Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 1
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PELINGKUPAN ......................................................................................................................................... 5
2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang
Setempat ......................................................................................................................................... 5
1
2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial .................................................................................................. 33
Hubungan Sebab Akibat antara Rencana Kegiatan dan Rona Lingkungan Hidup ................................ 88
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 93
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal tata ruang di era otonomi daerah, yang kompeten adalah perda tata ruang di
tingkat kabupaten/kota, tanpa mengecilkan arti perda di tingkat provinsi. (Perda Provinsi Jawa
Barat No.2/2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sedang direvisi). Perda Kabupaten
Bandung Barat yang mengatur tata ruang diatur dalam Peraturan Daerah Kab. Bandung Barat
No 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Bandung Barat Tahun 2009-
2029. Disebutkan pada pasal 37 ayat 3 bahwa Kecamatan Padalarang dan Kecamatan Cipatat
diperuntukkan untuk kawasan pertambangan mineral bukan logam dengan persyaratan yang
disebutkan pada pasal 59 ayat 8.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha Dan/ Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan telah menetapkan bidang Sumberdaya Energi dan Mineral untuk memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Perusahaan BIGSLIM KAPUR adalah perusahaan
yang bergerak pada bidang tersebut. Didukung dengan luas area yang cukup besar yakni 70 Ha
serta berbatasannya lokasi dengan situs Gua Pawon yang dilindungi maka Perusahaan
BIGSLIM KAPUR merupakan perusahaan yang wajib Amdal. Kegiatan tersebut secara prinsip
dapat dilakukan atas persetujuan prinsip yang terlampir.
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan pertambangan batu kapur yaitu untuk mengeksplorasi mineral
tambang batu kapur yang memiliki nilai ekonomis dan daya guna yang cukup tinggi.
3
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari kegiatan pertambangan batu kapur yaitu agar kebutuhan masyarakat akan
kapur terpenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Selain
itu, kegiatan tersebut mampu merealisasi perbaikan infrastruktur jalan yang berada di sekitar
lokasi tersebut.
Penyusunan dokumen Amdal dilakukan sendiri oleh pemrakarsa. Berikut adalah nama serta
alamat Ketua Tim Penyusun dan Anggota.
4
BAB II
PELINGKUPAN
2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang Setempat
Lokasi penambangan kapur ini berada di Kabupaten Bandung Barat. Batas wilayah
Kabupaten Bandung Barat secara umum adalah sebagai berikut:
5
Utara : Kabupaten Purwakarta dan Subang
Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat meliputi 15 (lima belas) kecamatan yang
terdiri dari: Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar,
Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta, Cihampelas dan
Rongga (www.bandungbaratkab.go.id).
Lokasi
Tamba
6
Akses jalan
Akses
AreaAreal
Akses
Akses jalan
Permukim
permuki
Menurut Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/2002 tentang Perlindungan Lingkungan
Geologi, pasal 1 nomor 13 sampai 16, yang dimaksud dengan Kawasan Karst adalah kawasan
batuan karbonat (batuan gamping dan atau dolomit) yang memperlihatkan bentang alam karst,
atau morfologi karst, yaitu bentang alam batuan karbonat yang ditandai oleh bukit berbangun
7
kerucut dan menara, lembah dolina, gua, stalaktit dan stalakmit serta sungai bawah tanah.
Kawasan karst dibagi kedalam 3 kelas, yaitu:
1) Kawasan karst kelas I yang mempunyai ciri-ciri: berfungsi sebagai penyimpanan
air tanah secara permanen; banyak jaringan aliran sungai bawah tanah; banyak goa
yang mengandung speleotem, peninggalan sejarah, objek budaya dan objek wisata;
mempunyai nilai tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Kawasan karst kelas II yang mempunyai ciri-ciri: berfungsi sebagai pengimbah air
fisik yang pengambilan bahan bakunya bawah tanah; banyak goad an jaringan aliran
sungai bawah tanah yang sudah kering dan runtuh/rusak; sebaran batuannya sudah
sangat terbatas tapi mengandung unsur-unsur ilmiah bernilai tinggi.
3) Kawasan karst kelas III yang tidak memiliki ciri/kriteria seperti kawasan karst kelas
I dan II, termasuk batuan karbonat yang masih dalam proses karsifikasi luar tingkat
awal.
Sesuai dengan terminologi di atas, kawasan karst kelas I dan II sebagian besar terdapat
di daerah Citatah-Rajamandala yang secara territorial berada pada Kecamatan Cipatat, dan
sebagian kecil terdapat di Kecamatan Padalarang (Tagogapu). Berikut adalah peta persebaran
kawasan Karst di daerah Jawa Barat:
Gambar 2.4 Peta Persebaran Kawasan Karst di Daerah Jawa Barat (Maulana, 2011).
8
Sesuai Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/2002, pasal 14, setiap perencanaan
pengembangan wilayah yang berada pada wilayah yang telah ditetapkan menjadi Kawasan
Cagar Alam Geologi, Kawasan Resapan Air dan Kawasan Karst wajib mendapatkan
pertimbangan geologi dari dinas terkait. Mengenai upaya-upaya konservasi dan perlindungan
dalam pendayagunaan diatur dalam pasal 15, ayat (1) Konservasi dimaksudkan untuk
melindungi unsur Lingkungan geologi yang dilaksanakan melalui penetapan wilayah yang
secara geologis tertutup bagi pengembangan wilayah; dan ayat (2) Pendayagunaan
dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan melalui pemberian pertimbangan geologi
terhadap setiap pengembangan wilayah.
9
3) Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
4) Aspek kepercayaan, agama dan spiritual
5) Aspek pendidikan
6) Aspek rekreasi dan olahraga
7) Aspek kesehatan
8) Aspek pertahanan
Lingkungan Fisik-Kimia
Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah 1.305,77 km2dengan
ibu kota di Kecamatan Ngamprah, terletak antara 60 41 s/d 70 19 LS dan 1070 22 s/d 1080
05 BT. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 m dan maksimum 2.2429 m dpl. Kemiringan
wilayah bervariasi antara 0 8%, 8 15%, hingga di atas 45%.Iklim di Kabupaten Bandung
Barat diperkirakan serupa dengan iklim Kota Bandung yang beriklim tropis dan dipengaruhi
oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per
tahun. Suhu udara berkisar antara 120C sampai 240C dengan kelembaban antara 78% pada
musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Untuk rencana lokasi pertambangan terletak
antara 608155 s/d 608215 LS dan 1070 461 s/d 1070 465 BT.
Suhu
10
Gambar 2.5 Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Geofisika Bandung
Gambar 2.6 Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Geofisika Bandung
11
Dari data tahun 1971-2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun Geofisika
Bandung menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.033C per tahun. Suhu minimum
absolut tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 20.0 C dan suhu minimum absolut
terendah terjadi pada tahun 1992 sebesar 17.0 C. Berdasarkan persamaan yang didapat
dari Gambar 2.6 yaitu y=0.0339x + 17.985, dapat diperkirakan suhu minimum absolut
tahunan Kota Bandung pada tahun 2014 sebesar 19.4427 C.
Curah hujan juga menjadi salah satu lingkungan aspek fisiologis yang perlu
ditinjau karena biasanya terjadi fluktuasi tergantung dari musim dan
tahun.Diperkirakan fluktuasi yang terjadi di Kecamatan Padalarang tidak jauh berbeda
dengan Kota Bandung.Metode analisis yang digunakan adalah analisis tren awal musim
dan panjang musim berdasarkan time series data dan tren jumlah curah hujan 6 (enam)
bulanan dari bulan Oktober-Maret dan April-September.
Dari data tahun 1999 hingga 2011, panjang musim hujan di Bandung
menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun dengan peningkatan sebesar 4 hari
per musim hujan pada Gambar 2.7. Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan
2009/2010 yang mencapai sekitar 290 hari, dan terpendek pada tahun 2006/2007
sejumlah sekitar 160 hari. Apabila diproyeksikan sesuai dengan persamaan y = 0.4406x
+ 18.97, maka pada tahun 2014 panjang musim hujan akan terjadi sekitar 256 hari.
