Otot sebagai alat gerak aktif memiliki sifat iritabilitas yang ditunjukkan dengan proses menanggapi rangsang (mengenal dan merespon rangsang/stimulus) yang mengenainya secara langsung, tanpa tergantung pada jaringan saraf yang biasa mengaktifkannya. Kondisi iritabilitas otot dapat melemah jika otot telah mengalami kelelahan dan kembali ke kondisi maksimum apabila tersuplai oleh nutrisi dan oksigen yang cukup. Perlu diperhatikan bahwa prinsip all or none pada otot hanya berlaku pada setiap sel otot rangka, bukan pada gumpal otot atau otot secara umum serta pada sel otot jantung. Hal ini berarti bahwa apabila suatu sel otot rangka atau serabut otot diberikan stimulus di atas ambang ataupun ambang, maka sel otot akan berkontraksi penuh. Tetapi sebaliknya apabila stimulus yang mengenai sel otot berada di bawah ambang/subminimal maka sel otot tidak akan berkontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat menimbulkan respon kontraksi dengan syarat diberikan secara berkali-kali dengan rentang waktu yang cepat (sumasi stimulus). Sangat berbeda pada otot atau jaringan otot, prinsip all or none tidak bisa berlaku pada jaringan ini. Pada sel otot makin kuat stimulus yang diberikan maka kekuatan kontraksinya tetap, sedangkan pada jaringan otot makin kuat stimulus yang diberikan maka makin kuat pula kekuatan kontraksinya. Hal ini terkait dengan adanya unit-unit motorik pada jaringan otot, dimana setiap unit motorik (serabut saraf motorik) tunggal akan bercabang > 100 cabang kecil yang masing-masing cabang akan mensyarafi sel otot. Bagian ujung saraf yang melekat pada otot biasanya disebut dengan motor end plate atau myoneural junction. Satu serabut saraf motor tunggal beserta dengan sel-sel otot yang disarafi dikenal dengan istilah unit motor. Apabila suatu saraf motor teraktivasi, maka semua sel-sel otot yang disarafinya berkontraksi secara simultan. Semakin banyak saraf motor yang diaktifkan maka makin banyak pula sel-sel otot yang berkontraksi. Jadi makin kuat stimulus yang mengenai saraf motor maka semakin banyak unit motor yang diaktifkan sehingga kontraksi otot semakin kuat. 2. (7) struktur sarkomer dan bagian-bagiannya
Struktur filamen tipis
Setiap filamen tipis tersusun atas 2 filamen aktin (aktin F) saling terpilin membentuk spiral ganda, tropomiosin, dan troponin. Molekul aktin berbentuk bulat (aktin G), asimetris, dan mengandung tempat perlekatan miosin (miosin binding site). Tropomiosin berupa 2 benang berpilin ganda, terletak disisi luar antara benang aktin, fungsinya menutup tempat perlekatan miosin pada saat otot relaksasi. Troponin merupakan kompleks 3 subunit: subunit T melekat erat pada tropomiosin, subunit C berfungsi mengikat Ca2+, dan subunit I berfungsi menghambat interaksi antara aktin dan miosin. Setiap molekul tropomiosin menutupi 7 molekul aktin G, akan dibatasi oleh 1 kompleks troponin. Struktur Filamen Tebal Filamen tebal terdiri atas molekul-molekul miosin, merupakan batang pipih tersusun atas dua benang peptida saling berpilin, diujungnya terdapat 2 bulatan (bagian kepala), disebut jembatan silang miosin. Suatu mol miosin terdiri dari meromiosin ringan (bagian tangkai) dan meromiosin berat (bagian leher dan kepala). Pada bagian kepala mengandung enzim ATP-ase dan tempat perlekatan dengan aktin. ATPase ini akan menhidrolisis ATP ADP + Pi + Energi. Pelepasan kepala miosin dari aktin juga memerlukan energi ATP. Bila tidak ada ATP baru, maka kepala miosin tidak dapat terlepas dari aktin. 3. (8) fungsi ATP, Ca++, fosfagen Ca++ akan melekat akan melekat pada troponin, maka tropomisisn akan bergeser, sehingga tempat perlekatan miosin akan terbuka. Dengan terbukanya tempat perlekatan miosin ini maka jembatan silang miosin akan melekat pada aktin (terbentuk aktomiosin). Terlepasnya Ca++ dari troponin akan menyebabkan molekul tropomiosin menutup kembali semua tempat perlekatan miosin pada filamen aktin, dan oto kembali relaksasi. Dalam proses kontraksi otot ATP berfungsi sebagai energi yang siap pakai. Energi ATP akan dibebaskan melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim ATP-ase. Reaksinya sebagai berikut: ATP ADP + H3PO4 + energi untuk kontraksi .......... (1) Selain ATP, di dalam otot tersimpan senyawa fosfat berenergi tinggi lain yang disebut fosfagen yang dapat berupa fosfokreatin, fosforilarginin, fosforiltaurosiamin, fosforilglikosianin, atau fosforilambrisin. Apabila satu dan lain hal persediaan ATP dalam otot menipis, misalnya pada saat olahrga dalam waktu lama, maka sumber energi dapat diperoleh dari fosfagen. Fosfagen akan memberikan gugus fosfatnya kepada ADP untuk resintesis ATP. Sebagai contoh fosfagen, kita ambil fosfokreatin. Reaksi (2) ini dapat berlangsung bolak balik, sehingga apabila ATP diproduksi berlebihan, maka banyak fosfokreatin dihasilkan dan disimpan dalam otot. 4. (10) buatlah tabel perbedaan antar otot. Perbedaan/ Otot Polos Otot Polos Otot Jenis Otot Unit Unit Jamak Jantung Tunggal Filamen tebal Ada, namun Ada, namun Ada dan tipis kurang kurang terorganisir, terorganisir, tersusun tersusun acak dan acak dan tersebar tersebar homogen. homogen. Sistem Tidak ada Tidak ada Ada sarkomerik Tubulus T Tidak ada Tidak ada Ada Retikulum Ada, namun Ada, namun Ada endoplasma tidak tidak berkembang berkembang dengan baik dengan baik Produksi Ada Ada, Ada potensial aksi aktivitas potensial Pcemaker secara spontan pengatur depolarisasi irama bertingkat (Pacemaker) dan potensial gelombang Persambungan ada Ada Ada renggang Troponin pada Tidak ada Tidak ada Ada filamen tipis Garis Z Tidak ada Tidak ada Ada
5. (11) siklus jembatan silang pada saat kontraksi otot rangka
(1) Otot dalam keadaan istirahat, tropomiosin menutup tempat perlekatan
miosin pada aktin fibliler. ATP dihidrolisis oleh ATP-ase miosin; namun ADP da Pi masih tetap melekat pada miosin; energi tersimpan pada jembatan silang. (2a) Bila Ca++ dibebaskan ke sarkoplasma karena perangsangan (eksitasi); dan ditangkap troponin subunit TnC, maka tropomiosin akan bergeser dan tempat melekat miosin pada aktin terbuka, sehingga jembatan silang berlekatan dengan aktin. Atau: (2b) Bila tidak ada perangsangan, maka tidak ada pembebasan Ca++, tidak ada perlekatan aktin miosin, otot tetap beristirahat. (3) Jembatan silang mengangguk, dengan menggunakan energi dari pemecahan ATP, ADP dan Pi dibebaskan ke luar jembatan silang. (4a) Bila jembatan silang menerima ATP baru maka jembatan silang akan terlepas dari aktin, dan kembali ke posisi semula. Atau: (4b) Bila ATP baru tidak tersedia (setelah mati), aktin dan miosin teteap berlekatan, sehingga terjadi rigor kompleks.