Vous êtes sur la page 1sur 8

ACARA III

I. JUDUL
Perhitungan Intensitas Hujan
II. TUJUAN
Mahasiswa mampu menghitung intensitas curah hujan yang kemudian
menghubungkan dengan kejadian yang terjadi curah hujan meningkat.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Alat tulis
Bahan :
a. Diagram intensitas curah hujan
b. Kertas
IV. DASAR TEORI
Hujan merupakan komponen yang penting dalam analisis hidrologi pada
perancangan debit saluran drainase. Untuk mendesain suatu saluran drainase,
penentuan debit rencana menjadi hal yang penting. Perkiraan debit limpasan air
hujan yang akan mengalir pada saluran didasarkan atas perhitungan debit puncak
banjir dengan menggunakan persamaan Rasional yang memperhitungkan
koefisien tampungan dalam saluran. Menurut Soemarto dalam Suroso (2006),
dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan
yang penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama
waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh
hujan.
Menurut Asdak dalam Susilowati (2010), Intensitas hujan adalah tinggi
atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Dengan kata lain bahwa intensitas
curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka pendek yang
memberikan gambaran derasnya hujan per jam. Untuk mendapatkan nilai
intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan yang digunakan harus
mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu berlangsungnya hujan
sampai hujan tersebut berhenti. Dalam hal ini, alat penakar hujan yang
dimanfaatkan adalah alat penakar hujan otomatis. Dengan data hujan harian
tersebut dilakukan pendekatan secara empiris dengan berpedoman kepada durasi
60 menit dan pada curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun.
Analisis intensitas hujan dilakukan menggunakan curah hujan harian maksimum
dengan Metode Van Breen, Metode Bell-Tanimoto, Metode Hasper der
Weduwen, dan Metode Mononobe.
V. LANGKAH KERJA DAN DIAGRAM ALIR
1. Siapkan alat dan bahan
2. Data curah hujan yang telah didapatkan dihitung
3. Hitunglah intesitas curah hujan harian terlebih dahulu setelah itu jumlah
selama 12 bulan.
4. Tulislah dalam bentuk hasil praktikum pada laporan praktikum

Digram alir
1.

2.

3.

siapkan alat hitung data hitunglah curah


dan bahan curah hujan hujan harian terlebih
dahulu kemudian
dijumlah selama 12
bulan
VI. HASIL PRAKTIKUM
1. Januari
= 27+12+33+15+13+32+25+10
= 167 / 30
= 5,56
2. Februari
= 39+70+25+40+22+20+18+24+27+45
= 235 / 30
= 9,5
3. Maret
= 25+38+24+22+18+25+27
= 179 / 30
= 5,9
4. April
= 25+12+8+13+9+10+9+10
= 96 / 30
=3,2
5. Mei
= 8+10+47+10
= 75 / 30
= 2,5
6. Juni
= 20+24+22+20+28+20+19
= 153 / 30
= 5,1
7. November
= 82+28+26+22+10+13+44
= 225 / 30
= 7,5
8. Desember
= 28+32+20+19+28+27+20
= 246 / 30
= 8,3

Menghitung intensitas hujan :