12
Gambar 2.8 Tren awal musim hujan di Stasiun Geofisika Bandung
Dari data tahun 1999 hingga 2011, awal musim hujan di Bandung menunjukkan
tren penurunan dari tahun ke tahun. Musim hujan paling awal terjadi pada tahun
2010/2011 yang dimulai pada hari ke-10an dan musim hujan paling mundur pada tahun
2006/2007 yang dimulai pada hari ke-90an. Apabila diproyeksikan sesuai dengan
persamaan y = -0.0524x + 5.4242, maka didapatkan untuk tahun 2014 musim hujan
akan dimulai pada hari ke-46.
Dari data tahun 1999 sampai 2011, panjang musim kemarau di Bandung
menunjukkan tren penurunan sekitar 4 hari per musim kemarau. Musim kemarau
terpendek dialami pada tahun 2010/2011 selama 40 harian, sedangkan terpanjang pada
2006/2007 dengan jumlah hari sekitar 200. Apabila diproyeksikan sesuai dengan
13
persamaan y = -0.4545x + 17.288, maka pada tahun 2014 akan didapatkan panjang hari
musim kemarau selama setahun adalah 105 hari.
Dari data tahun 1999 hingga 2011, awal musim kemarau di Bandung
menunjukkan tren peningkatan sekitar 3 hari per tahunnya. Musim kemarau paling
mundur dialami pada tahun 2010/2011 yang baru dimulai pada hari ke-100an, dan
paling cepat pada tahun 2001/2002 pada hari ke-10an. Apabila diproyeksikan sesuai
persamaan y = 0.3242x + 1.9615, maka pada tahun 2014 musim kemarau diperkirakan
akan dimulai pada hari ke-68.
Gambar 2.11 Tren curah hujan 6 Bulanan (April September) di Stasiun Geofisika
Bandung
Berdasarkan data dari tahun 1952 hingga 2010, tren curah hujan musim
kemarau (April September) menunjukkan penurunan sebesar 0.037 mm per musim.
Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1988 dengan jumlah 250 mm. Bila
14
diproyeksikan sesuai dengan persamaan y = -0.0373x + 72.287, maka pada tahun 2014
curah hujan pada musim kemarau akan sebesar 70 mm.
Berdasarkan data dari tahun 1952 hingga 2010, tren curah hujan musim hujan
(Oktober Maret) menunjukkan peningkatan sebesar 3.676 mm per musim. Curah
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan jumlah hampir mencapai 2500 mm. Bila
diproyeksikan sesuai dengan persamaan y = 3.6763x + 1292.6, maka pada tahun 2014
curah hujan pada musim kemarau akan sebesar 1521 mm.
Kualitas Udara
Kualitas udara merupakan salah satu parameter penting yang harus diperhatikan
dalam kajian lingkungan proyek tambang kapur. Kualitas udara perlu dipantau baik
sebelum proyek, saat proyek berlangsung, dan saat tambang kapur telah beroperasi.
Berikut adalah data kualitas udara di area sekitar lokasi pertambangan batu kapur.
Kualitas Air
Lokasi pertambangan terletak di dekat Sungai Cimeta (Sungai terdekat di
Kecamatan Padalarang) yang termasuk DAS Citarum dan memiliki debit berfluktuasi
15
antara 0.84-9 m3/detik. Kualitas air di Sungai Cimeta meliputi parameter fisik, kimia,
dan mikrobiologi yang diperoleh ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kualitas Udara dan Kebisingan di Area Sekitar Tambang Kapur
Sumber: KLH K
A Fisika
16
No Parameter Satuan Hasil Data Sekunder
O
1 Suhu C 28.4
B Kimia
3 Sulfat mg/L 5
4 pH - 7.9
7 DO mg/L 5.05
C Mikrobiologi
17
Jenis flora yang hidup di daerah karst adalah spesifik karena pengaruh bentang alam
karst yang unik, yaitu kandungan mineral kalsium yang tinggi, kekurangan air di permukaan,
tanah tipis dan bahkan ada yang tidak bertanah, permukaan kasar, licin, retak, dan lain-lain
(PPE Regional Jawa, 2010). Flora di daerah karst ada dalam bentuk herba, perdu maupun
pohon yang memiliki fungsi sebagai tumbuhan obat, pangan, buah, bahan bangunan, pakan
ternak dan bahkan hiasan. Beberapa tumbuhan yang dimaksud antara lain :
Pisang (Musa paradisiaca)
Kelapa (Cocos nucifera)
Pepaya (Carica papaya)
Putri Malu (Mimosa pudica L.)
Jarak (Jatropha curcas)
Waru (Hibiscus tiliaceus)
Bribil (Gallinsoga parviflora Cav.)
Wedusan (Ageratum conyzoides)
Suruhan (Peperomia pelucida)
Mahoni (Swietenia macrophylla)
Alang-alang (Raeuschel)
Semua kelompok takson ada di ekosistem karst: mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan,
moluska, serangga, arthropoda dan invertebrata lain (PPE Regional Jawa, 2010). Peran mereka
di dalam ekosistem adalah sebagai : (1) pemangsa & pemarasit, (2) penyerbuk bunga, (3)
pemencar biji, (4) indikator hayati, (5) perombak bahan organik, dan (6) penyeimbang
ekosistem. Pemangsa, terutama berperan sebagai pengendali hama pertanian. Beberapa fauna
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Kelelawar (Hyposideros sp.) sangat berguna sebagai faktor pengendali
hama yang sangat efektif dibandingkan insektisida
Walet (Collocalia fuciphaga)
Sriti (Collocalia Esculenta)
Kupu-kupu (Appias libythea) sangat membantu proses penyerbukan
bunga
Belalang (Dissosteira carolina)
Capung (Neurothemis sp)
Jangkrik (Gryllus assimilis)
Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)
18
Pada wilayah Desa Tagogapu, Kecamatan Padalarang tidak ditemukan sungai, waduk,
ataupun sumber air permukaan lainnya. Sungai terdekat dari lokasi proyek adalah Sungai
Cimeta yang merupakan salah satu anak Sungai Citarum. Beberapa keberadaan flora di aliran
sungai Cimeta di antaranya adalah tanaman Cyperus papyrus dan Spyrogyra sp.Sedangkan
fauna yang hidup dalam Sungai Cimeta berupa ikan-ikan kecil karena pencemaran sungai yang
dikategorikan cukup berat.
Jumlah Persentase
Uraian Penduduk
(Jiwa) (%)
Tamat D1 45 0.32%
Tamat D2 29 0.20%
Tamat D3 50 0.35%
Tamat S1 43 0.30%
Tamat S2 23 0.16%
Tamat S3 - 0.00%
Tamat SD melanjutkan ke
86 0.60%
SMP
19
Jumlah Persentase
Uraian Penduduk
(Jiwa) (%)
Sementara itu, tabel dibawah ini menunjukkan kondisi ekonomi di Desa Tagogapu, salah
satu Desa yang akan terkena dampak pembukaan lahan lokasi pertambangan baru.
Tabel 2.4 Data Kuantitatif Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Perkapita Masyarakat
Desa Tagogapu Tahun 2006*
20
Jumlah
Pendapatan Rata-
Mata Pencaharian Penduduk Persentase (%)
rata Perbulan
(Jiwa)
Rp
Tidak Bekerja 6469 59.34%
-
(Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Kertajaya tahun 2006)
Secara umum, merujuk pada data kuantitatif di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat Desa Kertajaya tergolong kurang mampu dan pendapatan perkapitanya pun rendah.
21
D. Usaha dan/atau Kegiatan di Sekitar Lokasi
Terdapat tambang kapur lain (Tambang Kapur Damwoo), perkebunan masyarakat, stasiun
kereta api, mesjid, sekolah, dan rumah makan.
2.3.1 Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH) telah mengatur dan memberikan ruang yang luas bagi
masyarakat untuk dapat berperan serta dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(PPLH). Melalui asas-asas partisipatif yang menjadi salah satu asas dalam UUPLH ini, setiap
anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup baik secara langsung maupun
tidak langsung.
22
2.3.2 Masyarakat yang Diikutsertakan dalam Proses Amdal
Dokumen Amdal terdiri atas (a) KA, (b) Andal, dan (c) RKL-RPL. Dalam penyusunan
dokumen Amdal tersebut, pemrakarsa mengikutsertakan masyarakat, yang mencakup:
23
Gambar 2.14 Salah Satu Bentuk Pengumuman yang Dilakukan Pemrakarsa
24
2. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan;
3. Skala/Besaran dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
4. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dilengkapi dengan informasi perihal batas
administratif terkecil dari lokasi tapak proyek dan peta tapak proyek;
5. Dampak potensial yang akan timbul dari identifikasi awal pemrakarsa (contoh:
potensi timbulnya limbah cair, potensi emisi dari cerobong, potensi keresahan
masyarakat, dan lain-lain) dan konsep umum pengendalian dampaknya;
6. Komponen lingkungan yang sangat penting diperhatikan (contoh: nilai budaya,
ekologis, sosial ekonomi, pertahanan dll) karena akanterkena dampak.
Konsultasi publik yang dilakukan oleh PT BIG SLIM KAPUR dilaksanakan bersamaan
dengan pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan, yaitu pada tanggal 6 Maret 2015.
Konsultasi publik dilakukan di Masjid Jami, Desa Tagogapu dalam bentuk Focus Group
Discussion (FGD). Jumlah peserta yang hadir sebanyak 75 orang termasuk kepala desa, ketua
RT/RW, serta tokoh masyarakat.
Konsultasi publik juga merupakan sarana untuk memilih dan menetapkan wakil
masyarakat terkena dampak yang akan duduk sebagai anggota komisi penilai amdal.
Masyarakat terkena dampak memilih dan menetapkan sendiri wakilnya dengan jumlah wakil
masyarakat yang ditetapkan secara proporsional dan mewakili aspirasi masyarakat yang
diwakilinya dalam persoalan lingkungan hidup.
25
Pada konsultasi publik yang diselenggarakan, dipilih 3 wakil masyarakat untuk menjadi
staf Komisi Penilai Amdal, yaitu Bapak Dede (tetua/tokoh masyarakat), Ibu Ais (Guru SD
Tagogapu), dan Bapak Ahmad (Tamat pendidikan S2).
Berikut ini adalah hasil identifikasi dampak potensial dengan menggunakan metode
scaling checklist (Tabel 2.5 dan 2.6)
26
Tabel 2.5 Tabel Identifikasi Dampak Potensial Pra Konstruksi dan Konstruksi dengan Scalling Checklist
PRA
KONSTRUK
SI KONSTRUKSI
Peluang Kerja/Usaha
o
Limbah Domestik
Interaksi Sosial
Overburden)
gantung)
Operasi
Komponen Lingkungan
I FISIK-KIMIA
1 Pencemaran Air Permukaan
2 Pencemaran Air Tanah
Peningkatan Air Larian/Limpasan Air Hujan
3 (Hidrologi)
4 Pencemaran Tanah
5 Penurunan Kualitas Udara (Debu+ gas buang)
6 Perubahan Topografi Lahan
7 Peningkatan Kebisingan
8 Peningkatan Kemacetan Lalu Lintas
9 Erosi
27
o
N
II
III
19
17
16
15
14
13
12
11
10
keagamaan
Perubahan Iklim
Keresahan Masyarakat
Keanekaragaman Flora
Keanekaragaman Fauna
Komponen Lingkungan
BIOLOGI
SOSEKBUD
Populasi hewan langka/dilindungi
Pembebasan Lahan
KONSTRUK
Overburden)
Operasi
Akomodasi Tenaga Kerja
Penunjang
Infrastruktur
Peluang Kerja/Usaha
Interaksi Sosial
(Lokal dan Pendatang)
Pengerahan Tenaga Kerja
Limbah Domestik
28
o
N
III
21
20
Komponen Lingkungan
Pembebasan Lahan
KONSTRUK
Overburden)
Operasi
Akomodasi Tenaga Kerja
Penunjang
Infrastruktur
Peluang Kerja/Usaha
Interaksi Sosial
(Lokal dan Pendatang)
Pengerahan Tenaga Kerja
Limbah Domestik
29
I
o
N
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Erosi
(Hidrologi)
Perubahan Iklim
Pencemaran Tanah
Pencemaran Air Tanah
Peningkatan Kebisingan
Komponen Lingkungan
Lubang Ledak)
Penampungan
Ukuran Batuan
Peluang Kerja/Usaha
Interaksi Sosial
(Lokal dan Pendatang)
Limbah Domestik
Pengerahan Tenaga Kerja
Mobilisasi Alat
II
III
III
21
20
19
17
16
15
14
13
12
Keresahan Masyarakat
Keanekaragaman Flora
Keanekaragaman Fauna
Komponen Lingkungan
BIOLOGI
SOSEKBUD
KESEHATAN
Lubang Ledak)
Penampungan
Ukuran Batuan
Peluang Kerja/Usaha
X
Interaksi Sosial
(Lokal dan Pendatang)
Limbah Domestik
Pengerahan Tenaga Kerja
Mobilisasi Alat
32
2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial
Evaluasi dampak hasil proses pelingkupan dimaksudkan untuk menentukan jenis
dampak penting hipotetik dengan studi pustaka, survei lapangan, professional judgement dan
hasil konsultansi publik. Penentuan dampak penting hipotetik berdasarkan 5 kriteria yaitu:
- Pandangan penduduk
- Pengaruh terhadap ekonomi
- Terganggunya ekologi
- Kemungkinan berbenturan dengan peraturan pemerintah
- Informasi rencana kegiatan dan rona lingkungan belum jelas
Pada tabel 2.7 sampai dijelaskan evaluasi dampak potensial pada setiap tahapan
kegiatan.
33
Tabel 2.7 Uraian Dampak Potensial Tahap Pra Konstruksi
Evaluasi Dampak
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik
Potensial
Berdasarkan SPT yang
diajukan saat pelibatan
masyarakat, tampak
bahwa masyarakat
mendukung rencana
usaha/kegiatan. Namun,
masyarakat memberikan
dukungan dan bantuan
terhadap rencana
usaha/kegiatan apabila
tidak bertentangan
dengan peraturan dan
nilai-nilai yang dipegang
Survey dan Studi Penurunan nilai-nilai yang ada di
Keresahan Masyarakat Keresahan Masyarakat masyarakat
Kelayakan masyarakat
setempat.Tersirat
kekhawatiran akan nilai-
nilai yang telah dijunjung
sejak dahulu kala akan
mengalami degradasi
seiring dengan
banyaknya kegiatan yang
akan beroperasi di lokasi
perencanaan. Masyarakat
setempat tidak akan lagi
patuh dengan nilai-nilai
setempat dan berangsur-
angsur akan tergantikan.
34
Evaluasi Dampak
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik
Potensial
Pada proses pembebasan
lahan dan mekanisme
ganti rugi yang
dilakukan, sangat
mungkin pemilik dan
pengguna lahan resah
karena lahan tersebut
akan digunakan sebagai
lahan pertambangan
Pembebasan Keresahan Pemilik dan Keresahan Pemilik dan kapur. Mereka takut Berkurangnya lahan sebagai
Lahan Pengguna Lahan Pengguna Lahan tidak akan ada lagi lahan mata pencarian oleh msyarakat
yang akan digunakan
sebagai mata pencarian
akibat berkurangnya
lahan. Selain itu,
kegiatan masyarakat
sekitar akan terganggu
oleh kegiatan konstruksi
dan operasional
perusahaan.
35
Evaluasi Dampak
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik
Potensial
Pada proses pembebasan
lahan, akan banyak
melibatkan pihak ketiga,
pihak masyarakat, dan
pihak pemrakarsa
sehingga banyak orang
yang akan berdatangan
ke lokasi tersebut. Hal ini
Meningkatnya aktivitas
akan menghidupkan
Aktivitas Ekonomi/Pendapatan ekonomi/pendapatan Tidak merupakan dampak
perekonomian mikro
Penduduk penduduk di lokasi penting hipotetik (DPH)
yang ada di sekitar
rencana usaha/kegiatan
lokasi, seperti warung
kecil, kedai kopi, warung
makan, da lain
sebagainya sehingga
akan meningkatkan
pendapatan masyarakat
yang membuka usaha di
area tersebut.
36
Evaluasi Dampak
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik
Potensial
Pada proses pembebasan
lahan dan mekanisme
ganti tugi yang
dilakukan, ada
kemungkinan
peninggalan budaya/situs
keagamaan akan hilang
karena sebagian kawasan
rencana usaha/kegiatan
termasuk dalam jajaran
kawasan cagar budaya.
Menurut Lampiran 2
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 5
Hilangnya Peninggalan Hilangnya Peninggalan Tidak merupakan dampak
tahun 2012 tentang jenis
Budaya/Situs Keagamaan Budaya/Situs Keagamaan penting hipotetik (DPH)
usaha/kegiatan yang
wajib AMDAL, rencana
usaha/kegiatan tidak
berada di dalam dan/atau
berbatasan langsung
dengan kawasan yang
dilindungi. Oleh karena
itu, pemrakarsa tidak
memilih lokasi di
dalam/berbatasan
langsung dengan
kawasan cagar budaya,
tetapi memilih lokasi di
Kecamatan Padalarang
37
Evaluasi Dampak
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik
Potensial
yang letaknya cukup jauh
dari kawasan cagar
budaya tersebut.
38
Tabel 2.8 Uraian Dampak Potensial Tahap Konstruksi
39
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
akan diperbaiki oleh
pemrakarsa
40
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Dalam membangun
akses jalan dan
drainase akan ada
perubahan topografi,
Perubahan Topografi namun pembangunan Tidak Termasuk
Topografi Lahan
Lahan ini memberi dampak DPH
positif mengenai
keselamatan pekerja
dan dibangunnya
drainase
Jarak antara daerah
pembangunan dengan
Peningkatan pemukiman sekitar 2-3 Tidak Termasuk
Pembangunan Kebisingan
Kebisingan km sehingga tidak DPH
Pematangan Lahan akses jalan & menimbulkan
drainase kebisingan
Area pembangunan
bukan merupakan jalan
umum yang akan
Peningkatan Kemacetan Tidak Termasuk
Kemacetan Lalu Lintas dilalui oleh banyak
Lalu Lintas DPH
kendaraan sehingga
kemacetan dapat
diatasi
Pohon-pohon akan
ditebang, daya serap air
Penurunan
Keanekaragaman Flora oleh tanah semakin Termasuk DPH
Keanekaragaman Flora
kecil. Bencana banjir
dan erosi. Belum ada
41
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
rencana pembangunan
bangunan pencegah
banjir
42
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Pada proses
pembebasan lahan dan
mekanisme ganti tugi
yang dilakukan, ada
kemungkinan
peninggalan
budaya/situs
keagamaan akan hilang
karena sebagian
kawasan rencana
usaha/kegiatan
termasuk dalam jajaran
kawasan cagar budaya.
Peninggalan Hilangnya peninggalan Menurut Lampiran 2
Tidak Termasuk
budaya/situs-situs budaya/situs-situs Peraturan Menteri
DPH
keagamaan keagamaan Lingkungan Hidup No.
5 tahun 2012 tentang
jenis usaha/kegiatan
yang wajib AMDAL,
rencana usaha/kegiatan
tidak berada di dalam
dan/atau berbatasan
langsung dengan
kawasan yang
dilindungi. Oleh karena
itu, pemrakarsa tidak
memilih lokasi di
dalam/berbatasan
langsung dengan
43
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
kawasan cagar budaya,
tetapi memilih lokasi di
Kecamatan Padalarang
yang letaknya cukup
jauh dari kawasan
cagar budaya tersebut.
44
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
menmbulkan potensi
banjir
Pengupasan dan
perataan tanah tidak
dilakukan dengan
pembakaran tetapi
dengan menggunakan
Penurunan Kualitas alat berat. Debu yang
Kualitas Udara (Debu+ Tidak Termasuk
Udara (Debu+ gas dihasilkan tidak akan
gas buang) DPH
buang) menggaggu kesehatan
masyarakat dan
pekerja. Masyarakat
berjarak jauh dari
lokasi dan pekerja
menggunaka APD
Luas lahan yang
digunkan besar
Perubahan Topografi
Topografi Lahan mencapai 30 ha yang Termasuk DPH
Lahan
akan dikupas dan
diratakan
Jarak antara daerah
Peningkatan pembangunan dengan Tidak Termasuk
Kebisingan
Kebisingan pemukiman sekitar 2-3 DPH
km sehingga tidak
45
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
menimbulkan
kebisingan
banyaknya jumlah
pohon yang ditebang
akan mempengaruhi
Erosi Erosi kekuatan tanah Termasuk DPH
sehingga apabila terjadi
hujan akan berdampak
erosi
Iklim lokal sekitar
okasi akan berubah
akibat penebangan
Tidak Termasuk
Iklim Perubahan Iklim pohon tetapi tidak akan
DPH
berdampak pada iklim
kabupaten secara
keseluruhan
Banyak tumbuhan yang
Keanekaragaman Flora Keanekaragaman Flora Termasuk DPH
hilang
Banyak hewan yang
Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna kehilangan habitatnya Termasuk DPH
dan merusak ekosistem
Populasi hewan Populasi hewan Tidak terdapat hewan TidakTermasuk
langka/dilindungi langka/dilindungi langka DPH
46
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Aktivitas ekonomi
penduduk berubah dari
petani sekarang ada
beberapa petani yang
Aktivitas Aktivitas
hilang lahannya akibat
Ekonomi/Pendapatan Ekonomi/Pendapatan Termasuk DPH
kegiatan ini sehingga
Penduduk Penduduk
harus dipertimbangkan
kemungkinan
menyediakan lapangan
pekerjaan baru
47
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Pada proses
pembebasan lahan dan
mekanisme ganti tugi
yang dilakukan, ada
kemungkinan
peninggalan
budaya/situs
keagamaan akan hilang
karena sebagian
kawasan rencana
usaha/kegiatan
termasuk dalam jajaran
kawasan cagar budaya.
Hilangnya peninggalan Hilangnya peninggalan Menurut Lampiran 2
Tidak Termasuk
budaya/situs-situs budaya/situs-situs Peraturan Menteri
DPH
keagamaan keagamaan Lingkungan Hidup No.
5 tahun 2012 tentang
jenis usaha/kegiatan
yang wajib AMDAL,
rencana usaha/kegiatan
tidak berada di dalam
dan/atau berbatasan
langsung dengan
kawasan yang
dilindungi. Oleh karena
itu, pemrakarsa tidak
memilih lokasi di
dalam/berbatasan
langsung dengan
48
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
kawasan cagar budaya,
tetapi memilih lokasi di
Kecamatan Padalarang
yang letaknya cukup
jauh dari kawasan
cagar budaya tersebut.
49
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Masa yang dimiliki
alat-alat berat akan
memberi beban tinggi
kepada jalan yang akan
berakibat rusaknya
Kerusakan Infrastruktur Kerusakan Infrastruktur Tidak Termasuk
jalan-jalan yang dilalui
Jalan Jalan DPH
saat mobilisasi alat dan
bahan. Tetapi
kerusakan tersebut
akan diperbaiki oleh
pemrakarsa
Banyak hewan yang
Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna kehilangan habitatnya Termasuk DPH
dan merusak ekosistem
Saat proses ini terjadi
akan ada tindakan
penebangan pohon.
Fungsi pohon sebgai
Peningkatan Air Peningkatan Air
penahan limpasan air Tidak Termasuk
Larian/Limpasan Air Larian/Limpasan Air
hujan akan hilang dan DPH
Hujan (Hidrologi) Hujan (Hidrologi)
menmbulkan potensi
banjir. Namun
pemrakarsa akan
membuat kolam retensi
Luas lahan yang
Perubahan Topografi Perubahan Topografi
digunkan besar Termasuk DPH
Lahan Lahan
mencapai 30 ha yang
50
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
akan dikupas dan
diratakan
51
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
kemungkinan
menyediakan lapangan
pekerjaan baru
52
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Konstruksi Area sekitar lokasi
dan Operasi pembangkit energi
Peningkatan akan dibatasi oleh Tidak Termasuk
Peningkatan Kebisingan
Kebisingan tumbuhan dan sekat DPH
beton sehingga tidak
akan terjadi kebisingan
Penurunan Kualitas Kendaraan pengangkut
Akomodasi Penurunan Kualitas Tidak Termasuk
Udara (Debu+ gas tenaga kerja telah diuji
Tenaga Kerja Udara (Debu+ gas buang) DPH
buang) lulus emisi
Banyak hewan yang
Pembangunan Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna kehilangan habitatnya Termasuk DPH
Pemukiman/B dan merusak ekosistem
ase camp
karyawan Populasi hewan Populasi hewan Tidak terdapat hewan Tidak Termasuk
langka/dilindungi langka/dilindungi yang dilindungi DPH
Akan disediakan
Aktivitas Aktivitas
Peluang lapangan pekerjaan Tidak Termasuk
Ekonomi/Pendapatan Ekonomi/Pendapatan
Kerja/Usaha untuk masyarakat DPH
Penduduk Penduduk
Pengerahan Tenaga sekitar lokasi
Kerja (Lokal dan Masyarakat sudah
Pendatang) setuju dengan adanya
Interaksi Tidak Termasuk
Keresahan Masyarakat Keresahan Masyarakat proyek ini disampaikan
Sosial DPH
melalui SPT kepada
pihak pemrakarsa
53
Identifikasi Dampak Evaluasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Potensial DPH
Potensial Potensial
Telah dibuat saluran
khusus menuju
Pencemaran Air Pencemaran Air pengolahan air Tidak Termasuk
Permukaan Permukaan buangan sehingga tidak DPH
akan ada pencemaran
air permukaan
Belum ada rencana
pencegahan
pencemaran air tanah
Pencemaran Air Tanah Pencemaran Air Tanah apabila ada air Termasuk DPH
limpasan septic tank
Limbah yang meresap akibat
Domestik tidak ada pengolahan
Telah direncanakan Tidak Termasuk
Pencemaran Tanah Pencemaran Tanah
sistem remediasi tanah DPH
Masyarakat sekitar
proyek berjarak 2-3
km, merekapun
menggunakan PDAM
Gangguan Kesehatan Gangguan Kesehatan Tidak Termasuk
sebagai sumber air
Masyarakat Masyarakat DPH
minum. Kebisingan
telah diatasi, dan
pencemaran udara telah
diatasi
54
Tabel 2.9 Uraian Dampak Potensial Tahap Operasi
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
Drilling :
Pengeboran dapat
menghasilkan kebisingan ke
Peningkatan
sekitar lingkungannya. tidak
kebisingan
Namun, pemukiman terletak
pada jarak aman.
erosi akan mengakibatkan
reruntuhan jatuh ke sekitar
Peningkatan Erosi gunung. Namun, gunung tidak
Pengeboran beberapa
Kebisingan, Erosi, dan terletak pada jarak yang
titik di Quarry
Gangguan aman dengan pemukiman
(Pembuatan Lubang
Kenyamanan
Ledak) kegiatan ini mungkin dapat
Masyarakat
mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar. Namun,
Gangguan
jarak pemukiman dengan
Kenyamanan tidak
lokasi cukup jauh maka
Masyarakat
aspek ini tidak terlalu
berpengaruh pada tingkat
kenyamanan masyarakat
Blasting :
55
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
pada proses ini mungkin
masyarakat awalnya akan
Persiapan bahan merasa kurang nyaman.
Gangguan Gangguan
Peledak, Detonator Namun, pada proses ini
Kenyamanan Kenyamanan tidak
dan Peralatan lain tidak menimbulkan bunyi
Masyarakat Masyarakat
yang dibutuhkan atau gangguan lainnya
sehingga keresahan akibat
proses ini akan hilang
56
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
proses peledakan akan
mengakibatkan
Perubahan berpindahnya material dari
penting
Topografi Lahan suatu tempat ke tempat lain
yang akan menghasilkan
perubahan topografi lahan.
Perubahan Topografi proses peledakan tersebut
Lahan, Peningkatan akan menghasilkan
Kebisingan, kebisingan yang cukup
Proses Peledakan Peningkatan
Keanekaragaman mengganggu sekitarnya penting
setelah pemberian kebisingan
fauna, keresahan dikarenakan intensitas
Aba-aba
masyarakat, dan peledakan dan jumlah
gangguan kenyamanan ledakan yang dilakukan.
masyarakat.
perpindahan material yang
terjadi pada proses
peledakan menyebabkan
Keanekaragaman
penurunan keanekaragaman penting
fauna
fauna di sekitar akibat
tertimpa dan kejadian
lainnya.
57
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
Loading-Hauling :
58
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
pada kegiatan ini tanah akan
bercampur dengan material
tambang. Namun, material
Pencemaran Tanah tambang tersebut akan tidak
disisihkan dari tanah
tersebut untuk dibawa ke
proses/ kegiatan berikutnya
59
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
truk/ alat berat akan
melintasi jalanan dari lokasi
Pengangkutan penambangan ke lokasi
Kerusakan Infrastruktur Kerusakan
Material Menuju selanjutnya. Intensitas dari penting
Jalan Infrastruktur Jalan
Tempat Penampungan alat transportasi yang
melintas mengakibatkan
rusaknya jalan.
Crushing :
pada proses ini
memungkinkan
Penurunan Kualitas
pembentukan partikel -
Udara (Debu dan Gas
partikel halus dari material
Buang), Peningkatan
Penggilingan Material Penurunan Kualitas tersebut dan menyebabkan
Kebisingan, Gangguan
untuk Mereduksi Udara (Debu dan partikel tersebut mudah penting
kesehatan masyarakat,
Ukuran Batuan Gas buang) terbawa angin. Partikel
dan Gangguan
tersebut dapat
kenyamanan
mempengaruhi kualitas
masyarakat.
udara di sekitar lokasi
tersebut.
60
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
proses dari penggilingan
akan menghasilkan
kebisingan. Kebisingan
Peningkatan tersebut mungkin akan
penting
kebisingan mempengaruhi tingkat
kebisingan di lokasi tersebut
dikarenakan intensitas dan
lamanya proses tersebut.
61
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
Aktivitas ekonomi/
Pengerahan Tenaga
pendapatan penduduk
Kerja (Lokal dan
dan keresahan
Pendatang) :
masyarakat
limbah domestik mungkin
menyebabkan pencemaran
pada air permukaan.
Pencemaran Air
Namun, lokasi air tidak
Permukaan
Pencemaran Air permukaan terletak sangat
Permukaan, jauh dari lokasi yaitu sekitar
Pencemaran Air Tanah, 5 kilometer.
Pencemaran Tanah,
Limbah Domestik limbah domestik mungkin
Populasi hewan langka
Pencemaran Air menyebabkan pencemaran
dan dilindungi, dan penting
Tanah air tanah karena kebocoran
Gangguan kesehatan
pipa atau rembesan.
Masyarakat.
pencemaran tanah akibat
limbah domestik mungkin
Pencemaran Tanah tidak
terjadi namun kemungkinan
terjadinya sangat kecil.
62
Dampak
Identifikasi Dampak
Kegiatan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Penting
Potensial
Hipotetik
populasi hewan langka dan
Populasi hewan
dilindungi akan menurun
langka dan penting
akibat terkontaminasi
dilindungi
limbah domestik.
Identifikasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Evaluasi Dampak Potensial DPH
Dampak Potensial Potensial
Dikarenakan kegiatan pada tahap
Penurunan pasca operasional tidak lagi
Penurunan Peningkata
kualitas udara melibatkan proses blasting dan
Penutupan/Perapih Pekerjaan Sipil kualitas n
(debu + gas crushing, ditambah dengan bahan
udara (debu kebisingan
an Lokasi Kegiatan dan Mekanikal buang) tambang (kapur, marmer dan
+ gas
Peningkatan andesit) sebagai penyumbang
buang)
kebisingan tingginya jumlah debu dan
partikulat dalam kegiatan
63
Identifikasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Evaluasi Dampak Potensial DPH
Dampak Potensial Potensial
Gangguan Peningkata operasional sudah tidak tersedia,
kenyamanan n maka penyumbang penurunan
masyarakat kebisingan nilai kualitas udara pada kegiatan
sipil dan mekanikal pasca
pertambangan adalah adanya
emisi kendaraan seperti bulldozer,
excavator, dan dump truck yang
digunakan untuk proses penutupan
lahan.
Kebisingan dihasilkan dari alat
berat seperti bulldozer, excavator,
dan dump truck yang digunakan
dalam proses penutupan lahan.
Kebisingan juga meningkat pada
waktu malam hari (tingkat
sensitivitas/kepekaan pendengaran
manusia meningkat) terlebih
karena jumlah penduduk yang
tergolong sedikit sehingga suara
terdengar lebih jelas.
Peningkata Dikarenakan kegiatan
Penurunan
Transportasi n pertambangan yang dilakukan
kualitas udara
kebisingan tidak termasuk dengan proses
Bahan Bekas (debu + gas
pengolahan bahan mentah yang
buang)
telah diperoleh (tidak termasuk
64
Identifikasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Evaluasi Dampak Potensial DPH
Dampak Potensial Potensial
Peningkatan pabrik pengolah), maka bahan
kebisingan bekas kegiatan pertambangan
Peningkatan tidak berukuran besar. Bahan
kemacetan lalu mekas tersebut tidak berupa sisa-
lintas sisa mesin/peralatan produksi
Gangguan sehingga proses mobilisasi bahan
kenyamanan bekas dianggap tidak
masyarakat menimbulkan kebisingan yang
terlalu signifikan karena tidak
melibatkan kendaraan besar.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh
alat berat hanya berasal dari
Peningkatan proses pemindahan dari dalam site
kebisingan Peningkata keluar sehingga diasumsikan
Peningkatan n tingkat kebisingannya masih bisa
kemacetan lalu ditoleransi oleh masyarakat yang Peningkata
kebisingan
n
lintas Peningkata bermukim di lokasi paling dekat
Mobilisasi Alat Kerusakan dengan site sekalipun. kemacetan
n
infrastruktur Kemacetan lalu lintas berpotensi lalu lintas
kemacetan
jalan lalu lintas besar terjadi saat pemindahan
Gangguan bulldozer, excavator, dan dump
kenyamanan truck dari dalam site keluar.
masyarakat Kendaraan ini memerlukan ruang
gerak yang luas, dimana hal ini
bertolak belakang dengan jalanan
65
Identifikasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Evaluasi Dampak Potensial DPH
Dampak Potensial Potensial
sekitar kecamatan Padalarang-
Cipatat yang kerap macet, sempit
dan berkelok. Kemacetan lalu
lintas dapat diatasi dengan proses
pemindahan yang dilakukan di
malam hari ketika tingkat
keramaian lalu lintas cenderung
rendah.
Penggunaan Lahan
sesuai Tata Ruang Keanekaragam
(Rehabilitasi an flora
Lahan sesuai Keanekaragam
an fauna
Potensi Ekologis
Populasi hewan
dan Keinginan langka/dilindun
Masyarakat & gi
Pemerintah)
Pengerahan
Aktivitas
Tenaga Kerja ekonomi/
(Peluang pendapatan
penduduk
Kerja/Usaha)
66
Identifikasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Evaluasi Dampak Potensial DPH
Dampak Potensial Potensial
Terkait komitmen dari perusahaan
untuk mengkaji cara
mempertahankan atau
meningkatkan kesejahteraan dan
keberlanjutan sosial (social
sustainability) pada masyarakat
yang terkena pengaruh.
Keberlanjutan sosial adalah
proses, sistem, struktur dan
hubungan yang ada pada
Pelepasan Tenaga masyarakat, baik formal maupun
Aktivitas Aktivitas Aktivitas
informal, yang secara aktif
Kerja (Penurunan ekonomi/ ekonomi/ ekonomi/
mendukung kemampuan dari
Peluang pendapatan pendapatan pendapatan
generasi sekarang dan mendatang
penduduk penduduk penduduk
Kerja/Usaha) untuk menciptakan sebuah
masyarakat yang sehat dan dapat
dihuni dengan baik. Keberlanjutan
sosial ini dapat diwujudkan
dengan mengadakan program
pengembangan masyarakat.
Perlunya upaya bimbingan untuk
mengambangkan kapasitas
masyarakat dan pemerintah
setempat agar dapat
memaksimalkan peluang untuk
67
Identifikasi Dampak
Kegiatan Sub Kegiatan Evaluasi Dampak Potensial DPH
Dampak Potensial Potensial
penggunaan lahan selanjutnya dan
mempertahankan infrastruktur
pertambangan yang bernilai bagi
masyarakat tersebut.
68
2.5. Wilayah Studi
Batas proyek Batas proyek merupakan batas lahan keseluruhan yang digunakan untuk
rencana pembangunan proyek. Lokasi proyek pada pertambangan kapur. Berikut lokasi proyek
tambang yang ditunjukkan dengan garis merah.
Gambar 5.1 Batas Rencana Lokasi Kegiatan Pertambangan Kapur di Desa Tagog
Apu
Batas administrasi yaitu batas wilayah desa, kecamatan, atau kabupaten dimana lokasi
pertambangan ini dilakukan. Batas Secara administratif lokasi rencana kegiatan terletak di
kecamatan Padalarang dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Purwakarta (Kecamatan Cikalong)
Barat : Kecamatan Cipatat
69
Timur : Kota Cimahi
Selatan : Kabupaten Cianjur (Kecamatan Batujajar)
Sedangkan batas ekologis ditentukan oleh arah angin serta arah aliran air.Pada area
pertambangan, tidak ada badan air yang melintas sehingga ekologi perairan terdekat yang
ditemukan adalah Sungai Cimeta dan Situ Ciburuy yang berjarak 3-5 km dari lokasi
pertambangan. Batas ekologis yang terpengaruh oleh pembangunan tambang ditunjukkan oleh
peta Batas Wilayah Studi dengan garis biru untuk ekologi perairan dan oranye untuk ekologi
udara.
Batas Sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan, mencakup sistem dan struktur sosial. Batas Sosial ditetapkan melalui
pembatasan batas-batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat
yang terdapat dalam batas proyek, yang berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana
kegiatan perkantoran. Prakiraan kegiatan perkantoran yang akan memberi dampak terhadap
masyarakat, di antaranya :
- Mobilisasi bahan dan alat konstruksi ketika tahap konstruksi dilaksanakan
- Pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah pembangunan
- Mobilisasi pelaku atau pekerja pada tahap operasional
- Pencarian tenaga kerja untuk kegiatan pertambangan
Berikut adalah peta batas wilayah studi merupakan resultant dari batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.
70
Gambar 5.2 Batas Wilayah Studi Rencana Kegiatan Pertambangan Kapur PT. BIGSLIM
KAPUR
71
Tabel 2.11 Batas Waktu Kajian Pra Konstruksi
Pra Konstruksi
No Dampak Penting Hipotetik
5 bulan
Penurunan nilai-nilai yang ada di
1 Konsultasi Publik
masyarakat
Berkurangnya lahan sebagai mata Pembebasan lahan dan
2
pencarian oleh msyarakat ganti rugi
72
Dampak Penting Konstruksi
No
Hipotetik
20 Tahun
Peningkatan Air
Membuat sistem pengelolaan air limpasan secara terpadu selama 4 bulan pertama masa konstruksi dengan asumsi
4 Larian/Limpasan Air
dampak yang dihasilkan pada bulan selanjutnya dianggap serupa sehingga dapat ditanggulangi.
Hujan (Hidrologi)
Melakukan pembukaan lahan sesuai dengan kaidah pertambangan; salah satunya adalah menyimpan top soil untuk
Perubahan Topografi
5 keperluan reklamasi untuk meningkatkan nilai tata guna lahan pasca operasi. Dilakukan selama dilakukan pembukaan
Lahan
lahan
Pencegahan erosi dilakukan dengan melakukan perubahan topografi lahan sesuai dengan kaidah pertambangan yang
6 Erosi
baik, misalkan dengan membuat sistem terasering.
Keanekaragaman Dengan mengaplikasikan rehabilitasi secara kontinu, diharapkan ketersediaan habitat bagi keanekaragaman fauna yang
7
Fauna tersedia menjadi minim terancam.
Populasi hewan Dengan mengaplikasikan rehabilitasi secara kontinu, diharapkan ketersediaan habitat bagi keanekaragaman fauna yang
8
langka/dilindungi tersedia menjadi minim terancam.
Pembukaan lahan yang mengakibatkan ketertarikan penduduk diluar kawasan untuk ikut bekerja dapat menimbulkan
Aktivitas
ketegangan sosial; hal ini dapat diatasi dengan dibuatnya perjanjian antara penduduk setempat dan penduduk luar
9 Ekonomi/Pendapatan
mengenai porsi lahan pekerjaan yang diperlukan oleh perusahaan dari bulan ke 0 dan diperkirakan perselisihan akan
Penduduk
selesai selambat-lambatnya pada 4 bulan pertama.
Proses konstruksi yang melibatkan alat berat akan menimbulkan kebisingan yang cukup signifikan; diasumsikan setelah
Peningkatan
10 4 bulan pertama masa konstruksi, penduduk setempat telah dapat beradaptasi dengan tingkat kebisingan yang ada
Kebisingan
dikarenakan adanya usaha dari perusahaan untuk membangun barrier yang dapat mengurangi tingkat kebisingan.
Pencemaran Air Direncanakan dibuat suatu sistem lining pada kawasan pertambangan untuk menghindari terjadinya pencemaran air
11
Tanah tanah
73
Tabel 2.13 Batas Waktu Kajian Operasi
74
No Dampak Penting Hipotetik Operasi (20 tahun)
Penurunan Kualitas Udara (Debu dan Gas Direncanakan membuat alat pengendali pencemaran.
7
buang) Diasumsikan saat operasi dimulai telah teratasi
Memberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis.
9 Gangguan kesehatan Masyarakat Dilakukan berkala setiap 1 tahun sekali, dimuali setelah
1 tahun operasi
75
dan operasional. Tingkat kebisingan diasumsikan akan
berada pada kondisi normal pada akhir masa pasca
operasi.
Kemacetan berasal dari mobilisasi alat tambang dari
dalam ke luar site. Kemacetan diasumsikan tidak lagi
2 Peningkatan kemacetan lalu lintas
terjadi setelah kurang lebih 4 bulan terakhir masa pasca
operasi.
Ketegangan sosial kemungkinan dapat kembali terjadi
akibat hilangnya lahan pekerjaan penduduk setempat dan
penduduk pindahan. Hal ini diasumsikan dapat diatasi
3 Aktivitas ekonomi/ pendapatan penduduk dengan dilakukannya pengembangan/pembinaan
masyarakat dan pemanfaatan fasilitas hasil kegiatan
pertambangan yang dilakukan secara kontinu sejak tahap
awal perencanaan.
76
BAB III
METODA STUDI
- Kualitas udara
a. Data sekunder : Dokumen UKL-UPL Pertambangan Kapur di Padalarang-
Cipatat (Sumber KLH), Jurnal dan Thesis mengenai penelitian
b. Data Primer (Pengukuran pengambilan sampel di lapangan) dapat diperoleh
dengan melakukan pengumpulan dan metode analisis data berdasarkan tabel 1.
Tabel 3.1 Metode Analisis, Waktu Pengambilan, Peralatan Uji Kualitas Udara dan
Kebisingan
77
Temperatur Co Pengamatan Termometer
Kelembaban udara % langsung/Personal Higrometer
Kecepatan angin m/detik Periodik judgement oleh Anemometer
Cuaca - pakar meteorologi -
o
Arah angin Kompas
Lokasi Pengambilan data : 2 sumber; di sekitar kawasan proyek (60 8155 s/d 60
8215 LS dan 1070 461 s/d 1070 465 BT) dan di stasiun Tagog Apu (60 8137 s/d
60 814 LS dan 1070 461 s/d 1070 465 BT)
- Kualitas air
a. Data sekunder : Dokumen Pusdalitbang Sumber Daya Air Kementerian PU di
Sungai Cimeta, Jurnal dan Thesis mengenai penelitian
b. Data Primer dengan pengukuran pengambilan sampel di lapangan di dua titik di
Sungai Cimeta dapat diperoleh dengan melakukan pengumpulan dan metode
analisis data berdasarkan Tabel 2. Lokasi sampling 1 (60 8114 s/d 60 8115 LS
dan 1070 471 s/d 1070 472 BT) dan Lokasi 2 (60 8104 s/d 60 8105 LS dan
1070 447 s/d 1070 448 BT) di dekat stasiun Tagog Apu dan permukiman
penduduk.
Tabel 3.2 Metode Analisis Beserta Peralatan Uji Kualitas Air Sesuai Standar yang Berlaku*
Dalam kegiatan pertambangan batu kapur, metode prakiraan dampak penting yang akan
dipakai antara lain :
Metode Formal, yang meliputi :
1. Metode prakiraan cepat
2. Metode matematik deskriptif internal : melalui formula matematika
Empiris : hasil pengamatan
79
3. Model fisik simulasi meniru keadaan
4. Model eksprimental : melalui kegiatan laboratorium, dilakukan percobaan di lapangan
Metode Informal yang digunakan antara lain intuisi, pengalaman, dan analogi.
Metode prakiraan dampak penting dari kegiatan pertambangan batu kapur dapat dilihat pada
tabel berikut.
80
Tabel 3.3 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Pra Konstruksi
Tahapan Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Penting Hipotetik Metode Prakiraan Dampak
81
Tabel 3.4 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Konstruksi
82
Tabel 3.5 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Konstruksi
83
Tabel 3.6 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Konstruksi
84
Tabel 3.7 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Operasi
85
Tabel 3.8 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Operasi
86
Tabel 3.9 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Pasca Operasi
87
3.3 Evaluasi Secara Holistik terhadap Dampak Lingkungan
Hubungan Sebab Akibat antara Rencana Kegiatan dan Rona Lingkungan Hidup
Tidak ada dampak yang berdiri sendiri. Masing-masing dampak satu dengan yang lainnya
saling mempengaruhi, seperti:
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap pra konstruksi
dapat menyebabkan dampak penurunan nilai-nilai yang ada di masyarakat (dampak 1), dan
berkurangnya lahan sebagai mata pencaharian masyarakat (dampak 2). Dampak-dampak
tersebut merupakan dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan ruang yang sama.
Kegiatan yang menyebabkan dampak 1 dan dampak 2 dilakukan hampir bersamaan,
sehingga besar kemungkinan berkurangnya lahan sebagai mata pencaharian masyarakat
mempengaruhi nilai-nilai yang ada di masyarakat tersebut. Berkurangnya lahan sebagai
mata pencaharian masyarakat dan penurunan nilai-nilai yang ada di masyarakat setempat
dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti keresahan akan pembebasan lahan yang
dilakukan untuk kegiatan operasional pertambangan kapur yang kemungkinan dapat
menyebabkan adanya degradasi nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat setempat. Dari
analisis ini, maka dampak 1 dan dampak 2 merupakan dampak penting.
Tahap konstruksi
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap konstruksi
dapat menyebabkan berbagai dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan ruang yang
sama, diantaranya perubahan topografi lahan, erosi, penurunan keanekaragaman flora dan
fauna, aktivitas ekonomi/pendapatan penduduk, pencemaran air tanah, peningkatan
limpasan air hujan, peningkatan kemacetan lalu lintas serta gangguan pada kesehatan dan
kenyamanan masyarakat. Keberadaan alat berat di lokasi proyek meningkatkan intensitas
bising. Proses mobilisasi alat berat dari luar ke dalam site dapat berakibat pada
menumpuknya kendaraan bermotor di sekitar lokasi yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan emisi buang sehingga mengganggu kesehatan masyarakat. Kegiatan
pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur utama dapat menyebabkan hilangnya
flora yang berdampak pada terjadinya erosi dan penurunan fauna di sekitar lokasi proyek.
Walaupun kegiatan penyebab dampak-dampak tersebut tidak berlangsung secara serentak,
tetapi dampak yang dihasilkan dari setiap kegiatan tersebut hampir sama. Atas dasar ini
88
maka dampak-dampak tersebut merupakan dampak penting yang harus dikelola dengan
baik.
Tahap operasional
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap operasi dapat
menyebabkan berbagai dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan ruang yang sama.
Beberapa dampak seperti perubahan topografi lahan, peningkatan kebisingan, penurunan
keanekaragaman flora dan fauna serta keresahan dan gangguan kenyamanan terjadi baik
pada kegiatan peledakan setelah pemberian aba-aba dan crushing. Sementara itu, kegiatan
loading-hauling seperti pengambilan dan pemuatan material ke dalam alat/truk angkut serta
pengangkutan material menuju tempat penampungan dapat berdampak pada kerusakan
infrastruktur jalan. Walaupun kegiatan penyebab dampak-dampak tersebut tidak
berlangsung secara serentak, tetapi dampak yang dihasilkan dari setiap kegiatan tersebut
hampir sama. Atas dasar ini maka dampak-dampak tersebut merupakan dampak penting
yang harus dikelola dengan baik.
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap pasca operasi
dapat menyebabkan berbagai dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan ruang yang
sama. Dampak yang terjadi meliputi peningkatan kebisingan dan kemacetan lalu lintas
yang disebabkan oleh kegiatan penutupan/perapihan lokasi kegiatan seperti pekerjaan sipil
dan mekanikal yang dilakukan dan mobilisasi alat. Selain itu, kegiatan pelepasan tenaga
kerja dapat menyebabkan isu aktivitas ekonomi/pendapatan penduduk. Kegiatan penyebab
dampak-dampak tersebut berlangsung secara serentak, sehingga dampak-dampak tersebut
merupakan dampak penting yang harus dikelola dengan baik.
Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH)
tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut:
89
merupakan dampak penting yang harus dikelola dengan baik, terutama ketika tahap
konstruksi dan tahap operasional. Perlu dilakukan pula pemantauan terkait dampak-
dampak tersebut, terutama di area sekitar site pertambangan.
Adapun pertimbangan terkait keputusan kelayakan lingkungan dibahas pada tabel berikut:
Kriteria Penilaian
Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun
2009-2029.
Kebijakan di bidang perlindungan dan Sesuai
pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan
Kepentingan pertahanan dan keamanan Tidak berhubungan
Prakiraan secara cermat mengenai besaran Beberapa dampak penting seperti kualitas
dan sifat penting dampak dari berbagai udara, kebisingan, dan getaran masih
aspek tergolong mengganggu karena berada di
atas baku mutu pada radius tertentu
Hasil evaluasi secara holistik terhadap Beberapa dampak tidak penting ternyata
seluruh dampak penting sebagai sebuah masih memiliki pengaruh terhadap
kesatuan yang saling terkait dan saling dampak penting yang lain karena berasal
mempengaruhi dari kegiatan yang sama
Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak Pemrakarsa dan pihak terkait yang
terkait yang bertanggung jawab dalam bertanggung jawa memiliki kemampuan
menanggulanggi dampak penting negative yang baik.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak Pandangan masyarakat pasti akan terkena
menganggu nilai-nilai sosial atau dampak dari rencana proyek, tetapi dapat
pandangan masyarakat di handle dengan sosialisasi dan
pembagian lapangan pekerjaan yang baik.
90
Kriteria Penilaian
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak Tidak ada spesies kunci ataupun entitas
akan mempengaruhi dan/atau mengganggu yang memiliki nilai penting secara ilmiah
entitas ekologis di lokasi proyek. Entitas ekologis seperti
flora dan fauna akan diberdayakan kembali
dengan cara rehabilitasi yang dilakukan
secara kontinu semenjak tahap
prakonstruksi hingga ke tahap pasca
operasional.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak Ada beberapa usaha/kegiatan dan rumah
menimbulkan gangguan terhadap usaha yang harus direlokasi, tetapi dapat teratasi
dan/atau kegiatan yang telah berada di dengan sosialisasi dan pembagian
sekitar rencana lokasi usaha dan/atau lapangan pekerjaan yang baik.
kegiatan
Tidak dilampauinya daya dukung dan daya Sesuai. Daya dukung lingkungan disini
tampung lingkungan hidup dari lokasi dinilai dari tiap-tiap aspek lingkungan,
rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai metode evaluasi dampak.
91
DAFTAR PUSTAKA
_____. 2006. Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Kertajaya Tahun 2006.
Kabupaten Bandung.
Soedarto P. Hadi. 1995. Aspek Sosial AMDAL, Sejarah, Teori, dan Metode. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
UNEP, WHO. 1996. Water Quality Monitoring First Edition. E & FN Spoon: London.
Wark, Kenneth and Warner, Cecil F. 1981. Air Pollution : Its Origin and Control Second
Edition. Harper and Row Publisher: New York.
www.bandungbaratkab.go.id
92
LAMPIRAN
93
Lampiran A
Dokumentasi Foto
94
Area Penambangan Batu Kapur
Pelaksanaan Focus
Group Discussion Bersama Warga Desa Tagogapu
95
Lampiran B
Permohonan Izin Lokasi
96
Bandung, 10 Maret 2015
Kepada Yth.
Dengan hormat,
Menindaklanjuti pertemuan kami dengan Bapak Bupati Kabupaten Bandung Barat pada
tanggal 2 Maret 2015, kami bermaksud mengeksplorasi area pertambangan di daerah
Tagogapu, Padalarang, Kab. Bandung Barat. Kapasitas penambangan diperkirakan
menghasilkan produk kapur sebesar 500000 m3/tahun.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon izin lokasi untuk rencana yang dimaksud,
berikut pembangunan akses jalan di wilayah Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung Barat.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Bellaria Ekaputri
97
Lampiran C
Pengumuman Rencana Kegiatan di
Media
98
99
Lampiran D
Berita Acara Sosialisasi
BERITA ACARA
100
KONSULTASI PUBLIK/SOSIALISASI AMDAL
RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN BATU KAPUR
DESA TAGOGAPU, PADALARANG, KAB. BANDUNG BARAT
Pada hari ini Jumat tanggal Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas (6 Maret
2015) bertempat di Masjid Jami Desa Tagogapu, telah diadakan Konsultasi Publik / Sosialisasi
AMDAL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur yang kegiatannya melintasi Desa
Tagogapu, Padalarang, Kab. Bandung Barat.
Demikian hasil rapat konsultasi publik ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan secara
musyawarah dan mufakat.
Mengetahui,
101
Lampiran E
Hasil Analisis Laboratorium Udara
102
Tanggal Terima/Pemeriksaan : 25 Februari 2015
Kode Sampel : SA-1
Budi K.
103
Lampiran F
Hasil Analisis Laboratorium Kualitas
Air
104
Tanggal Terima/Pemeriksaan : 25 Februari 2015
Kode Sampel : SA-2
Andri
105
Lampiran G
Surat Pernyataan dan Ijazah
Surat Pernyataan
106
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Prof. Bellaria Ekaputri
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
107
Surat Pernyataan
108
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dr. Raihana Nabila
Alamat : Jalan Cisitu Baru No. 7 Kecamatan Coblong Bandung
Posisi : Ketua Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
109
Surat Pernyataan
110
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ledy Rezki Tiara, ST. MT
Alamat : Jalan Sekeloa No. 94 RT.01 RW. 02 Kecamatan Coblong Bandung Jawa
Barat
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
111
Surat Pernyataan
112
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Gilang Trisna K., ST. MT.
Alamat : Jalan Tubagus Ismail No. 8 RT.01 RW 02 Kecamatan Coblong Bandung
Jawa Barat
Posisi : Anggota Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
113
Surat Pernyataan
114
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri Wahyuningsih, ST. MT.
Alamat : Jalan Sangkuriang No. 66 Bandung
Posisi : Anggota Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
115
Surat Pernyataan
116
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dr. Milna Kurniawati
Alamat : Jl. Laswi Cipicung RT 08/01 no. 189 Bale Endah Kab. Bandung
Posisi : Asisten Ketua Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
117
Surat Pernyataan
118
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Irfan Nashrullah, Ph. D.
Alamat : Jalan Sangkuriang Gang Intan 3 no 27, Sadang Sari
Posisi : Tenaga Ahli
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
119