

Frekuensi 5-6 kali sehari, 3-5 kali sehari,

Jumlah masukan 1000-1500 ml/hari. 800-1000 ml/hari.

Pola Eliminasi

BAK:

Pola BAK Sebelum sakit Selama sakit


Frekuensi BAK 4 5 kali sehari, 3 4 kali sehari,
Jumlah keluaran 1200cc, 800 cc,

Bau khas, khas,

Warna jernih. jernih.

BAB

Pola BAB Sebelum sakit Selama sakit


Frekuensi BAB 2 3 kali sehari, 1 kali sehari,

Konsistensi lunak, keras,

Bau khas, khas,

Warna kuning. kuning.

Pola istirahat / tidur

Pola istirahat tidur Sebelum sakit Selama sakit


Banyaknya waktu tiudr 10 jam per hari, 6 jam perhari,

Gangguan waktu tidur tidak ada. tida bisa tidur karena


sesak nafas.

Pola personal higine

Pola personal higyene Sebelum sakit Selama sakit


Mandi 3 kali sehari (di 2 kali sehari (di
mandikan ibu), mandikan ibu pakai
waslap),

3 kali 1 minggu
Keramas 2 kali 1 minggu.

Pola aktivitas
Sebelum sakit Selama sakit
bisa bermain hanya bisa menangis

XI. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Lemah

2. Tanda-tanda Vital

a) Tekanan darah : 100/80 mmHg

b) Nadi : 98 x/Mnt

c) Suhu :39 C

d) Pernapasan :32 x/Mnt

3. Antropometri

a) Panjang badan : 75 cm

b) Berat badan : 8 kg

c) LILA : 10 cm

d) Lingkar kepala : 30 cm

e) Lingkar dada : 35 cm

f) Lingkar perut : 40 cm

4. Sistem pernapasan

a) Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping
hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat
(takipneu).
b) Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c) Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara
posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d) Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
e) clubbing finger : tidak ada.

5. Sistem cardiovaskuler
a) Kongjungtiva tidak anemis, bibir cyianosis, arteri karotis kuat, tekanan vena
jugularis tidak meninggi.
b) Suara jantung : S1 Lup ,S2 Dup.
c) Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
d) Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.

6. Sistem pencernaan
a) Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.
b) Abdomen : Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.
c) Peristaltik : 30 x/Mnt

7. Sistem indra

a. Mata

1) Kelopak mata : Tidak edema

2) Bulu mata : Menyebar

3) Alis : Menyebar

4) Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada

b. Hidung

1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma
di hidung, mimisan tidak ada

2) Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman

c. Telinga

1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang
bersih, serumen tidak ada.

2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh


ke arah suara tersebut.

8. Sistem Saraf

a. Fungsi Serebral

1) Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi,

2) Kesadaran

a) Eyes : 4

b) Motorik : 6
c) Verbal : 5

d) GCS : 15 (normal 13-15)

b. Fungsi Cranial

1) Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi

2) Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi

3) Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata


tidak diidentifikasi

4) Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi

5) Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikas

6) Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat


diidentifikasi.

7) Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.

8) Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi

9) Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat


diidentifikasi

10) Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi

c. Fungsi motorik

1) Massa otot : lemah

2) Tonus otot : menurun

3) kekuatan otot : 25% (dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak


kuat menahan berat dan Tekanan pemeriksa.

d. Fungsi sensorik

Suhu, gerakan, posisi dan diskriminasi tidak dapat diiidentifikasi.

e. Fungsi Cerebellum

Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.

f. Refleks

Refleks bisep(+), Refleks trisep(+), dan Refleks babinski(+)


g. Iritasi Meningen

Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.

h. Pemeriksaan tingkat perkembangan

Dengan menggunakan DDST :

1) Motorik kasar : duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan

2) Motorik halus : mencari benang, menggaruk manik- manik, memindahkan


kubus, mengambil 1 kubus

3) Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama

4) Personal sosial : tepuk tangan

9. Sistem Muskuloskeletal

a. Kepala

1) Bentuk : Normal

2) Gerakan : tidak diidentifikasi

b. Vertebrae

Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis

c. Pelvis

Klien belum jalan,ortholan barlaws tidak dilakukan

d. Lutut

Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)

e. Kaki

tidak bergerak.

f. Tangan

tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse

10. Sistem Integument

a) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut


b) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit
menyebar, tidak ada tahi lalat.

c) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku


pendek dan agak bersih.

11. Sistem Endokrin

a) kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran

b) Ekskresi urine berlebihan : tidak ada

c) Polidipsi dan Poliphagi : tidak ada

d) Keringat berlebihan : tidak ada

e) Riwayat air seni dikerumuni semut : tidak ada.

12. Sistem Perkemihan

Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.

13. Sistem Reproduksi

Tidak dikaji

14. Sistem Immune

a) Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.

b) Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu

c) Bicara

1) Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit

2) Reseptive : tidak diidentifikasi

XII. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/L

2) LED = 7 mm/jm

3) kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan

XIII. Penatalaksanaan

a. Terapi oksigen
b. Cairan glukosa 10%

c. Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

c. Analisa Data

No Data Etiologi MK

1. DS : Virus/bakteri/jamur/aspirasi Ketidakefektifan bersihan


jalan nafas
perut tampak distended Saluran napas bag. bawah

DO : Bronchioles

Dipsnea , nafas cepat dan Alveolus


dangkal , RR
Reaksi radang pada bronchus
35x/menit,pernafasan
dan alveolus
cuping hidung, batuk
produktif dengan secret Peningkatan produksi secret
tidak bisa dikeluarkan, Akumulasi secret
auskultasi ditemukan suara
Obstruksi jalan nafas
nafas bronchial , ronki
basah halus , bronkofi , Gangguan ventilasi
nadi 110x/mnt
Bersihan jalan nafas tidak
efektif

2. DS : Virus /bakteri/jamur/aspirasi Hipertermi

Badan panas disertai Saluran nafas bagian bawah


menggigil , suhu tubuh
Bronchioles
400C
Alveolus
DO :
Reaksi radang pada bronchus
Suhu tubuh 39,50C, rewel
dan alveolus
Stimulasi chemoreseptor
hipotalamus

Set point bertambah

Respon menggigil

Reaksi peningkatan panas tubuh

Hipertermia

3. DS : Virus/bakteri/jamur/aspirasi Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan.
An.S tidak mau makan , Saluran napas bag. bawah
rewel , muntah 3x , diare 4
Bronchioles
kali
Alveolus
DO :
Reaksi radang pada bronchus
Tampak lemah , gelisah.
dan alveolus

Peningkatan produksi secret

Akumulasi secret

Rangsangan batuk

Distensi abdomen

Muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret pada jalan


nafas

2. Hipertermi b.d inflamasi pada jaringan parenkim paru

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Rencana Keperawatan

Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Tujuan : dalam waktu ..x.. jam setelah diberikan intervensi , kebersihan jalan
nafas kembali efektif

Kriteria hasil :

RR pasien kembali normal (20- 30 x/menit)

Bunyi nafas normal

Rhonky negative

Intervensi Rasional

Mandiri Penurunan bunyi nafas menunjukan


atelektasis , rhonky menunjukan
Kaji fungsi pernafasan ( bunyi nafas ,
akumulasi secret dan ketidakefektifan
kecepatan , irama , kedalaman ,
penegluaran sekresi yang selanjutnya
penggunaan otot bantu nafas)
dapat menimbulkan penggunaan otot
bantu nafas dan peningkatan kerja
pernafasan

Catat karakter dan volume sputum Sputum yang sangat kental akan
menggangu pernafasan pasien

Berikan posisi yang nyaman Membantu pasien untuk lebih mudah


untuk bernafas

Pertahankan intake cairan sedikitnya Hidrasi yang adekuat membantu


2500ml/ hari kecuali ada indikasi mengencerkan secret dan mengefektifkan
bersihan jalan nafas.

Bersihkan secret dari mulut ,hidung dan Mencegah obstruksi dan aspirasi. Karena
trakea pasien masih bayi , maka harus benar
benar dibantu dalam pembersihan secret.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi Pengobatan yang ideal berdasarkan tes


dan umur sangat penting untuk
diperhatikan
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan
dan perlengketan secret paru untuk
memudahkan pembersihan secret.

Bronkodilator , kortikosteroid. Bronkodilator meningkatkan diameter


lumen percabangan trakeobronkial
sehngga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.

Kortikosteroid berguna pada keterlibatan


luas dengan hipoksemia dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan

Diagnosa 2 : Hipertermi

Tujuan : Dalam waktu 2x 24 jam setelah diberikan tindakan , suhu pasien


kembali normal (36-37,50C )

Kriteria hasil :

Suhu normal (36-37,50C)

Pasien tidak rewel lagi

Intervensi Rasional

Kaji TTV pasien Acuan untuk mengetahui keadaan umum


pasien.

Kenakan pakaian minimal Pakaian yang tipis akan membantu


penguapan tubuh.

Berikan komppres dingin Konduksi suhu membantu menurunkan suhu


tubuh.kompres air dingin dapat membantu
dalam proses penurunan suhu tubuh.
Berikan terapi cairan intravena RL Pemberian cairan sangat penting bagi klien
0,5 . dengan suhu tinggi . pemberian cairan
merupakan wwnang dokter , sehinga
perawat harus berkolaborasi dala hal ini .

Berikan antibiotic sesuai dengan Antibiotic diperlukan untuk mengatasi


anjuran dan evaluasi keefektfannya . infeksi. Karena yang diberi obat adalah
tinjau kembali obat obat yang balita maka harus sangat hati hati dengan
diberikan dan dosis yang tepat. dosis dan macam obat yang diberikan .
Karena obat memberikan efek yang besar.

Kaji TV tiap 3 jam Bisa dijadikan acuan atau sebagai alat ukur
perubahan atau penurunan suhu .

Berikan cairan yang ekstra Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan


penguapan cairan tubuh yang meningkat .
mungkin pemberian cairan dapat dilakukan
dengan cara pemberian ASI.

Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : dalam waktu 4x 24 jam setelah diberikna tindakan , pasien


mengalami perbakan intake nutrisi

Kriteria hasil :

Pasien mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat.

Nafsu makan meningkat

Intervensi Rasional

Pantau : jumlah makanan yang Mengidentifikasi kemajuan dan


dikonsumsi setiap makan , timbang BB penyimpangan dari sasaran yang
setiap hari diharapkan

Berikan perawatan mulut setiap 4 jam Sputum yang menumpuk kaan


jika sputum menumpuk mengurangi nafsu makan pasien

Dukung klien mengkonsumsi makanan Mengkonsumsi makanan bergizi akan


bergizi memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Berikan makanan yang sedikit namun Dengan sering makan , maka nutrisis
sering akan terpenuhi

Berikan nafsu makan ( minyak ikan ) Pemberian nafsu makan akan


meningkatkan tingkat keinginan klien
dalam mengkonsumsi makanan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas
Jam Implementasi Evaluasi
07.30 Mengkaji tanda-tanda vital : S : Tanggal 4 Juli 2001; 14.00 WIB
07.45 38,6;P : 38 X/m S:-
Mengkaji bersihan jalan nafas : O : lendir pada mulut berkurang
07.50 sputum (+), stridor(+), ronchii (+) Stridor minimal (+) Ronchii grade
pada lapang basal paru I pada palang paru
07.50 Mengatur posisi klien : kepala A : Masalah belum teratasi
08.00 hiperekstensi, diganjal dengan P : Rencana tetap, dilanjutkan
08.00 kain
11.00 Mengatur posisi klien :
Trendelenburk
11.05 Melakukan fibrasi paru dan
11.10 postural drainage
14.00 Melakukan penghisapan lendir
Mengkaji bersihan jalan nafas :
14.00 sputum (+), stridor(+), ronchii (+)
pada lapang basal paru
Melakukan fibrasi paru dan
postural drainage
Melakukan penghisapan lendir
Mengkaji bersihan jalan nafas :
sputum (-), stridor(+), ronchii (+)
minimal pada lapang basal paru
Melakukan penghisapan lendir

2. Hiperthermia b.d proses penyakit


Jam Implementasi Evaluasi
07.25 Mengkaji saat timbulnya demamS : -
: 2 jam yang lalu O : Suhu tubuh 37,4OC
07.30 Kaji tanda-tanda vital : S : 38,6 A : Masalaha teratasi
09.00 Membuka selimut, mematikan P : -
09.00 mesin inkubator, membuka
jendela sirkulasi inkubator
09.00 pemberian antipiretik : Pamol 60
mg
10.25 Mengkaji tanda vital : S ;
38,2OC
12.00 Mengkaji tanda vital : S :
37,8OC
13.30 Mengkaji tanda vital : S :
37,5OC
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia berbeda
untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden
meningkat pada usia lebih 4tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko
yang meningkatkan insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil
yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap,
membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall
nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati maka angka
mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional dalam melakukan
proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita
berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.

B. Saran

Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan


yang terbaik untuk pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA

Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Vous aimerez peut-être aussi