Intensitas hujan : P/ B

: 47,56 / 12

: 3,96
VII. PEMBAHASAN

Erosi adalah peristiwa hilangnya atau terkikisnya lapisan permukaan tanah dari
suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin. Di daerah tropika basah seperti
Indonesia, erosi oleh airlah yang sangat berperanan. Ada lima faktor yang
mempengaruhi erosi, yaitu iklim, tanah, topografi. vegetasi dan manusia. Faktor iklim
yang sangat berperan penting adalah hujan. Topografi berperan dalam menentukan laju
aliran permukaan yang membawa butirbutir tanah. Peranan vegetasi adalah melindungi
tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan serta memperbaikistruktur tanah. Manusia
merupakan faktor yang paling besar peranannya sebab dapat memperlakukan faktor-
faktor erosi lainnya kecuali iklim yang masih sulit untuk diubah. Wischmeier dan Smith
(1978) mengemukakan metode pendugaan besarnya erosi yang terjadi, yang ddikenal
dengan metode (Universal Soil Loss Eauation). Menurut metode tersebut erosi yang
terjadi dinyatakan sebagai hasil kali faktor indeks erosivitas hujan (R), faktor
erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS). Tanaman dan
pengelolaannya (C), serta tindakan konservasi tanah (PI. Selanjutnya usaha mengurangi
erosi yang terjadi dapat dilakukan melalui pemilihan jenis tanaman dan pengelolaannya
serta tindakan pengelolaan tanah yang tepat, sehingga erosi yang terjadi lebih kecil atau
sama dengan erosi yang diperbolehkan.
Masalah erosi di Indonesia bukan merupakan masalah yang baru. LIPI-NAS
Workshop (1968) menaksir bahwa di Pulau Jawa terdapat antara satu setengah juta
tanah yang menderita rusak berat oleh erosi. Harris Suranggadjiwa dalam Arsyad (1983)
melaporkan perkiraan luas tanah-tanah kritis di Indonesia. yaitu tanah-tanah yang
dikategorikan telah mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi hidrologi dan ekonomi,
meliputi 25 sampai 30 juta hektar, dan diperkirnkan meluas sampai dan persen per
tahun. Menurut Arsyad (1983) proses erosi oleh air merupakan kombinasi dun
subproses, yaitu : (1) penghancuran struktur tanah menjadi butirbutir primer oleh energi
tumbuk butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah dan perendaman oleh air yang
tergenang (proses dispersi), (2) pengangkutan butir-butir primer tanah yang mengalir di
permukaan tanah.
Sedangakan menurut Troeh, Hobbs, dan Donahue (1980) erosi tanah oleh kekuatan
air merupakan proses yang terdiri dari tiga tahap, yaitu terlepasnya partikel tanah dari
massa tanah (soil destachment), pengangkutan partikel tanah tersebut dan
pengendapannya di tempat yang baru. Erosi oleh kekuatan air dapat menimbulkan
berbagaimacam kerusakan,'yaitu kehilangan tanah, unsur hara, berubahnya tekstur,
struktur tanah semakin memburuk, kapasitas produksi menurun, dan terjadi polusi pada
danau atau sungai (Kohnke dan Bertrand. 1959: Troeh et al, 1980).
Evan (1980 dalam Utomo, 1989) berpendapat bahwa interaksi antara butir-butir
hujan, kecepatan hujan, bentuk butir, lamanya hujan dan kecepatan angin secara kolektif
mempengaruhi kekuatan hujan untuk menimbulkan erosi. Makin besar ukuran butir
hujan, momentum akibat jatuhnya butir-butir hujan semakin meningkat khususnya pada
saat energi kinetik mencapai maksimum. Dengan demikian kekuatan untuk merusak
agregat tanah semakin meningkat. Kemampuan hujan untuk menyebabkan erosi disebut
erosivitas hujan (E130). Laju erosi sangat tergantung pada ketahanan terhadap daya
rusak dari luar, baik dari pukulan air hujan maupun aliran permukaan dan kemampuan
tanah untuk menyerap air hujan yang terakhir akan menentukan volume aliran
permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran tanah (Utomo.1989).
Tanah bertekstur kasar mempunyai kapasitas infiltrasi tinggi, sedangkan tanah
bertekstur halus mempunyai kapasitas infiltrasi kecil, sehingga dengan curah hujan yang
cukup rendah pun dapat menimbulkan aliran permukaan. Struktur tanah yang mantap
tahan terhadap pemecahan agregat, dimana tanah yang demikian akan tetap porus dan
mempunyai kecepatan infiltrasi yang tinggi. Menurut Kohnke dan Bertrand (1959)
bahwa kemampuan liat dan bahan organik adalah untuk pembentukan agregat tanah
yang stabil. Hal ini disebabkan liat dan bahan organik merupakan penyemen utama
partikel-partikel tanah, disamping itu liat merupakan partikel halus yang dapat masuk ke
dalam celah debu dan pasir.
VIII. KESIMPULAN
1. Erosi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bahan induk,
iklim, topografi, organic, dan waktu.
2. Data hasil pengukuran didapatkan bahwa tingkat intensitas curah hujan
tidaklah terlalu besar sehingga laju erosi pada suatu tanah tidak terlalu
banyak mengerosi tanah.
3. Curah hujan yang tidak merata menyebabkan tingkat erosivitas tidak
terlalu berpengaruh.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi